KEBUDAYAAN, MOTIF BATIK, DAN ESTETIKA SUNDA DALAM KAJIAN LITERATUR KESIMPULAN KAJIAN MOTIF BATIK PADA

9

I.6 Tujuan Penelitian

Atas dasar uraian dan perumusan masalah dapat disimpulkan tujuan analisis yaitu: • Untuk mengetahui nilai estetika desain motif batik pada kelom geulis Sagitria sebagai suatu unsur kebudayaan. • Membuat analisis mengenai keterkaitan antara nilai mitologi dalam estetika Sunda dengan desain motif batik Priangan pada kelom geulis. .

I.7 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil analsis mampu memberi manfaat yaitu: • Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat mendeskripsikan identitas dari budaya masyarakat Sunda yang divisualkan berupa motif batik pada kelom geulis Sagitria. • Menambah referensi kajian mengenai nilai estetika dan kebudayaan dibidang ilmu komunikasi visual agar dapat meningkatkan apresiasi terhadap kelom geulis batik.

I.8 Sistematika Penulisan

Susunan penelitian ini dibuat sesuai struktur yang hendak dicapai dalam penenlitiannya yang terdiri dari lima bab yaitu : • BAB I. PENDAHULUAN Meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. •

BAB II. KEBUDAYAAN, MOTIF BATIK, DAN ESTETIKA SUNDA DALAM KAJIAN LITERATUR

Meliputi teori-teori yang bersangkutan dengan judul penelitian, membahas mengenai budaya, estetika dan motif batik. • BAB III. KAJIAN MOTIF BATIK PADA KELOM GEULIS SAGITRIA TASIKMALAYA Meliputi sejarah perusahaan, perkembangannya, profil kelom geulis Sagitria Tasikmalaya, dan motif batik Priangan pada kelom geulis Sagitria. 10 • BAB IV. ANALISIS VISUAL DAN ESTETIKA SUNDA Meliputi pembahasan masalah analisis mengenai visualisasi motif batik dan nilai estetika pada kelom geulis berdasarkan teori estetika Jamaludin Wiartakusumah. •

BAB V. KESIMPULAN

Meliputi tentang kesimpulan penelitian dan hasil jawaban dari pertanyaan pada rumasan masalah, yakni pemaparan dari visualisasi motif batik pada kelom geulis berdasarkan nilai estetika Sunda. 11

BAB II KEBUDAYAAN, MOTIF BATIK, DAN ESTETIKA

DALAM KAJIAN LITERATUR

II.1 Kebudayaan

Kata kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang telah melekat dalam suatu masyarakat, dalam kebudayaan selalu berkaitan dengan akal yang nantinya menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diyakini sebagai wujud dari tindakan manusia. Seperti yang dikatakan oleh E.B Taylor 1873, h.30 “kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarkat.” Sedang dalam arti yang luas kebudayaan adalah keseluruhan dari sistem pendapat, dimana suatu tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan akan dijadikan sebagai pembelajaran bagi milik dirinya sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin akal budi manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Di dalam kebudayaan itu sendiri terdapat unsur-unsur kebudayaan yang membedakan pola pikir atau pandangan hidup masyarakatnya. C. Kluchkhohn 1953 menyatakan bahwa setiap kebudayaan memiliki tujuh unsur kebudayaan yang universal, yaitu : 1. Sistem religi dan upacara keagamaan yang merupakan produk manusia sebagai homo religious. 2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. 3. Sistem pengetahuan merupakan produk manusia sebagi homo sapiens. 4. Sistem mata pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus. 12 5. Sistem teknologi dan perlengkapan hidup manusia merupakan produk manusia sebagai homo faber. 6. Bahasa merupakan produk manusia sebagai homo languens. 7. Kesenian merupakan hasil dari manusia dalam keberadaannya sebagai homo esteticus. Dari tujuh unsur kebudayan diatas dan berdasarkan dari pengertian mengenai kebudayaan, hal ini termasuk kedalam suatu wujud dari setiap hal yang berhubungan atau berkaitan langsung dengan nilai-nilai dan segala tindak manusia, serta apa yang dihasilkan akan menjadikannya sebagai benih yang ditanam oleh masyarakatnya untuk diwariskan dan dinikmati di masa depan. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat 1979, h.186-188 di dalam tujuh unsur kebudayaan terdapat 3 wujud, yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Wujud ini dimaksudkan sebagai hal yang abstrak terdapat dalam pemikiran masyarkat sehingga tidak dapat dilihat langsung oleh penglihatan. 2. Wujud kebudayaan sebagai aktifitas, atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan yang kedua ini disebut sebagai sistem sosial antara manusia, dimana segala aktifitas manusia yang berbentuk tindakan dan interaksi dilakukan setiap waktu dengan membentuk suatu pola berdasarkan pada adat yang berlaku. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia di dalam masyarakatnya.

