BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi atau biasa pula dikenal dengan human factors mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya
telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergos kerja dan Nomos
hukum alam dan dapat didefisinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan.
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja. Nurmianto, 2003. Menurut Sutalaksana 1979, untuk menciptakan hasil yang optimal
dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk
mendapatkan informasi-informasi
ini, telah
dilakukan penyelidikan.
Penyelidikan tersebut dilakukan menurut empat kelompok besar, yaitu : a. Penyelidikan tentang display.
Yang dimaksud penyelidikan tentang display adalah bagian
lingkungan yang mengkomunikasikan keadaanya kepada manusia. Sebagai
contoh, jika ingin mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang dikemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan
mengetahui kecepatan sepeda motor. b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas
tersebut. Dimana
penyelidikan ini
banyak berhubungan
dengan Biomekanika.
c. Penyelidikan mengenai tempat kerja. Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai dengan dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomi
anthropometri d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi
lingkungan kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.
Berdasarkan dengan bidang-bidang penyelidikan tersebut, maka melibatkan sejumlah disiplin dalam ilmu ergonomi yaitu :
a. Anatomi dan fisiologi : struktur dan fungsi pada manusia.
b. Anthropometri
: ukuran-ukuran tubuh manusia.
c. Fisiologi psikologi
: sistem saraf otak. d.
Psikologi eksperimen : perilaku manusia. Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi
di bidang industri. Inputnya dapat berupa manusia yang tidak aman dalam bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman dan ada hubungan
manusia mesin yang tidak ergonomi. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan keselamatan pekerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan
pekerja pada muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja. Keluham muskuloskeletal merupakan
keluhan-keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dan waktu yang cukup lama, maka akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusaka pada sendi ligamen dan tendon. Keluhan hingga
kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal disordiers MSDs atau cidera pada sistem muskuloskeletal Grandjean, 1993.
Studi MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot
rangka skeletal yangg meliputi otot leher, bahu, lengan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantar keluhan otot skeletal tesebut,
yang banyak dialami pekerja adalah otot bagian pinggang Low Back Pain = LBP. Laporan dari The Bureauof Labour Statistic LBS Departemen Tenaga
Kerja Amerika Serikat yang dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukan
bahwa hampir 20 dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25 biaya kmperensi yang dikeluarkan sehubungan adanya keluhansakit pninggang.
Sementara itu National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung yaitu 22 dari
1.700.000 kasus Waters,et al, 1996. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot
skeletal yaitu Peter, 2000: a. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
b. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
sperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut dan sebagainya. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban
kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relasasi. c. Sikap kerja yang tidak alamiah
Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alaamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat
gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996;
Waters and Andeson, 1996 dan Manuaba, 2000.
2.2. Postur dan Pergerakan Kerja