Perancangan Ulang Komik Berjudul "Si Buta Dari Gua Hantu"

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN ULANG KOMIK BERJUDUL “SI BUTA DARI GUA HANTU”

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh :

Moch Ekki Hardiawan 51910181

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

74

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri Nama Lengkap Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Lahir Agama Alamat Telepon E-mail

: Moch Ekki Hardiawan : Laki - laki

: Cimahi, 12 Maret 1993

: Islam

: Jl. Cihanjuang Gg. H. Safei RT 02/19 No. 134

: 0856 5910 4352

: eqhardiawan@gmail.com Latar Belakang Pendidikan

1998 – 2004 2004 – 2007 2007 – 2010 2010 - Sekarang

: SDN Cibabat 2 Cimahi : SMP N 10 CImahi : SMAN 4 CImahi


(5)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR ... ii

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 4

I.3 Rumusan Masalah ... 4

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

Bab II Tinjauan Komik dan Kepahlawanan Fiksi ... 6

II.1 Pengertian Komik ... 6

II.2 Unsur Komik ... 6

II.2.1 Frame/Panel ... 6

II.2.2 Emosi/Ekspresi ... 7


(6)

vii

II.2.4 Balon Kata ... 8

II.2.5 Tipografi ... 8

II.2.6 Closure ... 9

II.2.7 Gaya Visual ... 10

II.3 Sejarah Komik ... 11

II.4 Genre Komik ... 11

II.5 Komik Indonesia ... 12

II.6 Komik Si Buta dari Gua Hantu ... 13

II.7 Permasalahan ... 14

II.8 Solusi ... 14

Bab III Strategi Perancangan dan Konsep Visual ... 15

III.1 Strategi Perancangan ... 15

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 16

III.1.2 Strategi Kreatif ... 17

III.1.3 Strategi Media ... 18

III.1.4 Strategi Distribusi... 19

III.2 Konsep Visual ... 19

III.1.1 Format Desain ... 20

III.1.2 Tata Letak... 20

III.1.3 Panel ... 21

III.1.4 Balon Kata ... 22


(7)

viii

III.1.6 Garis ... 25

III.1.7 Ilustrasi ... 26

III.1.8 Warna ... 29

III.1.9 Closure ... 30

III.1.10 Penjabaran Komik ‘Si Buta dari Gua Hantu” ... 31

Bab IV Teknis Pembuatan Media ... 39

IV.1 Proses Pembuatan Komik ... 39

IV.1 Media Pendukung ... 41

IV.1.1 Poster ... 42

IV.1.2 X - Banner ... 42

IV.1.3 Iklan Majalah ... 43

IV.1.4 Stiker ... 44

IV.1.5 Pembatas Buku ... 45

IV.1.6 Pin ... 45

IV.1.7 Gantungan Kunci ... 46

IV.1.8 Mug ... 47

IV.1.9 Kaos ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN A Sinopsis cerita “Si Buta dari Gua Hantu” ... 50

LAMPIRAN B Skenario“Si Buta dari Gua Hantu” ... 51

LAMPIRAN C Sketsa ... 61


(8)

ix

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... 73 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 74


(9)

49 DAFTAR PUSTAKA

Bonnef, M. 2008. Komik Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia Dwwifriansyah, B. 2008 (6 Maret).Sejarah Munculnya Komik.Tersedia di: http://www.pasarkreasi.com/

Koendoro, D. 2007. Yuk, Bikin Komik.Bandung: Dar! Mizan

Lestari, M. 2007 (25 Agustus).Komik dalam gambaran sejarah.Tersedia di: http://www.multiply.com/

McCloud, S. 2001. Understanding Comics. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia


(10)

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Komik merupakan sebuah rangkaian gambar yang berurutan yang disusun sehingga membentuk sebuah jalan cerita. Sejak jaman dahulu, gaya bercerita dengan menggunakan gambar yang berurutan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Komik pertama terbit dalam bentuk strip yang dimuat pada surat kabar. Karena semakin populer dan digemarinya komik dikalangan masyarakat, komik terbit ke dalam buku tersendiri yang membuat komik semakin beragam.Dari generasi ke generasi komik terus dinikmati oleh para pembaca komik, hingga seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, minat pembaca komikpun ikut berubah. Komikpun mengalami beberapa perubahan dari segi visual maupun cerita (genre), yang merupakan bentuk inovasi dari sebuah karya seni.Hal tersrbut yang mendasari para pembuat komik harus lebih imajinatif dan lebih inovatif dalam melahirkan cerita - cerita yang menarik.

Yang semula komik dikenal dengan genre petualangan, aksi, mitologi, komedi, lalu komik berkembang menjadigenre kepahlawanan fiksi yang melahirkan karakter – karakter yang menjadi legenda.Mulai dari si manusia besi yang dikenal dengan nama “Superman”,dan kesatria kegelapan yang biasa disebut juga dengan nama “Batman”. Tokoh-tokoh inilah yang menjadi acuan karakter kepahlawanan yang dilahirkan oleh DC Comics di Amerika.Tokoh – tokoh komik di Amerika digambarkan dengan berbadan besar, berkekuatan super, mempunyai kepintaran yang sanga tinggi, mempunyai alat-alat canggih. Hal tersebut menggambarkan negara Amerika yang merupakan negara adikuasa.

Berbeda dengan di Indonesia, awalnya genre cerita komik di Indonesia di pengaruhi oleh Hindu dan Buddha, yang menyebabkan komik Indonesia banyak mengambil tema mitologi dan legenda.Komik yang pertama kali terbit di Indonesia adalah pada masa munculnya media massa berbahasa Melayu Cina “Sin Po”.Pada 1930, surat kabar tersebut setiap minggunya memuat komik strip


(12)

2 berbagai petuangan jenaka, dan pada 1931, di majalah tersebut, terbit Put Onyang ber-genre humor karya Kho Wan Giedan segera akrab dengan pembaca (Marcel Bonnef, 2008, h.19).

