The electability and the standardization of anaesthetic doses of ketamine and propofol in dogs by a gravimetric method

KETERPILIHAN DAN KEBAKUAN DOSIS ANESTESI
KETAMINE DAN PROPOFOL MENGGUNAKAN
METODE GRAVIMETRIK PADA ANJING

I GUSTI NGURAH SUDISMA

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
disertasi saya yang berjudul :
“Keterpilihan dan Kebakuan Dosis Anestesi Ketamine dan Propofol Menggunakan
Metode Gravimetrik pada Anjing”.
adalah gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan dari komisi
pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2011
Yang membuat pernyataan,

I Gusti Ngurah Sudisma
B361070011

ABSTRACT
I GUSTI NGURAH SUDISMA. The electability and the standardization of
anaesthetic doses of ketamine and propofol in dogs by a gravimetric method.
Under the supervision of Setyo Widodo, Dondin Sajuthi, and Harry Soehartono.
Inhalation anaesthetic agents have been used worldwide for anaesthesia in animals
with improving safety and efficacy, but these agents are expensive, difficult or impossible
to use for bronchoscopies and laryngoscopies, more over, these may couse organ toxicity,
have an operating theatre pollution on personnel, and possible environmental damage
caused by nitrous oxide and the halogenated volatile anaesthetics. A suitable alternative
methode to compare with and reduce those side effects of inhalation anaesthesia agents is
needed.
The aim of this study was to evaluate quality of anaesthesia by gravimetric

infusion anaesthesia with ketamine HCl and propofol to get a standard dose of ketamine
HCl and propofol in dogs. The quality of anaesthesia, duration of actions, and the
physiological response of anaesthesia were evaluated in two steps of the study. In the first
step, twenty four male domestic dogs were used in this experiment and divided randomly
into six groups. In the second step, twenty male domestic dogs were used and divided
randomly into five groups.
In the first step, group 1, group 2, and group 3 were preanaestheted
intramuscularly with 0.03 mg/kg BW atropine and 2 mg/kgBW xylazine respectively.
Group 4 to 6 received in the same way 0.03 mg/kgBW atropine and 0.2 mg/kgBW
midazolam respectively. Group 1 and 4 were induced then with 4 mg/kgBW ketamine
HCl, group 2 and 5 with 4 mg/kgBW propofol, and group 3 and 6 were induced with a
combination dose of 4 mg/kgBW ketamine HCl and propofol respectively. The quality of
anaesthesia, duration of action and the physiological responses were evaluated. From the
first step, group 3 was elected the best premedication for the second step.
In the second step, all group received 0.03 mg/kgBW atropine sulfate and 2
mg/kgBW xylazine intramuscularly and were then induced intravenously with 4
mg/kgBW Ketamine HCl and propofol respectively. Following the anaesthesia, group I,
II, III in second step received intravenous infusion of mixed ketamine HCl and propofol
in saline by a gravimetric method to maintain the anaesthesia status. The doses of mixture
were arranged at the rate of 0.2, 0.4, and 0.6 mg/kgBW/ minute respectively. Group IV

was only infused with 0.4mg/kgBW/minute propofol in saline and compared to the
inhalation anaesthesia, and group V was given isoflurane of 1.0 – 2.0 %. The quality of
anaesthesia, duration of action, heart rate (HR), capillary refill time (CRT), noninvasive
blood pressure (NIBP), electrocardiogram (ECG), respiratory rate (RR), blood oxygen
saturation (SpO 2 ), end tidal CO 2 (ET CO 2 ), and rectal temperature (RT) were measured.
All groups showed rapid and smooth inductions, prolonged surgical stage, and rapid
recovery. Animals of groups I and II yielded minimal physiological effects. The HR, RR,
ET CO2, SpO2, CRT, NIBP, RT, and ECG wave were relatively stable. The combination
of group III showed SpO 2 depression, and an increase in instability of HR, RR and ET
CO 2 . Group IV showed a decrease in HR, SpO 2 and respiratory depression. All
combinations showed no significant influence (P>0,05) on the electrocardiogram. The
combination of ketamine HCl-propofol at the dose rates of 0.2 and 0.4 mg/kgBW/minute
was an ideal dose of gravimetric method of infusion.
Key words : Anaesthesia, Gravimetric, Ketamine HCl, Propofol, Dogs

