faktor non alam, dan faktor sosial yang mengakibatkan korban jiwa, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan dan juga
mengakibatkan dampak
psikologis bagi korbannya. Menurut PU No : 22PRTM2007, tingkat
kerawanan adalah
ukuran yang
menyatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya kemungkinan suatu
kawasan atau zona dapat mengalami bencana
kebakaran yang
diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik
alamiah dan tingkat kerawanan karena aktifitas
manusia. Kerawanan
kebakaran permukiman merupakan kondisi pada area permukiman yang
memiliki dampak
kerusakan permukiman akibat adanya penjalaran
api yang disengaja maupun tidak disengaja dan dapat merugikan harta
benda, korban jiwa yang disebabkan beberapa faktor potensi kebakaran
seperti kepadatan penduduk, kualitas bangunan yang buruk, konsetling
listrik dan aktifitas internal lainnya.
3. Metode Penelitian
Penentuan sampel
yang ada
di lapangan dengan tujuan yaitu dapat
mempersingkat waktu dan lebih efisien karena tidak semua blok permukiman
akan diteliti di lapangan. Metode penentuan sampel yang dilakukan
dalam penelitian
ini yaitu
menggunakan metode
stratified random sampling yang mana dalam
menentukan sample di lakukan secara acak dengan didasarkan pada strata
yang telah dibuat secara acak dengan proporsi sesuai jumlah pada masing-
masing strata.
Metode dalam analisis penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif
dengan pendekatan berjenjang, metode ini
merupakan metode
yang menggunakan pemberian harkat dan
perhitungan skor
pada setiap
parameternya untuk
menentukan agihan tingkat kerawanan kebakaran
dan faktor yang dominan yang
mempengaruhi tingkat
kerawanan kebakaran. Variabel yang digunakan
adalah variabel
kepadatan permukiman,
pola permukiman,
kualitas bahan bangunan permukiman, lebar
jalan masukpermukiman,
pelanggan listrik, aktivitas internal permukiman dan sumber air.
Buffering untuk jarak sumber air dan jarak kantor pemadam kebakaran..
Proses buffer
digunakan untuk
memberi jarak pada sumber air dan kenator pemadam kebakaran dengan
permukiman.
Skoring Proses pengharkatan semua variabel, pengharkatan mengacu
pada penelitian Wisnu Widyatmadja 2014. Penelitian ini menggunakan 8
variabel yaitu : Pola
permukiman Dapat
diartikan sebagai keteraturan bangunan dalam satu blok permukiman yang
sejajar dengan jalan dengan pola dan bentuk yang sama. Berikut ini adalah
klasifikasi dan herkat variabel pola permukiman dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Klasifikasi dan harkat variabel pola permukiman
Kelas Harkat
Keterangan Teratur
1 60 bangunan
permukiman sejajar dengan jalan dan
bentuk rumah relatif seragam
Agak teratur
2 40 - 60 bangunan
sejajar dengan jalan dan bentuk rumah
agak seragam
Tidak teratur
3 40 bangunan
sejajar dengan jalan dan bentuk rumah
tidak seragam
Sumber : Suharyadi 2000, dalam Wisnu Widyatmadja 2014
Kepadatan permukiman Dapat diartikan sebagai perbandingan luas
bangunan dengan
luas blok
permukiman. Kepadatan permukiman digunakan untuk menghitung jumlah
bangunan yang terdapat pada setiap unit
blok permukiman,
sehingga penilaian
atau harkat
kepadatan permukiman berdasar pada kepadatan
suatu permukiman terhadap satu blok permukiman. Berikut ini adalah rumus
dan klasifikasi dan harkat variabel kepadatan permukiman dalam Tabel
1.2. Kepadatan permukiman :
∑ ∑
x 100
Tabel 1.4 Klasifikasi dan harkat variabel kepadatan permukiman
Kelas Harkat
Keterangan Baik
1 Kepadatan rumah pada unit
permukiman 40 jarang Sedang
2 Kepadatan rumah pada unit
permukiman 40-60 sedang
Buruk 3
Kepadatan rumah pada unit permukiman 60 padat
Sumber : Ditjen Cipta Karya 1985 dalam Herlina 2004
Kualitas bahan
bangunan adalah
bahan atau materi yang
digunakan dalam suatu bangunan pada permukiman, kualitas bahan bangunan
dapat diartikan sebagai kualitas bahan bangunan dalam blok permukiman,
dalah hal ini diteliti berdasarkan atap, dinding dan lantai. Berikut ini adalah
klasifikasi dan harkat variabel kualitas bahan bangunan permukiman dalam
Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Klasifikasi dan harkat variabel kualitas bahan bangunan permukiman
Kelas Harkat
Keterangan Permanen
1 75 bangunan dibuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar
Semi Permanen
2 50-75 bangunan dibuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar
Non Permanen
3 50 bangunan dibuat
dari bahan yang tidak mudah terbakar
Sumber : Suharyadi 2000 dalam
Wisnu Widyatmadja 2014
Lebar jalan
masuk dapat
diartikan sebagai kapasitas jalan dalam hal menampung banyaknya kendaraan
yang melintas di ruas jalan tersebut. Dalam penelitian ini didasar pada bisa
atau tidaknya
mobil pemadam
kebakaran dapat menjangkau ke daerah tersebut. Berikut ini adalahklasifikasi
dan harkat variabel lebar jalan masuk dalam Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Klasifikasi dan harkat variabel lebar jalan masuk
Kelas Harkat
Keterangan Baik
1 Lebar jalan 6 meter, atau
dengan asumsi dapat dilalui mobil pemadam kebakaran
besar dengan leluasa
Sedang 2
Lebar jalan 3-6 meter, atau dengan asumsi dapat dilalui
mobil pemadam kebakaran kecil
Buruk 3
Lebar jalan 3 meter, atau dengan asumsi dapat dilalui
mobil pemadam kebakaran kecil
Sumber : Herlina Sri Martanti 2004
Pelanggan listrik dapat diartikan sebagai pada satuan blok permukiman
mana saja yang berlangganan listrik ke PLN, jadi dianalisis pada setiap blok
permukiman yang berlangganan listrik dari
PLN maupun
yang tidak
berlangganan listrik secara ilegal. Berikut ini adalah klasifikasi dan
harkat variabel
pelanggan listrik
terhadap blok permukiman dalam Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Klasifikasi dan harkat variabel pelanggan listrik
terhadap blok permukiman
Kelas Harkat
Keterangan Baik
1 50 blok Permukiman
yang berlangganan listrik ke PLN
Sedang 2
25-50 blok Permukimanyang
berlangganan listrik ke PLN
Buruk 3
25 blok Permukimanyang
berlangganan listrik ke PLN
Sumber : Wisnu
Widyatmadja 2014 Variabel
aktivitas internal
mengacu pada fungsi bangunan pada blok
permukiman yang
dalam kegiatannya memiliki potensi terhadap
terjadinya kebakaran. Berikut ini adalah klasifikasi dan harkat variabel
aktivitas internal dalam Tabel 1.6.
Table 1.6 Klasifikasi dan harkat variabel aktivitas internal
Kelas Harkat
Keterangan Baik
1 50 bangunan pada blok
permukiman merupakan bangunan rumah untuk
tempat tinggal
Sedang 2
25-50 bangunan pada blok permukiman
merupakan bangunan rumah untuk tempat tingal dan
selebihnya digunakan untuk bengkel, pabrik dan dagang
Buruk 3
25 bangunan pada blok Permukiman merupakan
bangunan rumah untuk tempat tinggal dan
selebihnya digunakan untuk bengkel, pabrik dan dagang
Sumber : Herlina Sri Martanti 2004
Sumber air dapat diartikan titik atau lokasi jangkauan keberadaan
lokasi sumber air yang digunakan untuk pengambilan air pengisian
ulang bagi unit pemadam kebakaran dalam hal penanganan kebakaran.
Berikut ini adalah klasifikasi dan harkat variabel sumber air terhadap
blok permukiman dalam Tabel 1.7.
Tabel 1.7. Klasifikasi dan harkat variabel sumber air terhadap blok permukiman
Kelas Harkat
Keterangan Dekat
1 500 m, dengan asumsi
waktu yang dibutuhkan dari sumber air ke lokasi
kebakaran cepat
Sedang 2
500-2000 m, asumsi waktu yang dibutuhkan dari sumber
air ke lokasi kebakaran sedang
Jauh 3
2000 m, asumsi waktu yang dibutuhkan dari sumber air ke
lokasi kebakaran jauh
Sumber : Wisnu
Widyatmadja 2014 Jarak
kantor pemadam
kebakaran dapat diartikan sebagai variabel
yang digunakan
untuk mengetahui seberapa cepat kedatangan
unti pemadam kebakaran dalam upaya pemadaman api yang harus dilakukan
apabila telah
terjadi peristiwa
kebakaran. Penentuan
keefektifan suatu
unit pemadam
kebakaran terhadap bencana kebakaran dengan
menggunakan buffer. tekhnik buffer dapat melihat jangkauan jarak tiap unit
pemadam kebakaran.
Berikut ini
adalah klasifikasi dan harkat variabel jarak kantor pemadam kebakaran
terhadap blok permukiman dalam Tabel 1.8.
Tabel 1.8 Klasifikasi dan harkat variabel jarak kantor pemadam kebakaran
terhadap blok permukiman
Kelas Harkat
Keterangan Baik
1 Jarak 1.500 meter
Sedang 2
Jarak antara 1.500 – 3.000
meter Buruk
3 Jarak 3.000 meter
Sumber : Herlina Sri Martanti 2004
4. Hasil dan Pembahasan