PENGARUH DOSIS PUPUK SP-36 DAN DOSIS PUPUK KCl PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN VIGOR AWAL BENIH PADI KULTIVAR BESTARI

(1)

PENGARUH DOSIS PUPUK SP-36 DAN DOSIS PUPUK KCl PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN VIGOR AWAL BENIH

PADI KULTIVAR BESTARI

Oleh

I Made Ratna Diane

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Judul Skripsi : PENGARUH DOSIS PUPUK SP-36 DAN DOSIS PUPUK KCl PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN VIGOR AWAL BENIH PADI KULTIVAR BESTARI

Nama Mahasiswa : I Made Ratna Diane No. Pokok Mahasiswa: 0714011036

Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Eko Pramono, M.S. Ir. Ermawati, M.S.

NIP 196108141986091001 NIP 196101011987032003

2. Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP.196411181989021002


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Eko Pramono, M.S.

Sekretaris : Ir. Ermawati, M.S.

Penguji Bukan Pembimbing: Dr. Ir. Kuswanta Futas H. M. Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(4)

I Made Ratna Diane

ABSTRAK

PENGARUH DOSIS PUPUK SP-36 DAN DOSIS PUPUK KCl PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN VIGOR AWAL

BENIH PADI KULTIVAR BESTARI

Oleh

I Made Ratna Diane

Pemupukan adalah salah satu upaya perbaikan secara kultur teknis untuk

menghasilkan benih bermutu dengan vigor awal yang tinggi. Unsur hara makro N, P, dan K yang cukup diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif optimum dan meningkatkan produktivitas serta vigor awal benih padi pada budidaya penangkaran benih. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh dosis pupuk SP-36 pada pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari; (2) Mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl pada pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari; (3) Mengetahui pengaruh kombinasi antara dosis pupuk SP-36 dan KCl pada pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari.

Penelitian produksi benih dilakukan di lahan petani di Desa Sinar Agung, Keca-matan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus. Pengujian vigor awal benih dilakukan di Laboratorium Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari April sampai Oktober 2011. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial 3 x 3. Dalam rancangan petak terbagi (split plot) dengan tiga kelompok. Petak utama adalah dosis pupuk SP-36 meliputi 100 kg/ha (p1), 150 kg/ha (p2), dan 200 kg/ha (p3). Anak petak adalah dosis pupuk KCl yang meluputi 100 kg/ha (k1), 150 kg/ha (k2), dan 200 kg/ha (k3).

Analisis data menggunakkan uji Bartlett untuk melihat homogenitas ragam antar-perlakuan, uji Tukey untuk melihat model kemenambahan data. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, pengolahan data dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah antarperlakuan dilakukan dengan uji BNJ pada taraf nyata 5%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pemberian pupuk SP-36 dengan dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak meningkatkan pertumbuhan, tetapi meningkatkan produksi yang ditunjukkan oleh produksi perumpun dan bobot 1.000 butir pada


(5)

I Made Ratna Diane dosis 200 kg/ha sedangkan pupuk SP-36 pada dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak meningkatkan vigor awal benih yang dihasilkan; (2) Pemberian pupuk KCl dengan dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak meningkatkan pertumbuhan, produksi dan vogor awal benih padi kultivar Bestari yang dihasilkan; dan (3) Pengaruh interaksi dosis SP-36 dan dosis KCl meningkatkan produksi per petak ubinan dan produksi per hektar tertinggi pada dosis pemupukan SP-36 150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram,

Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 18 Pebruari 1989 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak I Made Jagre dan Ibu Nengah Suarsi.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Wirata Agung pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negerei 1 Seputih Mataram pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Seputih

Mataram pada tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2008 diintegrasikan dalam Program Studi Agroteknologi.

Pengalaman organisasi yang dimiliki penulis di lingkungan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yaitu pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian periode 2007-2008, menjadi kepala bidang penelitian dan pengembangan (Litbang) Himpunan Mahasiswa Agroteknologi periode

2008-2009, pernah menjadi asisten praktikum Teknologi Benih (2009 dan 2011), menjadi asisten praktikum Produksi Benih (2010). Pengalaman organisasi di lingkungan Universitas Lampung penulis terdaftar sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu (UKM-H) dan dalam kepengurusan UKM-H pernah manjadi


(7)

koordinator bidang penelitian dan pengembangan periode 2009-2010. Pengalaman organisasi di luar Universitas penulis terdaftar sebagai anggota Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) dan dalam

kepengurusan KMHDI pernah menjadi sekretaris umum (KMHDI) Pimpinan Cabang Bandar Lampung pada periode 2009-2011. Pada tahun 2010, penulis melakukan praktik umum di Program Pengembangan Industri Benih Universitas Lampung (PPIB UNILA) dengan judul Produksi Benih Padi IR 64 pada MT II tahun 2010, dan kemudian bergabung dengan PPIB UNILA sebagai pengawas lapang dalam produksi benih di Daerah Tanggamus.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan bangga kupersembahkan karya sederhana ini sebagai ungkapan rasa sayang dan baktiku kepada:

Bapak dan Ibu tersayang yang selalu mencurahkan rasa sayang tanpa henti, yang selalu membimbing bagaimana menjadi insan yang bermanfaat, serta dalam doa

yang selalu menantikan keberhasilanku dengan sabar dan pengertian.

Kakakku Wayan Eka Dwi Anita dan semua keluarga besarku atas dukungan, doa, perhatian, dan rasa sayng serta persaudaraan yang tak tergantikan.


(9)

Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan Walaupun melewati jalan yang sulit.

Seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus.

( Thomas Caryle ).

Mimpi adalah sesuwatu yang bisa kamu gapai (Made Diane).


(10)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan diselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S. selaku pembimbing I atas saran, bimbingan, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

2. Ibu Ir. Ermawati, M.S. selaku pembimbing II atas saran, bimbingan, nasehat, arahan, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

3. Bapak Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku penguji atas saran, arahan, dan koreksi kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

4. Bapak Akari Edy, Sp., M.S. selaku Pembimbing Akademik atas nasehat, saran, motivasi, dan perhatiannya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas lampung.

5. Seluruh staf pengajar khususnya Peer Group Benihatas segala ilmu pengetahuan dan arahan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.


(11)

6. Bapak Ir. Tjipto Roso B. M.S. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan lahannya dalam penelitian ini, saran, dan nasehat selama penulis melakukan penelitian hingga penyelesaian skripsi.

7. Seluruh karyawan Laboratorium Benih dan Pemuliaan tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung atas rasa kekeluargannya dan bantuannya selama penelitian di Laboratorium.

8. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Kakak, yang telah memberikan kasih sayang, waktu, semangat, dan perhatiannya kepada penulis.

9. Tere, Titiani, Titin, Mbak Ambar, Linggar, Widi, Eko, Ketut, dan Putu Shanty yang telah memberikan saran, motivasi, dan meluangkan waktu membantu penulis.

10. Sahabat-sahabat Agronomi 2007; yang telah ikut serta membantu selama penelitian di laboratorium serta rasa persaudaraan, persahabatan, dan perjuangan selama ini.

11. Keluarga besar Embah Mudin yang yang telah membantu demi kelancaran penelitian ini sewaktu di lapangan.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Bandar Lampung, 18 Pebruari 2012


(12)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Landasan Teori ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 10

1.5 Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Botani Tanaman Padi ... 14

2.2 Peranan Benih dalam Budidaya Padi ... 16

2.3 Peranan Pemupukan Terhhadap Produksi dan Viabilitas Benih ... 16

2.4 Perbaikan Produksi dan Mutu Benih dengan Pemupukan ... 21

2.5 Kemunduran Benih ... 22

III. BAHAN DAN METODE ... 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 24

3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 25

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 25

3.4.1 Penyiapan lahan ... 25

3.4.2 Persemaian ... 25


(13)

ii

3.4.4 Pemeliharaan ... 26

3.4.5 Pemupukan ... 27

3.4.6 penyiangan ... 27

3.4.7 Pengairan... 28

3.4.8 Pengendalian hama dan penyakit ... 28

3.4.9 Panen ... 29

3.4.10 Pengolahan benih di lantai jemur dan laboratorium ... 29

3.5 Pengamatan ... 30

3.5.1 Peubah pertumbuhan tanaman ... 30

3.5.2 Peubah produksi ... 31

3.5.3 Peubah mutu benih ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.1.1 Hasil analisis ragam ... 39

4.1.2 Perbandingan nilai tengah antardosis pupuk SP-36 pada setiap dosis pupuk KCl ... 41

4.1.3 Pengaruh pemberian pupuk SP-36 ... 43

4.1.4 Pengaruh pemberian pupuk KCl ... 45

4.2 Pembahasan ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 58

Tabel 9—117 ... 60—116 Gambar 3 ... 59


(14)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 (P),

pupuk KCl (K), serta interaksi antara pupuk SP-36 dan pupuk KCl (PxK) pada pertumbuhan dan produksi benih padi

(Oryza sativa L.) Kultivar Bestari. ... 39 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 (P),

pupuk KCl (K), dan interaksi antara pupuk SP-36 dan pupuk

KCl (PxK) pada mutu benih padi (Oryza sativa L.) Kultivar Bestari. 40 3. Uji BNJ untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl pada

produksi per petak ubinan. ... 42 4. Uji BNJ untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl pada

produksi per hektar. ... 42 5. Rekapitulasi pembandingan nilai tengah perlakuan dosis pupuk

SP-36 untuk peubah pertumbuhan dan produksi. ... 43 6. Rekapitulasi pembandingan nilai tengah perlakuan dosis pupuk

SP-36 untuk peubah vigor awal benih. ... 44 7. Rekapitulasi pembandingan nilai tengah perlakuan dosis pupuk

KCl untuk peubah pertumbuhan dan produksi. ... 45 8. Rekapitulasi pembandingan nilai tengah perlakuan dosis pupuk

KCl untuk peubah vigor awal benih. ... 46 Tabel Lampiran

9. Deskripsi Kultivar Bestari. ... 60 10. Data curah hujan Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus

tahun 2005 2011. ... 61 11. Data produksi benih PPIB Unila Kultivar Bestari 2008-2010. ... 62