RINGKASAN
I GUSTI NGURAH SUDISMA. Keterpilihan dan kebakuan dosis anestesi
ketamine dan propofol menggunakan metode gravimetrik pada anjing. Dibimbing
oleh Setyo Widodo, Dondin Sajuthi, dan Harry Soehartono.
Anestesi umum mempunyai resiko jauh lebih besar daripada prosedur

pembedahan yang dijalankan, untuk itu diperlukan pemilihan anestetikum yang
aman dan ideal. Anestesi inhalasi digunakan sebagai pilihan anestesi yang cukup
aman saat ini, tetapi peralatannya rumit dan mahal, tidak mungkin diterapkan pada
prosedur bronkoskopi dan laringoskopi, sulit digunakan untuk penanganan pasien
di lapangan, menyebabkan keracunan organ, menyebabkan polusi ruangan bedah,
dan menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Suatu metode alternatif yang aman
dibandingkan terhadap efek-efek samping anestesi inhalasi sangat diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan keterpilihan dan kebakuan dosis
anestesi kombinasi ketamine HCl dengan propofol secara infusi gravimetrik pada
anjing. Dua puluh empat anjing jantan domestik dibagi enam kelompok perlakuan
dan masing-masing empat ekor sebagai ulangan digunakan pada penelitian tahap
pertama. Penelitian tahap kedua menggunakan 20 ekor anjing jantan domestik
dibagi lima kelompok perlakuan masing-masing empat ekor sebagai ulangan.
Penelitian tahap pertama, grup 1, 2, dan grup 3 dipreanestesi dengan
atropine sulfate 0,03 mg/kgBB dan xylazine HCl 2 mg/kgBB secara intramuskuler.
Grup 4 sampai 6 dipreanestesi dengan atropine sulfate 0,03 mg/kgBB dan
midazolam 0,2 mg/kgBB secara intramuskuler. Grup 1 dan 4 diinduksi secara
intravena dengan ketamine HCl 4 mg/kg BB, Grup 2 dan 5 diinduksi secara
intravena dengan propofol 4 mg/kg BB, dan Grup 3 dan 6 diinduksi secara
intravena dengan kombinasi ketamine HCl 4 mg/kg BB dan propofol 4 mg/kg BB.

Dilakukan evaluasi terhadap kualitas anestesi, durasi, dan respon fisiologis.
Diperoleh bahwa Grup 3 adalah perlakuan terpilih sebagai preanestesi dan induksi
terbaik untuk penelitian tahap kedua.
Penelitian tahap kedua, semua perlakuan dipreanestesi atropine sulfate 0,03
g/kgBB dan xylazine HCl 2 mg/kgBB secara intramuskuler, setelah 10 menit
diinduksi intravena dengan ketamine HCl dan propofol dosis 4 mg/kg BB, dan 15
menit kemudian diinfusi secara gravimetrik dengan campuran ketamine HCl
2mg/ml dan propofol 2mg/ml dalam cairan infusi NaCl 0,9% sampai menit ke-120.
Dilakukan infusi ketamine HCl-propofol dosis 0,2 mg/kg/menit, 0,4 dan dosis 0,6
mg/kg/menit masing-masing pada grup I, II, dan III. grup IV diinfusi hanya
dengan propofol 0,4 mg/kg/menit, serta grup V dianestesi dengan isofluran 1,0 –
2,0%. Sebelum dan selama hewan teranestesi dilakukan pemeriksaan terhadap
kualitas anestesi, durasi, frekuensi denyut jantung, capillary refill time (CRT),
noninvasive blood pressure (NIBP), elektrokardiogram (EKG), frekuensi respirasi,
end tidal CO 2 (ET CO 2 ), dan saturasi oksigen (Sp O 2 ). Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap suhu tubuh, gambaran darah serta tes fungsi hati dan fungsi
ginjal.
Penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa kombinasi preanestesi
atropine sulfate–xylazine HCl (0,03 & 2 mg/kgBB) secara intramuskuler, setelah
10 menit diinduksi intravena dengan ketamine HCl-propofol (@ 4 mg/kg BB,

