Cumulative Trauma Disorders CTD Tinjauan Pusataka

2.4. Cumulative Trauma Disorders CTD

Cumulative Trauma Disorders dapat juga disebut sebagai Repetitive Motion Injuries atau Musculoskeletal Disorders adalah cidera pada sistem kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu desain alat sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas handtools atau alat lainnya yang terlalu sering. Empat faktor penyebab timbulnya CTD adalah : a. Penggunaan gaya yang berlebihan. b. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada dalam posisi normal. Misalnya, bahu yang terlalu terangkat ke atas, lutu yang terlalu naik, punggung terlalu membungkuk dan lain-lain. c. Perulangan gerakan yang sama terus menerus. d. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma sendi. Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain adalah terasa sakit atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi pembengkakan. Jika gejala ini dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen Niebel dan Frevaldi, 1999. CTD merusak sistem saraf Musculoskeletal yaitu urat saraf nervers, otot, tendon, ligamen, tulang dan tulang sendi joint pada pergerakan extrem dari tubuh bagian atas bahu, tangan, siku, pergelangan tangan, tubuh bagian bawah pinggul, lutut, kaki dan bagian belakang leher dan punggungbadan. Punggung, leher dan bahu merupakan bagian yang rentan terkena CTD, penyakit yang diakibatkan adalah nyeri pada tengkukbahu cervical synddrome, nyeri pada tulang belakang yang disebut Chronic Low back Pain. Pada tanga dan pergelangan tangan terjadi penyakit trigger finger tanga bergetar, Raynaud’s syndrome vibrasion white finger dan carpal tunnel syndrome Tayyari, 1997. 2.5. Rapid Upper Limb Assesment RULA 2.5.1 Definisi RULA Rapid Upper Limb Assesment RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari universitas di Nottingham University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics. Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993 Lueder, 1996. Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan alam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas McAtamney, 1993. Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang repetitive starain injuries. Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar berbahaya untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin Lueder, 1996 . RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat tersebut memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan aktivitas yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia internasional beberapa tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work Related Upper Linb Disorders WRULD.