II.2 Kebudayaan Sunda

Suku Sunda adalah suku yang berasal dari bagian barat pulau Jawa tepat nya ibukota Jawa Barat yaitu Bandung. Istilah kata Sunda berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu Suddha yang diartikan sebagai pemakaian dari nama gunung yang menjulang di daerahnya yakni Gunung Sunda dengan ketinggian 1.850 mdpl Gonda, 1973, h.345-346. 13 Makna kata Suddha ini diambil dari cahaya putih yang tampak dari kejauhan, cahaya putih yang tampak ini berasal dari abu letusan yang menutupi gunung tersebut Sehingga nama gunung tersebut dijadikan sebagai nama dari wilayah tempat itu berada. Sedang dalam bahasa Jawa Kuno Kawi dan bahasa Bali juga terdapat kata Sunda yang berarti bersih, suci, murni, tak tercela atau bernoda, air, tumpukan, pangkat, dan waspada. Dalam istilah lain Sunda adalah nama dari sebuah kerajaan seperti, halnya tercatat dalam prasasti Sanghiang Tapak yang dikeluarkan oleh Sri Jayabhupati, dalam prasastinya berulang kali Sri Jayabhupati menyebut dirinya sebagai raja dari kerajaan Sunda. Dari sinilah eksistensi kerajaan Sunda mulai dikenal sebagai kerajaan yang menempati wiliyah yang disebut Sunda. Ekadjati, 2009, h.3. Istilah Sunda juga digunakan dalam makna konotasi manusia atau sekelompok manusia dengan sebutan Urang Sunda orang Sunda. Orang sunda adalah sekelompok orang yang dibesarkan dalam sebuah lingkungan sosial dan budaya Sunda, dimana dalam kehidupannya selalu menghayati dan mempergunakan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan Sunda Rosidi 1984: 13. Dari pernyataan ini kemudian Sunda dihubungkan dengan sebuah kebudayaan yang erat. Kebudayaan Sunda adalah kebudayaan yang hidup, tumbuh dan berkembang di kalangan orang Sunda yang berdomisili di Tanah Sunda. Tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama dalam penjelasan pasal 32 dan pasal 36, kebudayaan Sunda dalam tata kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia digolongkan kedalam kebudayaan daerah dengan menamai kebudayaan suku bangsa, sebagai pembeda dengan kebudayaan-kebudayaan lainnya. Menurut kriteria orang sunda yang disebutkan oleh Ajip Rosidi diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan sunda dapat dijabarkan sesuai : 14 • Sistem Kepercayaan Adalah suatu hal yang dianut atau dipercayai oleh masyarakatnya sebagai iman kepada Tuhannya. Kata kepercayaan menurut istilah terminologi di Indonesia ialah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa di luar agama atau tidak termasuk kedalam agama Rasyidi: 1980. Hampir semua orang Sunda beragama Islam hanya saja ada beberapa bagian kecil yang merupakan tidak bergama Islam seperti orang-orang suku baduy yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, dan beberapa penganut agama Katolik, Kristen, Hindu, Budha. Pada kebudayaan Sunda kepercayaan dipertahankan dengan upacara-upacara adat, pada dasarnya seluruh kehidupan orang sunda didasarkan pada pemeliharaan keseimbangan alam semesta, dengan selalu menjaga keseimbangan sosial untuk saling memberi gotong-royong. • Mata Pencaharian Merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemapuan penduduk dan keadaan demografinya Daldjoeni, 1987: 89. Pada umumnya orang-orang suku Sunda sangat bergantung hidup pada bercocok tanam, mereka tidak menyukai untuk pergi merantau atau meninggalkan daerahnya dan berpisah dari bagian keluarganya, sehingga kebutuhan orang Sunda yang diutamakan adalah bercocok tanam yang diharapkan menjadi suatu hal yang dapat meningkatkan taraf hidupnya. • Bahasa Suku Sunda menciptakan bahasa Sunda sebagai bahasa yang dipakai untuk berkomunikasi. Walija 1996: 4 mengungkapkan