memberikan kualitas anestesi yang baik dan aman sehingga dapat digunakan
untuk preanestesi dan induksi anestesi pada anjing. Penelitian tahap kedua

memperlihatkan bahwa semua kombinasi anestetika tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata (P>0,05) terhadap waktu induksi, durasi anestesi, waktu sadar, dan
waktu pemulihan. Grup I dan II menunjukkan perubahan minimal terhadap denyut
jantung, respirasi, ET CO 2 , Sp O 2 , nilai CRT, NIBP, suhu tubuh, dan EKG.
Sedangkan grup III menunjukkan penurunan tajam terhadap Sp O 2 dan
peningkatan tidak stabil terhadap denyut jantung, respirasi, serta ET CO 2 .
Pemeliharaan status teranestesi pada grup IV menyebabkan tertekannya respirasi,
Sp O 2 , dan penurunan denyut jantung. Keseluruhan kombinasi perlakuan
anestetika tidak mempengaruhi gambaran listrik jantung. Penelitian ini
menunjukkan kombinasi ketamine HCl-propofol dosis 0,2-0,4 mg/kg/menit secara
infusi gravimetrik menghasilkan kualitas anestesi yang baik dan dapat digunakan
untuk pemeliharan status teranestesi sebagai kebakuan dosis anestesi pada anjing.
Kata kunci : Anestesi, Gravimetrik, Ketamine HCl, Propofol, Anjing

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KETERPILIHAN DAN KEBAKUAN DOSIS ANESTESI
KETAMINE DAN PROPOFOL MENGGUNAKAN
METODE GRAVIMETRIK PADA ANJING

I GUSTI NGURAH SUDISMA

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Mayor Ilmu Biomedis Hewan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi
Ujian Tertutup
:
1. Dr. dra. Hj. Ietje Wientarsih, Apt., MSc.
2. drh. Deni Noviana, PhD.

Penguji Luar Komisi
Ujian Terbuka
:
1. Dr. dr. Bambang Joewono Oetoro, Sp.An (KNA)
(Dokter Spesialis Anestesi, Konsultan Neuroanestesi
Brawijaya Women & Children Hospital, Tahir
Neurosience, Sahid Sahirman Memorial Hospital,
Jakarta).


2. Dr. Nastiti Kusumorini
(Dosen Bagian Fisiologi Departeman Anatomi
Fisiologi dan Farmakologi FKH IPB)

Judul Disertasi: Keterpilihan dan Kebakuan Dosis Anestesi Ketamine dan
Propofol Menggunakan Metode Gravimetrik pada Anjing
Nama
NIM
Mayor

: I Gusti Ngurah Sudisma
: B361070011
: Ilmu Biomedis Hewan (IBH)

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. drh. Setyo Widodo
Ketua


Prof. drh. Dondin Sajuthi, M.S.T., Ph.D.

drh. R. Harry Soehartono, MApp Sc., Ph.D.

Anggota

Anggota

Diketahui

Ketua Program Mayor
Ilmu Biomedis Hewan,

Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor,

drh. Agus Setiyono, MS., Ph.D., AP Vet

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


Tanggal Ujian: 14 September 2011

Tanggal Lulus : ……………………

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkatNya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul “Keterpilihan dan
Kebakuan Dosis Anestesi