2.5.2 Perkembangan RULA

Metode ini sudah dikembangkan dalam industri garmen, dimana pengukuran dilakukan pada operator yang melakukan tugas-tugasnya, termasuk memotong pada saat berdiri pada meja pemotong, menjalankan mesin dengan menggunakan salah satu mesin jahit, kliping, operasi pengawasan dan pengepakan. Metode ini menggunakan gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko. Faktor tersebut menurut McPhee dosebut sebagai faktor beban eksternal external load factor. Hal ini mencakup McPhee, 1987: a. Jumlah gerakan b. Kerja otot statis c. Kekuatan atau tenaga d. Postur-postur kerja yang digunakan e. Waktu yang digunakan tanpa adanya istirahat Selain faktor-faktor ini, McPhee juga mengajukan beberapa faktor penting lainnya yang mempengaruhi beban, namun akan sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini meliputi postur kerja yang dilakukan, penggunaan otot yang statis yang perlu atau yang tidak perlu tenaga, kecepatan dan keakuratan gerakan, frekuensi dan durasi istirahat yang duilakukan oleh operator. Disamping itu ada faktor yang akan merubah respon individu terhadap beban tertentu yaitu faktor individual seperti usia dan pengalaman, faktor lingkungan tempat kerja dan variabel-variabel psikososial. RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai berikut: a. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara cepat, terutama pemeriksaan paparan exposure terhadap resiko gangguan tubuh bagian atas yang disebabkan karena bekerja. b. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan postur kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan repetitve yang mengakibatkan kelelahan otot. c. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau pengukuran ergononmi yang mencakup faktor-faktor fisik, epidomiologis, mental, lingkungan dan faktor organisional dan khususnya mencegah terjadinya gangguan pada tubuh atas akibat kerja. RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemrikasaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemriksaan RULA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan untuk perekaman atau pencatatn postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan sistem penskoran scoring dan ketiga adalah pengembangan sakla level tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap level resiko dam kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci. Penilaian menggunakan RULA merupakan metode yang telah dilakukan oleh Mcatamney dan Corlett 1993. Tahap-tahap menggunakan metode RULA adalah sebagai berikut : Tahap 1 : Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja Untuk menGhasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian, yaitu grup Adan grup B. Grup A meliputi lengan atas da lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pmeriksaan. Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian- bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur kerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Sistem penskoran scoring pada setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital. Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja. Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al, Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt. Skor-skor tersebut adalah: 1 Untuk 20° extension hingga 20° flexion 2 Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion 3 Untuk 45° - 90° flexion 4 Untuk 90° flexion atau lebih Keterangan:  + 1 jika pundakbahu ditinggikan  + 1 jika lengan atas abdusted  -1 jika operator bersndar atau bobot lengan ditopang Gambar 2. 5 Range pergerakan lengan atas a postur alamiah,b postur extension dan flexion,c postur lengan atas flexion Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan Tichauer. Skor tersebut adalah:  1 untuk 60° - 100° flexion  2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion Keterangan: + 1 jika lengan bekerja melintasi garis tengah badan atau keluar dari sisi Gambar 2.6 Range pergerakan lengan bawah a postur flexion 60° - 100°, b postur alamiah dan c postur 100° + Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:  1 untuk berada pada posisi netral  2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension  3 untuk 15° atau lebih flexionmaupun extension Keterangan: +1 jika pergelangan tangan berada pada deviasi radial maupun ulnar Gambar 2.7 Range pergerakan pergelangan tangan a, b postur flexion 15° +, c postur 0 - 15° flexion maupun extension, d postur extension 15° + Putaran pergerakan tangan pronation dan supination yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:  +1 jika pergelangan tangan berada pda rentang menengah putaran  +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang putaran Gambar 2.8 Range pergerakan putaran pergelagan tangan, a postur alamiah dan b postur putaran pergelangan tangan 0° Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:  1 untuk 0 - 10° flexion  2 untuk 10 - 20° flexion  3 untuk 20° atau lebih flexion  4 jika dalam extention Gambar 2.9 Range pergerakan leher a postur alamiah, b postur 10 - 20° flexion, c postur 20° atau lebih flexion d postur extention Apabila leher diputar atau dibengkokkan Keterangan : +1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke kanan atau kiri. Gambar 2.10 Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan a postur alamiah, b postur leher diputar, c postur leher dibengkokkan. Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et al:  1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90° atau lebih  2 untuk 0 - 20° flexion  3 untuk 20° - 60° flexion  4 untuk 60° atau lebih flexion Gambar 2.11 Range pergerakan punggung a postur 20° - 60° flexion, b postur alamiah, c postur 0° - 20° flexion, d postur 60° atau lebih flexion Punggung diputar atau dibengkokkan Keterangan:  +1 jika tubuh diputar  +1 jika tubuh miring kesamping Gambar 2.12 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan a postur alamiah, b postur punggung diputar, c postur punggung dibengkokkan. Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:  +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.  +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.  +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata. Gambar 2.13 Range pergerakan kaki a kaki tertopang, bobot tersebar merata, b kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata. Tahap 2 : Perkembnagan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor unutk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A. Tabel 2.1 Skor Postur Kelompok A Pergelangan tangan 1 2 3 4 PP PP PP PP Lengan Atas Lengan Bawah 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 4 4 2 1 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 1 3 3 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 1 4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4 5 6 6 1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 6 7 7 5 3 6 6 6 7 7 7 7 8 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 8 8 8 8 8 9 9 9 6 3 9 9 9 9 9 9 9 9 Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok B yaitu leher, punggung badan dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk masing- masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk memperoleh skor B. Tabel 2.2 Skor Postur Kelompok B Punggung 1 2 3 4 5 6 kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 3 4 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan berdasarkan penelitian Durry, yaitu sebagai berikut : Skor untuk penggunaan otot :  + 1 jika postur statis dipertahankan dalam waktu 1 menit atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dati 4 kali dalam 1 menit.  Penggunaan tenaga beban dikembangkan berdasarkan penelitian Putz- Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut : o 0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan. o 1 jika beban sesekali 2-10 kg o 2 jika beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang. o 2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 kg. o 3 jika beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis atau berulang. o 4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat. Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B diukur da dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai berikut:  Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga beban untuk kelompok A = skor C  Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga beban untuk kelompok B = skor D. Gambar.2.14 Perhitungan RULA Tahap 3 : Pengembangan Grand Score dan Daftar Tindakan Setiap kombinasi skor C dan skor D diberikan rating yang disebut grand score, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand score diperoleh dari tabel berikut ini: Tabel 2.3 Grand Score Grand Score Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor C 1 2 3 4 5 6 7+ 1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6 5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C = Skor A + Otot + Tenaga Skor C Tenaga Otot Tabel A Otot Grand Score Skor D Tenaga Tabel B + + + + = = Lenga atas Lengan bawah Putuaran Pergelangan Punggung Leher Kaki Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level tindakan action level sebagai berikut: Action level 1 Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama. Action level 2 Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan. Action level 3 Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segera dilakukan. Action level 4 Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera saat itu juga.

