Struktur Metafora Melayu Pada Gurindam Dua Belas
STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM
DUA BELAS
SKRIPSI SARJANA Dikerjakan
O L E H
Nama : Suri Muliani NIM : 030702006
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA MELAYU
MEDAN
2008
(2)
STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM
DUA BELAS
SKRIPSI SARJANA Dikerjakan
O L E H
Nama : Suri Muliani NIM : 030702006
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA MELAYU
MEDAN
2008
(3)
STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM
DUA BELAS
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan O
L E H
Nama : Suri Muliani NIM : 030702006 Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Drs. Baharuddin, M.Hum
NIP. 131785647 NIP. 131789087
Drs. Warisman Sinaga, M.Hum
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat SARJANA SASTRA dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Daerah Melayu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI BAHASA MELAYU
(4)
PENGESAHAN
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Daerah Melayu pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada,
Hari : Sabtu
Tanggal : 09 Februari 2008
Fakultas Sastra USU Dekan,
NIP. 132098531
Syaifuddin, M. A, Ph. D.
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Baharuddin, M. Hum. ... 2. Drs. Warisman Sinaga, M. Hum. ... 3. Syaifuddin, M. A., Ph. D. ... 4. Drs. Yos Rizal, M. Si. ... 5. Drs. Jamorlan Siahaan ...
(5)
DISETUJUI OLEH;
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Medan, 1 Maret 2008
Dept. Bahasa dan Sastra Daerah Ketua,
NIP. 131785647
(6)
TERIMA KASIHKU
Detik demi detik terlalui dengan pasti Hari demi hari kupupuk harapan dalam hati Agar suatu hari kelak
Aku mampu mempersembahkan sesuatu Yang membuat orang-orang yang aku sayangi Terseyum bangga kepadaku
Dan kini ……
Saat itulah hadir di depan mata Dengan penuh rasa kagum dan hormat Ananda persembahkan kebanggaan ini Dalam pelukan ayah dan bunda Yang teramat berarti dalam hidupku Tak ada yang setangguh seorang ayah Tak ada yang selembut seorang bunda Dengan usaha dan iringan doa Aku tumbuh menjadi seseorang Yang takkan takut menantang dunia Dengan bekal ilmu dan kasih sayang Dari ayah dan bunda
Terima kasih untukmu ayah Terima kasih untukmu bunda Izinkan ananda menggapai asa Izinkan ananda melukis bahasa Dan kelak akan ananda persembahkan Kepada ayah dan bunda
Yang selalu memberikan semangat Dengan limpahan kasih sayang Yang takkan pernah berakhir
(7)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Struktur Metafora Melayu Pada Gurindam Dua
Belas”. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan dengan mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berhubungan dengan struktur metafora.
Pembahasan dalam skripsi ini merupakan pemaparan tentang struktur metafora Melayu, yang bertujuan untuk menjelaskan tentang jenis-jenis metafora ditinjau dari sintaksis. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah puisi rakyat yaitu gurindam.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahasa melayu mempunyai perbedaan dengan bahasa lainnya. Bahasa melayu baik lisan maupun tulisan sering dipengaruhi oleh bahasa lainnya. Bahasa melayu banyak menggunakan gaya bahasa, khususnya gaya bahasa metafora. Gaya bahasa metafora yang merupakan gaya bahasa perbandingan di antara dua objek, sebenarnya bahasa melayu masih mempunyai keunikan-keunikan lainnya yang dapat dijadikan bahan ataupun objek penelitian.
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya patut dipersembahkan kepada Allah SWT yang menciptakan manusia dengan kelebihan akal untuk berpikir terhadap alam dan lingkungannya. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW sebagai panutan umat dalam menjalankan hidup di dunia ini.
Alhamdulillah, dengan kerja keras dan kesungguhan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan guna menyelesaikan program pendidikan Sarjana Strata Satu pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini adalah sekelumit ilmu yang ada di muka bumi ini, jadi tanpa adanya rasa syukur kepada Allah SWT kita sebagai manusia bukan apa-apa. Akan tetapi, keinginan untuk terus belajar haruslah ada pada diri kita, dari sekarang sampai kita menghembuskan nafas terakhir di dunia ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan tenaga dan pikiran, serta memberikan pengarahan, motivasi, bimbingan, dan semangat maupun saran yang penulis terima dari semua pihak, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat teratasi. Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Syaifuddin, M. A. Ph. D. Dekan Fakultas Sastra USU Selaku pimpinan tertinggi di Fakultas Sastra. Semoga di masa kepengurusan periode ini Bapak diberi kesehatan, kekuatan dan kecemerlangan berpikir untuk membawa Fakultas Sastra tercinta ke arah yang lebih baik lagi.
(9)
2. Bapak Drs. Baharuddin, M. Hum. Ketua Jurusan Departemen Bahasa dan Sastra Daerah Fakultas Sastra USU dan selaku Pembimbing I, yang mana di bawah bimbingan dan arahan yang bapak berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M. Hum. selaku Pembimbing II, tanpa bimbingan, waktu, tenaga, dan cakrawala berpikir yang luas dari Bapak untuk penulis maka proses penyelesaian skripsi ini tidak akan terlaksana sesuai yang diharapkan
4. Ibu Dra. Rozanna Mulyani, M. A. yang telah banyak memberi spirit dan dukungan kepada penulis terhadap penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberi ilmu dan pengalaman kepada penulis sehingga penulis bisa menjadi sarjana. Semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat dikemudian hari. 6. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah memberikan segalanya
kepada penulis kasih sayang, perhatian, bimbingan, serta tidak pernah mengeluh dalam membiayai pendidikan penulis sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga besar penulis Kak Ni2ng, Kak Deni, dEk Ijun yang menjadi motivator untuk tetap giat dalam menjalani aktivitas sehari-hari penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Keluarga penulis yang juga telah ikut ambil peran dalam memberikan masukan dan bimbingannya selama Studi Perkuliahan dan Pengerjaan Skripsi.
(10)
9. Sahabat-sahabatku yang tersayang Martha, Risna, Fitri, dan Liza yang telah memberikan keceriaan dan dukungan sehingga penulis tetap bersemangat dalam menjalani perkuliahan serta penyusunan skripsi ini.
10.Stambuk 2003 yang bertabur bintang; Evan (yang semangat truz), Armen,
Tama, Ihsan (yang selalu Parbada), Risdo (yang terlalu senang JD), Eko (Penjaga Milala), Yulia, K’Anda (Jam terbang tinggi),
11. Seluruh mahasiswa sastra Daerah semoga kita tambah akrab kemudian harinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu, semua masukan maupun kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari para dosen dan pembaca sekalian.
Medan, 09 Februari 2008 Penulis
Suri Muliani NIM 030702006
(11)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR SINGKATAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan ... 7
2.1.1 Metafora ... 7
2.1.2 Jenis-jenis Metafora ... 8
2.2 Teori Yang Digunakan ... 10
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar ... 14
3.2 Lokasi Sumber Data dan Instrumen ... 15
(12)
BAB IV STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM DUA BELAS
4.1 Pengantar ... 16
4.2 Analisis Metafora Melayu pada Gurindam Dua Belas ... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
(13)
DAFTAR SINGKATAN
B1 = Bait Pertama P9 = Pasal Kesembilan B2 = Bait Kedua P10 = Pasal Kesepuluh B3 = Bait Ketiga P11 = Pasal Kesebelas B4 = Bait Keempat P12 = Pasal Kedua belas B5 = Bait Kelima G12 = Gurindam Dua Belas B6 = Bait Keenam
B7 = Bait Ketujuh B8 = Bait Kedelapan B9 = Bait Kesembilan B10 = Bait Kesepuluh B11 = Bait Kesebelas P1 = Pasal Pertama P2 = Pasal Kedua P3 = Pasal Ketiga P4 = Pasal Keempat P5 = Pasal Kelima P6 = Pasal Keenam P7 = Pasal Ketujuh P8 = Pasal Kedelapan
(14)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Struktur Metafora Melayu Pada Gurindam Dua
Belas”. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan dengan mengumpulkan data atau bahan-bahan yang berhubungan dengan struktur metafora.