(15)

iv 12. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada tinggi tanaman 70 HST. ... 62 13. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

tinggi tanaman 70 HST. ... 63 14. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dam KCl pada tinggi

tanaman 70 HST. ... 63 15. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada anakan maksimal 77 HST. ... 64 16. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

anakan maksimal 77 HST. ... 64 17. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada anakan

maksimal 77 HST. ... 65 18. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada anakan produktif 91 HST. ... 65 19. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

anakan produktif 91 HST. ... 66 20. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada anakan

produktif 91 HST. ... 66 21. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada produksi per rumpun. ... 67 22. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

produksi per rumpun. ... 67 23. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada produksi

per rumpun. ... 68 24. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada produksi per petak ubinan. ... 68 25. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

produksi per petak ubinan. ... 69 26. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada produksi per

petak ubinan. ... 69 27. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl


(16)

v 28. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

produksi pe hektar. ... 70 29. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada produksi

per hektar. ... 71 30. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada bobot 1.000 butir. ... 71 31. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

bobot 1.000 butir. ... 72 32. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada bobot 1.000

Butir. ... 72 33. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada rendemen. ... 73 34. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

rendemen. ... 73 35. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada rendemen. .. 74 36. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada daya berkecambah 0 menit. ... 74 37. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCL peubah

daya berkecambah 0 menit. ... 75 38. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada daya

berkecambah 0 menit. ... 75 39. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada daya berkecambah 30 menit. .. ... 76 40. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

daya berkecambah 30 menit. ... 76 41. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada daya

berkecambah 30 menit. ... 77 42. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada daya berkecambah 60 menit. ... 77 43. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah


(17)

vi 44. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada daya

berkecambah 60 menit. ... 78 45. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada daya berkecambah 90 menit. ... 79 46. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

daya berkecambah 90 menit. ... 79 47. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada daya

Berkecambah 90 menit. ... 80 48. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecepatan perkecambahan 0 menit. ... 80 49. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

kecepatan perkecambahan 0 menit. ... 81 50. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecepatan

perkecambahan 0 menit. ... 81 51. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecepatan perkecambahan 30 menit. ... 82 52. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

kecepatan perkecambahan 30 menit. ... 82 53. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecepatan

perkecambahan 30 menit. ... 83 54. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecepatan perkecambahan 60 menit. ... 83 55. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCL peubah

kecepatan perkecambahan 60 menit. ... 84 56. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecepatan

perkecambahan 60 menit. ... 84 57. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecepatan perkecambahan 90 menit. ... 85 58. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

kecepatan perkecambahan 90 menit. ... 85 59. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecepatan


(18)

vii 60. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 0 menit. ... 86 61. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 0 menit trans. √√x+0,5. ... 87 62. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

kecambah normal kuat 0 menit trans. √√x+0,5. ... 87 63. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecambah

normal kuat 0 menit trans. √√x+0,5. ... 88 64. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 30 menit. ... 88 65. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 30 menit trans. √√x+0,5. ... 89 66. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

kecambah normal kuat 30 menit trans.√√x+0,5. ... 89 67. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecambah

normal kuat 30 menit trans. √√x+0,5. ... 90 68. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 60 menit. ... 90 69. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 60 menit trans. √√x+0,5. ... 91 70. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

kecambah normal kuat 60 menit trans. √√x+0,5. ... 91 71. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecambah

normal kuat 60 menit trans. √√x+0,5. ... 92 72. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 90 menit. ... 92 73. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada kecambah normal kuat 90 menit trans. √√x+0,5. ... 93 74. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah


(19)

viii 75. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada kecambah

normal kuat 90 menit trans. √√x+0,5. ... 94 76. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih abnormal kuat 0 menit. . ... 94 77. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih abnormal kuat 0 menit trans. √√x+1. ... 95 78. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

benih abnormal kuat 0 menit trans. √√x+1. ... 95 79. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada benih

abnormal kuat 0 menit trans. √√x+1. ... 96 80. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih abnormal kuat 30 menit. . ... 96 81. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih abnormal kuat 30 menit trans. √√x+1. ... 97 82. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

benih abnormal kuat 30 menit trans. √√x+1. ... 97 83. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada benih

abnormal kuat 30 menit trans. √√x+1. ... 98 84. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih abnormal kuat 60 menit. ... 98 85. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCL

pada benih abnormal kuat 60 menit trans. √√x+1. ... 99 86. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

benih abnormal kuat 60 menit trans. √√x+1. ... 99 87. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada benih

abnormal kuat 60 menit trans. √√x+1. ... 100 88. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih abnormal kuat 90 menit. ... 100 89. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl


(20)

ix 90. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

benih abnormal kuat 90 menit trans. √√x+1. ... 101 91. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada benih

abnormal kuat 90 menit trans. √√x+1. ... 102 92. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih mati 0 menit. ... 102 93. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih mati 0 menit trans. √√x+0,5. ... 103 94. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCL peubah

benih mati 0 menit trans. √√x+0,5. ... 103 95. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada benih mati

0 menit trans. √√x+0,5. ... 104 96. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih mati 30 menit. ... 104 97. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih mati 30 menit trans. √√x+0,5. ... 105 98. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

benih mati3 0 menit trans. √√x+0,5. ... 105 99. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada benih mati

30 menit trans.√√x+0,5. ... 106 100. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih mati 60 menit. ... 106 101. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih mati 60 menit trans. √√x+0,5. ... 107 102. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

benih mati 60 menit trans. √√x+0,5. ... 107 103. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCL pada benih mati

60 menit trans. √√x+0,5. ... 108 104. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl


(21)

x 105. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada benih mati 90 menit trans. √√x+0,5. ... 109 106. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

benih mati 90 menit trans. √√x+0,5. ... 109 107. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada benih mati

90 menit trans. √√x+0,5. ... 110 108. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada bobotkering kecambah norman 0 menit. ... 110 109. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

bobot kering kecambah normal 0 menit. ... 111 110. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada bobot

kering kecambah normal 0 menit. ... 111 111. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada bobot kering kecambah normal 30 menit. . ... 112 112. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

bobot kering kecambah normal 30 menit. ... 112 113. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada bobot

kering kecambah normal 30 menit. ... 113 114. Data pengamatan pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada bobotkering kecambah norman 60 menit. ... 113 115. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

bobot kering kecambah normal 60 menit. ... 114 116. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada bobot

kering kecambah normal 60 menit. ... 114 117. Data pengamatan untuk pengaruh dosis pupuk SP-36 dan KCl

pada bobot kering kecambah normal 90 menit. ... 115 118. Uji homogenitas ragam untuk dosis pupuk SP-36 dan KCl peubah

bobot kering kecambah normal 90 menit. ... 115 119. Analisis ragam pengaruh pupuk SP-36 dan KCl pada bobot


(22)

xi DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman 1. Sketsa mesin pengusangan cepat tipe IPB 77-1 dan

bagian-bagiannya. ... 33 2. Susunan kecambah normal. ... 37 Gambar Lampiran halaman 3. Tata letak percobaan. ... 59


(23)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi kebutuhan akan beras, hal ini didukung data impor beras Indonesia tahun 2010 mencapai1,8 juta ton. Kebutuhan beras meningkat dari tahun ke tahun (kebutuhan beras tahun 2010 mencapai 33.548.502 ton/tahun). Penyebab

produksi padi nasional belum mampu memenuhi kebutuhan akan beras bagi penduduk Indonesia diduga karena peningkatan jumlah penduduk dan masih rendahnya produksi padi oleh petani yang mencapai 5,02 ton/hektar (Deptan , 2012).

Produksi padi yang rendah juga ditunjukkan oleh rendahnya rendemen benih padi Kultivar Bestari yang diproduksi oleh PPIB Unila dapat dilihat pada Tabel 11 (Lampiran). Rendahnya rendemen dapat disebabkan oleh tingginya kotoran benih yang meliputi benih lain dan bagian dari benih serta bahan-bahan lain yang bukan bagian dari benih. Rendemen benih yang rendah mencerminkan rendahnya produksi yang dicapai oleh suatu kultivar yang dibudidayakan pada satuan luas tertentu.


(24)

2 Produksi padi yang rendah diduga karena tingkat kesuburan tanah yang rendah, serangan hama penyakit, dan cekaman kekeringan yang mempengaruhi

pertumbuhan, produksi, dan vigor awal benih yang dihasilkan. Peningkatan pertumbuhan, produksi, dan vigor awal benih dapat dilakukan dengan pemupukan yang tepat dan penggunaan benih bermutu dari kultivar unggul. Benih bermutu tinggi ditandai oleh vigor awal yang tinggi.

Vigor awal dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tempat benih

diproduksi. Perbaikan lingkungan dilakukan dengan kultur teknis sehingga dapat memenuhi nutrisi bagi proses produksi benih dan mampu menghasikan benih yang memiliki vigor awal tinggi (Sadjad, 1993). Ketersediaan hara makro seperti P dan K dapat mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan vigor awal benih yang dihasilkan maka kebutuhan tanaman akan hara harus terpenuhi dengan baik. Pemenuhan hara tanaman bergantung pada ketersediaan hara pada tanah yang dapat ditinggkatkan melalui pemupukan. Jumlah pupuk yang diberikan berbeda antarlokasi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menyusun lingkungan produksi. Pupuk SP-36 sebagai sumber unsur fosfor. Fosfor diperlukan dalam proses metabolisme sebagai sumber energi dalam bentuk ATP, karena salah satu komponen penyusun ATP adalah gugus fosfor. Jika fosfor tidak tersedia bagi tanaman maka proses metabolisme dan sintesis protein tidak berlangsung (Karyanto, Zen, dan Hadi, 2003). Fosfor berperan dalam pembelahan sel untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, fosfor juga mempengaruhi produksi dengan mengoptimumkan proses metabolisme, fotosintesis dan respirasi


(25)

3 untuk meningkatkan produksi gabah, mempercepat masa pembungaan, dan

kematangan biji yang berhubungan dengan vigor benih.

Pupuk KCl sebagai sumber unsur kalium. Kalium merupakan aktivator dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Unsur kalium juga berperan dalam pengaturan membuka dan menutupnya stomata. Stomata yang membuka dan menutup berkaitan dengan proses fotosintesis tanaman dalam menghasilkan makanan yang dialokasikan untuk menunjang pertumbuhan,

produksi, dan vigor awal benih yang optimum. Kandungan K yang optimum akan menghasilkan pati yang lebih banyak pada tanaman. Sebaliknya, kekurangan K akan mengubah arah metabolisme karbohidrat yang cenderung mendorong akumulasi karbohidrat terlarut dan mengakibatkan penurunan kandungan pati yang dihasilkan. Selain itu hara K juga berfungsi meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit (Karyanto dkk., 2003).

