Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK SP-36, KCl, KIESERIT DAN KOTORAN
SAPI TERHADAP JUMLAH MIKROORGANISME PADA ANDISOL
TONGKOH KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh :

ARIF IRFAN
010303023/ ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK SP-36, KCl, KIESERIT DAN

KOTORAN SAPI

TERHADAP JUMLAH MIKROORGANISME

PADA ANDISOL

TONGKOH KABUPATEN
KARO

SKRIPSI

Oleh :

ARIF IRFAN
0103030023
ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan


DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Judul Skripsi

Nama
Nim
Departemen
Minat Studi

: Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, Kcl, Kieserit Dan
Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Mikroorganisme Pada
Andisol Tongkoh Kabupaten Karo

: Arif Irfan
: 010303023
: Ilmu Tanah
: Bioteknologi Tanah

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Ir. Alida Lubis, MS
Anggota

Ir. Hardy Guchi, MP
Ketua

Mengetahui

Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
Ketua Departemen Ilmu Tanah

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah

Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

ABSTRACT

The research was aimed at studying the effect of manure application and
fertilizers to the sum of bacteria, actinomycetes and fungi. The experiment used a
factorial randomized block design with two factors and three replications. First
factor is manure application : C0: without manure ; C1: manure application 20 ton
hectare-1. Second factor is application of fertilizer : M0: no fertilizer ; M1: 85 kg
SP-36 hectare-1, 1316 kg KCl hectare-1, 875 kg Mg hectare-1 ; M2: two fold of M1
dosage ; M3: three fold of M1 dosage.
Manure was given at the first time, after a week application of fertilizer
was done. Four weeks latter sum of bacteria, actinomycetes and fungi was
counted.
The highest number of bacteria is 24,3x105 is achieved at no manure with
M1 application of fertilizer. The highest number of actinomycetes is 11,0x105 is
achieved at manure application with M2 application of fertilizer. There is no fungi
except at the manure application with M1 application of un organic application.


Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dampak pemberian pupuk
kandang sapi dan pupuk anorganik terhadap jumlah bakteri, actinomycetes dan
jamur. Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan RAK faktorial dengan 2
faktor 3 ulangan. Faktor 1 adalah pemberian pupuk kandang yaitu C0: tanpa
pemberian dan C1 pemberian pupuk kandang 20 ton/ha. Faktor 2 adalah M0: tanpa
pemberian pupuk; M1: 85 kg SP-36/ha, 1316 kg KCl/ha, 875 kg Mg/ha ; M2: dua
kali dosis M1 dan M3: tiga kali dosis M1.
Pertama sekali diberikan pupuk kandang sapi, setelah 1 minggu kemudian
diberikan pupuk anorganik. Empat minggu setelah pemberian pupuk anorganik,
dilakukan analisa jumlah mikroorganisme.
Jumlah bakteri tertinggi (24,3x105) terdapat pada tanpa pemberian pupuk
kandang sapi dengan taraf pemupukan M1. Jumlah actinomycetes tertinggi
11,0x105 terdapat pada pemberian pupuk kandang sapi dengan taraf pemupukan
M2. Jamur tidak terdapat pada semua perlakuan kecuali pada pemberian pupuk

kandang sapi dengan taraf pemupukan M1.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 25 Nopember 1982 dari
Ayahanda Alm. H. Iman Riady dan Ibunda Hj. Zulaikha. Penulis merupakan putra
ke empat dari empat bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah
Medan dan pada tahun yang sama diterima masuk di Universitas Sumatera Utara
(USU) Medan melalui jalur UMPTN. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi
pengajian Al-Bayan pada tahun 2001 sampai 2006 dan organisasi Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah pada tahun ajaran 2002 sampai 2006.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Tanjung
Pasir kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Melaksanakan penelitian

untuk skripsi di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Medan, Nopember 2007

Penulis

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan kesehatannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah menunjukkan kita
kepada jalan kebenaran.
Penulis


mengucapkan

banyak

terima

kasih

kepada

Bapak

Ir. Hardy Guchi. MP dan Ibu Ir. Alida Lubis , MS sebagai dosen pembimbing
dalam penelitian ini dan Ibu Ir. T. Sabrina, Magr. Sc yang telah banyak
memberikan saran.
Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ibunda tercinta
serta abang dan kakak tersayang serta seluruh keluarga yang telah memberikan
semangat kepada penulis. Dan tidak lupa pula kepada semua teman-temanku di
Pertanian USU Departemen Ilmu Tanah khususnya angkatan 2001 yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kesalahan baik dari segi isi maupun redaksi. Oleh karena itu, kritik dan Saran
sangat diharapkan guna melengkapi penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2007

Penulis
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRACT ...................................................................................................

i

ABSTRAK......................................................................................................


ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................


viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Hipotesis Penelitian ..............................................................................
Kegunaan Penelitian .............................................................................

1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Andisol ...........................................................................
Mikroorganisme Tanah ........................................................................
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Mikroorganisme Tanah .....
Peranan Bahan Organik dan Pupuk Anorganik Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Tanah ........................................................................

4
6
8
11

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Penelitian.................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................
Pengambilan sampel tanah ..............................................................
Aplikasi perlakuan ..........................................................................
Penghitungan Mikroorganisme Tanah Setelah Inkubasi ........................
Pengambilan sampel tanah untuk analisa ........................................
Pembuatan seri pengenceran ...........................................................
Penuangan ......................................................................................
Penghitungan ..................................................................................
Parameter yang Diamati .......................................................................

15
15
15
17
17
17
18
18
18
18
19
19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.....................................................................................................
Pembahasan .........................................................................................

20
23

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ....................................................................................................

27
27

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

28

LAMPIRAN ...................................................................................................

30

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

1. Nilai Rataan Jumlah Bakteri (105) Pada Masing-Masing Perlakuan
Kotoran Sapi dan Pupuk Anorganik ...............................................

