Riska Padmi Dwi Utami, 2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT
BERDASARKAN TDM-IAE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut Whitten, 2008, hlm. 3. Sebagian
besar siswa menganggap kimia sebagai suatu hal yang sangat sulit, abstrak, matematikal dan hanya dapat dimengerti oleh siswa yang cerdas Gabel dalam
Chittleborough, 2004, hlm. 1. Akibatnya, sikap negatif siswa muncul mengenai ilmu kimia, yaitu siswa menganggap kimia sebagai pelajaran yang membosankan.
Stocklmayer Gilbert dalam Chittleborough, 2004, hlm. 1. Johnstone dalam Jansoon Samsook, 2009, hlm. 149 mengemukakan
bahwa untuk memahami ilmu kimia, siswa harus menguasai ilmu kimia pada tiga level representasi, yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Level
makroskopik menunjukkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di laboratorium yang dapat diamati langsung
dengan menggunakan alat indera. Level submikroskopik menunjukkan suatu penjelasan proses kimia dari fenomena-fenomena yang terjadi di alam maupun
yang dipelajari di laboratorium dalam bentuk susunan dan gerakan molekul, atom, atau partikel sub atom. Level simbolik merupakan representasi yang berupa
simbol-simbol kimia, rumus, dan persamaan reaksi Wu, Krajcik, Soloway, 2001, hlm. 821. Tiga level representasi ini saling terikat dan ketiganya
berkontribusi membangun pengertian dan pemahaman siswa yang tercermin dalam model mental siswa itu sendiri Chittleborough, 2002, hlm. 44.
Model mental merepresentasikan ide-ide dalam pikiran seseorang yang dia gunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Ketika
mempelajari ilmu kimia, siswa membangun model mental mereka sebagai hasil dari pemahaman saat pembelajaran Harrison Treagust dalam Jansoon
Samsook, 2009, hlm. 147. Artinya, siswa membangun model mental mereka sendiri ketika mereka belajar dan mencoba untuk memahami pengetahuan ilmiah
selama proses pembelajaran. Jika siswa memahami peran masing-masing level
2
Riska Padmi Dwi Utami, 2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT
BERDASARKAN TDM-IAE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
representasi kimia dan dapat mempertautkannya, mereka dapat memahami konsep secara utuh. Hal itu berarti mereka mampu menghasilkan penjelasan yang dapat
dimengerti, sehingga mengurangi miskonsepsi Treagust, Chittleborough, Mamiala, 2003, hlm. 1355.
Pada kenyataannya, sebagian besar siswa memiliki model mental yang tidak utuh. Mereka tidak dapat mempertautkan ketiga level representasi kimia dalam
memahami suatu konsep. Boo dan Gabel dalam Chittleborough, 2004, hlm. 17 mengungkapkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempertautkan satu
level representasi ke level representasi yang lain. Ketika siswa ditanya mengenai suatu fenomena kimia, misalnya fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, mereka tidak bisa menjelaskan bagaimana terjadinya fenomena tersebut secara utuh, yaitu bagaimana keterkaitan makroskopik, submikroskopik,
dan simboliknya. Oleh sebab itu, kimia sering disebut mata pelajaran yang sulit untuk dipahami Sirhan, 2007, hlm. 2. Ketika siswa gagal dalam menghubungkan
ketiga level representasi kimia maka konsep yang mereka pahami akan terfragmentasi dan mungkin hanya mempelajari konsep pada permukaannya
sehingga cenderung dihafal oleh siswa Gabel dalam Marie, 2003, hlm. 3. Lythcott Robinson dalam Jansoon Samsook, 2009, hlm. 151
menyatakan bahwa siswa hanya dapat menyelesaikan persoalan kimia dengan menggunakan rumus dan persamaan matematika. Untuk memperoleh jawaban
yang benar, siswa biasanya menghafal persamaan matematika dan memasukkan angka-angka, daripada mencoba untuk menyelesaikan persoalan dengan
menggunakan konsep-konsep kimia dasar Robinson dalam Jansoon Samsook, 2009, hlm. 151. Bunce dkk. dalam Jansoon Samsook, 2009, hlm. 151
mengemukakan bahwa siswa seringkali mampu menyelesaikan persoalan kimia level simbolik saja, tetapi hal ini bukan berarti mereka benar-benar memahami
konsep kimia yang berkaitan dengan materi pada soal yang diujikan. Guru perlu mengetahui profil model mental yang dimiliki siswa. Profil model
mental siswa memberikan informasi tentang susunan atau kerangka konsep yang dimiliki siswa. Dengan mengetahui profil model mental siswa, guru dapat
mengetahui miskonsepsi, troublesome knowledge, dan threshold concept yang dialami oleh siswa untuk menentukan strategi yang akan digunakan dalam proses
3
Riska Padmi Dwi Utami, 2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT
BERDASARKAN TDM-IAE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran sehingga setelah belajar kimia, siswa dapat memiliki konsep yang utuh dan mengurangi miskonsepsi.