Adapula komik berjudul “Mentjari Poetri Hidjau”karya Nasoen AS yang ber-genre petualangan, yang merupakan sebuah kisah fantasi yag bermula dari cerita rakyat Sumatera. Sampai pada munculnya komik ber-genre pahlawan pertama di Indonesia yang berjudul “Sri Asih” karya R.A. Kosasih yang dianggap sebagai Bapak Komik Indonesia tahun 1953 yang diadaptasi dari karakter “Wonder Woman” Komik Terbitan DC Comic di Amerika. Sri Asih merupakan tonggak awal perkembangan Komik Indonesia, hingga memunculkan beberapa komik - komik ber-genre Pahlawan di Indonesia diantaranyasiluman serigala Putih, Si Djampang, Panji Tengkorak dan salah satunya Komik yang berjudul “Si Buta Dari Gua Hantu”karya Ganes T.H. pada tahun1967.

Cerita dari komik tersebut berlatar di Nusantara jaman kolonial Hindia Belanda. menceritakan kisah hidupBarda Mandrawata, seorang pendekar silat dari perguruan pencak silat Elang Putih yang keluarganya tewas di tangan seorang pendekar kejam misterius namun buta yang dijuluki “Si Mata Malaikat”. Balas dendam Barda pada “Si Mata Malaikat” harus dibayar dengan kehilangan indera penglihatannya, walaupun kemudian dia secara tak sengaja menemukan sebuah gua angker tersembunyi dan berhasil mempelajari ilmu ajian langka dalam gua tersebut. Bersama teman monyetnya yang setia, yang bernamaWanara, Si Buta(Barda Mandrawata) berkelana membasmi kebatilan dan kejahatan serta membantu orang-orang yang lemah dan tertindas di seluruh penjuru Nusantara, sekaligus mencari kedamaian dalam hatinya.

Sosok Si Buta dalam komik yang berjudul “Si Buta Dari Gua Hantu” yang ber-genre pahlawan digambarkan seorang laki-laki buta berambut panjang yang memakai ikat kepala dan pakaian dari kulit ular, membawa tongkat dan selalu di temani monyetnya. Si Buta sendiri dalam komikdiartikan seorang pahlawan yang tidak mempunyai indera penglihatan.Sosok Si Butapun mempunyai sifat kepahlawanan yang patut diteladani, yaitu keterbatasanya tidak membuatnya menyerah dalam menghadapi suatu masalah.


(13)

3 Selain sifat kepahlawanan, komik “Si Buta dari Gua Hantu” juga mengangkat kebudayaan – kebudayaan yang ada di Indonesia. Keseharian dari tokoh-tokoh dalam cerita dari komik “Si Buta dari Gua Hantu” mencirikan suatu kebudayaan Indonesia. “Si Buta” berpetualang dimulai dariJawa hingga menyeberangke banyak pulau seperti Bali, Flores, dan Kalimantan, yang lebih memperkuatbahwa cerita – cerita “Si Buta Dari Gua hantu” mengangkat kebudayaan Indonesia di dalamnya.

Setelah komik Si Buta dan beberapa dekade berikutnya,para pembuat komik di Indonesia sedikit demi sedikit mulai kehilanganperhatian dari para pembaca komik dan merekapun berhenti membuat komik. Kemudian secara perlahan komik Indonesia mulai meninggalkan masa kejayaannya. Hal ini berakibat pada pustaka Indonesia yang pada awalnya di dominasi oleh komik – komik lokal, saat ini mulai berkurang dan di dominasi komik – komik luar (Jepang, Amerika, Cina, dll).Secara signifikan dari segi visual dan cerita yang dimiliki oleh komik – komik Luar Negeri lebih beragam daripada komik Indonesia. Masa kekosongan selama hampir 20 tahun karena dominasi komik luar yang lebih menarik ini telah memberikan efek negatif kepada para komikus baik senior maupun junior yangsedang mencoba untuk membuat komik kembali. Dengan komik – komik luar negeri yang sampai di Indonesia dengan begitu meriahnya, sehingga penggemar komik generasi sekarang berpindah minat kepada komik luar negeri seperti komik Jepang, komik Amerika dll.

Di Indonesia kepahlawanan fiksi khususnya “Si Buta dari Gua Hantu” hanyalah sebagai pelengkap yang lebih dilihat unsur khayalanya daripada unsur industri dan nilai – nilai kepahlawanan yang dipunyainya.Untuk mewujudkan hal – hal tersebut dibutuhkan penyegaran dalam segi visualisasiyang lebih imajinatif dan atraktif yang sesuai dengan minat pembaca saat ini.


(14)

4 I.2 Identifikasi Masalah

Dari Latar belakang dapat ditarik beberapa masalah sebagai Identifikasi masalah : a. Di Indonesia, potensi kepahlawanan fiksi khususnya “Si Buta dari Gua Hantu”

belum digali, seperti di negara lain.

b. Komik “Si Buta dari Gua Hantu” yang menggunakan Bahasa Indonesia Tempo dulu yang sudah tidak populer dikalangan masyarakat masa kini.

c. Komik – komik lokal, saat ini mulai berkurang keberadaanya dan di dominasi komik – komik luar (Jepang, Amerika, Cina, dll).

I.3 Rumusan Masalah

Komik “Si Buta dari Gua Hantu”memiliki gaya visual realis yang populer tahun 70-an serta bahasanya yang menggunakan Bahasa Indonesia Tempo dulu yang tidak populer dikalangan masyarakat masa kini, oleh karena itu Komik “Si Buta dari Gua Hantu” dibutuhkan penyegaran dari segi visual. Sehingga komik dengan genrekepahlawanan fiksi di Indonesia akan semakin kaya dari masa ke masa.

I.4 Batasan Masalah

Perancangan yang dilakukan ditekankan pada tampilan visualisasi dari komik Indonesia khususnya komik yang berjudul “Si Buta dari Gua Hantu” karya Ganes T.H. pada pengembangan edisi pertama

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun Tujuan Perancangan dilihat dari masalah yang telah di identifikasi:

a. Mengangkat kembali komik lokal yang telah lama hilang ke pembaca komik saat ini yang di tengah maraknya komik – komik luar negeri dengan tampilan visualbaru yang lebih imajinatif dan atraktif.

b. Mengangkat kembali salah satu karakter kepahlawanan fiksi Indonesia ke pembaca komik saat ini.


(15)

5 c. Memperkaya hasanah komik Indonesia.

d. Mengembalikan kembali romantisme kerinduan para penggemar cerita “Si Buta dari Gua Hantu”.