definisi dari bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat kepada orang lain. Dalam bukti tertulis pada prasasti abad ke-14 yang ditemukan di Kawali Ciamis sebuah bukti tertua yang dibuat oleh prabu Niskala Wastukancana 1397-1475 salah satu teks prasasti tersebut berbunyi “Nihan tapak walar nu siya mulia, 15 tapak inya Prabu Raja Wastu mangadeg di Kuta Kawali, nu mahayuna kadatuan Surawisésa, nu marigi sakuliling dayeuh, nu najur sakala desa. Ayama nu pandeuri pakena gawé rahayu pakeun heubeul jaya dinabuana.” Inilah peninggalan mulia, sungguh peninggalan Prabu Raja Wastu yang bertakhta di kota Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan sekeliling ibukota, yang menyejahterakan seluruh negeri. Semoga ada yang datang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia. • Kesenian Kesenian adalah bagian dari budaya yang memiliki fungsi untuk meneruskan suatu adat dan nilai-nilai dari kebudayaan itu sendiri seni sendiri sering disebutkan sebagai media ekspresi yang mengandung nilai keindahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI seni memiliki tiga arti yaitu; Pertama. Keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya. Kedua. Karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa seperti tari, lukisan, ukiran, dan sebagainya. Ketiga. Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi luar biasa.Kesenian dalam budaya Sunda dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik kesenian dan tari-tarian yang sudah membudaya seperti halnya Tari Jaipong, Wayang Golek, dan Angklung. • Artefak Artefak adalah benda arkeologi atau benda-benda hasil dari peninggalan sejarah. Artefak dalam arkeologi mengandung pengertian sebagai benda hasil dari bahan alam yang dibuat oleh manusia dan bukan semata benda alamiah. Menurut J.J Hoenigman dalam tiga wujud unsur kebudayaan, artefak juga merupakan aspek-aspek dari budaya yang terlihat, hasil karya manusia yang memiliki wujud dari kebudayaan fisik yang berupa hasil dari suatu aktivitas, dan karya manusia dalam sebuah masyarakat yang hasil akhirnya dapat dilihat, diraba, dan di dokumentasikan. Artefak kebudayaan 16 Sunda adalah salah satu bagian dari peninggalan-peninggalan sejarah dan adat Sunda berupa : Sandang Berupa Pakaian Adat, Kerajinan, dan Perkakas Sunda • Pakaian adat khas Sunda Pangsi, pakaian yang dikhususkan bagi pria dengan perpaduan Iket atau penutup kepala dari kain batik. Sedangkan pakaian adat bagi wanita adalah Kebaya, Kain Jarik, dan Selendang . • Senjata khas Sunda adalah Kujang, selain sebagai senjata Kujang juga dijadikan sebagai ikon atau simbol dari etika dan estetika Sunda. • Perabot atau perkakas dapur seperti nyiru tampah, boboko tempat menyimpan nasi, hawu tungku api, pipiti wadah berbentuk kotak yang terbuat dari anyaman dan sebagainya. • Kerajinan tangan khas Sunda seperti anyaman, batik, payung geulis, kelom geulis, dan sebagainya. Pangan Makanan Sehari-hari Masyrakat Sunda • Menurut Prof.Unus Suriawiria dalam wanwancara Kompas, menyebutkan bahwa orang Sunda paling suka makan lalapan daun muda, ada juga kejo sangu yang berarti nasi, dengeun sangu atau lauk pauk, dan cangkorang bongkang atau sama halnya dengan kudapan, makanan ringan yang dimakan di luar waktu makan. Papan Berupa Arsitektur Pada Bangunan Tradisional Sunda Wiartakusumah 2011 menjelaskan empat bentuk arsitektur pada bangunan Sunda yaitu: • Saung Rangon, atap yang berbentuk pelana. • Julang Ngapak, berbentuk seperti burung Julang yang sedang membentangkan sayap. • JagoTagog Anjing, atap yang bebentuk seperti anjing sedang duduk. • Badak Heuay, atap seperti badak sedang menguap. 17