Model mental seseorang tidak mudah untuk diketahui karena model mental merupakan representasi kognitif pribadi yang bersifat unik dan individual
sehingga model mental sulit untuk dieksplorasi, sulit untuk dipahami dan sulit untuk digambarkan Coll dan Treagust, 2002, hlm. 464-465. Menurut Franco
Colinvaux dalam Wang, 2007, hlm. 22 model mental bersifat dinamis dan berkelanjutan, generatif, melibatkan pengetahuan tersembunyi, serta dibatasi oleh
world-view siswa. Sifat dinamis dan berkelanjutan menyebabkan model mental akan mengalami modifikasi bila ada informasi baru yang didapatkan. Model
mental bersifat generatif artinya dapat mengarahkan siswa kepada informasi baru dan memanfaatkannya untuk meramalkan dan memberikan penjelasan Wiji,
2014. Oleh karena itu, untuk menggali model mental siswa perlu digunakan suatu teknik untuk dapat memperoleh informasi model mental siswa secara optimal.
Pada penelitian ini digunakan Tes Diagnostik Model Mental Interview About Event TDM-IAE untuk menggali model mental siswa. TDM-IAE merupakan
salah satu tes diagnostik melalui serangkaian pertanyaan wawancara dengan menyajikan suatu masalah atau fenomena. Pemilihan teknik ini dikarenakan
dengan wawancara, interviewer dapat menggali pemahaman siswa secara mendalam Taber dalam Tan, 2000, hlm. 49. Selain itu, jika informasi yang
diberikan siswa kurang jelas maka peneliti dapat meminta penjelasan lebih rinci sehingga TDM-IAE dapat menggali keutuhan konsep siswa Marantika, 2014,
hlm. 3. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa siswa memiliki
kesulitan yang cukup besar pada materi asam basa, yaitu tidak dapat menjelaskan secara akurat konsep asam basa, seperti pH, netralisasi, kekuatan asam, dan
deskripsi teori asam basa. Selain itu, sebagian besar siswa tidak bisa menghubungkan konsep pada larutan sebenarnya. Kesulitan siswa berasal dari
kurangnya pemahaman beberapa konsep kimia dasar, seperti sifat perubahan kimia dan sifat partikel materi Sheppard, 2006, hlm. 32. Oleh karena itu, pada
penelitian ini, profil model mental siswa yang digali oleh peneliti dengan menggunakan TDM-IAE adalah profil model mental siswa pada materi titrasi
4
Riska Padmi Dwi Utami, 2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN TITRASI ASAM LEMAH OLEH BASA KUAT
BERDASARKAN TDM-IAE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
asam basa. Titrasi asam basa merupakan salah satu metode penentuan kadar suatu larutan asam atau basa berdasarkan reaksi netralisasi. Topik reaksi asam basa
merupakan topik materi yang membutuhkan pemahaman yang terintegrasi dari berbagai konsep kimia dasar Heck, Kedzierska, Roger, Chmurska, 2010, hlm.
1. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan suatu penelitian
mengenai profil model mental siswa pada pokok bahasan titrasi asam basa yang diungkap melalui Tes Diagnostik Model Mental Model Interview About Event
TDM-IAE.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian