and an image of the quantity of it use in patients with TBC in RSUD “Y” in 2010 and 2011, measured by using DU90 method.
This research was observational non experimental. Data were collected retrospectively and the results described descriptively with the technique of the
sample in total of sampling. Antituberculosis use data were obtained from pharmacy installation while outpatients visited data were obtained from medical
record installation in RSUD “Y”.
Based on DU90 criteria, quantity profile of Antituberculosis in 2010 was 4682,01 tablets and it increase in 2011 was 74951,6 tablets. Quantity
utilization of OAT which to be on DU90 segment in 2010 include Ethambutol 23,90, Pirazinamid 23,41, INH 17,63, Rifampisin 16,08 and FDC
RHZE 11,68. Whereas in 2011 INH 27,32, Rifampisin 25,75, Ethambutol 23,12, and Pirazinamid 18,70.
Key Word : DU90, TBC, Antituberculosis, RSUD ”Y”.
I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar 80 menyerang paru-paru
Kemenkes RI, 2005. Tuberkulosis telah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di dunia, terutama di Indonesia. Sekitar sepertiga penduduk dunia
diperkirakan telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dengan 539.000 kasus baru dan 101.000 kematian setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia,
jumlah pasiennya sekitar 10 dari total jumlah pasien TB di dunia sehingga menjadi negara ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina Kemenkes RI,
2007. Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi
dua kategori utama. Obat-obat “pilihan pertama” menggabungkan tingkat efikasi terbesar dengan suatu derajat toksisitas yang dapat diterima. Kategori ini meliputi
isoniazid, rifampin, etambutol, streptomisin, dan pirazinamid. Sebagian pasien tubekulosis berhasil ditangani dengan obat-obat ini. Namun, tambahan obat
“pilihan kedua” terkadang terpaksa digunakan karena terjadi resistensi mikroba. Kategori obat ini mencakup ofloksasin, siprofloksasin, etionamid, asam
aminosalisilat, sikloserin, amikasin, kanamisin, dan kapreomisin Goodman dan Gilman, 2007.
2
Metode Drug Utilization 90 DU90 menjelaskan pola dari penggunaan obat. DU90 merupakan perkembangan original dengan tujuan
untuk membuat pengelompokan data statistik obat pada pengeluaran obat yang digunakan untuk penilaian kualitas. Terfokus pada obat yang jumlahnya 90 dari
jumlah obat yang digunakan dan mengikuti Standart Guidelines. Metode DU90 membuktikan penggunaan untuk perbandingan internasional dari penggunaan
obat dan pola peresepan oleh dokter. WHO, 2006. Penelitian dari Blázquez et al., 2003 mengenai tren penggunaan OAT
di Spanyol pada tahun 1993-1998, obat yang paling banyak digunakan selama periode tersebut adalah Rifinah kombinasi Rifampisin dan INH. Pada tahun
1993, persentasenya 41,2 yang kemudian menurun menjadi 34,5 pada tahun 1998. Rifampisin dan Etambutol merupakan persentase penggunaan tertinggi
setelah Rifinah dengan persentase 18 dan 15 berturut-turut. Sedangkan dari penelitian Rahma 2007 mengenai Studi Penggunaan Obat pada Pasien
Tuberkulosis Paru di IRNA I RSU Dr. Saiful Anwar Malang, profil pengobatan dan obat-obat yang digunakan antara lain : TB kasus lama menggunakan RHZE
31,8 pasien dan RH 11,6 pasien, dan TB kasus baru menggunakan RHZE 50,0 pasien; RHZS 2,7 pasien; RHE 2,7 pasien dan
RHZE adjuvan 2,7 pasien. Dengan menggunakan metode yang berbeda, berdasarkan penelitian dari
Astuti 2010, OAT yang digunakan di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2009 adalah OAT KDT sebesar 65,91 dan OAT Kombipak sebesar
34,09. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan OAT dengan menggunakan metode DU90. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui perubahan profil penggunaan OAT serta gambaran kuantitas penggunaannya pada pasien TBC di RSUD Dr. Moewardi pada tahun
2010 dan 2011 apabila diukur dengan menggunakan metode DU90.
II. METODE PENELITIAN