16

2. Nilai Rataan Jumlah Actinomycetes (105) Pada Masing-Masing
Perlakuan Kotoran Sapi dan Pupuk Anorganik ...............................

17

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisa Awal Tanah .......................................................................

30

2. Analisa Kotoran Sapi .....................................................................

30

3. Bagan Penelitian ............................................................................

31

4. Data Jumlah Bakteri (105) ..............................................................

32

5. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl,
Kieserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Bakteri.......................

32

6. Data Jumlah Actinomycetes (105) ..................................................

33

7. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl,
Kieserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Actinomycetes ...........

33

8. Data Jumlah Jamur (105) ................................................................

34

9. Data Jumlah Total Mikroorganisme ...............................................

35

10. Daftar Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk ZA, SP-36, KCl,
Kieserit dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah Total Mikroorganisme

35

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semula kondisi tanah yang tidak subur biasa diatasi dengan penggunaan
pupuk organik. Namun setelah diperkenalkan pupuk kimia, para petani berubah
haluan meninggalkan pupuk organiknya dan berganti menggunakan pupuk kimia.
Dalam kurun waktu tertentu hasil panen yang lebih banyak memang dapat
dirasakan dan meningkat cukup tajam. Sehingga muncul pemikiran “semakin
banyak pupuk kimia yang diberikan maka hasil panen akan semakin meningkat”.
Pemikiran yang seperti inilah yang sedang mempengaruhi kebanyakan
para petani di Kabupaten Karo. Jumlah input akan mempengaruhi output.
Sehingga menyebabkan pemberian pupuk, penggunaan pestisida dan herbisida
secara berlebihan ke dalam tanah. Tanah dipaksa untuk menghasilkan suatu hasil
komoditi yang memuaskan bagi petani. Kualitas yang dihasilkan serta kehidupan
mikroorganisme jadi terabaikan demi meraup keuntungan dari hasil panen untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Apabila tanah kita anggap sebagai benda hidup, maka akan kita jumpai
adanya kehidupan berupa mikroorganisme yang sangat banyak dan bervariasi.
Tanah merupakan benda alam yang bersifat dinamis tempat terjadi interaksi antarfaktor biologi dan biokimia tanah. Besarnya kegiatan sangat tergantung pada
penambahan bahan organik baik dalam bentuk serasah, limbah tanaman maupun
perakaran tanaman yang membusuk.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Kesuburan tanah tidak hanya bergantung pada komposisi kimianya
melainkan

juga

pada

ciri

alami

mikroorganisme

yang

menghuninya.

Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri,
aktinomysetes, jamur, alga dan protozoa.
Andisol merupakan salah satu tanah yang tergolong subur di Sumatera
Utara dan biasanya terletak di daerah vulkanik. Meskipun Andisol potensial untuk
dijadikan lahan pertanian tetapi lahan ini mempunyai banyak kendala. Kendala
yang utama adalah tingginya retensi fosfat hingga dapat mencapai 90%,
ketersediaan hara P yang rendah. Akibat kendala tersebut maka tanah Andisol
tidak dapat berproduksi secara optimal tanpa ada masukan teknologi.
Peran mikroorganisme demikian besarnya dalam menyediakan lingkungan
yang baik bagi tanaman antara lain dapat membantu ketersediaan hara.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian tentang
pemberian pupuk anorganik dan kotoran sapi dapat mempengaruhi jumlah
mikroorganisme dalam tanah.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan
Kieserit serta bahan organik berupa kotoran sapi terhadap jumlah mikroorganisme
pada Andisol tongkoh.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit dapat mempengaruhi
jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
2. Pemberian bahan organik (Kotoran sapi) dapat mempengaruhi jumlah
mikroorganisme Andisol Tongkoh.
3. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit serta bahan organik
(kotoran sapi) dapat mempengaruhi jumlah mikroorganisme Andisol
Tongkoh.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
2. Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Andisol
Nama Andisol juga diberi nama tanah Debu Hitam (Indonesia), tanah
Kurobuku, Kurotsuchi dan tanah Humik-Alofan (Jepang), tanah Trumao
(Amerika Selatan), tanah Talpetate (Nicaragua), tanah Alvic dan Subalvic atau
tanah Lempung Kuning-Coklat (Yellow Brown Loam, Selandia Baru), tanah
Coklat (Antiles), kemudian Dudal, 1969 memakai nama resmi tanah ini sebagai
Andosol setelah melihat perbedaan-perbedaan yang timbul dari beberapa negara.
Nama Andosol juga dipergunakan secara resmi didalam peta tanah dunia dari
FAO-UN sementara Guy D. Smith tahun 1979 memakai nama Andisol
menggantikan nama Andosol karena Andosol bukan bahasa Inggris yang benar
dan nama Andisol dipakai sampai saat ini (Tan, 1998).
Tanah Andisol baik untuk pertanian, sering merupakan tanah terbaik di
tropika, khususnya jika terbentuk dalam bahan volkan intermedier atau basa,
Andisol dapat menyerap air banyak, KPK tinggi (35-54 mmol tiap 100 g) dan
mengandung bahan organik banyak (5-20 %) sehingga memiliki kesuburan
alamiah yang tinggi (Buringh, 1983).
Andisol mempunyai sifat fisik yang baik yaitu : 1). Daya pengikat air
yang sangat tinggi, 2). Selalu jenuh air jika tertutup vegetasi, 3). Angka
konsistensi Atterberg sangat tinggi, 4). Sangat gembur tetapi memiliki derajat
ketahanan struktur yang tinggi sehingga lebih mudah diolah, 5). Permeabilitas
sangat tinggi karena banyak mengandung makropori (Darmawijaya, 1992).
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Andisol dicirikan dengan sifat “andik” dari kelas tanah yang dibentuk dari
bahan induk abu vulkanik yang mengandung mineral alofan tinggi. Sifat andik
yang digunakan sebagai penciri antara lain (Soil Taxonomy, 2003) :
1.Persentase Al + ½ Fe (dengan amonium oxalat) jumlahnya 2,0 % atau lebih;
2.Bulk Density pada kapasitas lapang (1/3 bar) yaitu 0,90 g/ cm3;
3.Mengandung bahan amorf (alofan) tinggi;
4.Retensi fosfat tinggi (>25%)
5.Mengandung bahan piroklastik vitrik (bahan vulkanik) lebih dari 5%
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu
vulkan, batu apung, sinder, lava dan bahan volkaniklastik, yang fraksi koloidnya
didominasi oleh mineral “short-range order” (alophan, imogolit, ferihidrit) atau
kompleks

Al-humus.