Pertumbuhan tanaman yang optimum menghasilkan penyerapan unsur unsur P dan K yang maksimum. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu sepesies. Tujuan budidaya tanaman adalah menghasilkan pertumbuhan dan panen yang maksimum melalui penyerapan unsur hara seperti unsur P dan K yang maksimum. Fosfor dan formasinya secara langsung berhubungan dengan metabolisme energi, energi yang dibutuhkan untuk biosintesis ion oleh intermedia kaya energi yaitu ATP. Energi utama yang dibutuhkan untuk sintesis pati oleh unsur K adalah ATP, sehubungan dengan peranan P dan K dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman, defisiensi P dan K mengakibatkan penurunan sebagian besar proses


(26)

4 metabolisme termasuk pembelahan sel, pertumbuhan jaringan tanaman, respirasi, dan fotosintesis. Peningkatan kandungan K pada daun diikuti oleh peningkatan laju fotosintesis dan fotorespirasi, tetapi terjadi penurunan dalam respirasi gelap, tetapi ketersediaan fosfor sebagai sumber energi dapat membatasi proses

metabolisme dan fotosintesis tersebut. Jika fosfor dan kalium tersedia dalam jumlah yang kurang bagi tanaman maka proses metabolisme, fotosintesis dan respirasi tidak akan berjalan secara optimum (Gardner, 1991).

Pemupukan dengan SP-36 dan KCl pada dosis tertentu akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang optimum. Pertumbuhan vege-tatif tanaman yang optimum akan menghasilkan fotosintat yang tinggi. Pada saat tanaman memasuki fase generatif, sebagian besar fotosintat yang terbentuk akan diakumulasikan pada organ reproduktif tanaman dan akan terlihat pada jumlah anakan produktif, panjang malai, dan jumlah bulir per malai. Semakin banyak bulir per malai yang dihasilkan maka akan semakin tinggi produksi per rum-punnya, dengan peningkatan produksi per rumpunnya maka akan menunjang peningkatan produksi per hektar. Pemupukan dengan SP-36 dan KCl pada dosis tertentu juga akan menyebabkan vigor awal yang dihasilkan maksimum.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah pemberian pupuk SP-36 dengan dosis berbeda menyebabkan perbedaan pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari? 2. Apakah pemberian pupuk KCl dengan dosis berbeda menyebabkan perbedaan


(27)

5 3. Apakah pemberian pupuk SP-36 bergantung pada pemberian pupuk KCl dalam

menghasilkan pertumbuhan produksi dan vigor awal padi kultivar Bestari?

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh dosis pupuk SP-36 pada pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari.

2. Mengetahui pengaruh dosis pupuk KCl pada pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis pupuk SP-36 dan KCl pada pertumbuhan, produksi, dan vigor awal padi kultivar Bestari.

1.3 Landasan Teori

Pupuk sebagai sumber hara merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam mengatasi kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman khususnya padi, pemberian unsur N, P, dan K melalui pemupukan berkaitan dengan peranan unsur tersebut bagi tanaman. Peran fosfor dalam

tanaman dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan perakaran. Pengaruh fosfor pada produksi yaitu dapat meningkatkan produksi gabah, mempercepat masa pembungaan, dan memperbaiki kualitas benih. Pemenuhan unsur P yang tepat menyebabkan pertumbuhan tanaman yang optimum, dengan pertumbuhan yang optimum maka akan berpengaruh pada produksi tanaman yang tinggi (Hakim dkk., 1986).


(28)

6 Tanaman menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat terutama ion H2PO4- dan HPO42- yang terdapat dalam larutan tanah. Ion H2PO4- lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam sedangkan pada pH yang tinggi (lebih besar daripada 7) bentuk HPO42- lebih dominan, fosfor yang diserap tanaman berperan dalam sintesis protein (Salisbury dan Ross, 1995).

Fosfor merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa penting seperti molekul pentransfer energi ADP dan ATP, serta senyawa sistem informasi genetik DNA dan RNA (Gardner, 1991). Defisiensi unsur P bagi tanaman mengakibatkan proses sintesis protein tidak berlangsung dengan optimum dan ATP serta ADP tidak akan terbentuk dengan optimum. Dalam proses metabolisme sel ATP sangat diperlukan, karena ATP berperan dalam proses pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman. Pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman yang optimum diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif serta vigor awal benih yang optimum.

Senyawa cadangan fosfat yang umum ditemukan dalam biji berupa asam fitat. Bentuk P cadangan ini dapat diremobilisasi untuk menyokong laju metabolisme yang tinggi selama perkecambahan biji (Gadner, 1991). Kandungan asam fitat yang rendah di dalam biji dapat menghambat proses perkecambahan, sehingga mampu menurunkan mutu benih yang dicerminkan oleh rendahnya daya berkecambah, kecepatan dan keserempakan perkecambahan.

Unsur kalium dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar setelah nitrogen. Kalium dalam tubuh tanaman sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur K berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang


(29)

7 bermanfaat dalam reaksi-reaksi fotosintesis, respirasi, dan untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati (Lakitan, 1995).

Unsur K berperan dalam mengatur turgor sel, diduga berkaitan dengan konsentrasi K dalam vakuola. Unsur K dalam sitoplasma dan kloroplas diperlukan untuk menetralkan larutan sehingga mempunyai pH 7-8. Pada lingkungan pH netral terjadi proses reaksi yang optimum untuk hampir semua enzim yang ada dalam tanaman, apabila kegiatan enzim terhambat, maka akan terjadi penimbunan senyawa tertentu karena prosesnya menjadi terhenti, misalnya enzim katalase yang mengubah sukrosa menjadi pati, sehingga mengganggu proses pengisian biji (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Fungsi kalium digunakan untuk pembelahan sel dan pengaturan tekanan osmotik. Pembelahan sel

disebabkan oleh dinding sel yang mengembang misalnya disebabkan oleh pemberian hormon IAA dan adanya akumulasi larutan yang berpengaruh secara internal terhadap tekanan osmotik. Defisiensi unsur K pada tanaman

menyebabkan banyak proses yang tidak berjalan dengan baik, misalnya kegiatan enzim terhambat, terjadi akumulasi karbohidrat, menurunnya kadar pati, dan akumulasi senyawa nitrogen dalam tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Peranan K dalam sintesis protein terlibat dalam beberapa tahap “penter-jemahan”, termasuk peningkatan tRNA ke ribosom. Berdasarkan hal tersebut, sintesis enzim ini terganggu ketika K tidak cukup tersedia. Unsur K mempengaruhi fotosintesis tanaman pada berbagai level. Unsur K sebagai counterion yang dominan terhadap aliran H+ yang diinduksi cahaya melalui membran tilakoid dan pembentukan


(30)

8 gradien pH transmembran yang diperlukan untuk sintesis ATP (fotofosforilasi) di mitokondria (Karyanto dkk., 2003).

Kalium tampaknya tidak memberikan pengaruh langsung terhadap pemanjangan atau percabangan akar. Unsur K penting untuk fungsi fisiologis tertentu pada akar, unsur K yang tidak cukup menyebabkan sistem translokasi yang lemah dan hilangnya permeabel sel. Tanaman yang cukup K hanya kehilangan sedikit air karena ion K meningkatkan potensial osmotik dan mempunyai pengaruh positif terhadap membuka dan menutupannya stomata. Kalium berperan penting dalam fotosisntesis karena secara langsung meningkatkan indeks luas daun, asimilasi CO2, dan translokasi hasil fotosintesis keluar daun(Gardner, 1991). Peningkatan indeks luas daun, asimilasi CO2, dan translokasi hasil fotosintesis keluar daun akan meningkatkan pertumbuhan, produksi dan vigor awal yang dihasilkan. Menurut Karyanto dkk. (2003), fosfor di dalam tubuh tanaman terdapat dalam bentuk fitin, nukleat, dan fosfatida yang merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Unsur P sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian juga untuk pertumbuhan jaringan tanaman. Dalam proses pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman unsur K yang tinggi pada sitoplasma dan kloroplas dibutuhkan untuk menetralkan anion-anion makro molekul terlarut dan tidak terlarut serta menstabilkan pH antara 7-8 (pH netral). Pada pH yang netral sebagian besar reaksi enzim berlangsung secara optimum. Unsur K di dalam sitoplasma dan kloroplas juga banyak memberikan kontribusi terhadap tekanan osmotik. Kalium juga terlibat dalam pengaktipan ATP, yang tidak hanya membantu transpornya sendiri dari larutan luar melalui membran plasma ke


(31)

sel-9 sel akar tetapi juga menjadikan unsur K sebagai unsur mineral yang paling

penting dalam pembelahan sel.

Pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman tidak akan berjalan secara optimum jika proses metabolisme di dalam tubuh tanaman tidak berlangsung secara optimum, metabolisme yang optimum dapat dicapai dengan penambahan unsur K hingga dosis tertentu. Dalam hubungannya dengan serapan hara, peranan unsur K dalam mengaktifkan enzim Mg-ATP pada plasma membran tidak terlepas dari peranan ion P dalam menghasilkan ATP (Gardner, 1991). Energi (ATP) yang diperoleh dari proses metabolisme dimanfaatkan tanaman untuk pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman, sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang optimum, yang pada akhirnya akan didapatkan pertumbuhan generatif dan vigor benih yang optimum.

Penyerapan unsur P dan K akan berjalan secara optimum ketika fotosintesis berlangsung secara optimum. Proses fotosisntesis membutuhkan bahan dasar CO2 dan H2O, senyawa CO2 masuk ke dalam tanaman melalui stomata; sedangkan jumlah CO2 yang dapat diserap tanaman dipengaruhi oleh proses membuka dan menutupnya stomata. Fotosintesis tidak berlangsung jika proses membuka dan menutupnya stomata tidak berjalan. Proses membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh kandungan ion K+ yang terdapat di dalam sel penjaga. Proses membuka dan menutupnya stomata yang optimum akan memaksimumkan proses fotosintesis. Fotosintesis yang optimum menghasilkan asimilat berupa sukrosa yang kemudian dibentuk menjadi molekul besar yaitu pati, protein, lipid, dan energi (Gardner, 1991).