Pembahasan dalam skripsi ini merupakan pemaparan tentang struktur metafora Melayu, yang bertujuan untuk menjelaskan tentang jenis-jenis metafora ditinjau dari sintaksis. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah puisi rakyat yaitu gurindam.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahasa melayu mempunyai perbedaan dengan bahasa lainnya. Bahasa melayu baik lisan maupun tulisan sering dipengaruhi oleh bahasa lainnya. Bahasa melayu banyak menggunakan gaya bahasa, khususnya gaya bahasa metafora. Gaya bahasa metafora yang merupakan gaya bahasa perbandingan di antara dua objek, sebenarnya bahasa melayu masih mempunyai keunikan-keunikan lainnya yang dapat dijadikan bahan ataupun objek penelitian.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan suatu rangkaian aturan tentang bagaimana kita menggunakan kata-kata dalam penciptaan pesan untuk berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Sehingga bahasa menjadi jantung pesan komunikasi, menduduki posisi utama. Baik proses penyandian, representasi budaya, persepsi prasangka, empati, ideologi, jarak, sosial, dan lainnya. “Bahasa adalah wujud pesan yang menjalankan fungsi komunikasi” (Purwasito, 2003:198).
Dalam literatur bahasa, para ahli merumuskan fungsi bahasa ada 4 yaitu:
a. Sebagai alat/media komunikasi
b. Sebagai alat untuk ekspresi diri
c. Sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial
d. Sebagai alat kontrol sosial, (Keraf, 1997:3-6 dalam Finoza, 2004:2)
Bahasa adalah suatu alat yang penting dan sangat berperan pada manusia. Manusia yang nalurinya selalu ingin hidup bersama menyebabkan perlu berkomunikasi dengan sesamanya. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan untuk mengomunikasikan berbagai hal, baik dirasakan, dipikirkan, dialami, maupun yang diinginkan oleh seseorang. Agar berbagai hal yang
(16)
dikomunikasikan itu dapat diterima secara tepat oleh orang lain, bahasa yang digunakan haruslah tepat, tidak menimbulkan makna yang ganda, dan selalu berhubungan dengan pokok pembicaraan.
Banyak suku atau kelompok etnik yang masing-masing mempunyai kebudayaan sendiri. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri ialah bahasa daerah masih tetap berperan penting dalam kebudayaan daerah di Indonesia. Hal ini terlihat pada sebagian besar suku atau kelompok etnik yang masih memakai bahasa daerah, yang juga dapat berbahasa Indonesia, sedikit banyak akan membawa pengaruh bahasa daerahnya ketika menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Sebaliknya, bahasa Indonesia juga akan memberi pengaruh terhadap perkembangan bahasa daerah.
Pada era globalisasi dan era informasi, setiap orang berusaha untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam bidang seni dan budaya. Sehubungan dengan perkembangan zaman, untuk mengomunikasikan dalam berbagai hal orang sering mengungkapkannya dalam bentuk tulisan seperti puisi dan cerita.
Berdasarkan kenyataan itu, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1984:16). Oleh karena itu, bahasa Melayu yang dapat memberi pengaruh besar terhadap bahasa Indonesia perlu dibina dan dikembangkan. Untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia kita memerlukan perkembangan kata-kata
(17)
yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu, bahasa daerah dan bahasa asing turut memperkaya perbendaharaan kata-kata bahasa Indonesia.
Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia dan sebagai landasan hukumnya dapat dilihat dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 ayat 2, yang mengatakan bahwa di samping bahasa resmi negara, bahasa daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara.
Melayu kaya akan budaya daerah, seperti bahasa dan sastra. Namun sebagian aspek bahasa dan sastra tersebut belum pernah diteliti sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahuinya secara baik. Sastra lisan (lihat Petunjuk Penelitian Bahasa dan Sastra, 1974:100) tersebut meliputi:
1. Bahasa rakyat, seperti logat, sindiran, bahasa rahasia, dan mantra; 2. Ungkapan tradisional, seperti pribahasa, pepatak, dan seloka;
3. Pertanyaan tradisional, seperti teka-teki dan wangsalan;
4. Puisi rakyat, seperti pantun, syair, dan gurindam;
5. Cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dongeng, fabel, dan cerita jenaka; 6. Nyanyian rakyat, seperti senandung.
Di dalam skripsi ini penulis hanya membahas salah satu aspek bahasa dan sastra yaitu gurindam. Yakni analisis metafora Melayu dari segi sintaksis dalam
gurindam dua belas. Menurut Raja Ali Haji, Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal,
(18)
masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi*
1.2Batasan Masalah
.
Pada penelitian ini penulis menganggap bahwa metafora Melayu memiliki nilai rasa yang tinggi sehingga menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk mengkonsumsi ungkapan-ungkapan tersebut ke dalam diri mereka, dan penulis mencoba membahas bahwa dalam berbahasa, masyarakat Melayu tidak selalu memakai lambang yang secara langsung mengacu pada objeknya. Masyarakat Melayu tidak dapat menghindarkan diri dari pemakaian bahasa kias yang dinamakan metafora.
Di Indonesia penelitian mengenai bahasa daerah kurang mendapat perhatian dari ahli bahasa, khususnya bahasa Melayu. Mengingat hal inilah penulis tertarik untuk meneliti struktur metafora Melayu pada gurindam dua belas karena penulis merasa penelitian mengenai judul tersebut belum ada dan diharapkan hasilnya dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi para peneliti bahasa daerah.
Adapun permasalahan yang akan diuraikan dalam skripsi ini adalah struktur metafora Melayu pada gurindam dua belas.
* Dalam surat Raja Ali Haji kepada Roorda van Eijsinga tanggal 2 Juli 1846 ada tertulis;
”Syahdan suatupun tiada cendera mata kepada sahabat kita, hanyalah satu surat Hikayat Sultan Abdul Muluk yang sudah kita sendiri nazamkan dengan bahasa Melayu Johor yang terpakai pada masa ini”.
(19)
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan menyimpang dari pokok bahasan yang dikehendaki, maka penulis memberikan suatu batasan yang meliputi:
1. Bagaimana struktur metafora yang terdapat pada gurindam dua belas ? 2. Apa saja jenis-jenis metafora yang terdapat pada gurindam dua belas?
3. Makna apa yang terkandung pada gurindam dua belas dalam metafora?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan seluruh hasil analisis data berupa analisis metafora Melayu dalam gurindam dua belas. Yang mana tujuan lainnya adalah
1. Agar diketahui struktur metafora yang terdapat pada gurindam dua belas. 2. Agar diketahui jenis-jenis metafora yang terdapat pada gurindam dua belas.
3. Agar diketahui makna yang terkandung pada gurindam dua belas dalam
metafora.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk memperluas wawasan dan pemahaman penulis dan pembaca tentang
(20)
2. Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bandingan untuk penelitian selanjutnya terhadap bahasa Melayu, khususnya dari segi sintaksis atau linguistik.
3. Menambah rujukan bagi penelitian bahasa khususnya penelitian tentang
metafora.
4. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menggali nilai-nilai luhur budaya
yang sudah mulai kurang dikenal oleh masyarakat umum.
5. Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Sarjana Sastra di Fakultas
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Untuk mempertanggungjawabkan suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah, karena itulah disertakan data-data yang kuat yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti.
Ada beberapa buku yang dipakai penulis dalam penelitian ini seperti buku karangan Wahab, yang berjudul Isu Linguistik Pengajaran Bahasa oleh Airlangga University Press, buku Basyarsah II, yang berjudul Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, serta beberapa buku bahasa yang lainnya.
2.1.1 Metafora
Metafora berasal dari kata Greek metaphora yang berati ‘memindahkan’
yaitu dari meta ‘di atas’ dan pherein ‘membawa’ (Hawkes, T: 1972:1). Metafora
merujuk kepada proses linguistik yang mana aspek tertentu sesuatu objek dibawa atau dipindahkan kepada objek lain, dengan demikian objek kedua diujarkan seolah-olah ia seperti objek yang pertama.
Di dalam Ensiklopedi Amerika (1994) metafora adalah yang digambarkan sebagai suatu perbandingan tersirat antara dua hal berlainan, suatu analogi yang secara khayalan mengidentifikasi satu obyek dengan yang lain dan yang lain
(22)
dianggap berasal dari kualitas terbaik yang kedua atau menginvestasikan yang pertama dengan arti tambahan lain.
Menurut Glosari Istilah Kesusastraan (1988:188), metafora merupakan satu bentuk kiasan atau analogi yang melambangkan sesuatu bagi sesuatu yang lain, bahwa kedua-duanya terdapat persamaan. Buku Ensiklopedi (1996) mengartikan metafora sebagai kemiripan dengan menerapkan untuk satu hal suatu nama atau suatu tindakan yang kepunyaan hal lain.
Waluyo (1991:88-89) mengatakan bahwa metafora adalah kiasan langsung; artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan.
Wahab (1986:11) mengartikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai, melainkan dari predikasi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun oleh makna yang dimaksudkan oleh ungkapan kebahasaan itu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa metafora merupakan kiasan langsung yang dipakai untuk menggambarkan sebagai suatu perbandingan tersirat antara dua hal berlainan.