Dalam

keadaan

lingkungan

tertentu,

pelapukan

aluminosilikat primer dalam bahan induk non vulkanik dapat juga menghasilkan
mineral “short-range order”. Andisol dapat mempunyai sembarang epipedon,
asalkan persyaratan minimum untuk ordo Andisol dapat dipenuhi pada dan/atau
di bawah epipedon. Andisol juga mempunyai sembarang regim / kelembaban dan
regim temperatur tanah dan dapat ditemukan di sembarang posisi landscape
maupun ketinggian (Hardjowigeno, 1993).
Andisol mengadsorpsi fosfat dalam jumlah besar, beberapa peneliti
mengungkapkan bahwa P diadsorpsi sebesar 200-600 µ mol P/g oleh Alofan dan
120 µ mol P/g untuk imogolit pada konsentrasi P 1,15 x 10-4 M (Wada, 1980).
Andisol mempunyai kejenuhan basa tidak tetap, dengan kapasitas
penukaran kation (cara Na-acetat pH 7 ) dan kapasitas penukaran kation Mg
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

juga tidak tetap. Kandungan C dan N tinggi tetapi C/N rasionya rendah, kadar P
rendah karena terfiksasi kuat dan sukar mengalami peptisasi. Karena itu Andisol
disebut dengan tanah-tanah yang bermuatan tidak tetap. Kapasitas tukar kation
Andisol adalah tinggi dan bervariasi dengan pH. Sifat ini dkenal sebagai pH
dependent charge atau variable tinggi mempunyai KTA rendah (Munir,1996).

Mikroorganisme Tanah
Dipandang dari sudut tanaman ada dua kelompok besar jasad hidup
(organisme) tanah yaitu yang menguntungkan dan merugikan. Kedua kelompok
ini tidak dapat diabaikan dari perhatian. Hasil tanaman yang kita pungut kurang
lebih merupakan cerminan dari hasil kerja sama kedua kelompok ini. Kelompok
yang menguntungkan meliputi seluruh organisme yang melakukan pelapukan
bahan organik, perubahan ke anorganik, dan penambahan nitrogen. Sedangkan
kelompok yang merugikan adalah yang melakukan persaingan hara dengan
tanaman pokok dan / atau menyebabkan tanaman kena hama dan penyakit
(Nyakpa, dkk, 1986).
Di antara sekian banyak kelompok mikroorganisme, bakteri merupakan
kelompok yang paling dominan dan pada umumnya berkembang di dekat
mintakat (zone) perakaran tanaman. Kebanyakan mikroorganisme lebih banyak
dijumpai pada tanah-tanah yang ditanami daripada yang tidak ditanami. Bakteri
yang

umum

dijumpai

adalah

Rhizobium,

Azotobacter,

Azospirilium,

Nitrosomonas, Pseudomonas, dan Bacilus yang berperanan dalam menambat
nitrogen udara. Semua komponen yang bertanggung jawab dalam daur nitrogen
termasuk penyematan nitrogen secara biologi, nitrifikasi dan denitrifikasi sangat
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

tergantung pada kegiatan mikroba. Bakteri penambat nitrogen, baik yang nonsimbiosis maupun yang bersimbiose dengan tanaman mampu mengikat 69% N2
udara ( Sutanto, 2002 ).
Bakteri bersel tunggal, bagian terkecil dari organisme dan meliputi semua
organisme tanah dalam jumlah dan macamnya. Satu gram tanah subur dapat
mengandung bakteri lebih dari 1.000.000.000. Bakteri pada keadaan normal
memperbanyak dengan membelah diri menjadi dua bagian. Pembelahan tersebut
sering kali setiap 20 menit dan dapat memperbanyak dengan sangat cepat pada
kondisi yang baik. Telah dihitung jika bakteri bersel satu membelah setiap jam
dan demikiannya seterusnya, maka 17.000.000 sel akan dihasilkan dalam satu
hari. Massa sebesar bumi akan dihasilkan dalam waktu 6 hari. Tingkat
pertumbuhan yang sangat cepat tersebut tidak dapat dipertahankan selamanya
karena nutrien dan faktor pertumbuhan lainnya menjadi pembatas dan terjadi
akumulasi sisa hasil (Foth, 1991).
Actinomycetes adalah organisme tanah yang memiliki sifat-sifat yang
umum dimiliki oleh bakteri dan jamur tetapi juga mempunyai ciri khas yang
cukup berbeda yang membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda.
Jumlah actinomycetes meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami
dekomposisi’ lazimnya, actinomycetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya
menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang paling cocok adalah antara 6,5 dan 8,0.
Tanah yang penuh berisi air tidak cocok untuk pertumbuhan actinomycetes
sedangkan tanah gurun di daerah kering dan setengah kering mempertahankan
populasi yang cukup besar, mungkin karena adanya ketahanan spora terhadap
kekeringan. Persentase actinomycetes dalam populasi mikroba total meningkat
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