(32)

10 Pembentukan energi berupa ATP membutuhkan unsur P, karena pembentuk ATP salah satunya adalah gugus fosfat (P). Defisiensi unsur P dan K bagi tanaman menyebabkan pembukaan stomata tidak optimum serta proses fotosintesis tidak akan berjalan secara optimum. Proses fotosisntesis yang berjalan tidak optimum menghasilkan asimilat dan energi dalam bentuk ATP yang rendah, dengan energi yang rendah maka proses metabolismenya rendah. Pembentukan pati, protein, dan lipid yang dihasilkan dari proses metabolisme yang rendah akan menentukan pertumbuhan, pengisian biji, dan penentu vigor awal benih. Pembagian asimilat bergatung pada sink untuk pengisian biji pada fase generatif, pengisian biji akan menentukan kematangan benih yang berhubungan dengan vigor benih yang dihasilkan (Karyanto dkk., 2003).

1.4 Kerangka Pemikiran

Produksi tanaman padi yang rendah dapat disebabkan oleh cara budidaya yang tidak tepat seperti pemupukan yang tidak tepat waktu dan tidak tepat dosis. Pupuk merupakan bahan yang mengandung unsur hara pelengkap yang dibu-tuhkan tanaman selain yang tersedia di dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan pupuk pada dosis tetentu, akan membuat tanaman tumbuh optimum, menghasilkan produksi yang maksimum, dan vigor awal benih yang tinggi. Penggunaan pupuk yang tidak tepat akan mengakibatkan tanaman kerdil atau keracunan yang dapat menyebabkan kematian sehingga akan menurunkan produksi tanaman.

Pemberian unsur P yang tepat berpengaruh pada berbagai rekasi enzim. Unsur P berperan dalam menghasilkan suatu produk akhir (ATP), unsur P juga


(33)

11 mengendalikan beberapa reaksi enzim dalam metabolisme tanaman. Unsur P memegang peranan penting dalam regulasi jalur metabolik di sitoplasma dan kloroplas. Ketersediaan unsur P bagi tanaman menunjang proses sintesis protein berlangsung secara optimum dan pembentukan ATP serta ADP. Dalam proses metabolisme sel ATP sangat diperlukan karena ATP berperan dalam proses pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman, dengan pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman yang optimum diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif, generatif dan vigor awal benih yang optimum. Unsur P yang disuplai tanaman mempengaruhi berbagai fraksi fosfor dalam beberapa hal seperti halnya pada biji-bijian dan benih yang sudah dewasa bentuk P cadangan ditemukan dalam bentuk asam fitat yang terlibat dalam pengaturan sintesis pati selama fase pengisian biji dan berhubungan dengan pemasakan buah serta proses perkecambahan biji terkait hubungannya dengan metabolisme dalam biji.

Pengisian biji dan metabolisme dalam biji yang optimum akan menghasilkan daya berkecambah, kecepatan berkecambah, dan keserempakan perkecambahan yang optimum sebagai tolak ukur vigor awal benih yang optimum.

Serapan unsur K sangat selektif dan berkaitan erat dengan aktivitas metabolik. Hal ini dicirikan dengan tingginya mobilitas di dalam individu sel, jaringan, dan dalam transport jarak jauh melalui xilem serta floem. Unsur K berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang bermanfaat dalam reaksi-reaksi fotosintesis, respirasi, dan kerja enzim yang terlibat dalam proses sintesis protein dan lipid. Defisiensi unsur K bagi tanaman mengakibatkan proses metabolisme tidak berjalan dengan optimum dan berbagai proses lainnya akan terganggu seperti


(34)

12 sintesis enzim, fotosintesis, membuka dan menutup stomata. Unsur K berperan penting dalam fotosintesis karena unsur K mampu meningkatkan pertumbuhan, indeks luas daun, asimilasi CO2, dan translokasi fotosintat ke luar daun.

Konsentrasi K yang cukup bagi tanaman mampu menetralkan pH untuk

mengoptimumkan sebagaian besar reaksi enzim dan tekanan osmotik. Perubahan aktivitas enzim yang terjadi selama defisiensi K bertanggung jawab terhadap penurunan resistensi tanaman terhadap hama, penyakit, dan penurunan hasil panen. Ketersediaan unsur K yang terpenuhi bagi kebutuhan tanaman

diasumsikan mampu meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan vigor awal benih melalui proses-proses metabolisme yang berlangsung secara optimum.

Ketersediaan dan penyerapan unsur P dan K secara optimum oleh tanaman diharapkan mampu mengoptimalkan proses-proses seperti fotosintesis, respirasi, dan metabolisme. Fotosintesis akan berjalan optimum jika proses membuka dan menutupnya stomata berjalan dengan optimum. Membuka dan menutupnya stomata dapat berjalan dengan optimum jika unsur K terpenuhi bagi tanaman karena unsur K memegang peranan terhadap prubahan tekanan turgor di dalam sel-sel penjaga selama proses membuka dan menutupnya stomata. Energi yang dibutuhkan untuk membuka dan menutupnya stomata dalam bentuk ATP. Pembentukan energi berupa ATP membutuhkan unsur P karena pembentuk ATP salah satunya adalah gugus fosfat (P). Jika P dan K tidak cukup tersedia bagi tanaman maka pembukaan dan penutupan stomata tidak optimum serta proses fotosintesis juga tidak akan berjalan secara optimum. Fotosintesis yang tidak optimum akan menghasilkan asimilat dan energi dalam bentuk ATP yang rendah, dengan energi yang rendah menghasilkan proses metabolisme yang rendah.


(35)

13 Metabolisme yang rendah menghasilkan pembentukan pati, protein, dan lipid untuk menunjang pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum); produksi (jumlah anakan produktif, produksi per rumpun, produksi per petak ubinan, produksi per hektar dan rendemen); dan penentu vigor awal benih (daya berkecambah, kecepatan perkecambahan, kecambah normal kuat, kacambah abnormal, benih mati, dan bobot kering kecambah normal) juga rendah.

1.5Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Perbedaan dosis pupuk SP-36 akan menghasilkan perbedaan pertumbuhan, produksi, dan vigor awal yang dihasilkan.

2. Perbedaan dosis pupuk KCl akan menghasilkan perbedaan pertumbuhan, produksi, dan vigor awal yang dihasilkan.

3. Pengaruh interaksi dosis pupuk SP-36 dan KCl akan menghasilkan perbedaan pertumbuhan, produksi, dan vigor awal benih padi yang dihasilkan.


(36)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Padi

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil pangan utama di Asia. Padi tergolong tanaman C3 dan toleran terhadap kondisi pengairan. Padi bisa ditanam pada kondisi tanah darat (tegal) dan tanah tergenang (sawah). Pada iklim tropis, tanaman padi tertentu ditanam pada musim hujan (tersedia cukup air) (Siregar, 1981 yang dikutip oleh Hutomo, 2011).

Padi merupakan tanaman semusim yang termasuk golongan rumput-rumputan. Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan dalam division Spermatophyta, subdivision Angiospermae, termasuk dalam kelas

Monocotyledoneae, ordo poales, family Graminae, genus Oryzae, dan spesiesnya Oryza sativa L. Sepesies Oryza sativa dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering karena padi yang tumbuh di lahan kering (tanah daratan) dengan curah hujan yang mencukupi kebutuhan tanaman sedangkan padi sawah karena padi yang memerlukan air menggenang dalam pertumbuhan serta perkembangannya (Soemartono, 1980 yang dikutip oleh Ridwansyah, 2009).

Morfologi tanaman padi dikelompokan dalam dua bagian yaitu bagian vegetatif yang terdiri atas akar, batang, dan daun serta bagian generatif yang terdiri dari malai, bunga, dan buah padi.


(37)

15 Akar tanaman padi tergolong akar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah disebut akar utama (radikula), sedangkan akar yang tumbuh dari dekat buku-buku disebut akar seminal. Akar padi tidak memiliki pertumbuhan sekunder sehingga tidak banyak mengalami perubahan. Akar tanaman padi berfungsi untuk

menopang batang, menyerap nutrisi, air, dan untuk pernapasan (Manurung dan Ismunadji, 1988).

Tanaman padi tergolong dalam Graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada kedua ujung bubung ditutup oleh buku. Panjang ruas tidak sama ukurannya, semakin ke atas ukuran ruas semakin panjang. Beberapa jenis padi mempunyai ruas yang bergaris-garis merah dan membentang dari buku ke buku dan letaknya sejajar (Soemartono, 1980 yang dikutip oleh Ridwansyah, 2009).

Daun padi tumbuh di buku-buku tersusun berselingan, pada setiap buku tumbuh satu daun terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun, dan lidah daun. Daun bendera adalah daun yang paling atas dan memiliki ukuran daun terpendek. Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang (Siregar, 1981 yang dikutip oleh Hutomo, 2011). Malai terdiri dari 8–10 buku yang menghasilkan cabang primer, dari cabang primer akan muncul cabang-cabang sekunder. Ibu tangkai bunga bercabang-cabang dan masing-masing cabang mendukung susunan bunga seperti bulir (Manurung dan Ismunadji,1988).

Buah padi terdiri dari bagian luar yang disebut sekam dan bagian dalam yang disebut kariopsis. Biji yang sering disebut beras adalah kariopsis yang terdiri dari


(38)

16 lembaga (embrio) dan endosperm. Endosperm diselimuti oleh lapisan aleuron, tegmen, dan perikap (Soemartono, 1980 yang dikutip oleh Ridwansyah, 2009 )

2.2 Peran Benih dalam Budidaya Padi

Benih padi adalah gabah (biji) yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman kembali. Kualitas benih ditentukan dalam proses perkembangan tanaman induk, kemasakan benih saat panen, perontokan, pengeringan, dan penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Siregar, 1981 yang dikutip oleh Hutomo, 2011).

Benih berperan tidak hanya sebagai bahan tanaman semata, melainkan juga sebagai penyalur teknologi atau berperan dalam delivery mechanism. Jika

teknologi berupa kultivar unggul, maka keunggulan kultivar tersebut harus sampai secara utuh kepada konsumen benih. Benih tidak semuanya dapat menyalurkan teknologi, hanya benih yang bermutu saja yang dapat menyalurkan teknologi. Mutu yang disampaikan benih mencakup mutu genetik, mutu fisik, dan mutu fisiologis. Mutu genetik benih mencakup keaslian dan kemurnian benih, mutu fisik mencakup kebersihan dan penampilan fisik benih tersebut; sedangkan mutu fisiologis mencakup kemunduran benih, viabilitas, dan daya simpan benih (Basoeki, 2009).