(16)

6 BAB II

TINJAUAN KOMIK DAN KEPAHLAWANAN FIKSI

II.1 Pengertian Komik

Seni berurutan itu sangat luas pengertianya sebab seni itu sendiri luas untuk itulah seni tersebut harus lebih spesifik (McCloud,2001,h. 4).

McCloud(2001)“Komik merupakan gambar – gambar serta lambang – lambang lain yang terjukstaposisi (berdekatan atau berdampingan) dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan informasi atau tanggapan estetis dari pembacanya” (h. 9).

II.2 UnsurKomik

Primadi Tabrani menyatakan bahwa dalam komik terdapat unsur bahasa verbal dan bahasa rupa gambar.Komik pada dasarnya menggunakan bahasa rupa gambar, namunkehadiran bahasa verbal di dalam sebuah komik dapat membantu pembaca memahami tema yang diangkat oleh komik tersebut.Adapun unsur –unsur visualyang dapat menjabarkan seni penceritaan komik.

II.2.1 Frame/Panel

Frame/ panel mencakup semua ikon perbendaharaan komik di dalam ruang garis.Panel berfungsi sebagai petunjuk umum untuk ruang / waktu yang terpisah (Scott McCloud, 2001, h. 98)

McCloud (2001) menjelaskan “Bentuk panel sangat beragam.Sekalipun tidak mempengaruhi “makna” tentang waktu panel dapat mempengaruhi pengalaman membaca, yang membawa kita pada hubungan yang aneh antara waktu yang dilukiskan oleh komik dan waktu yang dirasakan oleh pembaca” (h. 99)


(17)

7 GambarII.1 Panel dalam Komik

Sumber : Komik Darmaputra Winehsuka (2010)

II.2.2 Emosi/ Ekspresi

McCloud (2001) Ungkapan emosi dalam komik mempengaruhi penghayatan pembaca komik. Untuk mengungkapkan sebuah emosi dapat dikeluarkan menggunakan ekpresi atau garis dan icon.(h. 118).Garis – garis berfungsi memusatkan perhatian, kecepatan, suasana hati, dan lain-lain, sedangkan dengan membuat icon tetesan keringat mengungkapkan tokoh sedang bersusah payah atau lelah.

II.2.3 Gerakan/Motion

McCloud(2001) menjelaskan bahwa pada awalnya garis gerak atau juga disebut pita kosong, bersifat liar,berantakan. Namun, saat ini garis gerak semakin terolah sampai terkesan mempunyai fisik sendiri.Penggunaan efek garis pada latar belakang(background) untuk menggungkapkan kecepatan merupakan ciri khas komik Amerika.Sedangkankomik Jepang memasukan efek garis-garis sekitar objek yang mengungkapkan bahwa objek tersebut bergerak dengan cepat(h. 110).


(18)

8 GambarII.2 Gerakan dalam Komik

Sumber : Komik IDW Transformers (2009), Pokemon Adventures (1996)

II.2.4 Balon Kata

Balon Kata pada komik adalah tuang tempat menatuh teks narasi atau juga menampilkan kata – kata. Balon kata berfungsi untuk menggambarkan suatu pembicaraan yang dilakukan oleh tokoh dalam komik. Dengan dipadukan tipografi di dalamnya akan memberi perlambangan suara dan emosi/ ekspresi. Bentuk dan gaya dari sebuah balon tersebut disesuaikan dengan emosi/ekspresi yang dikeluarkan oleh seorang tokoh (Koendoro, 2007, h. 40)

GambarII.3 Balon Kata dalam Komik Sumber : Komik Injustice Gods Among is (2013)

II.2.5 Tipografi

Dalam analisis McCloud (2001) dalam komunikasi visual yang berkiblat pada Mazhab Amerika, yang mana dipengaruhi oleh Bauhaus Jerman (Pakar Komunikasi) sangat menekankan pada pengetahuan tipografi dan komposisi.


(19)

9 Sedangkan menurut Brewer (1971) “Tipografi dapat memiliki pengertian luas, yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak atau dalam pengertian yang lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan, dan berbagai hal bertalian pengaturan baris-baris susunan huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi dan unsur lain bukan huruf pada halaman cetak”.

II.2.6 Closure

McCloud (2001) meyebutkan satu unsur yang berkaitan dengan rangkaian panel yaitu ”Closure”.Closure adalah fenomena mengamati bagian – bagian tetapi memandangnya secara keseluruhan.Closuremenghubungkan tiap panel yang dipisahkan oleh suatu ruang di antara panel, disebut “parit”.

Menurut McCloud (2001) dengan menggunakan fungsi panel sebagai penceritaan, Closure dalam komik dibagi menjadi 6 golongan:

a. Panel waktu ke waktu : Aksi tunggal yang digambarkan sesuai rangkaian momen.

b. Panel aksi ke aksi : Sebuah subjek tunggal dalam rangkaian aksi. c. Panel subyek ke subyek : Serangkaian perubahan subjek dalam lokasi

yang sama.

d. Panel adegan ke adegan : Transisi melintasi jarak waktu dan / atau ruang yang sangat berbeda.

e. Panel aspek ke aspek : Transisi dari satu aspek sebuah tempat, gagasan atau suasana hati ke aspek lain.


(20)

10 II.2.7 Gaya Visual

Menurut McCloud (2001) pemikiran bahwa gambar dapat membangkitkan rangsangan emosional pembaca sangatlah pentingdalam seni komik. Dunia panca indra yang tidak terlihat pun dapat digambarkan melalui garis, warna maupun perpaduan garis dan warna (h. 125).

McClound (2008) mengemukakan bahwa selalu ada tiga ciri yang dimiliki karakter yang dirancang oleh seorang komikus :

a. Jiwa

Memiliki sejarah, pandangan hidup dan impian yang istimewa. b. Ciri Khas

Ciri khas penokohan sebuah karakter bias dibantu dengan menggambarkan tinggi dan berat tubuh, profil wajah, kekuatan, etnissitas, latar belakang, hasrat, usia, kecerdasan, gaya berpakaian, temperamen, kewajiban, kesetiaan, gender serta penokohan yang patut dikenang.

c. Sikap ekspresif

Cara berbicara dan tingkah laku yang sesuai dengan karakter.

Dalam Teorinya pun “The Big Triangle” Scott McCloud menjuruskan beberapa gaya gambar dari gaya realis sampai abstrak (kartun) dengan menghilangkan detil-detil pada karakter(McCloud, 2001, h. 52).