II.3 Kelom Geulis

Tasikmalya merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai kota kerajinan. Sebagai daerah kabupaten sebagian besar masyarakat Tasikmalaya hidup dari sektor pertanian dan industri kerajinan, masyarakat kota Tasikmalaya banyak memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam diantaranya, tikar, anyaman bambu dan rotan, bordir, kelom geulis, dan payung geulis. Kelom geulis Tasikmalaya adalah salah satu artefak budaya Sunda pada kebutuhan sandang yang fungsionalnya adalah sebagai alas kaki atau sandal. Produksi kelom geulis juga merupakan industri rumahan yang mayoritasnya dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat selain dari bertani. Beberapa kecamatan di Tasikmalaya menjadi sentra industri kelom geulis diantaranya Kecamatan Cihideung, Kecamatan Kawalu, Kecamatan Mangkubumi, dan Kecamatan Tamansari. Pesatnya perkembangan kelom geulis di Tasikmalaya mampu dikenal hingga ke luar negeri karena keberadaaannya yang merupakan barang konsumtif. Dalam perkembangannya kelom geulis mengarah terhadap mode yang ditunjang oleh gaya hidup. Oleh karena itu pengrajin kelom geulis selalu dituntut untuk menyeimbangkan keinginan konsumen dengan mengeksplorasi desain demi melengkapi busana yang dipakainya sehingga mampu menjadi daya tarik bagi pemakaiannya. Kelom geulis perkembangan dari sandal bakiak atau sandal yang telapaknya dibuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki yang terbuat dari karet ban dan dipaku pada kedua sisinya. Kelom di ambil dari bahasa Belanda yaitu ‘Kelompen’ yang artinya sandal kayu. Sedangkan istilah kelom geulis sendiri berasal dari bahasa sunda yang berarti sandal kayu cantik. Dalam istilah bahasa sunda geulis memiliki arti cantik, dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia KBBI 2005 cantik memiliki dua arti yaitu: Pertama. Sangat rupawan tentang seorang perempuan. Kedua. Cantik bagus sekali antar bentuk, rupa, dan lainnya tampak serasi. Dari pengertian arti nama kelom geulis 18 sebagai sandal kayu cantik tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kelom geulis adalah sandal yang dikhususkan bagi wanita. Kelom geulis dibuat secara tradisional, bahan dasarnya terbuat dari hasil alam yang melimpah di Tasikmalaya yaitu kayu Mahoni dan kayu Albasia. Bentuk sandal pada kelom geulis sekarang sudah beragam disesuaikan dengan perkembangan sandal-sandal yang digunakan oleh wanita. Begitu juga dengan motif-motif yang diterapkan sebagai elemen estetis pada sandal sudah mulai merambah ke dalam pengaruh budaya barat. Pada mulanya kelom geulis hanya menggunakan motif flora dari jenis-jenis bunga. Motif bunga pada kelom geulisini memiliki ciri khas tersendiri, karena penggunaan motifnya sudah dibuat secara tradisi dan menjadi turun temurun sehingga menjadikannya kerajinan tradisional yang khas. Motif bunga pada kelom geulis sangat beragam diantaranya, mawar, melati, cengkeh, kemboja, dan anggrek. Namun semakin berkembangnya waktu, semakin berkembang juga perwajahan desain motif pada kelom geulis, selain dari bentuk yang semakin modern dan mengikuti jaman, motif-motif pada kelom geulis juga semakin banyak dan beragam. Bukan lagi berbagai macam jenis motif bunga atau flora, motif fauna, fiksi, juga batik mulai dapat dipesan, dengan pemesanan motif-motif custom sesuai keinginan konsumen.