Ketamine dan Propofol menggunakan Metode

Gravimetrik pada Anjing”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. drh. Setyo Widodo
selaku ketua komisi pembimbing, Prof. drh. Dondin Sajuthi, M.S.T., Ph.D. dan drh.
R. Harry Soehartono, MApp Sc., Ph.D. selaku anggota komisi pembimbing yang
telah banyak memberi saran, nasihat, pengarahan dan pembimbingan yang tulus dan
penuh kesabaran. Penghargaan yang dalam penulis sampaikan kepada Direktur
Jendral Pendidikan Tinggi, Rektor Universitas Udayana, Dekan FKH Universitas
Udayana, Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua
Program Mayor IBH Pascasarjana IPB , Direktur Rumah Sakit Hewan IPB, Ketua
Departemen KRP FKH IPB, Ketua Departemen AFF FKH IPB, yang telah
membantu fasilitas dan pelayanan selama studi dan penelitian. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada rekan mahasiswa pascasarjana IPB dan temanteman dalam suka-duka di Asrama Bali Bogor atas dukungan yang tulus dan
kerjasamanya yang penuh kekeluargaan.
Dengan rasa cinta kasih penulis sampaikan terima kasih yang tulus kepada
istri tercinta dr. Ni Gusti Ayu Ketut Widiastiti serta anak tersayang I Gusti Ayu
Dewi Sawitri, I Gusti Ngurah Bagus Nala Purusatama, dan I Gusti Ngurah Bagus
Aryha Wirasha atas kesabaran, dorongan semangat dan pengorbanan selama masa
studi. Kepada kedua orangtua ayah dan ibu, kedua mertua, serta seluruh keluarga
penulis sampaikan terimakasih atas segala pengorbanan, pengertian dan doa yang
tidak pernah putus.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat.

Bogor, September 2011
Penulis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala karuniaNya, sehingga penulisan disertasi ini dapat
diselesaikan. Penulisan disertasi ini berjudul “Keterpilihan dan kebakuan dosis
anestesi campuran ketamine dan propofol menggunakan metode gravimetrik pada
anjing”, diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Doktor (S3) pada
Program Doktor (S3) Mayor Ilmu Biomedis Hewan (IBH) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Penelitian disertasi ini dirancang untuk mengetahui kualitas, efektivitas,
dan keamanan pemeliharaan status teranestesi secara infusi gravimetrik dengan
kombinasi ketamine dan propofol pada anjing. Hasil penelitian ini juga
diharapkan mendapatkan keterpilihan dan kebakuan kombinasi dan dosis
ketamine-propofol sebagai agen anestesi secara infusi gravimetrik pada anjing.
Dengan demikian, pemeliharaan status teranestesi dengan kombinasi ketamine
dan propofol secara infusi gravimetrik diharapkan menghasilkan potensi anestesi
umum yang baik dan aman. Kombinasi ketamine dan propofol diharapkan dapat
menciptakan kondisi sedasi, analgesi, dan relaksasi yang oftimal serta adequat
untuk dilakukan tindakan atau prosedur diagnostik maupun terapeutik tanpa
menimbulkan gangguan hemodinamik, respiratorik, dan metabolik yang dapat
mengancam.
Penulisan disertasi ini telah mendapat masukan dan pengujian oleh dra. Hj.
Ietje Wientarsih, Apt., MSc. dalam bidang Farmasi, drh. Deni Noviana, Ph.D
dalam bidang Bedah, Dr. dr. Bambang Joewono Oetoro, Sp.An (KNA) dalam
bidang Neuro-Anestesi dan oleh Dr. Nastiti Kusumorini dalam bidang NeuroFisiologi.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan isi disertasi ini sudah tentu sangat
jauh disebut sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan
serta kritik demi kesempurnaannya.

Bogor, September 2011
Penulis
i

RIWAYAT HIDUP

I Gusti Ngurah Sudisma, dilahirkan di Badung Bali pada tanggal 30
Januari 1969, merupakan putra pertama dari tiga bersaudara, pasangan dari
Ayahanda I Gusti Ngurah Made Arta dan Ibunda I Gusti Ayu Martini. Menikah
dengan dr. Ni Gusti Ayu Ketut Widiastiti dan telah dikaruniai satu orang putri
I Gusti Ayu Dewi Sawitri (12 tahun), dua orang putra I Gusti Ngurah Bagus Nala
Purusatama (4 tahun) dan I Gusti Ngurah Bagus Aryha Wirasha (2 tahun).
Pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) penulis tempuh di Bali. Pada tahun 1988 penulis
diterima di Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH) Universitas Udayana lewat
jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), tahun 1992 penulis berhasil
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan (Drs.Med.Vet) dan ditempat yang
sama penulis meraih gelar Dokter Hewan (drh) pada tahun 1994. Sejak tahun
1997 penulis dianggkat menjadi staf dosen (PNS) di FKH Universitas Udayana
Bali. Pada akhir tahun 2002, penulis mendapat kesempatan melanjutkan
pendidikan jenjang Magister (S-2) di Program Studi Sains Veteriner (SVT)
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, tahun 2004 memperoleh gelar
Magister (M.Si.). Pada akhir tahun 2007 penulis mendapat kesempatan
melanjutkan pendidikan jenjang Doktor (S-3) di Program Mayor Ilmu Biomedis
Hewan (IBH) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, lewat jalur Beasiswa
Pendidikan Pascasarjana (BPPS) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.

