2. Produksi kedelai
Berdasarkan analisis sidik ragam produksi tanaman kedelai pada setiap pelakuan berbeda-beda , hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh
perlakuan Gliocladium spp terhadap produksi tanaman kedelai berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
Untuk menunjukkan lebih jelas pengaruh Gliocladium spp terhadap produksi tanaman kedelai dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Pengaruh Gliocladium sp terhadap produksi tanaman kedelai grplot.
Keterangan: Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak bebeda nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi tanaman kedelai dengan perlakuan yang berbeda menunjukkan bebeda nyata. Dari tabel dapat kita lihat
bahwa produksi tertinggi tanaman kedelai terdapat pada perlakuan G3 Gliocladium spp 65gr sebesar 39,85 grplot dan produksi terendah tanaman
kedelai terdapat pada perlakuan G0 Tanpa Gliocladium spp yaitu sebesar 12,39 grplot.
Pengaruh penggunaan jamur antagonis yang berbeda pada setiap perlakuan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman kedelai, seperti
yang ditunjukkan pada tabel diatas, penggunaan jamur anatagonis banyak dipakai
Perlakuan RataanProduksi
G0 12.39C
G1 28.66B
G2 30.06B
G3 39.85A
salah satunya untuk mengurangi kerugian atau hilangnya hasil produksi yang disebabkan oleh penyakit tanaman.
Untuk lebih jelas pengaruh pemberian Gliocladium spp terhadap produksi tanaman kedelai dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 8. Histogram pengaruh penggunaan jamur antagonis Gliocladium spp terhadap produksi tanaman kedelai
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa setiap perlakuan jamur antagonis Gliocladium spp memiliki pengaruh yang nyata sehinggga dapat dilihat perbedaan
produksi kacang kedelai dari berbagai perlakuan yang dilakukan. Pada perlakuan G0 kontrol produksi kacang kedelai yaitu sebesar 12,39 grplot, G1
Gliocladium 35gr produksi kacang kedelai sebesar 28,66 grplot, G2Gliocladium 50gr sebesar 30,06 grplot dan G3Gliocladium 65gr sebesar
39,85 grplot. Histogram pengaruh penggunaan jamur antagonis menunjukkan bahwa
penggunaan Glioocladium yang dosisnya lebih besar dapat berpengaruh terhadap produksi tanaman kedelai dilapangan, karena dosisinya yang cukup- tinggi,
dibandingkan dengan perlakuan yang lain maka Gliocladium dengan dosis tinggi lebih efektif mengendalikan patogen, sesuai dengan literatur Pinem 2005 yang
menyatakan Semangkin tinggi dosis Gliocladium virens maka akan semangkin
10 20
30 40
G0 G1
G2 G3
P ro
d u
k si
K e
d e
la i
g r
Perlakuan
Rataan
rendah pulalah serangan yang disebabkan oleh patogen, disebabkan karena semangkin banyak kerapatan dari konidia suatu jamur maka akan tinggi pula daya
parasitasi terhadap suatu patrogen, sehingga dapat diperkirakan bahwa dengan pemberian dosis yang lebih tinggi maka intensitas serangan juga akan semangkin
rendah, dan juga berpengaruh terhadap produksi pada tanaman utama, yakni tamnaman kedelai Glycine maxL Merril dilapangan.
Jamur antagonis sangat penting untuk pengendalian hayati Mekanisme pengendalian. yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan
melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain
sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung.