2.3 Peran Pemupukan terhadap Produksi dan Viabilitas Benih

Pemberian pupuk dengan dosis yang tidak tepat, seperti pemberian yang berlebih, serba kekurangan dan pemberian pupuk yang tidak tepat waktu akan


(39)

17 penyakit tanaman yang baru, kerusakan sifat fisik tanah, dan tidak ekonomis. Oleh karena itu pemberian pupuk harus memperhatikan dengan baik teknologi dan ketentuan dalam pemupukan. Pengaruh tidak langsung indirect effect terhadap susunan tanah, tanaman, dan manusia yang memanfaatkan hasil tanaman, dapat dicegah dengan sebaik-baiknya (Pitojo,1995).

Tanaman memerlukan berbagai unsur untuk pertumbuhannya. Unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman diketahui ada 17 macam. Unsur hara penting yang diperlukan dalam jumlah banyak (hara makro) antara lain karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrigen (N), fasfor (P), kalium (K), belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah sedikit (hara mikro) antara lain mangan (Mn), besi (Fe), molibdenum (Mo), seng (Zn), tembaga (Cu), boron (Br), kobalt (Co), dan klor (Cl) (Pitojo, 1995)

Ketersediaan N sangat menentukan laju berbagai proses pembentukan benih. Pengaruh hara N terhadap viabilitas benih bervariasi menurut jenis spesies, fase pertumbuhan tanaman, waktu panen, dan kondisi cuaca. Nitrogen berperan sebagai bagian dari asam amino, protein, asam nukleat, dan koenzim. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion NO3- dan NH4+. Ion NO3- dalam sitosol dikonversi dalam bentuk NH4+ yang selanjutnya digunakan dalam sintesis asam amino. Salisbury dan Ross (1995) mengungkapkan bahwa nitrogen akan disimpan dalan sel-sel biji pada struktur ikatan membran yang disebut benda protein (protein body).

Pasokan hara nitrogen yang baik akan meningkatkan fertilitas anakan dan fertilitas cabang, ketersediaan nitrogen merupakan faktor dominan yang menentukan laju


(40)

18 berbagai proses yang berkaitan dengan pembentukan benih (Mugnisjah dan

Setiawan, 2004). Lebih lanjut Nurman (2002) menyatakan bahwa nitrogen meningkatkan jumlah bulir per rumpun. Selain itu, unsur hara nitrogen pada tanaman padi membuat malai lebih panjang dan jumlah bulir gabah lebih banyak. Kebutuhan nitrogen yang cukup pada fase pertumbuhan vegetatif, sejak semai sampai inisiasi bunga akan merangsang pertumbuhan anakan dan kerapatan pertumbuhan yang akhirnya meningkatnya hasil benih (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).

Hara P sangat penting sejak fase pertumbuhan awal sampai fase kematangan biji. Hara P penting untuk meningkatkan mutu benih yang meliputi potensi

perkecambahan dan vigor awal benih. Fungsi utama fosfor bagi tanaman adalah penyimpanan dan pemindahan energi biosintetik, energi yang diperoleh dari proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat disamping dalam bentuk senyawa fosfat yang kemudian digunakan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

(Tisdale 1972 yang dikutip oleh Wardhana, 2009). Hasil penelitian Nurita (2001) menunjukkan bahwa tanggapan tanaman padi terhadap dosis pupuk P yang terus meningkat mempengaruhi peningkatan jumlah anakan, mempercepat

pertumbuhan, dan keluarnya malai, sedangkan pupuk K dapat meningkatkan jumlah malai per rumpun dan mengurangi persentase gabah hampa per malai. Hara K adalah hara yang mudah bergerak sehingga dapat hilang dari profil tanah, hara K penting untuk pengisian biji dalam bentuk protein dan karbohidrat. Protein dan karbohidrat dapat meningkatkan kualitas biji serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap hama penyakit (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).


(41)

19 Hasil penelitian Wardhana (2009) menunjukkan bahwa pemupukan kalium

mampu meningkatkan tinggi tanaman maksimum, panjang malai, bobot 1.000 butir gabah isi, menurunkan persentase gabah hampa, meningkatkan produksi per hektar, dan tidak berpengaruh terhadap jumlah tanaman per rumpun maupun panjang malai per rumpun padi sawah.

Kebutuhan unsur hara dikaitkan dengan kebutuhan tanaman agar dapat tumbuh dengan baik. Bila unsur hara dalam keadaan kurang maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Tanaman mengalami defisiensi unsur hara tertentu ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan tanaman mencapai 80% pertumbuhan maksimum (Salisbury dan Ross, 1995).

Viabilitas benih yaitu daya hidup benih yang ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhan benih atau gejala metabolismenya. Gejala metabolisme atau pertumbuhan dapat ditunjukkan dari potensi tumbuh maksimum dan daya

berkecambah. Sadjad (1993) menyatakan bahwa viabilitas benih merupakan salah satu faktor penentu mutu benih terutama secara fisiologi yang ditentukan oleh daya berkecambah dan vigor benih. Pengujian viabilitas mencakup pengujian daya berkecambah dan pengujian vigor. Daya berkecambah menunjukan

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang optimum, sedangkan vigor benih mencerminkan

kekuatan benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang beragam (Sadjad, 1993).

Dalam konsep Steinbauer-Sadjad mengemukakan bahwa perkembangan viabilitas benih selama periode hidup benih dibagi menjadi tiga bagian yaitu periode I,


(42)

20 periode II, dan periode III. Periode I adalah pembangunan benih yang meliputi partumbuhan dan perkembangan benih atau disebut juga periode penumpukan energi energy deposit. Periode II adalah periode penyimpanan benih atau periode mempertahankan viabiitas maksimum yang sering disebut juga periode

penambatan energi energy transit. Periode III adalah periode tanaman atau

periode kritikal yang sering disebut periode penggunaan energi energy release dan mulai terjadi proses kemunduran viabilitas benih. Pada semua periode, vigor aktual (vigor sesungguhnya) terus menurun secara gradual linear dari vigor benih maksimum sampai benih mati (Sadjad, 1999).

Vigor benih adalah kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada lingkungan yang kurang memadai (suboptimum), dan benihnya mampu disimpan pada kondisi simpan yang suboptimum. Vigor benih adalah total sifat-sifat benih yang menciptakan tegakan yang memuaskan pada kondisi lapang yang tidak menguntungkan (Sadjad,1993).

Ciri-ciri benih bervigor adalah tahan bila disimpan, dapat berkecambah dengan cepat dan seragam, bebas dari penyakit benih, tahan terhadap gangguan

mikroorganisme, benih tumbuh kuat baik di tanah basah maupun kering, benih mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih dengan

maksimum, sehingga tumbuh jaringan baru, laju pertumbuhan benih tinggi, dan mampu berproduksi tinggi dalam waktu tertentu (Sadjad,1993).


(43)

21 2.4 Perbaikan Produksi dan Mutu Benih dengan Pemupukan.

Pemupukan merupakan kegiatan menambah unsur hara ke dalam tanah yang bertujuan untuk memenuhi dan mempercepat penyediaan unsur hara bagi

tanaman. Pemenuhan unsur hara dalam jumlah yang optimum bagi tanaman dapat mengoptimumkan pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya meningkatkan produksi dan mutu yang dihasilkan tanaman. Unsur hara dalam jumlah yang optimum bagi pertanaman padi dapat meningkatkan produksi dan mutu benih yang dihasilkan, karena unsur hara tersebut berperan dalam proses metabolisme yang terjadi dalam sel-sel tanaman (Pitojo, 1995)

Pemupukan merupakan upaya perbaikan faktor induced (lingkungan) dalam perbaikan vigor benih. Vigor benih yang dihasilkan terbentuk dari faktor innate (genetik) dan induced (lingkungan) tempat benih diproduksi (Sadjad, 1999). Berdasarkan hal tersebut maka pemberian pupuk harus tepat agar diperoleh vigor benih yang optimum, seperti pemberian fosfor dan kalium. Fosfor terdapat dalam bentuk fitin, dan fosfatide merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel. Fosfor sebagai bagian unit sel berperan penting dalam pembelahan sel. Fungsi fosfor dalam tanaman sendiri dapat mempercepat pertumbuhan akar seminal,

mempercepat perkembangan tanaman muda menjadi tanaman dewasa, mempercepat pembungaan dan pematangan biji, dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian (Pitojo,1995).

Peningkatan produksi tanaman tentunya akan berakibat terhadap peningkatan kebutuhan unsur-unsur lain, terutama fosfor dan kalium. Jika fosfor dan kalium tidak diberikan secara optimal maka proses metabolisme dan fotosintesis rendah


(44)

22 (Pitojo,1995). Tanaman memiliki tanggapan yang berbeda-beda terhadap

pemupukan tergantung dari kultivar, jenis pupuk (kandungan unsur hara). Perbaikan produksi dan mutu benih padi dapat ditingkatkan dengan pemupukan berimbang. Pemberian unsur hara P berkontribusi terhadap penyimpanan dan transfer energi serta penyusunan senyawa biokimia. Sedangkan unsur K berperan dalam transfer hasil asimilasi ke jaringan muda tanaman (Siregar1981 yang dikutip oleh Hutomo, 2011).

2.5 Kemunduran Benih

Kemunduran benih adalah semua perubahan yang terjadi dalam benih dan pada akhirnya mengarah pada kematian benih. Kemunduran benih pasti terjadi dan merupakan proses yang tidak dapat balik. Kemunduran benih berbeda antara jenis benih, cara simpan, dan lama penyimpanan (Bryd 1968 yang dikutip oleh Sutomo, 2004). Proses-proses biokimia dan fisiologi benih yang berhubungan dengan kemunduran benih tarjadi di dalam benih jauh sebelum daya berkecambah benih menurun. Gejala-gejala fisiologi yang berhubungan dengan kemunduran benih antara lain berubahnya warna kulit, munurunnya toleransi terhadap keadaan yang kurang baik pada waktu berkecambah, munurunnya toleransi terhadap

penyimpanan yang kurang baik, menurunnya daya berkecambah, dan meningkatnya jumlah kecambah abnormal.

Kemunduran benih yang mengakibatkan turunnya daya berkecambah dapat menurunkan produksi melalui dua cara yaitu pertama dengan menurunya populasi tanaman, produksi tanaman akan menurun sebagai akibat menurunnya populasi tanaman karena benih gagal untuk bekecambah. Kedua penurunan produksi


(45)

23 tanaman yang berasal dari benih-benih yang kekuatan berkecambahnya rendah mungkin karena menurunnya fungsi organel-organel subseluler yaitu mitokondria dan kloroplas (Perry, 1973 yang dikutip oleh Sutomo, 2004).