2.6. Tinjauan Pusataka

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada laporan tugas akhir dari : 1. Ratih Setyaningrum NIM 00.522.263 Universitas Islam Indonesia UII Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Jogjakarta dengan judul : Analisa Postur Kerja dan Perancangan Dimensi Tempat Kerja Berdasarkan Prinsip-Prinsip Ergonomi Dengan Menggunakan Metode RULA, membahas tentang kondisi dan sikap tenaga kerja dalam melakukan aktivitas kerja terutama dalam penggunaan material secara manual Manual Material Handling pada industri pembuatan patung. Postur kerja dianalisa dengan menggunakan metode RULA yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, punggung dan kaki dengan cara merekam postur kerja tenaga kerja.dalam melakukan aktivitas. Pengamatan dilakukan di 6 stasiun, dari 6 stasiun kerja yaitu stasiun kerja pembuatan pola terdapat 10 postur kerja yang berbahaya, stasiun pembentukan pola terdapat 20 postur yang berbahay, stasiun perakitan komponen pola tedapat 60 postur berbahaya, stasiun kerja perendaman terdapat 80 postur berbahaya sedangkan pada stasiun kerja finishing tidak terdapat postur yang berbahaya, hanya diperlukan pemeriksaaan dan dilkakukan perubahan segera. 2. Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri UMS dengan judul Evaluasi Fasilitas Kerja Bagian Finishing Perusahaan Mebel Dengan Metode Rapid Upper Limb Assessment RULA. Membahas mengenai postur kerja dengan melakukan pengamatan pada 2 elemen pekerjaan yaitu pengamplasan dan penyemprotan. Hasil penelitian dengan grand score bagian pengamplasan 4 dan bagian penyemprotan 4, merupakan action level 2 yang menunjukkan bahwa membutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan perubahan postur kerja mungkin diperlukan. 3. Indah Pratiwi, R. Kusbimantoro Setyojati dengan judul Analisis Postur Kerja Pada Drafter Interior Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment RULA. Mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak baik bagi drafter interior. Pengamatan dilakukan pada 1 elemen pekerjaan yaitu menggambar. Hasil penelitian dengan grand score bagian menggambar dengan meja manual dan mesin gambar terdapat 4 kondisi yang diamati, nilai grand skor terkecil yaitu pada kondisi 1, yaitu kondisi meja gambar dengan sudut kemiringan 45° dan tinggi tempat duduk 50 cm. Nilai action level adalah 2 artinya postur tersebut masih memerlukan investigasi lebih lanjut tetapi tidak membutuhkan perubahan secepatnya. Hasil analisis ini sebaiknya dilengkapi dengan rekomendasi postur rkerja yang ergonomis yang sesuai dengan ergonomi pekerja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan pada Home Industri pembuatan tahu di daerah , yang beralamat di Kp. Purwogondo RT. 03 RW. I, Kartasura.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam melakukan penelitian, yaitu: a. Studi Lapangan observasi Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti. Observasi dilakukan guna mendapatkan data postur tubuh tenaga kerja dengan merekam ataupun pengambilan foto dari pekerja. b. Wawancara interview Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang terkait dengan penelitian yang dilakukan, wawancara dilakukan pada sejumlah karyawan di bagian produksi. c. Studi Kepustakaan Metode pengumpulan data yang bersumber pada buku atau literatur-literatur yang mendukung jalannya penelitian.

Dokumen yang terkait

Identifikasi Postur Kerja Fisioterapis Stroke Exercise Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum XYZ dengan Pendekatan RULA (Rapid Upper Limb Assesment)

0 5 8

ANALISIS POSTUR KERJA PEMBUATAN GENTENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)(STUDI KASUS : PT. TRIKARTIKA MEGAH GENTENG BETON UNION Salatiga).

0 1 7

ANALISA PENILAIAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OVAKO WORK POSTURE ANALYSIS SISTEM (OWAS), RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT(RULA), RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA), DAN QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) (Studi kasus: Samidi Glass & Craft, Baki -Sukoharjo.).

0 7 8

STUDI COMPARATIVE PENENTUAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OVAKO WORK POSTURE ANALYSIS SISTEM (OWAS), RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT(RULA) DAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA).

0 0 7

ANALISIS POSTUR TUBUH MITRA KERJA PT. SANKYU INDONESIA INTERNASIONAL PADA AREA PVC WARE HOUSE MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) DI PT. ASAHIMAS CHEMICAL CILEGON BANTEN.

1 8 2

ANALISIS POSTUR KERJA OPERATOR DI PABRIK GENTING TANAH LIAT MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST DAN RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (Studi Kasus: Pabrik Genting Super Mantili).

1 3 10

Analisis Postur Bermain Musik Dengan Metode Rula (Rapid Upper LMB Assessment) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

ANALISIS POSTUR BERMAIN MUSIK DENGAN METODE RULA (RAPID UPPER LMB ASSESSMENT) - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

Kata kunci: Rappid Upper Limb Assessment (RULA), Biomekanika, Manual Material Handling, Postur

1 3 10

ANALISA POSTUR KERJA PADA PEWARNAAN BATIK TULIS (CELUP TRADISIONAL) DAN (CELUP MESIN) MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

0 1 10