2.1.2 Jenis-jenis Metafora
Wahab (1995:72) telah menulis beberapa jenis metafora berdasarkan pandangan sintaksis. Menurutnya metafora dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
(23)
1. Metafora Nominatif
Metafora nominatif adalah metafora yang mana penanda metafora hanya terdapat pada nomina kalimat. Karena posisi nomina dalam kalimat berbeda-beda, metafora nominatif dapat pula dibagi menjadi dua macam, yaitu metafora nominatif subjektif dan metafora objektif, atau yang lazim disebut berturut-turut sebagai metafora nominatif dan metafora komplementatif saja. Contoh metafora ini:
'Angin mengatakan padaku tentangmu'.
“Angin mempunyai arti yang tidak sebenarnya. Dalam kalimat di atas, angin adalah subjek kalimat. Angin digunakan untuk membandingkan antara pemesan yang membawa berita. Bagian lain, mengatakan padamu dikatakan secara harfiah dan tentu bukan ekspresi metaforikal”.
2. Metarofa Predikatif
Dalam metafora predikatif, ekspresi metaforikal ditempatkan pada predikatif kalimat, sementara bagian lain diekspresikan secara harfiah. Contoh metafora ini:
'Pelari Indonesia memecahkan rekor dunia'
”Kata memecahkan adalah predikat kalimat yang menandakan metafora. Memecahkan adalah kata kerja transitif yang membutuhkan objek. Objek untuk kata memecahkan biasanya benda nyata, tetapi dalam contoh frase rekor dunia adalah benda abstrak dan itu tidak bisa dipecahkan secara fisik. Jadi,
(24)
dalam contoh rekor dunia dibandingkan ke benda konkrit yang dapat dipecahkan seperti gelas atau balon. Bagian lain kalimat diekspresikan secara harfiah”.
3. Metafora Kalimatif
Metafora sintaktik adalah metafora dalam bentuk kalimat. itu berarti bahwa semua bagian kalimat diekspresikan secara metafora dan tentu mempunyai arti tidak sebenarnya. Contoh metafora ini:
'Malam sedang menunggu matahari'
”Malam dapat digunakan untuk mengekspresikan kesedihan sementara matahari diacukan pada kesenangan dan hidup baru, sedangkan menunggu adalah metafora karena itu digunakan oleh benda yang tidak hidup dan menyarankan perbandingan antara malam dan orang. Malam; benda tidak hidup dan bagaimanapun tidak bisa menunggu untuk beberapa satu atau sesuatu”.
2.2 Teori Yang Digunakan
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori yang diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga menjadi penuntun kerja bagi penulis.
(25)
Sebagai acuan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah Parera (1987:11) dengan teori kebahasaan struktur. Teori ini meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:965) kata struktur membentuk kata benda yang pengertiannya adalah susunan atau keteraturan unsur-unsur dari suatu benda atau ujud. Keraf (1995:57) struktur ialah “… perangkat hubungan antara bagian-bagian yang teratur, yang membentuk suatu kesatuan yang lebih besar”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa struktur merupakan susunan unsur-unsur gagasan antara kelompok-kelompok gejala.
Dalam berpikir sehari-hari, manusia menggunakan metafora. Menurut George Lakoff dan Mark Johnson (1980:6 dalam Wahab (1995:76))
… metaphor is not just a matter of language, that is, of more words. We shall argue that … human thought processes are largely metaphorical. This is what we mean when we say that the human conceptual system is metaphorically structured and defined.
Sebaliknya, di dalam berpikir dan menciptakan metafora, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya, karena ia selalu mengadakan interaksi dengan lingkungannya itu. Studi tentang iteraksi antara manusia dengan lingkungannya (makhluk bernyawa maupun benda tak bernyawa) itu disebut studi tentang sistem ekologi. Dengan sendirinya, keadaan sistem ekologi suatu kelompok masyarakat akan tercermin dalam penggunaan metafora yang
(26)
diciptakan oleh kelompok masyarakat itu. Sistem ekologi yang diipersepsi manusia tersusun dalam suatu hierarki yang sangat teratur.
Dengan demikian, ruang persepsi manusia yang mempengaruhi penciptaan metafora pada kalangan penyair dan sastrawan juga tersusun menurut hierarki yang teratur pula. Hierarki ruang persepsi manusia itu dapat dilihat diagram berikut.
BEING COSMIC ENERGY SUBSTANTIAL
TERRESTRIAL OBJECT
LIVING ANIMATE
HUMAN
Hierarki persepsi manusia terhadap ruang dimulai dari manusia sendiri, karena manusia dengan segala macam tingkah lakunya merupakan lingkungan manusia yang terdekat. Jenjang ruang persepsi yang ada di atas HUMAN ialah
ANIMATE (makhluk bernyawa), sebab manusia hanyalah satu bagian saja dari
makhluk bernyawa. Sebaliknya, tidak semua makhluk bernyawa dapat
dimasukkan ke dalam kategori HUMAN. Hewan, misalnya adalah makhluk
bernyawa, tetapi hewan bukanlah manusia. Selanjutnya, kategori di atas makhluk
bernyawa ialah LIVING, termasuk di sini alam tumbuhan, sebab tumbuhan itu
hidup. Tetapi, tidak semua yang hidup itu tetumbuhan. Begitu hierarki itu seterusnya berjenjang ke atas, sampai pada segala sesuatu yang ada di jagad raya ini, termasuk konsep yang bersifat abstrak yang tidak dapat dihayati oleh indra, walaupun tak dapat disangkal keberadaanya. Karena itu, kategori ruang persepsi
(27)
yang paling atas ialah BEING, untuk mewakili semua konsep abstrak yang tidak
dapat dihayati dengan indra manusia.
Perlu diutarakan di sini, bahwa antara nomina kategori ruang persepsi manusia dan prediksi masing-masing kategori harus ada kesesuaian. Kesesuaian antara nomina dan predikasi masing-masing kategori antara lain dapat dibaca pada tabel berikut :
KATEGORI CONTOH NOMINA PREDIKASI
BEING COSMIC ENERGY SUBSTANSIAL TERRESTERIAL OBJECT
LIVING ANIMATE HUMAN
kebenaran, kasih matahari, bumi, bulan cahaya, angin, api semacam gas gunung, sungai, laut semua mineral flora
fauna manusia
ada
menggunakan ruang bergerak
lembam terhampar pecah tumbuh berjalan, lari berpikir
Karena itulah untuk menganalisis atau mengkaji struktur metafora Melayu pada gurindam dua belas dalam skripsi ini penulis menggunakan teori George Lakoff dan Mark Johnson yang menyatakan bahwa metafora mengandung lambang kias dan makna, lambang kias yang dipakai dalam metafora tersebut diambil dari lingkungan manusia dalam sistem ekologi yang tersusun secara teratur dalam satu hierarki.
(28)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metode artinya cara tepat
untuk melakukan sesuatu; Logos artinya ilmu dan pengetahuan. Ilmu adalah
pengetahuan yang bersistem dan terorganisasi (Jabrohim, 2001:8). Oleh karena itu, upaya penelitian dalam rangka pengembangan ilmu memerlukan metode yang bersifat ilmiah. Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah dengan dukungan dan sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan (Jabrohim, 2001:8).
Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisa dengan menyusun laporan (Narbuko, 1991:3). Jadi metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang digunakan atau dilewati untuk mencapai pemahaman.
3.1 Metode Dasar
Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan untuk menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 1983:106), sedangkan menurut Sudaryanto (1988:41) metode berarti bertindak menurut sistem aturan tertentu.
Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu (Furchan, 1992:21).
(29)
Selanjutnya Cahyono, (1995:165) mengatakan bahwa “Pendekatan deskriptif adalah pendekatan untuk menguraikan bahasa sehari-hari menurut pandangan bahasa yang harus digunakan”.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan metode pustaka. Mengkaji dan menganalisis gurindam dua belas dengan menggunakan buku-buku yang mendukung seperti, buku Kebudayaan Sumatera Timur, Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra, serta beberapa buku bahasa yang lainnya.
3.3 Metode Analisis Data
Mengklasipikasikan metafora yang terdapat dalam gurindam dua belas sesuai dengan pembagian metafora dari segi sintaksisnya. Lalu memberikan pengertian atau makna yang sebenarnya dari metafora tersebut.