GambarII.4 Gaya Visual


(21)

11 II.3 Sejarah Komik

Menurut Robert Sabin (seperti dikutip Dwifriansyah, 2008)komik cetak pertama yang pernah di cetak adalah komik berjudul “A True Narrative of the Horrid Hellish Popish Plot” karya Francis Barlow yang dibuat pada tahun 1682.Pada tahun 1929 muncul komik berjudul “Tintin”karya Herge. “Tintin” yang bergenrepetualangan yang menceritakan seorang jurnalis yang berpetualang memecahkan misteri tempat – tempat bersejarah di seluruh dunia. Komik tersebut mampu mendominasi pasar hingga tahun 1970-an.

Pada tahun 1930, dunia komik Amerika didominasi genre kepahlawanan fiksi dimulai dengan munculnya komik yang berjudul “Action Comics”menceritakan karakter Superman, Seorang makhluk asing yang datang dari planet krypton dan bersembunyi dibalik alter egonya yaitu Clark Kent.Komik yang bertema tentang superherosangat diminati hingga saat ini

Berbeda dengan komik di kebudayaan barat, Dunia komik di timur(Asia) diwakili oleh Jepang sebagai produsen komik atau yang disebut dengan sebutan“Manga” terbesar se – Asia.Osamu Tezuka sebagai pelopor komik Jepang yang terkenal lewat karyanya, “New Treasure Island” dan “Shintakarajima”. Perkembangan komik di Jepang sangatlah cepat karena adanya buku – buku komik kompliasi beberapa manga dengan tebal 200 halaman sampai 850 halaman.

II.4 Genre Komik

Komik mempunyai jenis cerita (genre) yang berbeda – beda disetiap negaranya karena terpengaruh oleh budaya yang di anut oleh negara tersebut. Di Amerika hampir 80% komiknya memiliki genre kepahlawanan fiksi (superhero) yang menujukan bahwa negara tersebut adalah negara adikuasa. Sementara di Jepang genre komik di kelompokan sesuai dengan ceritanya antara lain : aksi (akushon), fantasi (

fantajī

), historis (historikaru), Olahraga (supotsu), supernatural (chō shizen) dll. Di Indonesia, Menurut Bonnef (2008) “komik yang terdiri dari penelitian utama terdiri atas 876 judul cerita yang terbit antara 1966 dan Juli 1970. Kemudian, cerita dikelompokan berdasarkan genre”(h. 50).


(22)

12

Genre Jumlah Judul Presentase

Silat 427 48,75

Roman remaja 322 36,75

Dagelan 55 6,40

Fiksi ilmiah dan cerita

fantastik 37 4,20

Dongeng dan legenda

(anak – anak) 15 1,70

Lain – lain (koboi,

detektif) 20 2,20

Jumlah 876 100,00

Tabel II.1 Judul komik berdasarkan genre komik tahun 1966

Sumber : Bonnef (2008)

Cerita kepahlawanan fiksi lebih dikenal sebagai cerita silat pada masa itu karena, karakter – karakter dalam cerita kepahlawanan fiksi tersebut menggunakan gaya bertarung silat, karena dipengaruhi budaya masyarakat indonesia.

II.5 Komik Indonesia

Berbeda dengan di Indonesia, awalnya genre cerita komik di Indonesia di pengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha, yang menyebabkan komik Indonesia banyak mengambil tema mitologi kemudian R.A. Kosasih komikus yang pertama kali membuat komik bergenre Kepahlawanan fiksi. Setelah berhasil mengangkat cerita “Mahabarata” dalam bentuk komik pada tahun 70an, Ia pun membuat komik bergenre Kepahlawanan fiksi yang berjudul “Sri Asih”.

Berbeda dengan tokoh-tokoh komik Kepahlawanan fiksi di barat yang bertubuh kekar dan memakai baju ketat yang berwarna-warni, di Indonesia tokoh “Sri Asih” digambarbarkan sosok perempuan memakai “kemben” karena saat itu budaya Indonesia masih dipengaruhi Hindu-Buddha. Di era yang sama komikus Ganes T.H membuat komikber-genrekepahlawan fiksi berjudul“Si Buta dari Gua


(23)

13 Hantu” dengan tokoh Barda Madrawata seorang pria buta yang membasmi kejahatan, berlatar Nusantara jaman Kolonial Hidia-Belanda.

II.6 Komik Si Buta dari Gua Hantu

Ganes T.H. menciptakan “Si Buta dari Gua Hantu”yang merupakan salah satu tokoh komik lokal yang paling populer.Komik tersebut Menceritakan kisah hidupBarda Mandrawata, seorang pendekar silat dari perguruan pencak silat Elang Putih yang keluarganya tewas di tangan seorang pendekar kejam misterius namun buta yang dijuluki “Si Mata Malaikat”. Balas dendam Barda pada “Si Mata Malaikat” harus dibayar dengan kehilangan indera penglihatannya, walaupun kemudian dia secara tak sengaja menemukan sebuah gua angker tersembunyi dan berhasil mempelajari ilmu ajian langka dalam gua tersebut. Bersama teman monyetnya yang setia, yang bernamaWanara, Si Buta(Barda Mandrawata) berkelana membasmi kebatilan dan kejahatan serta membantu orang-orang yang lemah dan tertindas di seluruh penjuru Nusantara.

GambarII.5 Komik Si Buta dari Gua Hantu Sumber : Komik Si Buta dari Gua Hantu (1967)


(24)

14 II.7 Permasalahan

Komik kepahlawanan fiksi di Indonesia khususnya “Si Buta dari Gua Hantu”, memiliki beberapa permasalahan dilihat dari berbagai perspektif. Dewasa ini industri komik di Indonesia mengalami kemunduran apabila dibandingkan dengan era kejayaannya di tahun 70-an. Dari perspektif pembaca komik tahun 70-an, mengalami kerinduan akan komik – komik yang dulu pernah populer pada jaman itu, sedangkan sebagian besar pembaca komik saat ini pun tidak dapat menikmati komik “Si Buta dari Gua Hantu” di karenakan terbatasnya komik – komik lokal yang beredar di pasaran. Apabila dilihat dari perspektif visual dari komik “Si Buta dari Gua Hantu” yang memiliki gaya visual dan bahasa tempo dulu yang sudah tidak populer saat ini ditambah dominasi komik – komik luar negeri yang semakin beragam di Indonesia. Hal tersebut yang mendasari dibutuhkanya penyegaran yang lebih imajinatif dan atraktif untuk komik kepahlawanan fiksi “Si Buta dari Gua Hantu” sehingga, para pembaca komik dapat menikmati komik kepahlawanan fiksi lokal.