II.4 Motif Batik

Batik adalah salah satu warisan turun temurun dalam budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Kata “batik” berasal dari bahasa Jawa dari kata “amba” yang berarti menggambar dan “tik” yang berarti kecil. Batik juga merupakan salah satu karya seni yang diaplikasikan diatas sehelai kain dengan menggunakan lilin. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005, batik merupakan corak atau gambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau manerapkan malam pada kain dan pengolahannya melalui proses tertentu. Pengertian lain dari batik juga menjelaskan bahwa batik merupakan suatu karya seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk 19 membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan, sedang warna itu sendiri dicelup dengan memakai zat warna biasa Endik, 1986, h.10. Sedangkan pengertian dari motif adalah perpaduan antara seluruh gambar atau hiasan berupa ornamen atau ragam hias yang menghiasi kain batik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 menjelaskan bahwa : Motif, adalah pola, corak, bermotif mempunyai pola;bercorak: gaun yang dipakainya motif kembang- kembang besar. Motif merupakan unsur pokok sebuah ornamen yaitu berupa gambar, atau lukisan, yang menghiasi kain batik selain itu ornamen juga disebut dengan ragam hias. Dan di dalam Modul Ornamen 2010, h.4, “motif adalah jenismacam bentuk yang dipakai sebagai titik tolak atau gagasan dalam proses penciptaan ornamen, didukung oleh imajinasi, emosi, intuisi, logika, intelektual, keterampilan kreatif”. Pada ornamen atau ragam hias pola merupakan sebuah bentuk pengulagan dari motif. Pengertian pola sebagai susunan dari perulangan motif di dukung oleh pernyataan Read 1959 yang menyatakan bahwa pola merupakan penyebaran garis dan warna dalam ulangan tertentu. Dari pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa motif batik adalah kerangka dari sekumpulan bentuk pola- pola menjadi sebuah gambar yang menhiasi sehelai kain.

II.5 Teori Estetika

Estetika adalah sebuah ilmu yang mempelajari semua hal mengenai keindahan. Segala sesuatu dalam hidup dapat dikatakan sebagai keindahan baik dalam karya seni maupun dalam kehidupan sehari-hari. Istilah Estetika ini berasal dari bahasa Yunani, aestheta yang berarti merasa. Estetika sering dikaitkan dengan objek seni, karena secara berangsur-angsur pengertian estetika dipersempit hanya pada pengalaman keindahan, lebih sempit lagi kepada pemahaman keindahan artistik. Sehingga pada umumnya masalah- masalah keindahan sering dikaitkan dengan seni murni fine arts. Seperti yang 20 diungkapkan dalam Kattsoff, Element of Philosophy 1953 estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni. Sedangkan yang dimaksud dari karya-karya seni adalah sebagai objek estetis yaitu benda-benda sebagai hasil dari suatu produk desain yang dihasilkan dari suatu budaya menjadi sistem dari nilai-nilai yang terkandung pada suatu masyarakat tertentu sehingga estetikanya harus berdasarkan konsep budaya masyarakat tersebut. Nilai yang tertanam dalam estetika ini tidak dapat diraba atau disentuh secara langsung. Estetika lebih diartikan kedalam perasaan bagaimana suatu objek dapat dinikmati dengan banyak rasa yang berkualitas dalam pengalaman-pengalaman manusia. Ada tiga kualitas nilai yaitu: a kualitas primer, kualitas dasar, yang tanpa kehadirannya objek tidak dapat menjadi ada, b kualitas sekunder, kualitas yang dapat ditangkap oleh indera, kualitas yang harus menghadirkan subjek, untuk memahaminya, seperti: warna, rasa, dan bau, dan c kualitas tersier yaitu nilai itu sendiri, Fondosi 2001, h.8, 20.