dengan makin meningkatnya kedalaman tanah dan actinomycetes dapat
dipisahkan dalam jumlah cukup bahkan dari sampel tanah yang diperoleh dari
horizon C profil ( Rao, 1994 ).
Actinomycetes banyak terdapat di tanah. Mereka membuat koloni
sebanyak 50 persen yang dikembangkan di tempat yang mengandung media
buatan yang diinokulasikan dengan ekstrak tanah. Jumlah actinomycetes antara
1.000.000 sampai 36.000.000 per gram tanah. Berat substansi hidup per are
melampaui bakteri, tetapi kenyataannya mereka tidak akan sama dengan jaringan
jamur (Foth, 1991).
Jamur secara khas tumbuh dari spora dengan struktur seperti benang yang
mungkin mempunyai dinding melintang atau tidak. Masing-masing benang adalah
hifa dan massa benang yang meluas disebut miselium. Sukar untuk menentukan
secara akurat jumlah fungi per gram tanah, karena miselium mudah
terfragmentasi. Telah diamati bahwa satu gram tanah biasanya berisi 10 sampai
100 meter hifa. Berdasarkan jumlah filamen, peneliti menyimpulkan bahwa bobot
hidup jaringan fungi melampaui atau sama dengan bobot hidup jaringan bakteri di
sebagian besar tanah ( Foth, 1994 ).
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Mikroorganisme Tanah
Ketersediaan bahan organik sebagai sumber makanan bagi organisme
tanah baik dalam bentuk organik maupun anorganik, pH, iklim sangat
menentukan tingkat populasi, keanekaragaman dan juga aktifitas organisme tanah
(Nurida, 2001).

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Secara umum aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang antara lain adalah :
1. Iklim (curah hujan, suhu dan lain-lain)
2. Tanah (kemasaman, kelembaban, suhu, hara dan lain-lain)
3. Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar dan lain-lain)
(Nyakpa, dkk, 1986).
Bakteri
Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena banyak persyaratan yang
sangat mempengaruhi perkembangan mereka. Pada umumnya populasi bakteri
terbanyak terdapat pada horizon permukaan karena syarat-syarat berupa aerasi dan
sumber makanan disini lebih baik (Buckman dan Brady, 1982).
Bakteri dapat bertahan hidup pada kondisi iklim yang ekstrem walaupun
temperatur dan kelembaban mempengaruhi populasinya. Di daerah Arktika yang
temperaturnya di bawah titik beku, bakteri dapat tumbuh dengan subur sesubur
hidupnya di tanah gurun yang kering yang temperaturnya sangat tinggi.
Kemampuan yang menjadi sifat dari banyak bakteri untuk membentuk spora yang
memiliki pembungkus luar yang kokoh, mempermudah pelestarian bakteri dalam
seluruh lingkungan yang ganas. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi populasi
bakteri dalam tanah adalah pH, praktik pertanian, pemupukan dan pemakaian
pestisida dan penambahan bahan organik (Rao, 1994).
Actinomycetes
Actinomycetes adalah organisme tanah yang memiliki sifat-sifat yang
umum dimiliki oleh bakteri dan jamur tetapi juga mempunyai ciri khas yang
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

cukup berbeda yang membatasinya menjadi satu kelompok yang jelas berbeda.
Jumlah actinomycetes meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami
dekomposisi lazimnya, actinomycetes tidak toleran terhadap asam dan jumlahnya
menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang paling cocok adalah antara 6,5 dan 8,0.
Tanah yang penuh berisi air tidak cocok untuk pertumbuhan actinomycetes
sedangkan tanah gurun di daerah kering dan setengah kering mempertahankan
populasi yang cukup besar, mungkin karena adanya ketahanan spora terhadap
kekeringan. Persentase actinomycetes dalam populasi mikroba total meningkat
dengan makin meningkatnya kedalaman tanah dan actinomycetes dapat
dipisahkan dalam jumlah cukup bahkan dari sampel tanah yang diperoleh dari
horizon C profil (Rao, 1994).

Jamur
Fungi (jamur) penting dalam semua tanah. Toleransi fungi terhadap
keasaman menjadikan amat penting pada tanah hutan yang asam. Residu berkayu
pada lantai hutan menyediakan hara yang berlimpah untuk fungi tertentu yang
merupakan pengurai lignin yang efektif (Foth, 1994).
Segala faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran bakteri dan
actinomycetes juga mempengaruhi penyebaran jamur dalam tanah. Kualitas dan
kuantitas bahn organik yang ada dalam tanah mempunyai pengaruh langsung
terhadap jumlah jamur dalam tanah karena kebanyakan jamur itu nutirisinya
heterotrofik. Jamur dominan pada tanah yang asam karena lingkungan asam tidak
baik untuk bakteri ataupun actinomycetes sehingga jamur dapat memonopoli
pemanfaatan substrat alami dalam tanah. Jamur juga ada dalam tanah yang netral
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

atau bersifat basa dan beberapa dapat tetap hidup dalam pH di atas 9,0. tanah yang
baik untuk ditanami mengandung banyak jamur karena jamur bersifat aerobik dan
pada kelembaban tanah yang terlalu tinggi jumlahnya menurun (Rao, 1994).
Secara ekologis penggunaan Organisme Hasil Modifikasi Genetika
dikhawatirkan akan mengganggu tekstur dan struktur tanah. Seperti gen tanaman
yang ditransfer menggunakan beberapa jenis mikroorganisme, sehingga tanaman
transgenik akan menghasilkan bahan kimia maupun endotoksin yang dapat
mencegah serangan hama dalam tanah. Maka sisa tanaman transgenik itu masih
mengandung toksin yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme di
dalam tanah, sehingga terjadi degradasi bakteri (mikroorganisme) maupun
organisme di dalam tanah, yang akan mengubah struktur dan tekstur tanah dalam
jangka waktu tertentu (Jahrin, 2007).