Bogor, September 2011
Penulis

ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
PENDAHULUAN …………………………………………………………..
1
Latar Belakang. ………………………………………………………….
1
Kerangka Pemikiran. …………………………………………………….
4
Tujuan Penelitian. ……………………………………….........................
7
Manfaat Penelitian. ……………………………………………………...
8
Hipotesis. ....................................................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA ………………………….....……………………….
9
Anestesi . …………………….....……………………………………...
9
Preanestesi. ...….............…………………………………………..
10
Klasifikasi Anestesi . .……………………………………………..
10
Anestesi Lokal. ...............................................................................
11
Anestesi Regional. ..........................................................................
12
Anestesi Umum. .............................................................................
13
Tahapan Anestesi Umum. ................................................................
19
Sejarah dan Mekanisme Kerja Anestesi Umum. ……………....…
23
Tinjauan Anestetikum Umum. ...………………...……………………....
29
Ketamine HCl. ........................……………………..…….................
29
Propofol. ............................................................................................
31
Xylazine …………………......……………………........................
34
Midazolam. …………………….....…………………………..........
36
Atropine …………….………...………………………….................
39
Perubahan Aspek Fisiologi dalam Anestesi ..…………………..…..….
40
Sistem Kardiovaskuler. …………………………………...……………..
41
Capillary Refill Time (CRT). ………………………………............
45
Warna Membrana Mukosa. ………………………………………....
45
Tekanan Darah. ……………………………………………………..
46
Gambaran Darah. ...............................................................................
46
Sistem Respirasi. ………………………….....………………………...
48
Suhu Rektal. ..............................................................................................
50
Anjing. .......................................................................................................
51
Klasifikasi Status Pasien. ..........................................................................
54
Pemantauan Anestesi. ..............................................................................
55
MATERI DAN METODE PENELITIAN …………………....….................
57
Waktu dan Tempat Penelitian. ..................................................................
57
Materi Penelitian……..…….…....………………………........................
57
Metode Penelitian ……………….……………………….......................
61
Parameter. ………………………….....……………...........................
62
Difinisi dan Batasan Parameter. ...........................................................
63
Bahan dan Alat. ....................................................................................
64
Perekaman dan Pengukuran Parameter. ...............................................
64
Perekaman EKG, Denyut Jantung, dan Respirasi. ..……………....….
65
Pengukuran Tekanan Darah. ………………....……...........................
67
Perekaman Tekanan CO 2 Respirasi. .....................................................
67
Pengukuran Suhu Rektal. …..............…………....…………..............
68
iii

Gambaran Darah. …................................…………….………………
Protokol dan Pelaksanaan Penelitian. ………………….…....………..
Rancangan Penelitian dan Analisis Statistik. ............................................
HASIL DAN PEMBAHASAN. ......................................................................
Penelitian Pendahuluan. ........….……………………...............................
Penelitian Tahap Pertama. …….……………………...............................
Waktu Anestesi. .…………………………………...........................
Denyut Jantung. ....................... ...........................................................
Respirasi. ..............................................................................................
Suhu Rektal. .................................................………………………….
Saturasi Oksigen . ...................………....……………...........................
Tekanan Darah. .....................................................................................
Tekanan Darah Sistol (SAP). ...........................................................
Tekanan Darah Diastol (DAP).........................................................
Tekanan Darah Rata rata (MAP). ....................................................
Nilai end tidal CO 2 (ET CO 2 ). .........…..............………………….......
Elektrokardiogram (EKG). ....................................................................
Amplitudo Gelombang P. ......................…………………………...
Amplitudo Gelombang R. .......................………………………….
Komplek QRS. .............................……………………………........
Interval PR. .........................…………………………....................
Interval QT. ..................….............………………………………...
Nilai CRT. ....................................................….....……………………
Penelitian Tahap Kedua. ........….………………………..........................
Waktu Anestesi. .……………………………………..........................
Denyut Jantung. ...................... ............................................................
Respirasi. ..............................................................................................
Suhu Rektal. ................................................………………………….
Saturasi Oksigen . ..................……………………...............................
Tekanan Darah. ....................................................................................
Tekanan Darah Sistol (SAP). ...............................................................
Tekanan Darah Diastol (DAP)..............................................................
Tekanan Darah Rata rata (MAP). .........................................................
Nilai end tidal CO 2 (ET CO 2 ).............……………………...................
Elektrokardiogram (EKG). ...................................................................
Amplitudo Gelombang P. .........................…………....……………
Amplitudo Gelombang R. .............................……...........…………
Interval PR. ......................…...............……………………..............
Komplek QRS. ...................................……………………………..
Interval QT. ......................…..........………………....……..............
Nilai CRT. ....................................................…………………………
Darah dan Kimia Darah. ........................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN. ................……………………......................
Kesimpulan. ...........................….......…………………….........................
Saran. ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA. ....................................................................................
LAMPIRAN. ...................................................................................................