II.8 Solusi

Dilihat dari permasalahan dari berbagai perspektif dapat ditarik sebuah solusi, yaitu diperlukanya penyegaran visual untuk komik kepahlawanan fiksi “Si Buta dari Gua Hantu” menjadi lebih imajinatif dan atraktif dari segi visual, maupun dari alur cerita disesuaikan dengan selera pasar di industri komik indonesia saat ini. Komik tersebut diharapkan lebih diterima oleh para pembaca komik saat ini di tengah maraknya komik – komik luar negeri di Indonesia, sehingga tokoh kepahlawanan fiksi “Si Buta dari Gua Hantu” dapat menjadi sebuah brandsebagai tokoh kepahlawanan fiksi yang berasal dari Indonesia.


(25)

39 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Proses Pembuatan Komik

Dalam pembuatan komik ini terdapat tahapan - tahapan proses hingga menjadikan suatu komik. Pada proses pembuatan komik,pertama - tama membaca komik “Si Buta dari Gua Hantu” karya Ganes T.H. tahun 1967 untuk menemukan alur cerita baru yang lebih di-logika-kan. Setelah mendapatkan sebuah naskah cerita. Lalu cerita tersebut diubah menjadi storyline yang mencakup dialog dan deskripsi.

Setelah storyline dibuat, baru kemudian dikembangkan menjadi storyboard yang dimana pada proses storyboarddengan menggunakan pensil 2b pada kertas. Pembuatan storyboardtersebut adalah membuat sketsa dari panel ke panel, dengan memperhatikan layout dialog. Sketsa pada storyboard juga menggambarkan gaya/ pose dan gestur pada karakter.


(26)

40 Setelah hasil storyboard selesai, kemudian dipindai menggunakan scanner untuk proses digital. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses inking secara digital. Hal tersebut dilakukan agar pengerjaan menjadi lebih cepat dan sistematis. Pengerjaan dilakukan dengan menggunakansoftware Adobe Photoshop CS6.

GambarIV.2 Inking Digital

Setelah proses inking digital selesai, naskah komik kemudian diberi shadingyang digunakan mengacu pada studiagar terlihat unsur kedalaman pada tokoh dalam komik tersebut.


(27)

41 Setelah proses shading selesai, maka kemudian naskah komik yang telah diwarnai memasuki tahap akhir yaitu pemberian text dan balon kataserta elemen-elemen lainya di beberapa halaman.

GambarIV.2 Hasil Akhir

Setelah semua selesai, kembali dilakukan pengecekan dan revisi ulang terhadap teks yang dibuat apabila terjadi kesalahan. Setelah itu memasuki proses cetak. Hasil dummy tersebut dicetak dengan menggunakan hvs100 gram untuk isi.Setelah dummy selesai dan berhasil cetak, maka selanjutnya desain buku melalui proses percetakan dan siap diproduksi massal.

IV.2 Media Pendukung

Media pendukung pada perancangan komik ini adalah sebagai pelengkap media utama dan sebagai media promosi untuk menarik perhatian konsumen. Promosi dilakukan bersamaan dengan penjualan di toko buku Gramedia


(28)

42 IV.2.1 Poster

Pembuatan poster dibuat dengan memperlihatkan beberapa karakter yang ada dalam komik. Poster ditempel untuk hiasan dinding di took buku sebagai promosi. Desain poster menampilkan 4 karakter yang ada dalam komik. Hal tersebut bertujuan memperkenalkan tokoh yang ada dalam komik.

GambarIV.5 Poster

Ukuran (29,7 x 42 cm)

Bahan Artpaper 150 gram

Teknik Cetak Separasi

Tabel IV.1 Spesifikasi Poster

IV.2.2 X-Banner

Pembuatan x-banner dengan tampilan yang ditekankan pada promosi karena akan ditampilkan pada stand khusus. Adapun tampilan x-banner sebagai berikut:


(29)

43

GambarIV.6 X-Banner

Ukuran 160 x 60 cm

Bahan Luster

Teknik Cetak Cetak Offset

Tabel IV.2 Spesifikasi X-Banner

IV.2.3 Iklan Majalah

Pembuatan iklan majalah yang ditekankan pada promosi karena media tersebut berada pada media lain sehingga informasi yang disajikan harus jelas untuk konsumen secara tidak langsung. Adapun tampilan Iklan majalah sebagai berikut:


(30)

44 GambarIV.7 Iklan Majalah

Ukuran 21 x 27,5 cm

Bahan Disesuaikan dengan majalahnya

Teknik Cetak Separasi

Tabel IV.3 Spesifikasi Iklan Majalah

IV.2.4 Stiker

Pembuatan Stiker dengan desain seperti dalam cover depan.


(31)

45

Ukuran 10 x 8 cm

Bahan Stiker glossy

Teknik Cetak Separasi

Tabel IV.4 Spesifikasi Stiker

IV.2.5 Pembatas Buku

Pembuatan pembatas buku menampilkan masing – masing karakter di setiap 1 buahnya yang akan secara acak di selipkan ke dalam buku, bertujuan untuk menambah keunikan komik.

GambarIV.9 Pembatas Buku

Ukuran 16 x 4 cm

Bahan Artpaper 190 gram

Teknik Cetak Separasi

Tabel IV.5 Spesifikasi Pembatas buku

IV.2.6 Pin


(32)

46 GambarIV.10 Pin

Ukuran 8 x 5 cm

Bahan Artpaper 80 gram, case pin plastik

Teknik Cetak Separasi

Tabel IV.6 Spesifikasi Pin

IV.2.7 Gantungan Kunci

Pembuatan gantungan kunci dengan tampilan sebagai berikut:

GambarIV.11 Gantungan kunci

Ukuran 8 x 5 cm

Bahan Artpaper 80 gram, case pin plastik

Teknik Cetak Separasi


(33)

47 IV.2.8 Mug

Pembuatan mug dengan tampilan tokoh yang ada dalam komik.

