HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persentase Serangan Sclerotium rolfsii
Dari hasil analisis sidik ragam pengaruh Gliocladium spp terhadap persentase serangan Sclerotium rolfsii pada saat pengamatan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini: Tabel 1. Pengaruh Gliocladium spp. Terhadap Persentase Serangan Sclerotium
rolfsii Sacc.
Perlakuan Waktu Pengamatan Hari Setelah Tanam
10hst 13hst
16hst 19hst
22hst 25hst
28hst 31hst
G0 2,12
10,75A 17,62A
23,86A 26,37A
26,37A 26,88A
26,88A G1
4,27 5,89B
7,37B 12,05B
12,05B 13,14B
13,14B 13,14B
G2 2,12
2,12C 4,29C
5,89C 5,89C
6,98C 6,98C
6,98C G3
2,12 3,21C
3,21C 3,72C
3,72C 3,72D
3,72D 3,72D
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 Menurut Uji Jarak Duncan.
a. Pengaruh Pemberian Jamur Antagonis Gliocladium sp Terhadap
Persentase Serangan Sclerotium rolfsii
Pengaruh pemberian Jamur Gliocladium spp terhadap persentase serangan S.rolfsii. Dapat di lihat pada tabel diatas yang mana pada waktu pengamatan 10
Hari Setelah Tanam HST Tidak berbeda nyata baik pada perlakuan G0, G1, G2, dan G3. Sedangkan pada waktu pengamatan 13 HST menunjukkan perbedaan
yang nyata terhadap persentase serangan Sclerotium rolfsii, data pengamatan menunjukkan bahwa pada kontrol lebih banyak terserang Sclerotium rolfsii
dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan jamur antagonis Gliocladium
spp. Persentase seranagn tertinggi terdapat pada perlakuan G0 diakibatkan tidak ada pemberian Jamur antagonis Gliocladium, sesuai dengan literature Winarsih
2006 yang menyatakan bahwa penggunaan jamur Gliocladium virens selain bersifat antagonis juga dapat berperan sebagai dekompoiser bahan organik
sehingga secara tidak langsung ikut serta dalam menyediakan nutrisi bagi tanaman dan secara langsung dapat menghambat pertumbuhan patogen.
Tabel diatas menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari 13 Hari Setelah Tanam Sampai 31 Hari Setelah Tanam dengan Persentase Serangan
Sclerotium rolfsii Terendah pada Perlakuan G3 dimulai dari 16,19,22,25,28, dan 31 Hari Setelah Tanam sebesar 3,21 dan 3,72 bahwa semangkin tinggi dosis
yang diberikan maka semangkin baik pengaruhnya untuk menekan jamur Sclerotium rolfsii Dan Serangan tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yakni
tertinggi pada 28 dan 31 Hari setelah Tanam sebesar 26,88 . Hal ini sesuai dengan literatur Winarsih 2006 yang Menyatakan bahwa G.Virens dapat
mengeluarkan anti biotik gliotoksin, glioviridin dan viridin yang bersifat Fungistatik dan Gliocladium dapat tumbuh dengan baik pada media organik.
Sehingga dapat menekan pertumbuhan patogen dengan sangat baik. Rendahnya persentase serangan yang terjadi pada pemberian G3
disebabkan adanya tingkat jumlah dosis pemberian jamur antagonis yang lebih banyak yang bertujuan untuk menghammbat pertumbuhan patogen, ini sesuai
dengan literatur Silvia 1998 yang menyatakan penambahan Gliocladium sp ke dalam tanah sangat perlu untuk menambah populasinya, agar dapat
mengendalikan cendawan patogen, karena semangkin banyak populasi Gliocladium daya bunuhnya akan semangkin besar .
Untuk Melihat Perbedaan yang nyata terhadap pengaruh pemberian jamur antagonis Gliocladium sp Terhadap Sclerotium rolfsii dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 5. Histogram pengaruh pemberian Gliocladium sp terhadap persentase serangan Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai.
Dari gambar dapat dilihat bahwa persentase serangan tertinggi terdapat pada GO: Kontrol yaitu 26,88 pada 28 dan 31 Hst dan terendah pada G3
Gliocladium 65 gr yaitu 3,21 pada 13 dan 16 Hst. Tabel histogram menunjukan bahwa pemberian dosis tinggi jamur antagonis Gliocladium sp lebih
efektif. sesuai litertur Mehrotra, 1980 Karena Jamur antagonis Gliocladium sp yang bersifat mikoparasit akan menekan populasi jamur patogen yang sebelumnya
mendominasi. Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan
membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan
enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak,
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
10hst 13hst 16hst 19hst 22hst 25hst 28hst 31hst
P e
rs e
n ta
se S
e ra
n g
a n
Hari Setelah Tanam
G0 G1
G2 G3
protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan
senyawa furanon oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen.