Berbagai jenis metode dapat dilakukan untuk mengetahui kemunduran suatu benih seperti pengusangan secara kimia dan fisik. Metode pengusangan cepat secara fisik yaitu salah satunya dengan cara mendera benih dengan uap jenuh etanol. Penderaan dengan uap etanol dapat menyebabkan terdenaturasinya protein dalam benih. Denaturasi protein dalam benih ini akan menyebabkan turunnya viabilitas benih tersebut. Penderaan benih yang semakin lamanya mengakibatkan kerusakan protein dalam benih tersebut semakin tinggi dan menyebabkan laju penurunan viabilitas semakin tinggi yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju kemunduran benih tersebut. Semakin tahan benih didera dalam waktu yang lama, maka semakin tinggi daya simpan benih tersebut (Delouche, 1971 yang dikutip oleh Herlambang, 2005).

Etanol merupakan senyawa organik yang bersifat nonpolar. Pada konsentrasi tertentu, etanol dapat mendenaturasi protein. Etanol juga bersifat higroskopis sehingga dapat menarik molekul air yang menyelimuti koloid protein dan terjadi denaturasi protein. Protein yang telah terdenaturasi akan kehilangan fungsi biologisnya (Baum dan Scaif, 1972 yang dikutip oleh Saenong, 1984).


(46)

24

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian produksi benih dilakukan di lahan petani di Desa Sinar Agung, Keca-matan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus. Pengujian vigor awal benih dilakukan di Laboratorium Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan April sampai Oktober 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah bajak tangan, cangkul, sabit, sprayer, ember, tim-bangan analitik AND buatan Jepang, kantong plastik, label, alat pengukur kadar air (moisture meter), alat pengusangan benih yaitu MPCUE IPB 77-1, desikator, oven, kertas merang, alat ukur panjang, alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah benih padi kultivar Bestari hasil radiasi sinar gama 0,20 Gy oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, air, etanol 95%, insektisida seperti Spontan, Amicothin, dan Virtako; fungisida seperti Foltus, Booster Energi, dan Explore.


(47)

25 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial 3 x 3. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah split plot dalam RKTS dengan tiga kelompok. Petak utama adalah dosis pupuk SP-36 meliputi 100 kg/ha (p1), 150 kg/ha (p2), 200 kg/ha (p3), dan sebagai anak petak adalah dosis pupuk KCl yang meluputi 100 kg/ha (k1), 150 kg/ha (k2), 200 kg/ha (k3).

Analisis data menggunakan uji Bartlett untuk melihat homogenitas ragam antar-perlakuan, dan uji Tukey untuk melihat model kemenambahan data. Bila asumsi analisis ragam terpenuhi, pengolahan data dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah antarperlakuan dilakukan dengan uji BNJ pada taraf nyata 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan lahan

Penelitian ini menggunakan lahan sawah seluas 700 m2. Lahan sawah diolah dengan cara dibajak dua kali dan satu kali pelumpuran untuk meratakan tanah. Lahan sawah sudah rata dan dianggap homogen, kemudian petak-petak percobaan dibuat sebanyak 27 petak perlakuan dengan ukuran setiap petak 5 m x 5 m, dan jarak antarpetak 50 cm.

3.4.2 Persemaian

Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi kultivar Bestari yang berasal dari Badan Tenaga Nuklir Nasional. Benih padi di semai pada bedengan persemaian benih yang dibuat dengan ukuran 1 m x 10 m untuk setiap


(48)

26 bedengan dengan tinggi 30 cm dan jarak antarbedengan 50 cm. Benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam untuk menyerempakan perkecambahan benih dan sebelum penyebaran benih pada bedengan terlebih dahulu diaplikasikan pupuk organik (Petroganik) dengan dosis 2 kg/bedeng.

3.4.3 Penanaman

Penanaman bibit dilakukan setelah bibit berumur 22 hari dengan cara membe-namkan perakaran bibit pada kedalaman 3-5 cm dengan jarak tanam 25 x 25 cm, dan jajar legowo 4 : 1 dengan 1-2 bibit setiap satu lubang tanam. Penyulaman dilakukan terhadap bibit yang mati atau dimakan hama dengan menggunakan bibit yang ditanam di antarpetak percobaan.

3.4.4 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta pengairan. Penyulaman dilakukan paling lambat saat umur tanaman 7 hari setelah tanam. Penyiangan gulma dilakukan saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam atau melihat keadaan gulma di lahan sudah perlu dikendalikan atau tidak. Penyiangan

dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma yang tumbuh di sawah. Pengen-dalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida dan fungi-sida. Pengairan diperlukan sejak awal fase vegetatif hingga pengisian bulir, dengan sistem pengairan terputus-putus.


(49)

27 3.4.5 Pemupukan

Pupuk yang dipergunakan adalah pupuk anorganik berupa Urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk Urea 300 kg/ha; dosis pupuk Sp-36 100,150, dan 200 kg/ha; dan dosis pupuk KCl 100,150, dan 200 kg/ha. Aplikasi pupuk Urea dilakukan sebanyak tiga kali yaitu sepertiga dari dosis pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam, sepertiga pada 21 hari setelah tanam dan sepertiga sisanya pada 40 hari setelah tanam. Pemupukan KCl dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam dan pemupukan kedua dilakukan 21 hari setelah tanam. Pemupukan SP-36 dilakukan satu kali saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam.

Aplikasi pupuk pertama (7 hari setelah tanam) dilakukan dengan pencapuran pupuk Urea, SP-36, dan KCl terlebih dahulu. Campuran pupuk Urea, SP-36, dan KCl ditebarkan pada lahan sawa dengan keadaan air sawah yang kecil atau macak-macak. Pemupukan kedua (21 hari setelah tanam) dilakukan dengan pencampuran pupuk Urea dan KCl terlebih dahulu kemudian campuran Urea dan KCl ditebarkan secara merata pada lahan sawah. Pemupukan ketiga (40 hari setelah tanam) dilakukan dengan pemupukan Urea ditebarkan secara merata pada lahan sawah dengan keadaan air macak-macak.

3.4.6 Penyiangan

Kegiatan penyiangan gulma dapat dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di lahan pertanaman padi dan dengan menggunakan alat khusus


(50)

28 untuk membersihkan gulma pada jalur-jalur pertanaman padi yang dikenal dengan nama gasrokan oleh masyarakat jawa.

3.4.7 Pengairan

Pengairan tanaman padi dilakukan dengan sistem pengairan terputus-putus, dengan cara mengairi sawah beberapa hari hingga petakan-petakan sawah terisi air. Pengisian air pada petakan-petakan di hentikan beberapa hari setelah terisi air secara merata di petakan. Pengisian air dilakukan kembali setelah air di petakan sawah mengering tetapi masih tetap lembab. Sistem pengairan terputus-putus pada saat pertumbuhan vegetatif bertujuan untuk menghasilkan anakan yang maksimum. Pengairan tetap diperlukan sampai pada masa pembungaan dan pengisian bulir maksimum. Pengairan mulai dikurangi saat pengisian bulir maksimum, dan lahan mulai dikeringkan ketika tanaman sudah mencapai masak fisiologis untuk mempercepat kematangan dan siap panen dengan kadar air panen yang rendah.

3.4.8 Pengendalian hama dan penyakit

pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman padi dilakukan aplikasi beberapa insektisida seperti Spontan dengan dosis 2,0 ml/liter, Amicothin dosis 15,0 g/16 liter, dan Virtako dosis1,5 ml/liter dan aplikasi beberapa fungisida seperti Booster Energi dosis 5,0 g/16 liter, Explore dosis 2,0 ml/ liter, dan Foltus 2,0 ml/liter. Pengaplikasian pestisida dilakukan sesuai dosis rekomendasi pada masing masing kemasan pestisida yang digunakan, pengaplikasian pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan sprayer punggung.


(51)

29 Pengaplikasian insektisida dan fungisida berselang satu minggu setelah

penyemprotan baru dilakukan penyemprotan kembali sampai keberadaan hama benar-benar dapat dikendalikan. Pengaplikasian pestisida yang baik dilakukan pada pagi hari sampai dengan pukul 09.00 WIB.

3.4.9 Panen

Panen merupakan kegiatan akhir dari produksi benih dan pengawasan di lapangan. Panen dilakukan pada saat tanaman padi telah berumur 115-120 hst, dengan ciri-ciri daun bendera sudah menguning secara merata. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang padi dengan sabit bergerigi, kemudian dilakukan perontokan gabah calon benih dengan menggunakan alat perontok yang disebut gebotan. Kadar air gabah calon benih yang baru dipanen berkisar 22-24% yang diukur menggunakan alat pengukur kadar air (moisture mater) pada setiap perlakuan.

3.4.10 Pengolahan benih di lantai jemur dan laboratorium

Benih-benih yang telah selasai dipanen, dibawa ke lantai jemur. Pengelolaan gabah calon benih dilakukan dengan dua tahap pembersihan dan untuk

pengeringan dengan sinar matahari. Tahap pertama pembersihan gabah calon benih adalah membersihkan gabah dari kotoran benih dengan menggunakan mesin pengipas (seed cleaner), kemudian gabah dijemur sampai kadarnya air mencapai 11-12% diukur menggunakan alat pengukur kadar air (moisture meter) pada setiap perlakuan. Gabah yang telah mencapai kadar air 11-12% kemudian


(52)

30 dibersihkan kembali dengan mesin pengipas untuk membersihkan gabah hampa dan kotoran benih yang masih tertinggal saat pembersihan pertama.

Viabilitas benih diuji dengan uji daya berkecambah, uji kecepatan, dan uji keserempakan perkecambahan. Uji daya berkecambah dilakukan untuk mengetahui apakah benih yang dihasilkan memiliki daya berkecambah yang memenuhi ketentuan atau tidak. Uji kecepatan perkecambahan dilakukan untuk mengetahui berapa persen kecepatan benih per satu hari atau etmal untuk berkecambah. Uji keserempakan perkecambahan dilakukan untuk mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh secara serempak pada periode waktu tertentu. Penentuan keserempakan berdasarkan jumlah kecambah normal kuat, normal lemah, dan abnormal pada persentase pengamatan kecambah normal kuat

menunjukkan vigor benih dan persentase kecambah normal total merupakan tolak ukur nilai viabilitas potensial benih

3.5 Pengamatan

3.5.1 Peubah pertumbuhan tanaman a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah (pangkal batang) sampai dengan ujung daun bendera. Pengukuran dilakukan saat tanaman berumur 70 hari setelah tanam. Pengukuran tanaman dalam satuan sentimeter.