Penggunaan jamur Gliocladium dengan pupuk nitrogen dalam mengendalikan penyakit Sclerotium rolfsii diduga akan menguntungkan untuk
menjadi pertumbuhan organisme mikro yang dapat menjadi musuh alami penyakit tersebut, atau penyakit rebah semai, ternyata dapat mengurangi kerusakan pada
tanaman tomat yang disebabkan S. rolfsii. Kustaryati, 1986. Menggunakan jamur antagonis yang cukup tinggi dapat menanggulangi
kehilangan hasil produksi, penggunaan jamur anatagonis banyak dipakai salah satunya untuk mengurangi kerugian atau hilangnya hasil produksi yang
disebabkan oleh penyakit tanaman, penggunan dalam penelitian menggunakan yang menggunakan jamur antagonis Gliocladium sebanyak 65grpolybag lebih
efektif produksinya dibandingkan dengan penggunaan jamur antagonis sebanyak 35 gr dan 50gr.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase serangan penyakit busuk batang Sclerotium rolfsii
tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu tanpa menggunakan Gliocladium spp, sebesar 26,88 pada pengamatan 31 Hari Setelah
tanam dan yang terendah G3 Gliocladium 65 gr sebesar 3,21
pada pengamatan 10 hari setelah tanam.
2. Penggunaan dosis Gliocladium spp yang tinggi yakni sebesar
65 grpolybag dapat lebih menekan pertumbuhan penyakit busuk batang Sclerootium rolfsii dari pada dosis rendah yakni 35gr dan 50
grpolybag.
3. Faktor varietas terhadap persentase serangan Sclerotium rolfsii
menunjukkan tidak berbeda nyata. 4.
Produksi tertinggi tanaman kedelai terdapat pada perlakuan G3 Gliocladium spp 65gr sebesar 39,85 grplot dan produksi terendah
tanaman kedelai terdapat pada perlakuan G0 Tanpa Gliocladium spp yaitu sebesar 12,39 grplot.
Saran
Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut dalam penggunaan jamur antagonis Gliocladium sp dengan dosis yang berbeda terhadap persentase
serangan penyakit busuk batang Sclerotium rolfsii Sacc pada tanaman kedelai dan pengaruhnya terhadap produksi kedelai di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology. Jhon wiley an
Sons. New York. Hlm 355.
Aryantha, I.N.P. 2001. Membangun Sistem Pertanian Berkelanjutan
.
KPP Ilmu Hayati LPPM-ITB, Dept. Biologi - FMIPA-ITB. Ganesha, Bandung.
Bangun, M.K., 1990. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Fachruddin L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius. Yogyakarta Hartati S.Y, E. Taufik, Supriadi dan N. Karyani. 2008. Karakteristik fisiologis
isolat Sclerotium sp. asal tanaman sambiloto 25 Jurnal Littri 141, Maret 2008. Hlm. 25 – 29 05 Mei 2010
Kustaryati, A.1986.Pengaruh suhu terhadap perkembangan dan pertumbuhan SklerotiaSclerotium rolfsii Sacc Pada berbagai media.
Departemen HPT, IPB.
Mahar, S. 2009. Gliocladium virens. http:www.entomology.wisc.edu.htm.
Diakses tanggal 15 Januari 2009.
Mehrotra, R.S. 1980. Plant Pathology. Tata McGraw Hill Publishing Co. Ltd.
New Delhi. Moekasan, T.K., L. Prabaningrum, dan Meitha L
., 2000. Metode Pengamatan
OPT Tanaman Sayuran.
http:www.deptan.go.idditlinhortitanamansayuran.html . Diakses
tanggal 22 Desember 2009.
Pinem, M. I.,dan W.Sipayung 2005. Uji efektifitas jamur Gliocladium virens dan Trichoderma koningii pada berbagai tingkat dosis terhadap
penyakit busuk pangkal batang Fusarium oxysporum f.sp passiflorae pada tanaman markisah Passiflorae edulis f.edulis di lapangan.
Medan, 1 April 2005. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Vol: 3 No 1., April 2005.
Rahayu, M. 2008. Efikasi Isolat Pseudomonas Flourescens Terhadap Penyakit Rebah Semai Pada Kedelai. Jurnal
Semangun, H.. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta. Hlm. 327-328.
_____________1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm. 128-129.
Silvia, E. 1998. Gliocompost berpeluang menggantikan fungisida sintetis.
Balai Penelitian Tanaman Hias, Cianjur.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hlm. 259-271.