Peranan Bahan Organik Dan Pupuk Anorganik Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Tanah

Fungi atau jamur memerlukan senyawa organik sebagai nutrisinya bila
jamur hidup pada bahan organik mati yang terlarut, mereka di sebut saprofit.
Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,
menguraikan menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian
dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburan
(Pelczar, 1986).
Menurut

Buckman dan

Brady,(1982)

bahan organik

merupakan

penimbunan yang terdiri sebagian dari sisa dan dari pembentukan baru dari sisa
tanaman dan hewan. Pengaruhnya sangat besar bila dibandingkan dengan
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

jumlahnya di dalam tanah. Bahan organik juga sebagai sumber dari dua unsur hara
yaitu P dan S dan sebagai satu-satunya sumber N.
Jika ditinjau dari cara hidupnya, sebagian besar jamur hidup sebagai
saprob. Jamur yang hidup sebagai saprob memperoleh nutrisi atau makanan dari
bahan organik yang tidak hidup, yaitu bahan organik yang telah mengalami
pelapukan atau penguraian. Sebagai makhluk hidup, jamur memerlukan nutrisi
untukpertumbuhan dan perkembangannya. Nutrisi tersebut dapat langsung di
peroleh dari media yang ada disekitarnya secara langsung dalam bentuk unsur ion
dan molekul sederhana (Gunawan, 2000).
Hakim, dkk, (1986) menyatakan bahwa hasil-hasil dekomposisi bahan
organaik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Pengaruhnya terhadap
sifat fisik tanah antara lain : (a) kemampuan menahan air meningkat, (b) warna
tanah menjadi coklat hingga hitam, (c) merangsang granulasi agregat dan
memantapkannya, (d) menurunkan plastisitas dan sifat buruk lainnya dari liat.
Hakim, dkk (1986) menyatakan bahwa karbon merupakan bahan organik
yang utama yang ditangkap oleh tanaman dari CO2 udara. Bahan organik akan
didekomposisikan kembali dan melepaskan sejumlah karbon. CO2 yang
dilepaskan akan bereaksi di dalam tanah membentuk asam karbonat, Ca, Mg, K
karbonat atau bikarbonat. Garam-garam ini mudah larut dan hilang atau diserap
tanaman. Sebagian besar CO2 yang dihasilkan akan dilepaskan kembali ke udara.
Bahan organik dapat mempergiat perkembangan jasad renik tanah, jasad
renik disamping berfungsi sebagai perombak berbagai jenis bahan organik, juga
sekaligus mempengaruhi kehidupan tanaman. Dalam proses bahan organik, yang

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

terpenting adalah perubahan C/N yang tinggi ke C/N yang optimal yang dapat
digunakan oleh tanaman. Perbandingan C/N di dalam tanah perlu diketahui untuk
mengetahui tingkat pelapukan dan kecepatan penguraian bahan organik serta
tersedianya unsur hara N di dalam tanah. Bahan organik yang mempunyai
perbandingan C / N 10-12 adalah merupakan optimal untuk pertumbuhan tanaman
(Ginting, 1975; Hasibuan dan Ritonga, 1980).
Penggunaan pupuk kimia berlebih hingga puluhan tahun menyebabkan
unsur mikroorganisme di dalam tanah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Kondisi ini menyebabkan suplai nutrisi dari dalam tanah sangat kurang dan
bahkan tidak ada. Di sisi lain, tanaman hanya menunggu suplai makanan dari
unsur anorganik (pupuk kimia) yang diberikan petani (Khaerudin, 2006).
Pemberian

bahan

organik

kedalam

tanah

berpengaruh

terhadap

ketersediaan fosfor dalam tanah. Al dan Mn dalam tanah akan menurun bila
bahan organik meningkat sebab bahan organik akan mengikat / mengkhelat Al
dan Mn oleh asam-asam organik, sehingga dapat memperbaiki lingkungan
pertumbuhan perakaran tanaman (Hairiah, dkk, 2002).
Menurunnya kandungan BOT mudah dikenali dilapangan, antara lain
dengan melihat warna tanah yang pucat dan padat diakibatkan erosi. Selain itu,
perubahan alih fungsi lahan menjadi pemukiman juga menurunkan kadar BOT.
Aktivitas mikroorganisme dan fauna tanah dapat membantu terjadinya agregasi
tanah sehingga dapat meningkatkan ketersediaan air tanah dan mengurangi
terjadinya erosi dalam skala luas (Hairiah, dkk, 2002).
Sistem pertanian diharapkan dapat berkelanjutan jika kandungan bahan
organik di dalam tanah mencukupi. Untuk tanah di daerah tropika basah pada
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

umumnya jumlah itu sulit dipenuhi, karena lingkungan tropika yang panas dan
basah menyebabkan tingginya laju dekomposisi dan mineralisasi. Secara alami,
unsur hara yang dilepas melalui dekomposisi sebagian digunakan oleh tanaman,
mikroba tanah dan sebagian hilang di lingkungan ( pencucian atau penguapan )
(Hardianto, 2003).

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah dan rumah
kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan
pada bulan Juni 2007 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Andisol
sebagai media tanam yang diambil secara komposit, kotoran sapi sebagai bahan
organik, pupuk SP-36 sebagai sumber Fosfat, KCl (60% K2O) sebagai sumber
Kalium, CaMg(CO3)2 sebagai sumber Magnesium, pupuk ZA (21% N) sebagai
pupuk dasar, dan bahan-bahan kimia lainnya untuk keperluan analisis.

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, sekop,
plastik dan goni untuk pengambilan tanah, polybag sebagai wadah tanah,
timbangan, dan alat-alat laboratorium untuk keperluan analisis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan.
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Perlakuan I : Pemberian bahan organik yang terdiri dari 2 taraf yaitu :
C0

: tanpa pemberian kotoran sapi

C1

: 20 ton kotoran sapi / Ha

Perlakuan II : Pemberian SP-36, KCl dan MgO yang terdiri dari 4 taraf yaitu :
M0

: tanpa pemberian pupuk anorganik

M1

: 85 kg SP-36 / Ha, 1316 kg KCl / Ha, 875 kg MgO / Ha

M2

: 190 kg SP-36 / Ha, 2632 kg KCl / Ha, 1750 kg MgO / Ha

M3

: 255 kg SP-36 / Ha, 3948 kg KCl / Ha, 2625 kg MgO / Ha.