GambarIV.12 Mug

Ukuran 9 x 21 cm

Bahan Mug Keramik

Teknik Cetak Print

Tabel IV.8 Spesifikasi Mug

IV.2.9 Kaos

Pembuatan kaos tampak depan dengan karakter Si Buta yang menjadi tokoh utama.


(34)

48 GambarIV.13 Kaos

Ukuran XL

Bahan Cotton Combed 20s

Teknik Cetak Print


(35)

15 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Di dalam sebuah perancangan diperlukan strategi yang dapat menjadi pendukung dalam memenuhi tujuan dari perancangan tersebut. Komik “Si Buta dari Gua Hantu” karya Ganes T.H. yang pernah terbut tahun 1967 memiliki gaya visual realis khas yang memang populer dipakai oleh komikus – komikus Indonesia pada jaman itu. Seiring dengan jaman, komik – komik luar negeri yang beredar di Indonesia, semakin meningkat dan beragam dengan inovasi – inovasi baru yang lebih menarik, yang menjadikan minat para pembaca komik pun ikut berubah. Oleh karena itu dibuatlah penyegaran visual dari komik “Si Buta dari Gua Hantu” dengan visual yang lebih baru serta buku yang lebih ekslusif sebagai strategi perancangan.

1. Target Audiens

Target audiens dari komik Si Buta dari Gua Hantu dilihat secara demografis, geografis, dan psikografis, agar strategi perancangan dari komik Si Buta dari Gua Hantu menjadi tepat sasaran. Adapun target audiens sebagai berikut :

a. Demografis

Secara demografis target audiens dari komik Si Buta dari Gua Hantu meliputi :

Usia : Remaja sampai Dewasa Jenis Kelamin : Laki – laki

Pendidikan : SMA


(36)

16 Target audiens secara demografis usia meliputi remaja sampai dewasa, kalangan remaja mewakili pembaca – pembaca komik saat ini, kalangan dewasa mewakili penggemar - penggemar cerita komik “Si Buta dari Gua Hantu” jaman dulu. Buku yang dikemas eksklusif diperuntukan untuk target audiens dengan strata sosial menengah keatas yang dianggap mampu membeli komik eksklusif tersebut.

b. Geografis

Secara geografis target audiens dari komik Si Buta dari Gua Hantu disesuaikan dengan strategi distribusi yaitu pembaca komik di seluruh Indonesia.

c. Psikografis

Target audiens dari komik Si Buta dari Gua Hantu secara psikografis dilihat berdasarkan gaya hidup (life style), nilai kehidupan yang dianut (value), kepribadian (personality) yang antara lain meliputi : Gemar membaca komik, suka berimajinasi, suka petualangan, mempunyai ketertarikan pada kepahlawanan fiksi. Ditambah dengan adanya komik eksklusif sehingga akan meningkatkan perhatian konsumen di kalangan – kalangan tertentu (kolektor komik).

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi dalam perancangan komik ini meliputi pendekatan visual dan pendekatan verbal yang ditekankan pada Heroisme Indonesia disesuaikan dengan selera pasar di Indonesia saat ini. Adapun pendekatan visual dan verbal sebagai berikut :

1. Pendekatan Visual

Pendekatan visual pada perancangan komik Si buta dari Gua Hantu mengambil gaya visual yang lebih ditonjolkan sisi heroisme-nya seperti pada umumnya digunakan pada komik – komik amerika


(37)

17 yang memiliki gestur – gestur tokoh yang heroik yang dipadukan dengan gaya – gaya bertarung silat yang tidak akan membuat ciri khas Indonesia sendiri hilang. Juga dari segi angle yang mengambil angle – angle ekstrim yang bertujuan untuk memperkuat sisi heroisme dari tokoh.

2. Pendekatan Verbal

Untuk memperkuat sisi heroisme pada cerita, dilakukan pendekatan visual dengan menggunakan nilai – nilai kepahlawanan yang disisipkan ke dalam penceritaan tokoh dari komik tersebut. Pendekatan verbal juga dilakukan dengan menggunakan strategi bahasa yang tepat yaitu bahasa Indonesia baku dengan penyampaian yang ekspresif sehingga mudah diterima oleh target audiens.

III.1.2 Strategi Kreatif

Dalam perancangan komik ini, penulis membuat strategi kreatif untuk mendukung penyegaran visual dari komik “Si Buta dari Gua Hantu”. Selain dari segi cerita dan visual yang baru, membuat kemasan buku eksklusif menjadi salah satu strategi kreatif perancangan. buku komik eksklusif dibuat dengan dengan hardcoveryang dikemas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan komik sebelumnya. Dibuat dengan bahan yang tak mudah rusak bertujuan membuat struktur buku menjadi lebih tahan lama, yang membuat buku eksklusif tersebut bisa digunakan untuk koleksi.


(38)

18 III.1.3 Strategi Media

Media yang digunakan dalam perancangan komik Si Buta dari Gua Hantu meliputi media utama komik dan beberapa media pendukung dengan tujuan promosi agar meningkatkan konsumen. Adapun media utama dan media pendukung sebagai berikut:

1. Media Utama

Informasi pada media cetak sudah dikenal dan dekat dengan masyarakat sejak lama termasuk pembaca – pembaca komik. Oleh karena itu komik dalam bentuk cetak adalah salah satu media utama perancangan komik ini, yang bertujuan untuk memudahkan pemasaran pada konsumen. Dengan varian komik ekslusif yaitu, komik yang dikemas lebih atraktif dengan desain yg tahan lama untuk menarik target audiens.

2. Media Pendukung

Media pendukung pada perancangan komik ini adalah sebagai pelengkap media utama dan sebagai media promosi untuk menarik perhatian konsumen. Media pendukung dalam komik ini meliputi :

a. Media Promosi

Media Promosi merupakan hal yang penting untuk menarik perhatian konsumen. Media promosi yang digunakan antara lain : poster, x banner, iklan Majalah.

b. Media Kreatif (Gimmick)

Media kreatif merupakan media yang lebih berbentuk aksesoris bertujuan untuk menambah koleksi media utama. Media kreatif yang akan digunakan antara lain : stiker, pembatas buku, pin, gantungan kunci, mug, dan kaos.