Suprapto, H S., 1999. Bertanam Kedelai. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Syahnen. 2006. Teknik Perbanyakan Jamur Antagonis. Balai Pengembangan
Proteksi Tanaman Perkebunan, Medan. The University of Adelaide. 2009. Hyaline Moulds.
http:www.mycology.adelaide.edu.augalleryhyaline_moulds .
Diakses tanggal 16 Agustus 2010.
Winarsih, S. 2007. Pengaruh Bahan Organik pada Pertumbuhan Gliocladium virens dan Daya Antagonisnya Terhadap Fusarium oxisporum secara
In-Vitro. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus3: 386-390.
Lampiran 1. Bagan Penelitian
I II III
U
S
G1V2 G3V1
I G3V3
I G3V2
G0V3 I
G2V3 I
G0V2
G0V4 4
G0V1 I
G2V2 I
G1V1 G1V3
G2V1 I
G2V4 I
G3V4 I
G1V4 I
G1V3 G0V4
G1V1 G2V3
G3V2 I
G0V3 I
G3V1 I
G0V1 I
G2V2 I
G2V1 I
G3V3 I
G1V2 I
G0V2 I
G3V4 I
G2V4 I
G1V4 I
G1V1 G0V3
G1V3 G3V1
G3V2 G2V2
I G0V1
I G3V3
I G1V2
I G2V3
I G0V2
I G0V4
I G1V4
I G3V4
I G2V1
I G2V4
I
Keterangan: G
= Kontrol G
1
= Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 35gr G
2
= Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 50 gr G
3
= Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 65 gr V1= kedelai varietas Gerobokan
V2= kedelai varietas Anjasmoro V3= kedelai varietas Burangrang
V4= kedelai varietas Malikka
Lampiran 2. Data persentase Serangan Busuk Batang Bawah 10 hst
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II
III G0V1
0,00 0,00
G0V2 0,00
0,00 G0V3
0,00 0,00
G0V4 0,00
0,00 G1V1
0,00 0,00
G1V2 25
25,00 8,33
G1V3 25
25,00 8,33
G1V4 0,00
0,00 G2V1
0,00 0,00
G2V2 0,00
0,00 G2V3
0,00 0,00
G2V4 0,00
0,00 G3V1
0,00 0,00
G3V2 0,00
0,00 G3V3
0,00 0,00
G3V4 0,00
0,00
Total
0,00 0,00
50,00 50,00
Rataan
0,00 0,00
3,13 1,04
Transformasi Data Arc Sin √x+0,5
Perlakuan Ulangan
Total Rataan
I II
III G0V1
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G0V2
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G0V3
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G0V4
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G1V1
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G1V2
0,71 0,71
5,05 6,46
2,15 G1V3
0,71 0,71
5,05 6,46
2,15 G1V4
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G2V1
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G2V2
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G2V3
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G2V4
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G3V1
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G3V2
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G3V3
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71 G3V4
0,71 0,71
0,71 2,12
0,71
Total
11,31 11,31
20,00 42,63
Rataan
0,71 0,71
1,25 0,89
Tabel Dwi Kasta Total Varietas
Gliocladium sp Total
Rataan G0
G1 G2
G3 V1
2,12 2,12
2,12 2,12
8,49 2,12
V2 2,12
6,42 2,12
2,12 12,78
3,20 V3
2,12 6,42
2,12 2,12
12,78 3,20
V4 2,12
2,12 2,12
2,12 8,49
2,12
Total
8,49 17,08
8,49 8,49
42,54 Rataan
2,12 4,27
2,12 2,12
2,66 Tabel Dwi Kasta Rataan
Varietas Gliocladium sp
Total Rataan
G0 G1
G2 G3
V1 0,71
0,71 0,71
0,71 2,83
0,71 V2
0,71 8,33
0,71 0,71
10,45 2,61
V3 0,71
8,33 0,71
0,71 10,45
2,61 V4
0,71 0,71
0,71 0,71
2,83 0,71
Total
2,83 18,07
2,83 2,83
26,56 Rataan
0,71 4,52
0,71 0,71
1,66 Daftar Sidik Ragam
Sumber Keragaman db
JK KT
F.Hit F.05
F. 01