iv

68
69
69
71
71
72
73
76
78
83
84
86
86
88
90
92
96
96
97
99
100
102
102
108
108
110
113
117
118
120
120
124
125
127
129
129
129
132
132
133
136
137
145
145
146
147
153

DAFTAR TABEL
No
1.

Teks
Tahapan dan indikasi status teranestesi oleh anestetikum umum. ...................

Hal

2.

Perubahan fisiologi yang diperiksa selama periode anestesi ....................................

40

3.

Kriteria elektrokardiogram (EKG) dan tekanan darah normal pada anjing................

44

4.

Kriteria normal pemeriksaan darah pada anjing.........................................................

48

5.

Tekanan gas respirasi dan gas darah normal pada anjing (mmHg).............................

49

6.

Data fisiologi anjing....................................................................................................

53

7.

Klasifikasi status pasien pada prosedur anestesi .......................................................

54

8.

Data hasil edaran kuesioner kepada Dokter Hewan Praktek di Jawa dan Bali dengan
responden 87 tempat praktek Dokter Hewan dari 110 kuesioner yang diedarkan
(79%). ………………………………………………………………………………...

72

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) waktu induksi, durasi, dan waktu
pemulihan selama perlakuan preanestesi dan induksi anestesi pada anjing. ……

74

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) denyut jantung, frekuensi
respirasi, suhu rektal dan nilai saturasi O 2 selama preanestesi dan induksi anestesi
pada anjing. ................................................................................................

82

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) tekanan darah tidak langsung
(NIBP : SAP, DAP, MAP) dan CO 2 respirasi selama perlakuan preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing.……………………….………………………………

95

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) elektrokardiogram (EKG)
sadapan II gelombang P dan gelombang R selama perlakuan preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing………………………………………………………..

98

9.
10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

22

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) elektrokardiogram (EKG)
sadapan II interval PR, komplek QRS, interval QT) dan nilai CRT selama perlakuan
preanestesi dan induksi anestesi pada anjing……………………………………..

101

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) waktu induksi, durasi, sadar, dan
waktu pemulihan selama pemberian induksi atropine-xylazine-ketamine-propofol
dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik dengan ketamine dan propofol
pada anjing. ………………………………………………………………..

109

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) denyut jantung, frekuensi
respirasi, suhu rektal dan nilai saturasi O 2 selama pemberian induksi atropinexylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik
dengan ketamine dan propofol pada anjing. ………………………………………..

116

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) tekanan darah tidak langsung
(NIBP : SAP, DAP, MAP) dan CO 2 respirasi selama pemberian induksi atropinexylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik
dengan ketamine dan propofol pada anjing. ………………………………………..

123

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata±SD) elektrokardiogram (EKG) sadapan
II gelombang P dan gelombang R selama pemberian induksi atropine-xylazineketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik dengan
ketamine dan propofol pada anjing. ………………………………………………..

131

v

18.

19.

20.