(39)

19 III.1.4 Strategi Distribusi

Strategi dalam pendistribusian media utama dan media pendukung dilakukan dengan Launching di toko buku Gramedia di kota – kota di Indonesia dengan stand khusus untuk media utama yang didukung beberapa media pendukung. Adapun tabel Jadwal Pendistibusian Komik Si Buta Dari Gua Hantu sebagai berikut:

Media Agustus September Oktober

Komik poster x-banner iklan majalah stiker pembatas buku pin gantungan kunci mug kaos

Tabel III.1 Jadwal Pendistibusian Komik Si Buta Dari Gua Hantu

III.2 Konsep Visual

Konsep visual pada perancanga komik ini ditampilkan dengan illustrasi menggunakan penggayaan komik superhero amerika pada umunya yang memiliki gestur yang memunculkan sisi heroik dari karakter. Gaya penggambaran tersebut semakin memperkuat konsep cerita superhero, serta memunculkan banyak aksi pertarungan silat membuat gaya penggambaran tersebut sesuai untuk dijadikan acuan bahan studi visual.


(40)

20 III.2.1 Format Desain

Format desain dari komik Si Buta dari Gua Hantu adalah portrait dengan ukuran 29,7 cm x 21 cm seperti format komik-komik amerika pada umumnya yang dipublikasi mingguan. Format ukuran 29,7 cm x 21 cm digunakan untuk mengimbangi dengan halaman yang tidak terlalu banyak

GambarIII.1 Ukuran Halaman Komik

III.2.2 Tata Letak

Seperti pada umumnya komik, dalam perancangan komik ini berisi beberapa panel yang disusun berdasarkan komik yang dibuat pada umunya. Panel yang digunakan yaitu panel terbuka dan tertutup agar terlihat dinamis.

GambarIII.2 Tata Letak Panel dan cara membacanya 21cm

2

9

,7c


(41)

21 Adapun cara membaca komik disesuaikan dengan kecenderungan orang Indonesia. dalam membaca pada umumnya yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.

III.2.3 Panel

Panel yang digunakandalam komik, bervariatif meliputi panel terbuka dan tertutup, adapun panel – panel yang miring untuk lebih menguatkan sisi aksi dan silat pada tokoh.

GambarIII.3 Panel dalam komik Si Buta dari Gua Hantu

Adapun panel yang menujukan waktu, disesuaikan dengan alur cerita yang meliputi alur maju dan mundur. Panel tersebut menunjukan masa sekarang yang ditandai dengan luar panel yang berwarna abu – abu, sedangkan panel yang menunjukan masa lalu ditandai dengan warna putih.


(42)

22 GambarIII.4 Panel dalam komik Si Buta dari Gua Hantu

III.2.4 Balon Kata

Balon Kata yang digunakan tidak terpaku dalam satu bentuk bulat, tetapi variatif disesuaikan dengan ekspresi atau nada bicara pada tokoh yang bertujuan agar pembaca lebih mendalami isi dari setiap adegan dalam komik.


(43)

23 Adapun Balon kata untuk narasi yang dibuat sesuai dengan isi cerita. Balon kata dibuat seperti kertas yang robek untuk menunjukan narasi masa lalu, dan balon kata yang berbentuk kertas yang tidak lurus untuk menunjukan isi dari sebuah surat

GambarIII.6 Balon kata untuk narasi dalam komik Si Buta dari Gua Hantu

III.2.5 Tipografi a. Judul

Kesan yang ditampilkan dalam komik ini adalah heroik yang ditandai dengan banyak aksi-aksi pertarungan didalamnya. oleh karena itu font-font pada komik ini harus mencerminkan kesan tersebut. Untuk judul dibagi menjadi 2 bagian yaitu kata ”Si Buta” untuk pemisah karakter, dan kata”dari gua hantu” sebagai pelengkap. Huruf “Si Buta” menggunakan jenis huruf dengan efek seperti goresan kuas untuk memkuat kesan pertarungandan aksi, sedangkan huruf “dari gua hantu” menggunakan font “High Tower Text” yang berjenis font sans-sherif untuk memberi kesan bahwa komik ini berseting waktu di jaman dulu.


(44)

24 GambarIII.7 Huruf pada Judul Komik Si Buta dari Gua Hantu

b. Teks

Font yang digunakan pada bagian isi teks pada halaman adalah font “Laffayete comic”. Font ini dipilih karena merupakan font standar yang sering digunakan pada media-media komik amerika pada umunya yang telah dipublikasi.

GambarIII.8 Font “Laffayete Comic”

c. Soundletter/ Efek Suara

Adapun soundletter/ efek suara yang digunakanmenggunakan efek coretan – coretan kuas untuk lebih menguatkan aksi yang dilakukan tokoh. Efek suara disesuaikan dengan suara yang ditimbulkan sehingga efek suara yang ditimbulkan menjadi lebih hidup.


(45)

25

GambarIII.9 Soundletter dalam komik Si Buta dari Gua Hantu

III.2.6 Garis

Garis – garis yang ada pada komik Si Buta dari Gua Hantu menggunakan garis – garis yang kasar mengikuti alur dari sebuah adegan. pada karakter garis digunakan untuk memperjelas sebuah gerakan yang bertujuan membuat gerakan tersebut menjadi lebih hidup, sedangkan pada background garis – garis digunakan untuk mendramatisasi sebuah adegan dalam cerita. Adapun shading yang menggunakan garis – garis yang bertumpukan sehingga membentuk sebuah warna.


(46)

26 III.2.7 Ilustrasi

Gaya illustrasi yang digunakan pada komik Si Buta dari Gua Hantu adalah gaya komik amerika, untuk memperkuat unsur heroik pada tokoh, serta dipadukan dengan gaya-gaya silat yang khas.

a. Tokoh

1. Si Buta - Barda Madrawata

GambarIII.11 Si Buta – Barda Madrawata Nama Asli : Barda Madrawata

Deskripsi : Protagonis Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 19=25 Tahun .