II.5.1 Estetika Sunda

Kajian mengenai estetika ini mengacu pada analisis kebudayaan sunda dengan sumber kosmologi Sunda dan sastra Sunda. Berdasarkan sumber dan definisinya kosmologi adalah pemahaman dasar tentang dunia dalam konteks alam semesta, kosmologi mencari struktur-struktur dan hukum-hukum yang paling umum dan mendalam dalam mempelajari manusia dengan kosmos sebagai objeknya Bakker, 1995. Tatar Sunda dikenal dengan nama “Priangan” atau Parahyangan dapat dimaknai sebagai “warga kahyangan” atau “tempat para dewa”. Keindahan panorama di tanah Sunda menggambarkan julukan yang disebut sebagai kota priangan, alamnya tersusun dari pegunungan-pegunungan dan lembahan yang menggambarkan bagaimana tempat para dewa itu dipenuhi dengan warna alam yang kontras dari lembahan-lembahan dan perbukitan yang menciptakan tinggi 21 rendahnya gradasi dedaunan dan pepohonan yang membentuk hutan dan pegunungan yang mengalirkan air pada aliran sungai-sungai hingga ke lembah, dengan matahari yang terus menyinari melengkapi nilai keindahan pada tempat para dewa ini. Rubrik Anjungan Kompas Jawa Barat. Sabtu, 28 Febuari 2009. Selain dari kosmologi estetika Sunda juga mengacu terhadap lingustik atau bahasa yang biasa disebut dengan sastra. Sastra Sunda adalah karya sastra yang menggunakan bahasa Sunda sebagai medianya dan merupakan bagian dari kebudayaan Sunda karena digunakan sebagai bahasa untuk berkomunikasi di lingkungan Sunda.Jalmaludin Wiartakusumah, menggunakan istilah estetika Sunda berdasarkan pernyataan dari Setiawan Sabana sebagai seniman senior dalam latar budaya Sunda yang secara intuitif menumukan dan mengemukakan bebrapa istilah yang menurutnya dapat dijadikan sebagai kata kunci dari estetika Sunda. Istilah tersebut adalah : siga, sarupaning, dan waas. • Siga Seperti atau Menyerupai Istilah siga mengandung arti ‘seperti’ atau ‘menyerupai’ objek yang ditiru dan dipakai sebagai sebuah rekaan manusia terhadap bentuk fisik dan alamnya. Siga memiliki makna asosiatif yaitu proses yang mengarah terhadap bentuk saling ketergantugan dan menghasilkan suatu kesatuan bentuk lainnya. Menurut Rosidi 2008 masyarakat Sunda memiliki konsep keindahan yang dipahami memiliki hubungan timbal-balik antara alam dan rekaan. Pemaknaan siga mengandung arti proksimitas atau kedekatan dalam kemiripan rupa namun tidak dimaknai dengan kedekatan yang sangat percis dengan objek alam yang akan ditiru. • Sarupaning Sama HalnyaPenciptaan Kreatifitas Pada masyarakat Sunda istilah sarupaning mengandung arti ke dalam konteks keindahan pemandangan yaitu “sarupaning anu katingalna endah” segala sesuatu yang terlihat indah Prawira dalam Wiartakusumah, 1999dan merujuk pada segala sesuatu hal atau keberagaman objek yang dinilai memiliki kualitas keindahan. Pemahaman keindahan ini terdapat pada 22 berbagai objek baik alam maupun rekaan karya seni atau desain.Sarupaning juga menyiratkan kreativitasdan keberagaman dalam teknik dan proses sehingga menghasilkansuatu pencipataan baru dari hal-hal yang berhubungan dengan alam. • Waas Rasa Kebatinan Wiartakusumah 2011, pengalaman seseorang merasa waas diaplikasikan terhadap pengalaman estetiknya, pengalaman ini tidak hanya diapresiasikan terhadap karya seni melainkan juga dengan peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang berkualitas. Bagi masyarakat Sunda waas adalah pengalaman yang sublim, setiap pengalaman keindahan dihubungkan dengan desain atau seni pakai. Pengalaman ini lah yang nantinya menjadi suatu hal yang bernilai memiliki makna tersendiri dan berkesan. Pemaknaan waas ini lah yang dimaksud bukan hanya pengalaman iderawi melainkan pengalaman yang mampu menembus alam bawah sadar dan memberi pengaruh yang mendalam terhadap rasa di dalam batin. 23