(30)
BAB IV
STRUKTUR METAFORA MELAYU PADA GURINDAM DUA BELAS
4.1 Pengantar
Hireaki pola kategori struktur menurut Michael C. Haley (dalam Wahab, 1998:71) dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Manusia yang merupakan sentral yang mendiami bumi merupakan mahluk
hidup yang mempunyai nafas dan kemampuan berbicara dan berpikir serta hidup. Kategori manusia merupakan lingkungan yang terdekat dengan manusia itu sendiri dan konkrit keberadaannya. Kategori ini berada pada posisi yang paling awal;
2. Di atas kategori manusia adalah mahluk bernyawa. Mahluk bernyawa
dalam hal ini adalah dunia fauna dengan lingkungnya yang juga bagian dari mahluk hidup yakni bernafas dan hidup namun tidak dapat berbicara dan berpikir kecuali berjalan dan berlari meskipun konkrit keberadaannya;
3. Kategori di atas mahluk bernyawa adalah kehidupan yang juga merupakan
bagian dari dua kategori di bawahnya. Lingkungan adalah dunia flora yang mana dapat hidup tetapi tidak bernafas dan berpikir. Meskipun berwujud konkrit atau dapat dicerna manusia.
4. Kategori di atas kehidupan adalah objek. Objek atau benda tidak memiliki kehidupan dalam lingkungannya. Keberadaan ibjek juga konkrit namun dapat dipisahkan dari lingkungannya karena makna dari prediksi dapat dikoyak dan dipisahkan;
(31)
5. Kategori ruang persepsi di atas objek adalah terresterial di mana lingkungannya menyatu dengan bumi dan tak dapat dikoyak maupun dipisahkan. Memiliki wujud konkrit dengan prediksi mengalir dan menjulang;
6. Kategori selanjutnya adalah substansi yang mana lingkungannya juga
tersendiri dengan keadaan mencair. Prediksi untuk kategori ini adalah mengendap dan berwujud konkrit;
7. Kategori di atas substansi adalah energi dalam arti memiliki kekuatan pada lingkungannya. Wujud dari kategori ini adalah memiliki kekuatan seperti ’angin’ yang dapat memberikan dampaknya pada pohon yang bergoyang dan ’tanah’ pada tanaman yang tumbuh di atasnya. Untuk kategori ini bisa berwujud konkrit dan abstrak;
8. Di atas kategori energi adalah benda-benda kosmik yang lingkungannya
berada di atas bumi dan di bawah langit. Berwujud konkrit walaupun tidak dapat diraih tangan manusi karena jaraknya yang jauh. Prediksi kategori ini adalah menghiasi jagad raya dan bersinar;
9. Kategori yang paling akhir dan berada paling atas adalah keadaan.
Memiliki wujud yang abstrak di mana lingkungannya tidak nyata seperti kategori lainnya. Meskipun abstrak namun dapat dirasakan keadaannya oleh indra manusia. Kategori ini ada pada ruang persepsi manusia dan memiliki prediksi ada dan mempunyai.
Untuk lebih sederhananya, hirearki ruang persepsi manusia yang memiliki makna dapat diungkapkan seperti berikut. Manusia adalah mahluk hidup, namun
(32)
tidak semua mahluk hidup adalah manusia seperti fauna. Manusia dan fauna adalah bagian dari kehidupan tetapi tidak semua kehidupan adalah mahluk bernyawa seperti dunia flora. Dalam kehidupan ada objek atau benda yang mudah lepas dari lingkungannya. Adapula bagian objek yang tidak dapat lepas dari lingkungannya seperti terrestrial, substansi, energi, kosmos, dan hingga pada objek abstrak yaitu keadaan.
4.2 Analisis Metafora Melayu Pada Gurindam Dua Belas
Data: B1, P1, G12
Barang siapa tidak memegang agama Segala-gala tidak boleh dibilangkan nama
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’agama’ tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupa-kan kategori keadaan (being).
Kata ’agama’ merupakan metafora nominatif ob-jektif.
Makna yang terkandung adalah menjalankan/me-matuhi (ajaran agama).
Konsep metafora segala-gala tidak boleh dibilang-kan nama tidak dapat di-cermati oleh indra ma-nusia seperti apa bentuk-nya yang merupakan ka-tegori keadaan (being).
’segala-gala tidak boleh dibilangkan nama’ meru-pakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah siapa yang tidak menjalankan ajaran aga-ma tidak akan mendapat-kan berkah.
(33)
Data: B2, P1, G12
Barang siapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang a’rifat
Struktur Jenis Makna
Konsep ’yang empat’ di-petakan sebagai kata ben-da sehingga ben-dapat ’dike-nali’ yang merupakan ka-tegori keadaan (being).
Kata ’empat’ merupakan metafora nominatif ob-jektif.
”barang siapa mengenal” yang empat adalah kata-kata kias yang makna se-benarnya adalah ’menge-nal Allah, menge’menge-nal diri sendiri, mengenal dunia, dan mengenal akhirat’.
Data: B3, P1, G12 Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tegaknya tiada ia mengalah
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’suruh dan tegaknya’ tidak da-pat dicermati oleh indra manusia seperti apa ben-tuknya yang merupakan kategori keadaan (being)
’suruh dan tegaknya tiada ia mengalah’ me-rupakan metafora kali-matif.
Makna yang terkandung adalah keteguhan hati yang tidak pernah goyah karena menjalankan segala perin-tah sang pencipta.
Data: B4, P1, G12 Barang siapa mengenal diri Maka telah mengenal Tuhan yang bahari
Struktur Jenis Makna
Konsep bahari dipetakan sebagai objek yang
me-Kata ’Bahari’ merupakan metafora nominatif
ob-Makna yang terkandung adalah sempurna (Tuhan
(34)
nyatu dengan belahan bu-mi merupakan kategori Terestrial.
jektif. yang sempurna).
Data: B5, P1, G12 Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang terpedaya
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’barang terpedaya’ tidak dapat di-cermati oleh indra manu-sia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
Kata-kata ’barang terpe-daya’ merupakan meta-fora nominatif objektif.
Makna yang terkandung adalah masyarakat yang paham akan suatu keti-dakbenaran.
Data: B1, P2, G12
Barang siapa yang mengenal tersebut Tahulah ia makna takut
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia se-perti apa bentuknya yang merupakan Kate-gori Keadaan (being).
Kata-kata ’yang me-ngenal tersebut’ meru-pakan metafora nomi-natif objektif.
”Barang siapa” yang menge-nal tersebut adalah kata-kata kias yang makna sebenarnya adalah ‘mengenal Allah, me-ngenal diri, meme-ngenal dunia, dan mengenal akhirat’.
(35)
Data: B2, P2, G12
Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang
Struktur Jenis Makna
konsep ’sembahyang’ di-petakan sebagai perjalanan sehingga dapat ditinggal-kan yang merupaditinggal-kan kate-gori Keadaan (Being)
Kata ’meninggalkan’ merupakan metafora predikatif.
Kata ’meninggalkan’ di-pakai untuk menjalankan (ajaran agama).
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa ben-tuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Seperti rumah tiada bertiang’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung ’yaitu apabila manusia ti-dak memiliki pegangan hidup maka diibaratkan seperti rumah yang tak bertiang’
Data: B3, P2, G12
Barang siapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa
Struktur Jenis Makna
konsep ’puasa’ dipetakan se-bagai perjalanan sehingga da-pat ditinggalkan yang merupa-kan kategori keadaan (being)
Kata ’meninggalkan’ merupakan metafora predikatif.
Kata ’meninggalkan’ di-pakai untuk mengkiaskan kata-kata tidak melaksa-nakan (ajaran agama).
(36)
Data: B4, P2, G12
Barang siapa meninggalkan zakat Tidaklah hartanya beroleh berkat
Struktur Jenis Makna
konsep ’zakat’ dipetakan sebagai perjalanan sehing-ga dapat ditingsehing-galkan yang merupakan kategori keadaan (being)
Kata ’meninggalkan’ merupakan metafora predikatif.
Kata ’meninggalkan’ di-pakai untuk mengkiaskan kata-kata tidak melaksa-nakan (ajaran agama).
Data: B5, P2, G12 Barang siapa meninggalkan haji Tidaklah ia menyempurnakan janji
Struktur Jenis Makna
konsep ’haji’ dipetakan sebagai perjalanan sehi-ngga dapat ditisehi-nggalkan yang merupakan kategori Keadaan (Being)
Kata ’meninggalkan’ me-rupakan metafora predi-katif.
Kata ’meninggalkan’ di-pakai untuk mengkiaskan kata-kata tidak melaksa-nakan (ajaran agama).
