Kegiatan Kerja Praktek Hak Tersangka Perkara Penyalahgunaan Narkotika untuk Mendapatkan Bantuan Hukum dalam Proses Penyidikan dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

bidang pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis peran serta masyarakat kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten Kota. 2 Seksi Pemberdayaan Alternatif : mempunyai tugas melakukan penyiapan pemberdayaan alternatif P4GN di bidang pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Provinsi, dan penyiapan bimbingan teknis advokasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten Kota. d Bidang Pemberantasan : mempunyai tugas melaksanakan P4GN di bidang pemberantasan dalam wilayah Provinsi. Bidang Pemberantasan terdiri atas : 1 Seksi Intelijen : mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksanaan kegiatan intelijen berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan intelijen berbasis teknologi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten Kota. 2 Seksi Penyelidikan, Penindakan, dan Pengejaran mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksanaan penyidikan, penindakan dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional KabupatenKota. 3 Seksi Pengawasan Tahanan, Barang Bukti, dan Aset : mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksanaan pengawasan tahanan, barang bukti dan aset dalam wilayah Provinsi. 2. Membaca dan mempelajari buku tentang bahaya dalam penyalahgunaan narkotika yang ada di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi. 3. Mencari bahan untuk menambah data – data laporan kerja praktek berupa : a Laporan kegiatan Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat bulan April 2012. b Sejarah Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat. c Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Organisasi dan Tata Kerja OTK Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Kota. d Mempelajari Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 4. Melakukan wawancara dengan staff dan ahli yang berada di bagian pemberantasan narkotika, diantaranya : a Kepala Bidang Pencegahan : Drs. Wuryanto Sugiri b Kepala Bidang Pemberantasan : Deni Yus Danial. SIP.MH. c Subbagian Perencanaan : Cecep Suherman, S.sos d Seksi Desiminasi Informasi : Tri Wahyu Astuti, S.E e Seksi Penyidikan, Penindakan, dan Pengejaran : Chusnul Waton, S.sos, S.H 5. Membuat rancangan laporan kerja praktek dengan Pembimbing Bapak Deni Yus Danial. SIP. MH.

B. Struktur Organisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Provinsi

Kepala : Anang Pratanto, Drs Bagian Tata Usaha : 1. Subbagian Perencanaan : Cecep Suherman, S.sos 2. Subbagian Logistik : Eka Suryana, S.sos 3. Subbagian Administrasi : Yohanes Eko Arianto, A.pt,M.Si Bidang Pencegahan : 1. Seksi Desiminasi Informasi : Tri Wahyu Astuti, S.E Bidang Pemberdayaan Masyarakat : Anas Saefudin, Drs Bidang Pemberantasan : 1. Seksi Intelijen : 2. Seksi Penyidikan, Penindakan, dan Pengejaran : Chusnul Waton, S.sos, S.H 3. Seksi Pengawasan Tahanan, Barang Bukti, dan Aset : Deni Yusdanial, S.Ip,M.H 32

BAB IV HAK TERSANGKA PERKARA PENYALAHGUNAAN NARKOBA UNTUK

MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT A. Bantuan Hukum Wajib Diberikan Kepada TersangkaPenyalahgunaan Narkoba Sebagai Perlindungan Hak Asasi Manusia Pelanggaran-pelanggaran terhadap Hak Asasi tersangka dapat dibagi dalam 3tiga bagian, yaitu : 1. Pelanggaran administratif dan prosedural penyelidikan dan penyidikan; 2. Pelangaran terhadap diri pribadi jiwaraga dan hartatersangka; 3. Pelanggaran HAM yang tidak diatur dalam KUHAP. Bentuk-bentuk pelanggaran Hak Asasi tersangka dapat ditinjau dalam berbagai bentuk sebagaimana disebut di atas, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam suatu perkara Narkoba terjadi beberapa bentuk pelanggaran, baik pelanggaran asdministratif, pelanggaran prosedural, maupun pelanggaran terhadap diri pribadi tersangka penyalahgunaan Narkoba. Pelanggaran Administratif dan Prosedural dala Penyelidikan dan penyidikan perkara penyalahgunaan Narkoba dapat terjadi dalam bentuk yang sepertinya sudah lazim terjadi sampai kepada sesuatu yang terlupakan di mana hak-hak sesorang tersangka atau saksi diabaikan secara sengaja, antara lain : penyedik tidak memberitahukan hak tersangka untuk didampingi penasihat hukum. Substansi bantuan hukum di Indonesia menjadi pertanyaan paling mendasar, yaitu apakah bantuan hukum itu bersifat wajib diberikan kepada tersangka penyalahgunaan Narkoba dalam proses penyidikan atau baru diwajibkan setelah beberapa syarat tertentu dipenuhi. Bantuan hukum adalah instrumen penting dalam Sistem Peradilan Pidana karena merupakan bagian dari perlindungan HAM, khususnya terhadap Hak Atas Kebebasan dan Hak Atas Jiwa-Raga. Bantuan hukum merupakan pelaksanaan Pasal 1 ayat 1 KUHP yang lazim disebut sebagai asas legalitas. Asas legalitas sendiri adalah asas umum Hukum Pidana yang berlaku universal. Meskipun tidak secara nyata menyebut tentang bantuan hukum, tetapi Pasal 1 KUHP ini mempunyai substansi dan tujuan yang sama, yaitu sebagai perlindungan hukum atas hak kebebasan dan jiwa raga seorang tersangka. Sehingga bantuan hukum dipandang sebagai wujud nyata atas asas legalitas. Semua negara tanpa memandang orientasi politik dan ketatanegaraannya, selalu mengakui asas legalitas dan bantuan hukum dalam sistem Peradilan Pidana masing-masing. Bedanya terletak pada sejauh mana bantuan hukum dijalankan sebagai kewajiban oleh seluruh Lembaga Sistem Peradilan Pidana. Berdasarkan Pasal 54 KUHAP bahwa prinsip Hak atas bantuan hukum diakui, akan tetapi kenyataannya tidak termasuk ke dalam Hak yang bersifat “wajib”. Terdapat kondisi atau syarat tertentu yang harus dipenuhi sebelum Hak atas bantuan hukum tersebut menjadi “wajib”. Syarat khusus tersebut adalah :

Dokumen yang terkait

Bantuan Hukum untuk Tersangka Penyalahgunaan Narkotika dalam Proses Penyidikan dihubungkan dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

0 9 71

Tinjauan Hukum Terhadap Rehabilitasi Sebagai Sanksi Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 13 114

Tinjauan Hukum Tentang Praperadilan Atas Status Tersangka Dalam Perkara Pidana Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

0 4 73

IS IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP.

0 4 11

II IMPLEMENTASI HAK-HAK TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP.

0 2 5

KEDUDUKAN ADVOKAT DALAM PASAL 5 UNDANG- UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT PERSPEKTIF HUKUM

0 0 13

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA 2.1 Bentuk Kejahatan Narkotika - PENYIDIKAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DALAM PERKARA NARKOTIKA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 15

KEDUDUKAN DAN PERANAN PARALEGAL DALAM AKTIVITAS BANTUAN HUKUM DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT jo UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM - repo unpas

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - KEDUDUKAN DAN PERANAN PARALEGAL DALAM AKTIVITAS BANTUAN HUKUM DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT jo UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN

0 0 20

BAB II - KEDUDUKAN DAN PERANAN PARALEGAL DALAM AKTIVITAS BANTUAN HUKUM DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT jo UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM - rep

0 0 55