Sehingga diperoleh 2 x 4 x 3 = 24 unit percobaan dengan kombinasi perlakuan
sebagai berikut :
C0M0 C1M0
C0M1 C1M1
C0M2 C1M2
C0M3 C1M3

Model linier rancangan acak kelompok
Yijk = µ +

i

+

j

+ (

)ij +

k

+

ijk

Dimana:
Yijk

= Hasil pengamatan

µ

= Nilai tengah umum
i

= Pengaruh taraf ke-i dari faktor C

j

= Pengaruh taraf ke-j dari faktor M

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

(

)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor C dan taraf j dari faktor M
k

= Pengaruh blok

ijk

= Pengaruh galat taraf ke-i, dari faktor C dan taraf j dari faktor M pada
blok ke-k

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan Sampel Tanah dan Persiapan Media Tanam
Pengambilan contoh tanah dilakuan secara acak pada kedalaman 0-20 cm lalu
Dikompositkan, kemudian tanah dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan 10
mesh. Tanah yang telah kering udara kemudian di ayak lalu di analisis %
kapasitas lapang dan % kadar airnya untuk menentukan berat tanah yang
dimasukkan ke dalam polybag setara dengan 5 kg berat tanah kering oven
(BTKO). Selanjutnya polybag-polybag tersebut disusun di rumah kaca secara
acak sesuai dengan bagan penelitian yang terdapat pada Lampiran 1.
Aplikasi Perlakuan
Kotoran sapi sebagai faktor perlakuan I dicampur merata dengan tanah
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, lalu diinkubasi selama 1 minggu.
Pupuk sebagai faktor perlakuan ke-II diaplikasikan setelah inkubasi sebelum
tanam dengan cara mencampur ketiga jenis pupuk sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan. Setelah itu diaplikasikan pula pupuk dasar (pupuk ZA dengan dosis
10.238 mg) bersamaan dengan faktor pupuk.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Penghitungan Mikroorganisme Tanah Setelah Inkubasi
• Pengambilan Sampel Tanah Untuk Analisa
Sampel tanah diambil dari tiap-tiap polybag.
• Pembuatan Seri Pengenceran
-

Dimasukkan 10 g tanah ke dalam erlenmeyer 250 mL yang telah berisi 90
mL larutan fisiologis steril, kemudian dikocok dengan shaker selama 30
menit (ini disebut pengenceran 10-1).

-

Disiapkan 5 tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan fisiologis steril.

-

Dituliskan kode 10-2, 10-3.....,10-6 pada tabung nomor 1 sampai 5.

-

Dipipet 1 mL biakan murni kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi
nomor 1, dikocok hingga campuran homogen dengan menggunakan
rotamixer.

-

Dari tabung reaksi nomor 1 dipipet 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi nomor 2, kocoklah hingga campuran homogen.

-

Dilakukan hal yang sama untuk tabung nomor 3, 4 dan 5.

-

Dipipet 1 mL dari tabung nomor 5, kemudian dibuang.

• Penuangan
-

Dipipet 1 mL dari pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6, dimasukkan ke dalam
cawan petri steril.

-

Dituang media NA yang telah disiapkan bersuhu 40-450C ke dalam cawan
petri.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

-

Diletakkan cawan petri tersebut di atas meja yang rata, kemudian digerakkan
memutar ke kiri dan ke kanan supaya suspensi mikroba dan media NA
bercampur rata.

-

Setelah agar mengental, diinkubasikan biakan tersebut dengan posisi terbalik
pada suhu kamar selama 3 hari.

• Penghitungan
-

Setelah 3 hari, dihitung koloni yang terbentuk secara manual dengan
menghitung jumlah koloni yang tampak pada permukaan cawan petri yang
dilihat secara terbalik.

-

Dihitung koloni yang terbentuk pada tiap cawan petri dengan rumus :
Jumlah sel/mL = Jumlah koloni yang terbentuk x Faktor Pengenceran

Parameter Yang Diamati

-

Jumlah bakteri

-

Jumlah actinomycetes

-

Jumlah jamur

-

Jumlah total bakteri, actinomycetes dan jamur

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jumlah Bakteri
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 4 diketahui bahwa pemberian pupuk
kandang (pukan) sapi dan interaksi antara pukan sapi dan pupuk anorganik
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah bakteri dalam tanah, sedangkan
pemberian pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bakteri
dalam tanah. Jumlah bakteri pada masing-masing perlakuan pukan sapi dan
pupuk anorganik disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rataan Jumlah Bakteri (105) Pada Masing-masing Perlakuan Pukan
Sapi dan Pupuk Anorganik.
Pukan
Pupuk Anorganik
Sapi
M1
M2
M3
M0
C0
20,0 ab
24,3 a
23,3 a
19,3 ab
C1
16,3 bc
13,0 cd
8,3 d
20,3 a
Keterangan:

1. C adalah pemberian pukan sapi dan M adalah pemberian pupuk anorganik dimana : C0
:Tanpa pukan sapi, C1: 20 ton pukan sapi / ha BTKO, M0 : Tanpa pupuk, M1: 212,5 mg
SP-36, 3290 mg KCl, 2187.5 mg Mg/ 5 Kg BTKO, M2 :425 mg SP-36, 6580 mg KCl,
4375 mg Mg/ 5 Kg BTKO, M3: 637.5 mg SP-36, 9870 mg KCl, 6562.5 mg Mg/ 5 Kg
BTKO
2. Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama (a, b) tidak berbeda nyata
pada taraf 5% dalam uji BNT (BNT0,05 =5,94)

Kelihatan bahwa jumlah bakteri tertinggi pada perlakuan C0M1 yang
berbeda nyata dengan perlakuan C1 M0, C1M1, dan C1M2 dan tidak berbeda nyata
dengan perlakuan C0M0, C0M2, C0M3 dan C1M3.