Data: B1, P3, G12 Apabila terpelihara mata
Sedikitnya cita-cita
Struktur Jenis Makna
Konsep ’mata’ dipetakan seba-gai manusia sehingga dapat ’di-pelihara/dirawat’ yang merupa-kan kategori manusia (human)
Kata ’terpelihara’ merupakan metafora predikatif.
Makna yang terkan-dung adalah ’terjaga’
(37)
Data: B2, P3, G12 Apabila terpelihara kuping Kabar yang jahat tiadalah damping
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kuping’dipetakan seba-gai manusia sehingga dapat ’di-pelihara/dirawat’ yang merupa-kan kategori manusia (human).
Kata ’terpelihara’ merupakan metafora predikatif.
Makna yang terkan-dung adalah ’terjaga’
Konsep kabar dipetakan sebagai manusia sehingga memiliki ’si-fat jahat’ yang merupakan kate-gori Manusia (human).
Kata ’kabar’ merupa-kan metafora subjek-tif.
Makna yang terkan-dung adalah bisa mem-bedakan kabar yang baik dengan yang buruk.
Data: B3, P3, G12 Apabila terpelihara lidah Niscaya dapat daripadanya faedah
Struktur Jenis Makna
Konsep ’lidah’ dipetakan se-bagai manusia sehingga da-pat ’dipelihara/dirawat’ ya-ng merupakan kategori ma-nusia (human).
Kata ’terpelihara’ me-rupakan metafora pre-dikatif.
Makna yang terkandung adalah ’bisa menjaga ucapan’
(38)
Data: B4, P3, G12
Bersungguh-sungguh engkau memelihara tangan Daripada segala berat dan ringan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’tangan’ dipetakan sebagai manusia sehingga dapat ’dipelihara/dirawat’ yang merupakan kategori Manusia (human).
Kata ’memelihara’ merupakan metafora predikatif.
Makna yang terkandung adalah ’bisa menjaga tangan keperbuatan yang buruk’.
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Daripada segala berat dan ringan’ merupakan metafora
komplementatif
Makna yang terkandung adalah terlindung dari perbuatan buruk
Data: B5, P3, G12 Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fi’il yang tidak senonoh
Struktur Jenis Makna
Konsep ’perut’ dipetakan sebagai cairan sehingga dapat terisi terlalu penuh yang merupakan kategori Objek
Kata-kata ’terlalu penuh’ merupakan metafora komplementatif.
Makna yang terkandung adalah ’perut yang kenyangan’
(39)
Data: B6, P3, G12 Anggota tengah hendaklah ingat Disitulah banyak orang yang hilang semangat
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being). Kata-kata ’tengah’ merupakan metafora nominatif subjektif.
Makna yang terkandung adalah suatu masyarakat (haruslah ingat bahwa perbuatan yang berlebihan akan merugikan diri masing-masing orang).
Data: B7, P3, G12 Hendaklah pelihara kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kaki’ dipetakan sebagai hewan sehingga dapat ’dipelihara’ yang merupakan kategori ber-nyawa (animate).
Kata ’pelihara’ merupa-kan metafora predikatif.
Makna yang terkandung adalah ’berhati-hati me-ngambil tindakan atau perbuatan’.
Konsep metafora ini di-petakan sebagai fauna se-hingga dapat ’berjalan’ yang merupakan kategori
Kata-kata ’membawa ru-gi’ merupakan metafora objektif.
Makna yang terkandung adalah jangan berbuat atau melakukan perbua-tan yang merugikan atau
(40)
bernyawa (animate). salah (menyimpang dari ajaran agama).
Data: B1, P4, G12 Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Apabila dengki sudah bertanah Datanglah daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Disitulah banyak orang tergelincir
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’hati’ tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
Kata-kata ’kerajaan di
dalam tubuh’ merupakan metafora
komplementatif
’Hati itu....’ Kerajaan di dalam tubuh merupakan kias yang mengandung makna sebenarnya, makna tersebut adalah tempat yang nyaman.
Konsep ’bertanah’
dipetakan sebagai manusia sehingga dapat melakukan sesuatu yang merupakan kategori Manusia (human).
Kata ’bertanah’ merupakan metafora objektif.
Makna yang terkandung adalah mendarah daging (menjadi satu).
Konsep metafora ’tergelincir’ dipetakan sebagai fauna sehingga dapat ’berjalan’ yang merupakan kategori Bernyawa (animate).
Kata ’tergeilincir’ merupakan metafora objektif.
Makna yang terkandung adalah orang terjatuh (karna lalai).
(41)
Data: B2, P4, G12 Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala Jika sedikitpun berbuat bohong Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung
Tanda orang amat celaka Aib dirinya tiada ia sangka
Struktur Jenis Makna
Konsep ’marah’
dipetakan sebagai manusia sehingga dapat melakukan sesuatu yang merupakan kategori Manusia (human).
Kata-kata ’Pekerjaan marah jangan dibela’ merupakan metafora kalimatif.
makna terkandung adalah ”perbuatan yang tidak baik jangan dibela
Konsep ’akal’ dipetakan sebagai manusia sehingga dapat melakukan sesuatu yang merupakan kategori Manusia (human).
Kata ’hilang’ merupakan metafora nominatif predikatif.
Makna yang terkandung adalah seseorang yang tidak bisa berpikir jernih.
Konsep ’bohong’
dipetakan sebagai manusia sehingga dapat melakukan sesuatu yang merupakan kategori Manusia (human). Kata-kata ’Jika sedikitpun berbuat bohong’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah perbuatan yang tidak baik
Konsep ’mulutnya’ dipetakan sebagai fauna
sehingga dapat
Kata-kata ’Boleh diumpamakan mulutnya
Makna yang terkandung adalah penyakit pada diri
(42)
’merasakan sakit’ yang merupakan kategori Bernyawa (animate).
itu pekung’ merupakan metafora kalimatif.
seseorang”.
Data: B3, P4, G12 Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah
Struktur Jenis Makna
Konsep ’Bakhil’ dipetakan sebagai manusia yang merupakan
kategori Manusia (human).
Kata ’singgah’ merupakan metafora nominatif predikatif.
makna terkandung adalah
’larangan untuk kadatangan seorang yang
berniat buruk’.
Data: B4, P4, G12 Barang siapa yang sudah besar Janganlah kelakuannya membuat kasar
Struktur Jenis Makna
Konsep ’besar’ dipetakan sebagai flora yang merupakan kategori Kehidupan (living).
Kata ’Barang siapa yang sudah besar’ merupakan metafora kalimatif.
makna terkandung adalah
”seseorang yang berkuasa”.
Konsep ’Kasar’
dipetakan sebagai benda sehingga dapat dibuat yang merupakan kategori Manusia (human).
Kata-kata ’membuat kasar’ merupakan metafora nominatif objektif
Makan yang terkandung adalah ’larangan untuk berbuat sewenang-wenang’
(43)
Data: B5, P4, G12 Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya umpama ketor
Struktur Jenis Makna
Konsep ’perkataan’
dipetakan sebagai benda sehingga dapat kotor yang
merupakan kategori kehidupan (living).
Kata ’perkataan’ merupakan metafora predikatif.
makna terkandung adalah ”seseorang yang berkata tidak baik”.
Konsep ’ketor’ dipetakan sebagai benda yang merupakan kategori kehidupan (living).
Kata ’umpama ketor’ merupakan metafora komplementatif
Makan yang terkandung adalah ’seseorang yang memiliki perkataan yang kurang baik’.
Data: B6, P4, G12 Dimana tahu salah diri Jika tidak orang lain yang berperi
Struktur Jenis Makna
Konsep ’berperi’ merupakan kategori Manusia (human).
Kata ’Jika tidak orang lain yang berperi’ merupakan metafora kalimatif.
makna terkandung adalah ’seorang yang merasakan kesedihan hati orang lain’.
Data: B7, P4, G12 Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih
Struktur Jenis Makna
Konsep ’direpih’ dipetakan sebagai fauna sehingga
Kata ’direpih’ merupakan metafora
Makna terkandung adalah ’perbuatan buruk jangan
(44)
dapat ’dirasakan’ yang merupakan kategori Bernyawa (animate).
nominatif objektif. di beri tempat’.
Konsep ’mati’ dipetakan sebagai flora yang merupakan kategori Kehidupan (living).
’Sebelum mati didapat juga sepih’ merupakan metafora kalimatif
Makna terkandung adalah’seorang yang merasakan kesepian’.
Data: B1, P5, G12
Jika hendak mengenal orang berbangsa Lihatlah kepada budi dan bangsa
Struktur Jenis Makna
Konsep ”lihatlah” dipetakan sebagai fauna yang merupakan kategori Bernyawa (animate).
Kata ’Lihatlah’ merupakan metafora nominatif subjektif.