BAB III KAJIAN MOTIF BATIK PADA

KELOM GEULIS SAGITRIA TASIKMALAYA III.1 Sejarah Sagitria Collection Sagitria Collection merupakan sebuah perusahaan kecil atau UKM Usaha Kecil Menengah di Tasikmalaya yang bergerak dibidang kerajinan alas kaki yang terbuat dari kayu atau lebih dikenal dengan sebutan kelom geulis. Nama Sagitria sendiri diambil dari nama putri ketiga bapak Ana Nuryana. Pada tahun 2000 perusahaan Sagitria Collection ini mulai didirikan, dimana pemiliknya Ana Nuryana merupakan seorang mantan pegawai PT. Dirgantara Indonesia yang bertugas di Tasikmalaya sebagai penggambar teknik. Saat itulah Ana memulai perintisan usahanya, dengan niat hanya mencoba-coba mengeluarkan modal di awal Rp.400.000,-, namun kemudian tidak lama setelah itu Ana terkena PHK pemutusan hubungan kerja masal di tahun 2003 hingga Ana mulai serius dalam menggeluti usahanya ini. Saat itu Ana mendatangi tempat pemotongan kayu, kemudian berinisiatif untuk menggambar pola-pola pada potongan kayu tersebut menjadi sebuah sandal, tempat pemotongan kayu yang Ana datangi tidak tahu akan menggunakan motif apa pada potongan-potongan kayunya akan tetapi, dengan kreativitasnya Ana melukis diatas kayu-kayu tersebut. Pada mulanya Ana hanya menggambar motif- motif bunga pada kayunya, kemudian mendapat permintaan kayu dari konsumennya untuk dibatik. Permulaan Ana hanya mencobanya dan sama sekali belum mengetahui tentang batik, kemudian membatiknya dengan jasa orang lain dikarenakan tidak puas dengan hasilnya dan tidak layak jual, Ana mendatangi tempat-tempat pembatikan dan beberapa kali ditolak karena membatik diatas kayu dikatakan sebagai hal yang rumit. Tidak menyerah saat itu, Ana terus mencoba dan belajar bagaimana cara membatik, hingga akhirnya diberi sebuah buku yang dibawa oleh keponakannya mengenai cara membatik dan teknik pewarnaannya. Kemudian Ana mecobanya 24 dan membeli berbagai obat untuk pencampuran dan pewarnaan pada batik. Setetlah tiga tahun akhirnya Ana menemukan bahwa batik tidak dapat diberi pewarnaan langsung harus melalui pencampuran. Ana beserta istrinya terus mencoba dan belajar bagaimana menghasilkan batik yang baik, hingga akhirnya mereka bisa membatik karena terbiasa. Dari hasil kerja keras itu akhirnya Ana mengkhususkan kelom geulis buatannya pada motif batik dan dipadu padankan dengan ikon kota. Dengan mempunyai ciri khas dan desain yang original Sagitria Collection dengan perlahan mampu menjadi perusahaan yang cukup berkembang dan dapat mempertahankan eksistensinya sampai sekarang. Dengan inovasi kelom batik, Sagitria Collection menjadi yang pertama di Indonesia yang memakai kayu khususnya kelom geulis sebagai pengganti media kain yang umum digunakan untuk membuat batik tulis. Produk yang dibuat tidak hanya kelom batik, kelom ukir, kelom airbrush ataupun perpaduan antara ukir dan airbrush dapat diproduksi dengan kualitas dan detail pekerjaan yang tinggi. Saat ini Sagitria Collection merupakan salah satu perusahaan yang cukup dikenal dalam bidanganya yaitu kelom geulis di Tasikmalaya. Jaringan pemasaran pun ikut berkembang tidak hanya pasar lokal di Tasikmalaya, kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali telah menjadi kota dengan tingkat pemasaran yang tinggi. Untuk pasar Internasional, Sagitria Collection mempunyai pasar ekspor yang tetap seperti Jepang, Singapura, dan Swedia. VISI “Menjadikan Kelom Geulis sebagai Budaya Nasional dan Go Internasional. MISI “Membuat sebuah karya seni yang original melalui kelom geulis” “Membuat sebuah produk yang memiliki kualitas tinggi” “Menjadi yang terdepan dalam inovasi desain dan kreativitas produk” “Memberikan