Jumlah Aktinomycetes

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 7 diketahui bahwa pemberian
kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah aktinomycetes dalam tanah, dan
pemberian pupuk

anorganik

berpengaruh tidak

nyata terhadap

jumlah

aktinomycetes dalam tanah. Sedangkan interaksi antara kotoran sapi dan pupuk
anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah aktinomycetes dalam tanah.
Jumlah aktinomycetes pada masing-masing perlakuan kotoran sapi dan pupuk
anorganik disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai Rataan Jumlah Aktinomycetes (105) Pada Masing-masing
Perlakuan Pukan Sapi dan Pupuk Anorganik.
Pukan
Pupuk Anorganik
Sapi
M0
M1
M2
M3
C0
5,3 b
4,0 b
3,0 b
3,7 b
C1
3,0 b
6,0 b
11,0 a
4,0 b
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama (a, b) tidak berbeda
nyata pada taraf 5% dalam uji BNT (BNT0,05 =3,83)

Kelihatan bahwa jumlah aktinomycetes tertinggi pada perlakuan C1M2
yang berbeda nyata dengan perlakuan C0M0, C0M1, C0M2 , C0M3, C1M0, C1M1
dan C1M3.

Jumlah Jamur
Dari hasil analisa yang diperoleh, bahwa jamur hanya terdapat pada
perlakuan pemberian kotoran sapi dan pemberian pupuk anorganik dengan taraf
dosis pupuk terendah (C1M1).
Tabel 3. Nilai Rataan Jumlah Jamur (105) Pada Masing-Masing Perlakuan Pukan
Sapi Dan Pupuk Anorganik
Pukan
Pupuk Anorganik
Sapi
M0
M1
M2
M3
C0
0
0
0
0
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

C1

0

0,7

0

0

Jumlah Total Mikroorgansime
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 9 diketahui bahwa pemberian pukan
sapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total mikroorganisme dalam tanah,
dan pemberian pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total
mikroorganisme dalam tanah. Interaksi antara pukan sapi dan pupuk anorganik
juga berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total mikroorganisme dalam tanah.
Jumlah total mikroorganisme pada masing-masing perlakuan pukan sapi dan
pupuk anorganik disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai Rataan Jumlah Total Mikroorganisme (105) Pada Masing-masing
Perlakuan Pukan Sapi dan Pupuk Anorganik.
Pukan
Pupuk Anorganik
Sapi
M0
M1
M2
M3
C0
23,6abc
28,3a
24,0abc
21,3bc
C1
19,3c
24,7ab
19,3c
21,3bc
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama (a, b) tidak berbeda
nyata pada taraf 5% dalam uji BNT (BNT0,05 =4,79).

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Pembahasan

Jumlah Bakteri
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah bakteri tertinggi pada perlakuan
tanpa pemberian pukan sapi dan pemberian pupuk anorganik dengan taraf dosis
pupuk terendah (C0M1) yaitu 24,3x105 dan yang terendah pada perlakuan
pemberian pukan sapi dan pemberian pupuk anorganik dengan taraf dosis ke-2
(C1M2) yaitu 8,3x105. Tingginya jumlah bakteri pada perlakuan C0M1 walaupun
tidak berbeda nyata dengan perlakuan C0M0, C0M2 dan C0M3, disebabkan karena
pada kondisi tersebut bakteri merespon baik pemberian M1. Dimana bakteri juga
membutuhkan unsur hara yang juga dibutuhkan tanaman. Hal ini sesuai dengan
teori Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa Dipandang dari sudut tanaman
ada dua kelompok besar

jasad

hidup (organisme) tanah yaitu

yang

menguntungkan dan merugikan. Kelompok yang menguntungkan meliputi seluruh
organisme yang melakukan pelapukan bahan organik, perubahan ke anorganik,
dan penambahan nitrogen. Sedangkan kelompok yang merugikan adalah yang
melakukan persaingan hara dengan tanaman pokok.
Perlakuan tanpa pemberian kotoran sapi dan pemberian pupuk anorganik
dengan taraf dosis pupuk terendah tidak berbeda nyata dengan perlakuan
pemberian pukan sapi dan pemberian pupuk anorganik dengan taraf dosis pupuk
tertinggi. Dalam hal ini didapat bahwa pemberian bahan organik yang berasal dari
pukan sapi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan mikroorganisme di
dalam tanah.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

Untuk perlakuan kontrol, jumlah bakteri tercatat pada nilai 20x105 atau
2.000.000 sel/g tanah. Ini menandakan bahwa kondisi tanah andisol tongkoh yang
menjadi objek percobaan tidak bersahabat lagi untuk kondisi perkembangan
bakteri. Berdasarkan teori yang diungkapkan Foth (1991) bahwa satu gram tanah
subur dapat mengandung bakteri lebih dari 1.000.000.000.
Pada perlakuan tanpa pemberian pukan dan tanpa pupuk anorganik,
jumlah bakteri tercatat pada jumlah 20x105. Kemudian perlakuan tanpa pemberian
pukan dikombinasikan dengan pemberian pupuk anorganik dosis taraf terendah,
terjadi peningkatan jumlah bakteri yaitu pada jumlah 24,3x105. Namun ketika
pupuk anorganik yang diberikan ditingkatkan dosisnya pada taraf ke-2 terjadi
penurunan jumlah bakteri yang tercatat pada nilai 23,3x105. Begitu juga halnya
ketika taraf pupuk ditingkatkan hingga pada level tertinggi juga terjadi penurunan,
yaitu 19,3x105. Meskipun penurunan nilai ini tidak berbeda nyata Keadaan ini
menggambarkan bahwa dosis M1 tidak mengganggu perkembangan bakteri.