(53)

31 b. Jumlah anakan maksimum

Anakan maksimum dihitung dari setiap rumpun tanaman sampel dengan menghitung jumlah seluruh anakan. Jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 77 hari setelah tanam.

3.5.2 Peubah produksi

a. Jumlah anakan produktif

Jumlah anakan produktif adalah jumlah anakan yang menghasilkan malai. Jumlah anakan produktif dihitung saat tanaman berumur 91 hari setelah tanam. b. Bobot gabah per rumpun

Bobot gabah per rumpun ditentukan dengan menimbang bobot gabah calon benih dalam satuan bobot (gram) tanaman sampel.

c. Bobot 1.000 butir

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat penghitung benih seed counter sebanyak 100 butir benih padi diulang sebanyak delapan kali, kemudian benih ditimbang setiap ulangan dalam satuan gram kemudian dilakukan perhitungan bobot 1.000 butir benih untuk mendapatkan nilai koefisien variasi. Penetapan bobot 1.000 butir dapat dilakukan jika nilai koefisien variasi tidak melebihi 4,0 maka bobot 1.000 butir benih padi didapat dengan cara 10 x ); adalah bobot rata-rata delapan ulangan 100 butir benih.


(54)

32 d. Produksi benih per petak ubinan

Produksi gabah calon benih diperoleh dari bobot gabah masing-masing petak ubinan dengan ukuran 1 m x 1 m dalam petak perlakuan. Pengukuran dalam satuan gram per petak .

e. Produksi gabah per hektar

Produksi gabah per hektar didapatkan dari produksi gabah per petak ubinan (1 m x 1 m) yang dikonversi dalam hektar. Pengukuran dalam satuan ton per hektar . f. Rendemen gabah

Penghitungan rendemen gabah didapatkan dari data bobot gabah kering setelah dilakukan pengeringan hingga kadar air 11-12% yang telah dilakukan

pembersihan dibagi dengan bobot gabah kering panen dan dikali 100%. 3.5.3 Peubah vigor awal benih

Benih yang dipanen dari setiap petak dengan kombinasi perlakuan dosis pupuk SP-36 dan dosis pupuk KCl dilakukan pengujian untuk mengetahui vigor awal benihnya. Vigor awal benih diketahui malalui uji perkecambahan, tetapi sebelum uji perkecambahan benih terlebih dahulu dilakukan penderaan dengan uap jenuh etanol 95% dalam mesin pengusang cepat (MPC) IPB 77-1. Uji perkecambahan dilakukan setelah benih diberi lama deraan yaitu 0, 30, 60, dan 90 menit dengan cara meletakkan benih secara merata pada sarangan di dalam MPC.


(55)

33 Tata kerja proses pengusangan cepat dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Benih padi disiapkan dari setiap kombinasi dosis pupuk SP-36 dan KCl untuk direndam air selama 24 jam.

2. Benih yang telah direndam kemudian dimasukkan dalam Alat MPC tipe IPB 77-1 dan pintu MPC ditutup. Lama pengusangan dari 0 (kontrol), 30, 60, dan 90 menit.

3. Benih setelah berada di dalam MPC, penderaan dilakukan dengan menghi-dupkan mesin MPC kemudian uap etanol akan masuk ke dalam ruang MPC dan mendera benih yang ada di dalamnya.

4. Alat MPC tipe IPB 77-1.

Gambar 1. Sketsa mesin pengusangan cepat tipe IPB 77-1 dan bagian-bagiannya.

Keterangan: Tampak sisi depan; (A) yaitu (a) ruang penderaan, (b) pipa saluran uap etanol, (c) rak benih, (d) saklar ON-OFF dan lampu, (e) pengatur lama penghembusan uap etanol, (f) pengatur lama benih dalam alat, (g) alarm, (h) pengunci pintu, (j) karet pelapis, (k) fiber-glass; sedangkan tampak belakang (B) yaitu (1) pompa penghembus udara, (m) tabung saringan udara, (n) tabung pemanas etanol, dan (o) tabung penyalur uap etanol.


(56)

34 5. Penderaan uap etanol selama 30 menit didapat dengan mengeluarkan benih

dari MPC setelah alarem mesin pengusang menyala sebagai penanda

penderaan telah berjalan selam 30 menit, dan seterusnya untuk penderaan 60 hingga 90 menit.

6. Benih-benih yang telah didera uap etanol tersebut kemudian ditanam di media kertas merang lembab dengan metode UKDdp (uji kertas digulung dalam plastik) dan dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A untuk melihat vigor awal benih.

Peubah yang diamati dari mutu benih mencakup daya berkecambah, kecepatan perkecambahan, kecambah normal kuat, benih mati, kecambah abnormal, dan bobot kering kecambah normal. Uji perkecambahan ini menggunakan kertas merang sebagai media perkecambahan metode UKDdp dengan setiap ulangan menggunakan 50 butir benih,

a. Daya berkecambah benih

Daya berkecambah benih diukur dengan uji daya berkecambah. Daya berke-cambah benih diukur sebagai tolak ukur kemampuan benih tersebut tumbuh dan berkembang hingga mencapai stadia dengan bagian dari struktur-struktur penting menunjukkan pertumbuhan kecambah tersebut untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah dapat dikelompokkan sebagai kecambah normal dengan kriteria sebagai berikut (Deptan, 2006):

1. Kecambah utuh; kecambah dengan semua struktur pentingnya (akar primer, koleoptil, dan plumula) berkembang dengan baik lengkap, proporsional, dan sehat.


(57)

35 2. Kecambah dengan cacat ringan; kecambah yang menunjukkan cacat ringan

pada struktur pentingnya, tetapi bagian-bagian lainnya menunjukkan perkembangan normal yang serupa dengan perkembangan kecambah utuh pada pengujian yang sama.

3. Kecambah dengan infeksi sekunder; kecambah yang terbukti sesuai dengan kategori satu atau dua di atas, tetapi terinfeksi oleh cendawan atau bakteri yang berasal dari sumber lain (misal tertular dari benih lain di sekitarnya), selain benih induk.

Pengamatan kecambah normal dilakukan pada 5 x 24 jam dan 7 x 24 jam setelah tanam. Daya berkecambah dihitung berdasarkan nisbah jumlah kecambah normal yang dihasilkan pada periode pengujian.

DB (% ) = ∑ ∑

x 100%

Keterangan: DB = Daya berkecambah; ∑ KN I = Jumlah kecambah normal pada pengamatan I (5 x 24 Jam); ∑ KN II = Jumlah kecambah normal pada pengamatan II (7 x 24 Jam).

b. Kecepatan perkecambah benih

Kecepatan perkecambahan adalah suatu peubah tolak ukur vigor kekuatan tumbuh benih (Pramono, 2009). Kecepatan perkecambahan diukur melalui UKP

menggunakan UKDdp. Pengukuran kecepatan perkecambahan benih dilakukan dari hari ketiga sampai hari ketujuh. Kriteria benih yang telah berkecambah normal adalah tajuk sudah melebihi ukuran panjang benih sekitar satu sentimeter dan memiliki akar primer. Kecepatan perkecambahan dihitung dengan rumus di bawah ini:


(58)

36

  7 3 i Ti Pi (%/hari) KP

Keterangan : KP= kecepatan perkecambahan; Pii = Pertambahan persen kecambah normal dari hari i-3; i = Periode pengamatan hari; Tii = Jumlah hari setelah tanam pada periode pengamatan hari ke-i

c

c.. KeKeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt

K

Keeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt ((KKNNKK)) aaddaallaahh sseebbuuaahh ppeeuubbaahh yyaanngg mmeennjjaaddii ttoollaakk uukkuurr v

viiggoorr kkeekkuuaattaann ttuummbbuuhh bbeenniihh ((PPrraammoonnoo,, 22000099)).. KKeeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt ddiihhiittuunngg p

paaddaa 66 xx 2244 jjaamm sseetteellaahh ttaannaamm,, sseebbaaggaaii ppeerrsseennttaassee kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt ddaarrii s

seelluurruuhh bbeenniihh yyaanngg ddiittaannaamm ppaaddaa uujjii kkeesseerreemmppaakkaann ppeerrkkeeccaammbbaahhaann ((UUkkssPP)).. K

Krriitteerriiaa kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt yyaaiittuu kkeeccaammbbaahh ddeennggaann sseemmuuaa ssttrruukkttuurr ppeennttiinnggnnyyaa b

beerrkkeemmbbaanngg ddeennggaann bbaaiikk,, lleennggkkaapp pprrooppoorrssiioonnaall,, ddaann sseehhaatt.. PPeenneennttuuaann kkeeccaammbbaahh n

noorrmmaall kkuuaatt ddiillaakkuukkaann ddeennggaann mmeennyyuussuunn kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall sseeccaarraa sseejjaajjaarr ddaarrii p

peennaammppiillaann ffiissiikk kkeeccaammbbaahh yyaanngg tteerrbbaaiikk ssaammppaaii ppeennaammppiillaann ffiissiikk kkeeccaammbbaahh n

noorrmmaall yyaanngg bbuurruukk,, kkeemmuuddiiaann bbaarruu ddiitteennttuukkaann jjuummllaahh kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall kkuuaatt ddaann n

noorrmmaall lleemmaahh sseeccaarraa ssuubbjjeekkttiiff ddaarrii sseelluurruuhh kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall ppaaddaa ppeenngguujjiiaann k

keesseerreemmppaakkaann ppeerrkkeeccaammbbaahhaann.. d

d.. BeBenniihh mmaattii

B

Beenniihh mmaattii aaddaallaahh bbeenniihh yyaanngg ttiiddaakk mmeennuunnjjuukkkkaann ggeejjaallaa ppeerrkkeeccaammbbaahhaann aattaauu p

peerrttuummbbuuhhaann sseetteellaahh ddiikkeeccaammbbaahhkkaann sseellaammaa 77 xx 2244 jjaamm sstteellaahh ttaannaamm ddeennggaann uujjii k


(59)

37

Gambar 2. Susunan kecambah normal-abnormal.

e

e.. KeKeccaammbbaahh aabbnnoorrmmaall

K

Keeccaammbbaahh aabbnnoorrmmaall aaddaallaahh kkeeccaammbbaahh yyaanngg tteellaahh mmeennuunnjjuukkkkaann kkeemmaammppuuaann b

beerrkkeeccaammbbaahh,, tteettaappii ttiiddaakk mmeemmppeerrlliihhaattkkaann ppootteennssii uunnttuukk bbeerrkkeemmbbaanngg mmeennjjaaddii k

keeccaammbbaahh nnoorrmmaall aattaauu ddeennggaann bbeennttuukk ddaann uukkuurraann yyaanngg ttiiddaakk pprrooppoorrssiioonnaall.. K

