1. Keterangan Saksi
Saksi menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan saksi
dan korban adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, danatau ia alami sendiri.
11
Memahami saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, danatau ia alami sendiri adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, danatau ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan
pengetahuannya itu.
12
Mengenai siapa yang disebut sebagai saksi, Pasal 1 butir 26 KUHAP, ditentukan :“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”.
Pasal 1 butir 26 tersebut diatas hanya menyebutkan tentang orang yang dapat memberikan keterangan. Menyimak klausula ini, tentu ditafsirkan ada orang-
orang tertentu yang tidak dapat memberikan keterangan sebagai saksi. Memang dalam KUHAP sendiri telah ditentukan mengenai pengecualian-pengecualian
11
Andi Hamzah, 1990. Pengantar Hukum Acara Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm. 162
12
Sabto Budoyo, Perlindungan Hukum Bagi Saksi dalam Proses Peradilan Pidana, Universitas Diponegoro Semarang. 2008. Hlm. 12
untuk menjadi saksi. Pengecualian-pengecualian yang dimaksud antara lain diatur dalam Pasal 168, 170 dan 171 KUHAP.
Pengecualian menjadi saksi termasuk dalam Pasal 168 KUHAP, ditentukan : a.
Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau bersama-sama sebagai terdakwa.
b. Saudara dari terdakwa atau bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau
saudara bapak, juga karena yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga.
c. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.
2. Keterangan ahli