Jumlah Aktinomycetes
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah aktinomycetes tertinggi pada
perlakuan C1M2 yaitu 11x105 dan yang terendah pada perlakuan C0M2 dan C1M0
yaitu 3x105. Tingginya jumlah aktinomycetes pada perlakuan C1M2 disebabkan
karena adanya interaksi antara pupuk anorganik dan kotoran sapi yang dapat
memberikan sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Dan rendahnya
aktinomycetes pada perlakuan C1M0 adalah karena kurangnya sumber makanan
bagi mikroorganisme.
Pada perlakuan tanpa pemberian pukan sapi dan tanpa pupuk anorganik
tercatat jumlah actinomycetes 5,3x105. Namun ketika dosis pupuk anorganik yang
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

dikombinasikan terhadap tanpa pemberian pukan sapi ditingkatkan hingga pada
taraf M3. Jumlah actinomycetes mengalami penurunan yang tidak nyata hingga
3,7x105. adanya penambahan dosis pupuk hingga pada taraf tertinggi juga dapat
menurunkan jumlah actinomycetes di dalam tanah.
Untuk perlakuan kontrol tercatat jumlah actinomycetes pada nilai 530.000,
sedangkan dalam satu gram tanah biasanya mengandung 1.000.000-6.000.000.
Hal ini menggambarkan bahwa kondisi tanah andisol tongkoh lagi-lagi
bermasalah sebagai tempat berkembang biaknya actinomycetes. Ini sesuai dengan
teori Foth (1991) yang menyatakan bahwa jumlah actinomycetes antara 1.000.000
sampai 36.000.000 per gram tanah. Berat substansi hidup per are melampaui
bakteri, tetapi kenyataannya mereka tidak akan sama dengan jaringan jamur.

Jumlah Jamur
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa untuk semua perlakuan yang
diaplikasikan ke andisol tongkoh hampir semuanya menyebabkan tidak
terdapatnya jamur. Jamur hanya terdapat pada perlakuan C1 M1. Ini juga
menggambarkan bahwa andisol tongkoh yang dijadikan objek penelitian tidak
terdapat jamur di dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan perlakuan
C0M0, jumlah nilai jamur yang di dapat adalah 0 (nol).
Kondisi yang menyebabkan terdapatnya jamurnya pada perlakuan C1M1
yaitu dikarenakan bersumber dari perlakuan pukan sapi (C1) yang diberikan ke
andisol tongkoh. Namun ketika dosis pupuk anorganik yang diberikan beserta
perlakuan C1 mulai ditingkatkan dari M2 hingga M3 menyebabkan nilai jumlah
jamur yang terdapat dalam tanah kembali 0. Hal ini menyatakan bahwa
peningkatan dosis pupuk anorganik yang diberikan ke dalam tanah dapat
Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

menyebabkan ketiadaan jamur di dalamnya. Jamur hanya toleran terhadap
perlakuan dosis pupuk anorganik yang terendah yaitu M1.
Bila dilihat pada perlakuan kontrol maka yang ada pada tabel jumlah
jamur hanyalah nilai 0. Hal ini dengan jelas menggambarkan kondisi sebenarnya
andisol tongkoh, yang memang tidak mengandung jamur yang mempunyai peran
baik di dalam tanah

Jumlah Total Mikroorganisme
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah total mikroorganisme tertinggi
pada perlakuan C0M1 yaitu sebesar 28,3x105 dan yang terendah pada perlakuan
C1M0 dan C1M2 yaitu sebesar 19,3x105.
Pemberian pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah total
mikroorganisme. Namun interaksi pupuk kandang dan pupuk ZA, SP-36, KCl dan
Kieserit berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah total mikroorganisme.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Karo, 2007.
USU Repository © 2009

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
2. Pemberian bahan organik berupa kotoran sapi berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah mikroorganisme Andisol Tongkoh.
3. Pemberian pupuk ZA, SP-36, KCl dan Kieserit serta bahan organik berupa
kotoran sapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah mikroorganisme
Andisol Tongkoh. Namun berpengaruh sangat nyata terhadap bakteri dan
actinomycetes.

Saran

Dalam penggunaan kombinasi antara pupuk anorganik dan kotoran sapi
sebaiknya diperhatikan dosis pupuk anorganiknya untuk saling melengkapi.

Arif Irfan : Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCL, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadap Jumlah
Mikroorganisme Pada Andisol Tongkoh Kabupaten Kar

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian fosfat alam dan bahan organik terhadap sifat kimia tanah,pertumbuhan dan produksi padi(Oryza sativa L.) pada tanah sulfat masam potensial.

1 48 75

PENGARUH DOSIS PUPUK SP-36 DAN DOSIS PUPUK KCl PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN VIGOR AWAL BENIH PADI KULTIVAR BESTARI

3 37 75

Pengaruh Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi terhadapserapan K dan Pertumbuahan Tanaman Jagung (Zea maysL.) pada tanah Inceptisol di Kwala Bekala.

1 9 60

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annum L.).

0 2 15

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOTORAN AYAM DAN PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dan Pupuk Kotoran Kambing Terhadap Produktivitas Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicumannum L.).

0 1 14

Pengaruh Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi terhadapserapan K dan Pertumbuahan Tanaman Jagung (Zea maysL.) pada tanah Inceptisol di Kwala Bekala.

0 0 2

Pengaruh Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi terhadapserapan K dan Pertumbuahan Tanaman Jagung (Zea maysL.) pada tanah Inceptisol di Kwala Bekala.

0 0 10

Pengaruh Pemberian Pupuk KCl dan Kotoran Sapi terhadapserapan K dan Pertumbuahan Tanaman Jagung (Zea maysL.) pada tanah Inceptisol di Kwala Bekala.

0 0 11

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl DAN KOTORAN SAPI TERHADAPSERAPAN K DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA

0 0 12

51 TANGGAPAN HASIL PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG AKIBAT PEMBERIAN PUPUK UREA, SP-36 DAN KCL

0 0 8