Makna terkandung adalah memandang sesuatu dari sistem sosialnya.
Data: B2, P5, G12
Jika hendak mengenal orang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini merupakan kategori Kehidupan (living).
’Sangat memeliharakan yang sia-sia’ merupakan metafora kalimatif
Makna terkandung adalah ’melakukan suatu hal yang tidak berguna’.
(45)
Data: B4, P5, G12
Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’berilmu’ merupakan Kategori Kehidupan (living). Kata ’berilmu’ merupakan metafora naminatif objektif. Makna terkandung adalah ’seorang yang pandai’.
Konsep metafora ’jemu’ dipetakan sebagai benda yang dapat dirasakan yang merupakan Kategori Kehidupan (living).
Kata ’Jemu’ merupakan metafora nominatif objektif.
Makna terkandung adalah ’seorang yang giat
menuntut ilmu’.
Data: B5, P5, G12
Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengenal bekal
Struktur Jenis Makna
Konsep ’berakal’
dipetakan sebagai manusia yang berpikir
sehingga dapat
melakukan sesuatu yang merupakan kategori Manusia (human).
Kata ’berakal’ merupakan metafora nominatif objektif.
Makna terkandung adalah ’seorang yang cerdas’.
Konsep ’bekal’ dipetakan sebagai metafora yang berkategori kehidupan (living).
’Di dalam dunia mengenal bekal’ merupakan metafora kalimatif.
Makna terkandung adalah ’seorang yang mendapat tuntutan yang baik dari ilmu yang dipelajarinya’..
(46)
Data: B6, P5, G12
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
Struktur Jenis Makna
Konsep ’baik perangai’
dipetakan sebagai manusia yang bertingkah
laku baik sesuatu yang merupakan kategori Manusia (human).
Kata-kata ’baik perangai’ merupakan metafora nominatif objektif.
Makna yang terkandung adalah ’seorang yang berbudi pekerti’.
Konsep ’bercampur’ merupakan kategori Objek.
’bercampur dengan orang
ramai’ merupakan metafora komplementatif.
’Lihatlah pada ketika....’ Bercampur dengan orang ramai yang mengandung makna sebenarnya adalah ’berkumpul dengan yang lain’
Data: B1, P6, G12 Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Struktur Jenis Makna
Konsep ’obat’ dipetakan sebagai benda yang merupakan kategori Kehidupan (living).
’Yang boleh dijadikan
obat’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’penawar kesedihan’.
(47)
Data: B2, P6, G12 Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini dipetakan sebagai benda yang merupakan kategori Kehidupan (living).
’Yang boleh tahukan
tiap seteru’ mengandung metafora
kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’paham akan arti kehidupan’.
Data: B3, P6, G12 Cahari olehmu akan istri Yang boleh menyerahkan diri
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini dipetakan sebagi kegiatan yang merupakan kategori Kehidupan (living).
’Yang boleh menyerahkan diri’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’yang menggambarkan seorang
buronan’.
Data: B4, P6, G12 Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’orang setiawan’ dipetakan sebagai benda yang merupakan kategori Kehidupan (living).
’Pilih segala orang yang setiawan’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah ’yang menggambarkan teman
(48)
Data: B5, P6, G12 Cahari olehmu kan ’abdi Yang ada baik sedikit budi
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini merupakan kategori kehidupan (living).
’Yang ada baik sedikit
budi’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’pengikut yang baik budinya’.
Data: B1, P7, G12 Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
Struktur Jenis Makna
Konsep ’jalan masuk’ merupakan kategori Kehidupan (human).
Kata-kata ’ Di situlah jalan masuk dusta’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’kegiatan keluar masuk’.
Data: B2, P7, G12
Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itulah tanda hampirkan duka
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Apabila banyak berlebih-lebihan suka’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’perbuatan yang menyia-yiakan sesuatu’.
(49)
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Itulah tanda hampirkan duka’ merupakan metafora kalimatif
Makna yang terkandung
adalah ’perasaan seseorang yang terlalu
berlebihan’.
Data: B3, P7, G12 Apabila kita kurang siasat Itulah tanda pekerjaan hendak sesat
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini dipetakan sebagai pikiran manusia yang merupakan kategori Manusia (human).
’Apabila kita kurang siasat’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkan-dung adalah ’yang me-nggambarkan perbua-tan yang kurang diren-canakan terlebih dahulu dalam melakukannya’. Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa ben-tuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Itulah tanda pekerjaan hendak sesat’ merupakan metafora kalimatif
Makna yang terkandu-ng adalah ’melakukan sesuatu yang sia-sia’.
(50)
Data: B4, P7, G12 Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Jika besar bapanya letih’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’perbuatan yang membuat orang tua dikemudian hari letih’.
Data: B5, P7, G12
Apabila banyak mencela (mencacat?) orang Itulah tanda dirinya kurang
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Itulah tanda dirinya kurang’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’bahwa seseorang malas belajar’.
Data: B7, P7, G12 Apabila mendengar akan khabar Menerimanya itu hendaklah sabar
Struktur Jenis Makna
Konsep ’sabar’ dipeta-kan sebagai manusia
Kata ’itu hendaklah’ me-rupakan metafora
predi-Makna yang terkandung adalah gambaran dari
(51)
yang merupakan kategori Manusia (human).
katif. suatu cobaan
Data: B8, P7, G12 Apabila mendengar akan aduan Membicarakannya itu hendaklah cemburuan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’cemburuan’ di-petakan sebagai manusia yang tidak menyukai yang lain yang merupakan ka-tegori Manusia (human).
Kata ’ itu hendaklah’ merupakan metafora predikatif.
Makna yang terkandung adalah gambaran dari suatu perbuatan.
Data: B9, P7, G12
Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’lemah lem-but’ tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa ben-tuknya yang merupakan kategori keadaan (being)
Kata perkataan yang lemah lembut’ meru-pakan metafora nomi-natif objektif.
Makna yang terkan-dung adalah ’perka-taan yang baik’.
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa
’Lekaslah segala orang mengikut’ merupakan metafora kalimatif.
’orang yang mela-kukan perbuatan baik pasti banyak orang
(52)
bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
yang ikut’.
Data: B10, P7, G12
Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
’Lekaslah orang sekalian
gusar’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’orang yang melakukan perbuatan jahat pasti banyak orang yang pergi menjauh’.
Data: B11, P7, G12
Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat honar
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’amat benar’ tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
Kata-kata ’amat benar’ merupakan metafora nominatif objektif.
Makna yang terkandung adalah ’suatu pekerjaan yang baik’.
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra
’Tidak boleh orang
berbuat honar’
Makna yang terkandung adalah
(53)
manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
merupakan metafora kalimatif.
’kegiatan yang sulit dipecah belah’
Data: B1, P8, G12
Barang siapa khianat akan dirinya Apalagi kepada yang lain
Kepada dirinya ia aniaya Orang itu jangan engkau percaya Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya
Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar Orang yang suka menampakkan jasa
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
‘Kepada dirinya ia aniaya’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’seseorang yang menganiaya dirinya sendiri’.
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
’Daripada memuji diri hendaklah sabar’ merupakan metafora kalimatif
Makna yang terkandung adalah ’melakukan sesuatu harus dengan kesabaran’.
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa
’Biar daripada orang datangnya kabar’ merupakan metafora
Makna yang terkandung adalah ’menunggu kabar dari seseorang’.
(54)
bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
kalimatif.
Konsep ’menampakkan jasa’ dipetakan sebagai benda yang merupakan kategori kehidupan (living).
’Orang yang suka menampakkan jasa’ merupakan metafora nominatif objektif.
”Orang akan suka ...” Menampakkan jasa adalah kata yang maknanya adalah bekerja dengan imbalan.
Data: B2, P8, G12
Setengah daripada syirik mengaku kuasa Kejahatan diri sembunyikan
Kebaikan diri diamkan Ke’aiban orang jangan dibuka Ke’aiban diri hendaklah sangka
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
‘Setengah daripada syirik
mengaku kuasa’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah ’kekuatan dari perbuatan buruk’.
Data: B1, P9, G12
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan Bukannya manusia yaitulah syaitan
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra
‘Tahu pekerjaan tak
baik tetapi
Makna yang terkandung adalah ’pekerjaan yang
(55)
manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
dikerjakan’
merupakan metafora kalimatif.
tidak layak dilakukan’.
Data: B3, P9, G12
Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja Kebanyakan orang yang muda-muda
Di situlah syaitan punya jamuan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’manja’ dipetakan sebagai kata
sifat yang merupakan kategori kehidupan (living).
Kata ’ tempatnya manja’ merupakan metafora nominatif objektif.