Keeccaammbbaahh aabbnnoorrmmaall ddiihhiittuunngg ddaarrii UUKKPP sseetteellaahh 77 xx 2244 jjaamm.. KKrriitteerriiaa kkeeccaammbbaahh a

abbnnoorrmmaall aaddaallaahh sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt ((DDeeppttaann,, 22000066)):: 1

1.. KeKeccaannbbaahh rruussaakk;; kkeeccaammbbaahh ddeennggaann ssttrruukkttuurr ppeennttiinnggnnyaya hhiillaanngg aattaauu rruussaakk p

paarraahh sseehhiinnggggaa ssttrruukkttuurr--ssttrruukkttuurr ppeennttiinngg tteerrsseebbuutt ttiiddaakk pprrooppoorrssiioonnaall.. 2

2.. KeKeccaammbbaahh yyaanngg bbeerruubbaahh bbeennttuukk aattaauu ttiiddaakk pprrooppoorrssiioonnaall;; kkeeccaammbbaahh ddeennggaann p

peerrttuummbbuuhhaann yyaanngg lleemmaahh aattaauu mmeennggaallaammii ggaanngggguuaann ffiissiioollooggiiss,, aattaauu ssttrruukkttuurr p

peennttiinnggnnyyaa mmeennggaallaammii ppeerruubbaahhaann bbeennttuukk.. 3

3.. KeKeccaammbbaahh bbuussuukk;; kkeeccaammbbaahh yyaanngg ssaallaahh ssaattuu ssttrruukkttuurr ppeennttiinnggnnyyaa tteerrkkeennaa p

peennyyaakkiitt aattaauu bbuussuukk aakkiibbaatt iinnffeekkssii pprriimmeerr sseehhiinnggggaa mmeenngghhaammbbaatt p

peerrkkeemmbbaannggggaann mmeennjjaaddii kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall. KNK

KNL


(60)

38 f

f.. BoBobboott kkeerriinngg kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall

B

Boobboott kkeerriinngg kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall ddiiddaappaattkkaann ddaarrii kkeeccaammbbaahh nnoorrmmaall ttoottaall ppaaddaa uujjii k

keesseerreemmppaakkaann ppeerrkkeeccaammbbaahhaann yyaanngg tteellaahh ddiioovveenn ppaaddaa ssuuhhuu 8800ooCC sseellaammaa 33 xx 2244 j

jaamm ssaammppaaii mmeennccaappaaii bboobboott kkeerriinngg kkoonnssttaann.. PPeenniimmbbaannggaann bboobboott kkeerriinngg k

keeccaammbbaahh nnoorrmmaall ddiillaakkuukkaann sseetteellaahh kkeeccaammbbaahh kkeerriinngg ddiissiimmppaann ddii ddaallaamm ddeessiikkaattoorr h

hiinnggggaa ssuuhhuu kkeeccaammbbaahh kkeerriinngg ssttaabbiill.. PPeenniimmbbaannggaann ddiillaakkuukkaann ddeennggaann m


(61)

DAFTAR CATATAN PERUT

1. Halaman 1 Deptan, 2012 PPIB UNILA 2. Halaman 4

Sadjad, 1993 3. Halaman 3 4. Halaman 5

Hakim dkk.,1986

Salisbury dan Ross, 1995 5. Halaman 6

Laktina, 1995 Rosmarkam, 2002 6. Halaman 7

Karyanto, dkk., 2003 Gardner, 2008 Ridwansyah, 2009 7. Halaman 11

Siregar, 1981 Soemartono, 1980 8. Halaman 12

Soemartono, 1980 Siregar, 1981 9. Halaman 13

Manurung dan Ismunadji,1988 Soemartono, 1980

10.Halaman 14 Siregar, 1981 Soemartono, 1980 Basoeki, 2009 11.Halaman 15

Pitijo, 1995 12.Halaman 16

Mugnisjah, 2004 Nurman, 2002 Sanchez, 1992


(62)

13.Halaman 17 Wardhana, 2009 Nurita, 2001 Mugnisjah, 2004

Salisbury dan Ross, 1995 14.Halaman 18

Sadjad,1993 Sadjad,1994 15.Halaman 19 Pitojo, 1995 Sadjad, 1993 16.Halaman 120 Sadjad, 1993 Pitojo, 1995 Siregar, 1989 17.Halaman 21

Herlambang, 2005

Saenong dan sadjad, 1984 18.Halaman 22

Sutomo, 2004 19.Halaman 46

Brett, 1996 20.Halaman 45

Sianipar, 2006 21.Halaman 46

Salisbury dan Ross, 1995 Pramono, 2010


(63)

PENGARUH DOSIS PUPUK SP-36 DAN DOSIS PUPUK KCl PADA PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN VIGOR AWAL BENIH

PADI KULTIVAR BESTARI

Oleh

I Made Ratna Diane

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(64)

(65)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman 1. Sketsa mesin pengusangan cepat tipe IPB 77-1 dan

bagian-bagiannya. ... 33 2. Susunan kecambah normal. ... 37 Gambar Lampiran halaman 3. Tata letak percobaan. ... 59


(66)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Landasan Teori ... 5

1.4 Kerangka Pemikiran ... 10

1.5 Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Botani Tanaman Padi ... 14

2.2 Peranan Benih dalam Budidaya Padi ... 16

2.3 Peranan Pemupukan Terhhadap Produksi dan Viabilitas Benih ... 16

2.4 Perbaikan Produksi dan Mutu Benih dengan Pemupukan ... 21

2.5 Kemunduran Benih ... 22

III. BAHAN DAN METODE ... 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 24

3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 25

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 25

3.4.1 Penyiapan lahan ... 25

3.4.2 Persemaian ... 25


(67)

3.4.4 Pemeliharaan ... 26

3.4.5 Pemupukan ... 27

3.4.6 penyiangan ... 27

3.4.7 Pengairan... 28

3.4.8 Pengendalian hama dan penyakit ... 28

3.4.9 Panen ... 29

3.4.10 Pengolahan benih di lantai jemur dan laboratorium ... 29

3.5 Pengamatan ... 30

3.5.1 Peubah pertumbuhan tanaman ... 30

3.5.2 Peubah produksi ... 31

3.5.3 Peubah mutu benih ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.1.1 Hasil analisis ragam ... 39

4.1.2 Perbandingan nilai tengah antardosis pupuk SP-36 pada setiap dosis pupuk KCl ... 41

4.1.3 Pengaruh pemberian pupuk SP-36 ... 43

4.1.4 Pengaruh pemberian pupuk KCl ... 45

4.2 Pembahasan ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 58

Tabel 9—117 ... 60—116 Gambar 3 ... 59


(1)

PERSEMBAHAN

Dengan bangga kupersembahkan karya sederhana ini

sebagai ungkapan rasa sayang dan baktiku kepada:

Bapak dan Ibu tersayang yang selalu mencurahkan rasa sayang tanpa henti, yang

selalu membimbing bagaimana menjadi insan yang bermanfaat, serta dalam doa

yang selalu menantikan keberhasilanku dengan sabar dan pengertian.

Kakakku Wayan Eka Dwi Anita dan semua keluarga besarku atas dukungan,

doa, perhatian, dan rasa sayng serta persaudaraan yang tak tergantikan.


(2)

Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan

Walaupun melewati jalan yang sulit.

Seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan

walaupun ia berada di jalan yang mulus.

( Thomas Caryle ).

Mimpi adalah sesuwatu yang bisa kamu gapai

(Made Diane).


(3)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan diselesaikannya skripsi

ini maka penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S. selaku pembimbing I atas saran, bimbingan, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

2. Ibu Ir. Ermawati, M.S. selaku pembimbing II atas saran, bimbingan, nasehat, arahan, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

3. Bapak Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku penguji atas saran, arahan, dan koreksi kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

4. Bapak Akari Edy, Sp., M.S. selaku Pembimbing Akademik atas nasehat, saran, motivasi, dan perhatiannya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas lampung.

5. Seluruh staf pengajar khususnya Peer Group Benih atas segala ilmu pengetahuan dan arahan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Bapak Ir. Tjipto Roso B. M.S. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan lahannya dalam penelitian ini, saran, dan nasehat selama penulis melakukan penelitian hingga penyelesaian skripsi.

7. Seluruh karyawan Laboratorium Benih dan Pemuliaan tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung atas rasa kekeluargannya dan bantuannya selama penelitian di Laboratorium.


(4)

8. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Kakak, yang telah memberikan kasih sayang, waktu, semangat, dan perhatiannya kepada penulis.

9. Tere, Titiani, Titin, Mbak Ambar, Linggar, Widi, Eko, Ketut, dan Putu Shanty yang telah memberikan saran, motivasi, dan meluangkan waktu membantu penulis. 10. Sahabat-sahabat Agronomi 2007; yang telah ikut serta membantu selama

penelitian di laboratorium serta rasa persaudaraan, persahabatan, dan perjuangan selama ini.

11. Keluarga besar Embah Mudin yang yang telah membantu demi kelancaran penelitian ini sewaktu di lapangan.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 18 Pebruari 2012


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1.

Pemberian pupuk SP-36 dengan dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak

meningkatkan pertumbuhan, tetapi meningkatkan produksi yang

ditunjukkan oleh produksi per rumpun dan bobot 1.000 butir pada dosis 200

kg/ha. Pupuk SP-36 pada dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak meningkatkan

vigor awal benih yang dihasilkan.

2.

Pemberian pupuk KCl dengan dosis 100, 150, dan 200 kg/ha tidak

meningkatkan pertumbuhan, produksi dan vigor awal benih padi kultivar

Bestari yang dihasilkan.

3.

Pengaruh interaksi dosis SP-36 dan dosis KCl meningkatkan produksi per

petak ubinan dan produksi per hektar tertinggi pada dosis pemupukan SP-36

150 kg/ha dan KCl 150 kg/ha.


(6)

Hasil pengamatan vigor awal benih dengan metode pengusangan cepat dengan

uap etanol (MPCUE) hingga 90 menit tidak dapat menunjukan perbedaan

pengaruh dosis pupuk SP-36 dengan KCl pada vigor awal benih, sehingga perlu

diadakan pengamatan vigor awal benih pada kultivar Bestari dengan