Karakteristik :Matanya yang terpejam karena buta, memakai pakaian dari siluman ular setelah berhasil mengalahkanya, memiliki banyak ilmu silat salah satunya ilmu Si Mata Malaikat


(47)

27 2. Si Mata Malaikat

GambarIII.12 Si Mata Malaikat Nama Asli : Tidak diketahui

Deskripsi : Antagonis Jenis kelamin : Laki-laki Umur : Tidak diketahui

Karakteristik :Misterius, karena ia seorang pengembara ia memakai topi petani untuk menutupi kepalanya dari sinar matahari, memakai tongkat karena buta, memiliki Ilmu Si Mata Malaikat


(48)

28 3. Paksi Sakti Indrawata

GambarIII.13Paksi Sakti Indrawata Nama Asli : Paksi Sakti Indrawata

Deskripsi : Ayah Barda Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 50 Tahun

Karakteristik :sosok wajah dengan kumis yang tebal membuatnya terlihat bijaksana, pemimpin dari perguruan silat elang putih, memiliki jurus elang putih yang turun temurun telah diwariskan

b. Setting

Untuk setting/latar cerita di Banten jaman kolonial hindia-belandayang berada dalam penceritaan komik ini diambil dari lokasi sekitar baduy


(49)

29 c. Properti

Properti yang terdapat dari komik ini merupaka stereotype dari properti yang digunakan masyarakat baduy, dan masyarakat tempo dulu disesuaikan dengan setting cerita.

GambarIII.15 Properti

III.2.8 Warna

Warna merupakan salah satu unsur dalam gambar yang dapat memberi pusat perhatian dan memberi kesan volume. Penggunaan warna pada komik ini akan mengikuti penggunaan warna pada abu-abu untuk toning, yaitu perpaduan range warna hitam ke putih yang disesuaikan dengan setting latar , suasana, dan pencahayaan yang akan memperkuat tokoh atau objek pada ilustrasinya.


(50)

30 GambarIII.16 Pewarnaan pada komik

Sumber: Dharmaputra Winehsuka (2010)

III.2.9 Closure

Closure yang menghubungkan tiap – tiap panel pada komik ini menggunakan beberapa golongan yang sebagian besar panel aksi ke aksi dan subyek ke subyek. Hal tersebut bertujuan untuk memperkuat adegan – adegan tokoh yang banyak dengan aksi – aksi pertarungan disesuaikan dengan tema dari cerita pada komik tersebut.


(51)

31

GambarIII.17 Closure dalam komik Si Buta dari Gua Hantu

III.2.10 Penjabaran Komik Si Buta dari Gua Hantu

Setiap halaman yang terdapat dalam komik Si Buta dari Gua Hantu menggunakan alur mundur.Berikut merupakan penjabaran isi dari setiap halaman komik Si Buta dari Gua Hantu, mulai dari alur dan konsep penggambaran.

No. Halaman Keterangan

1 Ilustrasi pada cover

depan dan synopsis pada cover belakang menggambarkan

rangkuman dari isi cerita


(52)

32

2 Pada halaman

selanjutnya merupakan judul, pengarang dan penerbit sebagai pembuka halaman, selanjutnya ada pula hak cipta penerbit

3 Bagian pertama pada

Halaman 1 diawali dengan legenda Si Mata Malaikat

4 Cerita berlanjut pada

Barda yang tengah terkapar di dalam sebuah Gua

5 Bagian Kedua pada

Halaman 3 - 8, Alur menjadi mundur, bercerita Dimulai dari Si Mata Malaikat yang datang dan berbuat onar di Perguruan Elang Putih. Ia bertujuan


(53)

33 untuk membunuh Paksi Sakti. Cerita tersebut adalah awal dimulainya sebuah konflik dalam cerita

6 Bagian ketiga terdapat

pada halaman 9 – 16 Akibat dari kejadian tersebut murid – murid pun marah dan berniat balas dendam tetapi di cegah oleh Paksi Sakti yang ternyata memiliki tujuan tersendiri


(54)

34

7 Pada Halaman 17 Alur

kembali pada Si Buta saat terkapar di Gua dan mengingat kejadian yang lalu hingga transisi pada Bagian Berikutnya


(55)

35

7 Bagian Ketiga adalah

Bagian Klimaks dari cerita ini terdapat pada halaman 18 – 29, Alur kembali mundur, bercerita tentang pertarungan antara Barda melawan Si Mata Malaikat. Banyak memperlihatkan aksi – aksi silat.


(56)

36

8 Bagian Keempat 30 –

36 dimana Si Mata Malaikat telah kalah dan membongkar semua tujuanya, hingga memberikan Ilmunya pada Barda. Cerita terus

berlanjut sampai seseorang yang misterius menyerang Barda dan jatuh kedalam sebuah Gua Hantu


(57)

37

9 Bagian terakhir terdapat

di halaman 37 – 43

Bercerita tentang kejadian setelah jatuh kedalam gua dimana Barda menemukan ajian langka untuk keluar dari gua tersebut. Cerita


(58)

38 diakhiri dengan Barda yang keluar dari gua tersebut sebagai “Si Buta dari Gua Hantu”


(1)

33 untuk membunuh Paksi Sakti. Cerita tersebut adalah awal dimulainya sebuah konflik dalam cerita

6 Bagian ketiga terdapat

pada halaman 9 – 16 Akibat dari kejadian tersebut murid – murid pun marah dan berniat balas dendam tetapi di cegah oleh Paksi Sakti yang ternyata memiliki tujuan tersendiri


(2)

34

7 Pada Halaman 17 Alur

kembali pada Si Buta saat terkapar di Gua dan mengingat kejadian yang lalu hingga transisi pada Bagian Berikutnya


(3)

35

7 Bagian Ketiga adalah

Bagian Klimaks dari cerita ini terdapat pada halaman 18 – 29, Alur kembali mundur, bercerita tentang pertarungan antara Barda melawan Si Mata Malaikat. Banyak memperlihatkan aksi – aksi silat.


(4)

36

8 Bagian Keempat 30 –

36 dimana Si Mata Malaikat telah kalah dan membongkar semua tujuanya, hingga memberikan Ilmunya pada Barda. Cerita terus

berlanjut sampai seseorang yang misterius menyerang Barda dan jatuh kedalam sebuah Gua Hantu


(5)

37

9 Bagian terakhir terdapat

di halaman 37 – 43

Bercerita tentang kejadian setelah jatuh kedalam gua dimana Barda menemukan ajian langka untuk keluar dari gua tersebut. Cerita


(6)

38 diakhiri dengan Barda yang keluar dari gua tersebut sebagai “Si Buta dari Gua Hantu”