Makna yang terkandung adalah perbuatan yang bermalas-malasan.
Konsep ’ jamuan’ dipetakan sebagai kata kerja yang merupakan kategori kehidupan (living).
Kata ’ punya jamuan’ merupakan metafora nominatif objektif.
Makna yang terkandung adalah hidangan
(56)
Data: B4, P9, G12 Adapun orang tua yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan jadi berseteru
Struktur Jenis Makna
Konsep ’membuat’ dipetakan sebagai kata kerja
yang merupakan kategori kehidupan (living).
Kata ’ membuat sahabat’ merupakan metafora predikatif. Makna yang terkandung adalah menggambarkan perbuatan syaitan Konsep metafora ini tidak
dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
Kata-kata ’kuat berguru’ merupakan metafora nominatif objektif.
Makna yang terkandung adalah giat dalam menuntut ilmu.
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’ Dengan syaitan jadi berseteru’ merupakan metafora kalimatif
Makna yang terkandung adalah pertengkaran yang tak nyata
Data: B1, P10, G12 Dengan bapa jangan derhaka
Supaya Allah tidak murka
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa
ben-’Dengan bapa jangan derhaka’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah kesetiaan
(57)
tuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
Data: B2, P10, G12 Dengan ibu hendaklah hormat
Supaya badan dapat selamat
Struktur Jenis Makna
Konsep ’dapat selamat’
dipetakan sebagai kegiatan yang merupakan
kategori kehidupan (living).
Kata-kata ’dapat selamat’ merupakan metafora nominatif objektif.
”supaya badan...” Dapat selamat adalah kata yang maknanya adalah badan yang selalu sehat.
Data: B3, P10, G12 Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik di tengah balai
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Supaya boleh naik di tengah balai’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah seorang anak yang kelak menjadi seorang pemimpin.
(58)
Data: B4, P10, G12 Dengan kawan hendak adil Supaya tangannya jadi kapil
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ini tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (being).
’Supaya tangannya jadi
kapil’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah seorang yang disegani.
Data: B2, P11, G12 Hendaklah jadi kepala Buang perangi yang cela
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kepala’ dipetakan sebagai benda yang merupakan kategori Manusia (human).
’Hendaklah jadi
kepala’ merupakan
metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah harus bisa mengambil kesempatan. Konsep ’perangai’
dipetakan sebagai kata sifat yang merupakan kategori Manusia (human).
’Buang perangi’ merupakan metafora nominatif subjektif.
Makna yang terkandung adalah meninggalkan sifat yang jelek.
Data: B3, P11, G12 Hendaklah memegang amanat
Buanglah khianat
Struktur Jenis Makna
(59)
dipetakan sebagai kata benda sehingga dapat
’dipegang’ yang merupakan kategori Kehidupan (living).
merupakan metafora predikatif.
adalah menepati janji.
Konsep ’buang khianat’ merupakan kategori Objek
’Buang khianat’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah meninggalkan sifat pembohong.
Data: B5, P11, G12 Hendak dimalui Jangan memalui
Struktur Jenis Makna
Konsep ’hendak dimalui’ merupakan kategori Objek.
Kata ’Hendak dimalui’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah perbuatan memalukan.
Data: B6, P11, G12 Hendak murahkan
Struktur Jenis Makna
Konsep ’hendak dimalui’ merupakan kategori Objek.
Kata ’Hendak murahkan’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah menganggap semua pekerjaan itu mudah.
(60)
Data: B1, P12, G12 Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kebun’ dipetakan sebagai flora
yang merupakan kategori Kehidupan (living).
’Seperti kebun berpagar
duri’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah memiliki aturan dalam menjalankan kehidupan.
Data: B2, P12, G12 Betul hati kepada raja Tanda jadi sebarang kerja
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’betul hati’ tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
Kata ’Betul hati’ merupakan metafora nominatif subjektif.
Makna yang terkandung adalah niat baik.
(61)
Data: B4, P12, G12 Kasihkan orang yang berilmu
Tanpa rahmat atas dirimu
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa
bentuknya yang merupakan Kategori
Keadaan (Being).
’Kasihkan orang yang berilmu’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung
adalah memberi kepercayaan kepada orang yang pandai.
Data: B5, P12, G12 Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai
Struktur Jenis Makna
Konsep ’kasa dan cindai’ dipetakan sebagai benda sehingga dapat dikenal yang merupan kategori Kehidupan (living).
Kata ’mengenal’ merupakan metafora predikatif.
Makna yang terkandung adalah memahami rasa kasih dan sayang.
(62)
Data: B7, P12, G12 Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta
Struktur Jenis Makna
Konsep metafora ’hati’ tidak dapat dicermati oleh indra manusia seperti apa bentuknya yang merupakan Kategori Keadaan (Being).
’Kepada hati yang tidak
buta’ merupakan metafora kalimatif.
Makna yang terkandung adalah bisa melihat jelas.
Berdasarkan contoh di atas struktur, jenis, dan makna metafora Melayu pada gurindam dua belas dapat dilihat dengan jelas pembagiannya.
(63)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai, melainkan dari predikasi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun oleh makna yang dimaksudkan oleh ungkapan kebahasaan itu (Wahab, 1986:11).
Berdasarkan kajian atau analisis yang penulis lakukan, maka penulis menyimpulkan:
1. Dilihat dari segi sintaksis metafora bahasa Melayu yang terdapat pada
gurindam dua belas terdiri atas: 1) Metafora nominatif, 2) Metafora predikatif, 3) Metafora kalimatif
2. Metafora nominatif dalam bahasa Melayu dapat pula dibagi menjadi dua
macam yaitu: 1) Metafora nominatif subjektif, 2) Metafora nominatif objektif, atau yang lazim disebut berturut-turut sebagai metafora nominatif dan metafora komplementatif saja.
3. Dalam gurindam dua belas kategori struktur yang paling banyak
ditemukan adalah kategori keadaan (being)
4. Dalam gurindam dua belas metafora yang paling banyak ditemukan adalah
metafora kalimatif
5. Makna yang terkandung dalam gurindam dua belas adalah tentang jati diri orang Melayu yang taat akan agama dan memegang teguh adat istiadat.
(64)
6. Gurindam dua belas dijadikan pegangan hidup bagi orang Melayu dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
7. Dalam gurindam dua belas kata-kata kias yang ditemukan sebagian besar
merupakan kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Arab dan istilah keagamaan. Contoh: ma’rifat, mudharat, faedah, fi’il, hujjah, inayat, dan lain-lain.
8. Gurindam dua belas menunjukkan bahwa metafora atau menyampaikan
maksud dengan menggunakan kata-kata kiasan sangat lekat dengan masyarakat Melayu.
5.2 Saran
Penulis berkeyakinan bahwa penelitian ini masih merupakan salah satu bagian penting dari begitu banyak kajian yang dapat memperkaya bidang ilmu, khususnya ilmu linguistik dalam tatanan kebudayaan masyarakat Melayu. Untuk itu saran penulis:
1. Adanya penelitian atau kajian lanjutan mengenai masyarakat Melayu tidak
hanya pada metafora tapi juga pada unsur-unsur kebahasaan yang ditemukan pada masyarakat ini.
2. Adanya kajian yang lebih dalam tentang syair-syair Melayu yang
merupakan kekayaan khasanah budaya Melayu.
3. Syair-syair Melayu mengandung ajaran-ajaran luhur dan landasan hidup
yang baik bagi orang Melayu. Oleh karena itu, syair-syair tersebut haruslah dilestarikan dengan cara mengkajinya, memperkenalkan/mengajarkan kepada anak cucu serta mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
(65)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal, S. Amran Tasai, 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo
Arikunto, Suharisimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Badudu, J. S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.
Baharuddin, dkk. 1997. Limbaga (Peribahasa) Bahasa Simulungun. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Basyarsayah II, Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin. 2002. Kebudayaan
Melayu Sumatera Timur. Medan: USU PRESS.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
---. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rhineka
Cipta
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1998. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.
Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.
Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha
Nasional.
Hawkes, T. 1972. Metaphor. London: Methuen & co. Ltd.
Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hamidita Graha
Widia.
Jhon, Lyons. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia.
(66)
---. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
---. 1995. Eksposisi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
MPD, Aminuddin. 2001. Semantik “Pengantar Studi Tentang Makna”. Bandung:
Sinar Baru Algensindo
Narbuko, Cholid. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Parera, Jos Daniel. 1987. Studi Linguistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta:
Erlangga.