Oleh sebab itu penggunaan jamur antagonis sangat diperlukan dalam menekan pertumbuhan jamur patogen, sebagai pengendali hayati untuk
mengurangi timbulnya penyakit. Tingginya efektifitas dalam mengendalikan persentase serangan
Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai karena sifat yang antagonis dari jamur Gliocladium itu sendiri yang menunjukkan perbedaan nyata dalam menekan
patogen. Sesuai dengan literature Pinem 2005 adanya perbedaan ini disebabkan
karena Gliocladium virens merupakan jamur antagonis yang dapat memparasit miselium dan menembus miselium patogen sehingga terjadi degradsi pada
dinding sel jamur. Potensi dari jamur antagonis untuk mengendalikan penyakit secara hayati
sangatlah baik serta tidak mencemari lingkungan, Gliocladium yang bersifat antagonis mampu mengeluarkan toksin yang dapat menghambat pertumbuhan
patogen sehingga pengruh penggunaan jamur ini sangat nyata terhadap persentase serangan. Ini dikarenakan Jamur Antagonis Gliocladium Virens mampu
mengeluarkan toksin yang dapat menghambat pertumbuhan patogen, serta dapat memarasit patogen dengan langsung selanjutnya tumbuh pada sisi patogen dan
juga lebih cepat dalam menggunakan air, oksigen, dan nutrisi sehiingga mampu bersaing dengan patogen Winarsih, 2006.
b. Pengaruh varietas terhadap persentase serangan Sclerotium rolfsii
Tabel 2. Data Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Serangan Sclerotium rolfsii
Perlakuan Waktu Pengamatan Hari Setelah Tanam
10hst 13hst
16hst 19hst
22hst 25hst
28hst 31hst
V1 2,12
3,21 5,89
9,82 10,73
12,90 12,90
12,90 V2
3,20 6,98
10,61 12,94
12,94 12,94
13,46 13,46
V3 3,20
6,46 8,46
14,90 14,90
14,90 14,90
14,90 V4
2,12 5,32
7,53 7,87
9,47 9,47
9,47 9,47
Keterangan : Pengaruh varietas terhadap persentase serangan tidak nyata
Dari data pengaruh varietas terhadap persentase serangan Sclerotium rolfsii menunjukkan tidak berbeda nyata, ini dimungkinkan karena daya serangan
tinggi oleh patogen dan juga tidak adanya sifat ketahanan beberapa varietas yang di uji pada penelitian ini, gejala serangan tertinggi pada varietas V3 yakni 14,90
pada 19,22,25,28 dan 31 hari setelah tanam dan terendah pada V1 2,12 dan V4 2,12. Serangan tertinggi terdapat pada perlakuan varietas V3 yakni tanaman
kedelai ber varietas Burangrang, pada deskripsi tanaman pada kedelai varietas ini mengenai ketahanan terhadap penyakit, hanya disebutkan bahwa tanaman kedelai
varietas ini hanya toleran terhadap penyakit karat daun, yang mana tidak menyebutkan bahwa varietas ini toleran terhadap penyakit busuk batang
sedangkan pada varietas Malikka belum tercantu pada deskripsi apakah toleran terhadap penyakit rebah semai.
Faktor varietas tidak berpengaruh nyata terhadap penekanan penyakit dikarenakan tidak adanya ketahanan genetik pada beberapa varietas tanaman
kedelai tersebut, kemudian serangan penyakit busuk batang ini sangatlah tinggi, sesuai dengan litertur ani kustaryati yang menyatakan bahwa gejala serangan
S.rolfsii mula-mula menguning dan melayunya daun dan membusuknya batang dan kemudian tanaman mati.
Pada gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh varietas terhadap persentase serangan penyakit Sclerotium rolfsii.
Gambar 6. Histogram pengaruh varietas yang berbeda terhadap Persentase Serangan Sclerotium rolfsii.
Dari gambar dapat dilihat bahwa persentase serangan tertinggi terdapat pada Varietas Burangrang yaitu 14,90 pada pengamatan 19,22,25,28 dan 31
hari setelah tanam dan yang terendah pada Varietas Malikka dan Varietas Gerobokan yakni 2,12 pada 10 hari setelah tanam, namun faktor Varietas tidak
berbeda nyata. Pada pengamatan 10 hari setelah tanam dapat kita lihat pada gambar bahwa persentase serangan terhadap varietas gerobokan dengan varietas
Malikka hampir sama namun pada pengamatan berikutnya persentase serangan pada varietas sudah tampak berbeda, hal ini dimungkinkan karena banyaknya
waktu yang diperlukan untuk menginfeksi tanaman oleh penyakit secara berbeda- beda antara beberapa varietas tanaman kedelai hingga menyebabkan matinya
seluruh jaringan tanaman kedelai.
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00 14,00
16,00
10hst 13hst 16hst 19hst 22hst 25hst 28hst 31hst Waktu Pengamatan Hari Setelah Tanam
P e
rs e
n ta
se S
e ra
n g
a n
V1 V2
V3 V4
C. Pengaruh Interaksi GxV Terhadap Persentase Serangan Sclerotium