pelayanan konsumen yang terbaik” 25 “Membuat sebuah produk yang memiliki nilai seni dan budaya” III.2 Overview Merupakan gambaran mengenai Sagitria Collection seperti produk yang dibuat dan data statistik perusahaan. III.2.1 Data Statisik Perusahaan Tabel III.1 Data Statistik Perusahaan Jumlah Karyawan 35 orang Kapasitas produksi perbulan 3,000 pasang Omset pertahun Rp 2,000,000,000 Jumlah Vendor 5 Sumber: Sagitria Collection 2015 III.2.2 Kategori Produk Tabel III.2 Kategori Produk Kelom Batik Kelom yang menjadi ciri khas Sagitria. Dengan tingkat kesulitan pengerjaan yang tinggi karena proses penulisan batik ditulis dengan tangan dan menggunakan lilin dan canting. 26 Kelom Airbrush Pengerjaan untuk kelom airbrush hampir sama dengan kelom batik. Menggunakan cat yang disemprotkan untuk menggambar motif pada kelom geulis. Kelom Ukir Kelom ukir merupakan salah satu kelom dengan motif yang unik dan cukup sulit. Karena menggunakan pisau khusus dan keterampilan dalam proses pengerjaan sebuah ukiran. Kelom Ukir dan Airbrush Merupakan kombinasi dari kelom airbrush dan ukir. Sehingga detail gambar akan lebih terlihat menarik dan memiliki nilai seni. Sumber: Sagitria Collection 2015 III.3 Proses Pengerjaan Proses pngerjaan untuk membuat kelom geulis di Sagitria Collection hampir semuanya merupakan pekerjaan tangan, namun tetap dapat menciptakan sebuah produk dengan kualitas yang tinggi. 27 III.3.1 Proses Pembuatan AwalMentahan Dari Kayu Menjadi Kelom Tabel III.3 Proses Pembuatan Awal Proses Pembelahan Balokan kayu kecil dipotong mengikuti pola dasar kelom untuk membuat dasar kelom. Proses Penyerrutan Setelah bentuk dasar kelom selesai. Kemudian diserut untuk mendapatkan bentuk kelom yang akan dibuat. Dalam proses ini pekerja dituntut untuk teliti supaya kelom yang dibuat harus sama ditiap pasangnya Proses Ampelas Merupakan tahapan akhir dari proses peembentukan kayu menjadi kelom geulis. Dimana kayu yang sudah diserut akan dihaluskan. Sumber: Sagitria Collection 2015 28 III.3.2 Proses Pengerjaam Motif Tabel III.4 Proses Pengerjaan Motif Proses pembatikan Proses ukir Sumber: Sagitria Collection 2015 III.4 Portofolio Sesuai dengan visi perusahaan “Menjadikan Kelom Geulis sebagai Budaya Nasional dan Go Inernasional”, dibuatkan kelom yang memiliki desain khusus sesuai dengan ciri khas suatu daerahnya, seperti: Purwakarta, Tasikmalaya, Cimahi, Garut, Jawa Barat, Toraja, dan lainnya. Dengan harapan masyarakat dapat lebih menghargai dan mencintai produk lokal yang menjadi budaya nasional, selain hanya dari batik yang dikenakan sebagai pakaian adat pada hari- hari tertentu. 29 Tabel III.5 Portofolio Kelom Motif Batik Purwakarta Dibuat dominan dengan warana hitam-putih sebagai ciri khas Purwakarta dengan motif ukiran kujang Kelom Motif Payung Tasikmalaya Payung merupakan simbol dari Kota Tasikmalaya. Sehingga desain kelom dengan motif ukiran payung dan anyam menjadi kelom yang mempunyai ciri khas Kota Tasikmalaya Kelom Motif Kujang Memiliki bentuk kujang pada heels atau hak-nya yang merupakan senjata tradisional Jawa Barat danmerupakan simbol Jawa Barat. 30 Kelom Motif Cimahi Memiliki desain dan ciri khas dari Cimahi dengan motif bambu. Kelom Motif Kawung Tasikmalaya Motif ini memiliki ciri khas dari batik Kawung Tasikmalaya. Kelom Motif Rereng Taleus Ciamis Motif rereng talaeus Ciamis dibuat dengan khas penerapan motif daun talas diatas motif rereng. Kelom Motif Domba Garut Motif domba dibuat sebagai ikon dari kota Garut, diambil dari motif batik domba pangirutan. Sumber: Sagitria Collection 2015 31

BAB IV ANALISIS VISUAL DAN ESTETIKA SUNDA PADA MOTIF BATIK