Pateda, Mansoer. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta, W. J. S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Purwasito, Andri. 2003. Komunikasi Multikultural. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Safian. Hussain, et. Al. (penyalur). 1988. Glosari Istilah Kesusastraan. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Silalahi, Roswita. 2005. Metafora dalam Bahasa Batak Toba. Dalam Logat:
Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Volume I No. 2. Medan: USU Press.
Siregar, Bahren Umar. 2004. Metafora Kekuasaan dan Metafora Melalui
(67)
Bahasa. Dalam Bambang Kaswanti Purwo (ed.). 2004. PELBBA 17.
Jakarta: UNIKA Atmajaya.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Tarigan, H. G. 1995. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
---. 1986. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusunan Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Wahab, A. 1995. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa. Surabaya: Airlangga
University Press.
(68)
Lampiran :
Bunyi Gurindam Dua Belas
Gurindam Pasal Yang Pertama Barang siapa tidak memegang agama
Segala-gala tidak boleh dibilangkan nama Barang siapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang ma’rifat Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia mengalah Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan yang bahari Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang terpedaya Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat
Gurindam Pasal Yang Kedua Barang siapa yang mengenal tersebut
Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa Barang siapa meninggalkan zakat Tiadalah hartanya beroleh berkat Barang siapa meninggalkan haji tiadalah ia menyempurnakan janji
Gurindam Pasal Yang Ketiga Apabila terpelihara mata
(69)
Apabila terpelihara kuping
Kabar yang jahat tiadalah damping Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sunggug engkau memelihara tangan Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh Anggota tengah hendaklah ingat
Disitulah banyak orang yang hilang semangat Hendaklah pelihara kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Gurindam Pasal Yang Keempat Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Disitulah banyak orang tergelincir Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung Tanda orang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya umpama ketor Di mana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi Pekerjaan takbur jangan direpih
(70)
Gurindam Pasal Yang Kelima Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihatlah kepada budi dan bangsa Jika hendak mengenal orang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia Jika hendak mengenal orang mulia Lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengenal bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
Gurindam Pasal Yang Keenam Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru Cahari olehmu akan istri Yang boleh menyerahkan diri Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan Cahari olehmu kan ’abdi
Yang ada baik sedikit budi
Guridam Pasal Yang Ketujuh Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itulah tanda hampirkan duka
(71)
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencela (mencacat?)orang Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sahajalah umur
Apabila mendengar akan khabar Menerimanya itu hendaklah sabar Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat honar
Gurindam Pasal Yang Kedelapan Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada yang lain Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar Orang yang suka menampakkan jasa Setengah daripada syirik mengaku kuasa Kejahatan diri sembunyikan
Kebaikan diri diamkan Ke’aiban orang jangan dibuka Ke’aiban diri hendaklah sangka
(72)
Gurindam Pasal Yang Kesembilan Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan Kejahatan seorang perempuan tua Itulah iblis punya penggawa Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja Kebanyakan orang yang muda-muda Di situlah syaitan punya jamuan Adapun orang tua yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan jadi berseteru
Gurindam Pasal Yang Kesepuluh Dengan bapa jangan derhaka
Supaya Allah tidak murka Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik di tengah balai Dengan kawan hendak adil Supaya tangannya jadi kapil
Gurindam Pasal Yang Kesebelas Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa Hendaklah jadi kepala Buang perangi yang cela Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat
Hendak marah Dahulukan huijah
(73)
Hendak dimalui Jangan memalui Hendak murahkan
Gurindam Pasal Yang Keduabelas Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri Betul hati kepada raja Tanpa jadi sebarang kerja Hukum adil atas rakyat Tanpa raja beroleh ’inayat Kasihkan orang yang berilmu Tanpa rahmat atas dirimu Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat baik Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta
(1)
Lampiran :
Bunyi Gurindam Dua Belas
Gurindam Pasal Yang Pertama Barang siapa tidak memegang agama
Segala-gala tidak boleh dibilangkan nama Barang siapa mengenal yang empat Maka yaitulah orang yang ma’rifat Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia mengalah Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal Tuhan yang bahari Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang terpedaya Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudharat
Gurindam Pasal Yang Kedua Barang siapa yang mengenal tersebut
Tahulah ia makna takut
Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang
Barang siapa meninggalkan puasa Tidaklah mendapat dua termasa Barang siapa meninggalkan zakat Tiadalah hartanya beroleh berkat Barang siapa meninggalkan haji tiadalah ia menyempurnakan janji
Gurindam Pasal Yang Ketiga Apabila terpelihara mata
(2)
Apabila terpelihara kuping
Kabar yang jahat tiadalah damping Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sunggug engkau memelihara tangan Daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh Anggota tengah hendaklah ingat
Disitulah banyak orang yang hilang semangat Hendaklah pelihara kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi
Gurindam Pasal Yang Keempat Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Apabila dengki sudah bertanah
Datanglah daripadanya beberapa anak panah Mengumpat dan memuji hendaklah pikir Disitulah banyak orang tergelincir Pekerjaan marah jangan dibela Nanti hilang akal di kepala Jika sedikitpun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung Tanda orang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka Bakhil jangan diberi singgah Itulah perompak yang amat gagah Barang siapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar Barang siapa perkataan kotor
Mulutnya umpama ketor Di mana tahu salah diri
Jika tidak orang lain yang berperi Pekerjaan takbur jangan direpih Sebelum mati didapat juga sepih
(3)
Gurindam Pasal Yang Kelima Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihatlah kepada budi dan bangsa Jika hendak mengenal orang berbahagia Sangat memeliharakan yang sia-sia Jika hendak mengenal orang mulia Lihatlah kepada kelakuan dia
Jika hendak mengenal orang yang berilmu Bertanya dan belajar tidaklah jemu
Jika hendak mengenal orang yang berakal Di dalam dunia mengenal bekal
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai Lihatlah pada ketika bercampur dengan orang ramai
Gurindam Pasal Yang Keenam Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat Cahari olehmu akan guru Yang boleh tahukan tiap seteru Cahari olehmu akan istri Yang boleh menyerahkan diri Cahari olehmu akan kawan Pilih segala orang yang setiawan Cahari olehmu kan ’abdi
Yang ada baik sedikit budi
Guridam Pasal Yang Ketujuh Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta
Apabila banyak berlebih-lebihan suka Itulah tanda hampirkan duka
(4)
Apabila kita kurang siasat
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat Apabila anak tidak dilatih
Jika besar bapanya letih
Apabila banyak mencela (mencacat?)orang Itulah tanda dirinya kurang
Apabila orang yang banyak tidur Sia-sia sahajalah umur
Apabila mendengar akan khabar Menerimanya itu hendaklah sabar Apabila mendengar akan aduan
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan Apabila perkataan yang lemah lembut Lekaslah segala orang mengikut Apabila perkataan yang amat kasar Lekaslah orang sekalian gusar Apabila pekerjaan yang amat benar Tidak boleh orang berbuat honar
Gurindam Pasal Yang Kedelapan Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada yang lain Kepada dirinya ia aniaya
Orang itu jangan engkau percaya Lidah suka membenarkan dirinya Daripada yang lain dapat kesalahannya Daripada memuji diri hendaklah sabar Biar daripada orang datangnya kabar Orang yang suka menampakkan jasa Setengah daripada syirik mengaku kuasa Kejahatan diri sembunyikan
Kebaikan diri diamkan Ke’aiban orang jangan dibuka Ke’aiban diri hendaklah sangka
(5)
Gurindam Pasal Yang Kesembilan Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan Kejahatan seorang perempuan tua Itulah iblis punya penggawa Kepada segala hamba-hamba raja Di situlah syaitan tempatnya manja Kebanyakan orang yang muda-muda Di situlah syaitan punya jamuan Adapun orang tua yang hemat Syaitan tak suka membuat sahabat Jika orang muda kuat berguru Dengan syaitan jadi berseteru
Gurindam Pasal Yang Kesepuluh Dengan bapa jangan derhaka
Supaya Allah tidak murka Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat Dengan anak janganlah lalai Supaya boleh naik di tengah balai Dengan kawan hendak adil Supaya tangannya jadi kapil
Gurindam Pasal Yang Kesebelas Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa Hendaklah jadi kepala Buang perangi yang cela Hendaklah memegang amanat Buanglah khianat
Hendak marah Dahulukan huijah
(6)
Hendak dimalui Jangan memalui Hendak murahkan
Gurindam Pasal Yang Keduabelas Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri Betul hati kepada raja Tanpa jadi sebarang kerja Hukum adil atas rakyat Tanpa raja beroleh ’inayat Kasihkan orang yang berilmu Tanpa rahmat atas dirimu Hormat akan orang yang pandai Tanda mengenal kasa dan cindai Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat baik Akhirat itu terlalu nyata Kepada hati yang tidak buta