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata±SD) elektrokardiogram (EKG) sadapan
II interval PR, komplek QRS, interval QT) dan nilai CRT selama pemberian
induksi atropine-xylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara
infusi gravimetrik dengan ketamine dan propofol pada anjing. ………..…………..

135

Nilai rata-rata indeks eritrosit darah selama pemberian induksi atropinxilazin-ketamin-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik
dengan ketamin dan propofol pada anjing. ………………………………….

138

Nilai rata-rata jumlah sel darah putih , diferensial leukosit, dan kimia darah
selama
pemberian
induksi
atropin-xilazin-ketamin-propofol
dan
pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik dengan ketamin dan
propofol pada anjing. …………………………………………………………

139

vi

DAFTAR GAMBAR
No
1.

Teks

Hal

Klasifikasi agen preanestesi yang digunakan pada anestesi umum. ........................

10

Reseptor GABA A terdiri dari lima subtipe (pentamer) 2α, 2ß, dan 1γ, masing
masing subtipe mempunyai N-terminal binding site, terdiri dari 450 asam amino,
4-transmembran (TM) sebagai saluran ion dan tempat terikatnya anestetika. ............

25

Skema reseptor N-methyl D-aspartat (NMDA) komfleks. .........................................

26

Anestesi umum bekerja dengan cara mempengaruhi aktivitas transmitter-gate ion
channel dengan cara meningkatkan (+) sinyal inhibitori dan/atau menghambat (-)
sinyal eksitatori neurotransmiter (Cameron JW 2006).................................................

27

Anestetika volatil (isofluran) bekerja pada reseptor GABA A subunit α dan
anestetika intravena (propofol) bekerja pada reseptor GABA A subunit β. .................

29

6.

Struktur kimia ketamine HCl. .....................................................................................

30

7.

Struktur kimia propofol................................................................................................

32

8.

Struktur kimia xylazine HCl. ......................................................................................

35

9. Struktur kimia midazolam.............................................................................................

37

10. Struktur kimia atropine.................................................................................................

39

11. Diagram gambaran gelombang elektrokardiogram (EKG)..........................................

44

12. Diagram alir penelitian tahap pertama pada anjing......................................................

59

13. Diagram alir penelitian tahap kedua pada anjing.........................................................

61

2.

3.
4.

5.

14. Perubahan rata-rata denyut jantung selama perlakuan kombinasi preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing. …..…………………………………………………...

77

15. Perubahan rata-rata frekuensi respirasi selama perlakuan kombinasi preanestesi
dan induksi anestesi pada anjing. ……………………………………………..........

79

16. Perubahan rata-rata suhu rektal selama perlakuan kombinasi preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing. …………………………………................................

83

17. Perubahan rata-rata saturasi O 2 selama perlakuan kombinasi preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing . ……………………..………….................................

85

18. Perubahan rata-rata tekanan darah sistol (SAP) selama perlakuan preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing………………………………………………………

87

19. Perubahan rata-rata tekanan darah diastol (DAP) selama perlakuan preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing………………………………………………………...

89

20. Perubahan rata-rata tekanan darah rata-rata (MAP) selama perlakuan preanestesi
dan induksi anestesi pada anjing……………………………………………………

91

21. Perubahan rata-rata end tidal CO 2 (ET CO 2 ) selama perlakuan preanestesi dan
induksi anestesi pada anjing……………………………………………………….

93

22. Perubahan rata-rata denyut jantung selama pemberian induksi atropine-xylazineketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik dengan
ketamine dan propofol pada anjing. …………………………………………………

vii

111

23. Perubahan rata-rata frekuensi respirasi selama pemberian induksi atropinexylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik
dengan ketamine dan propofol pada anjing. …………………………...……………

114

24. Perubahan rata-rata suhu rektal selama pemberian induksi atropine-xylazineketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik dengan
ketamine dan propofol pada anjing. …………………………………………………

117

25. Perubahan rata-rata nilai saturasi O 2 selama pemberian induksi atropine-xylazineketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik dengan
ketamine dan propofol pada anjing. …………………………..…...………………...

119

26. Perubahan rata-rata tekanan darah sistol (SAP) selama pemberian induksi atropinexylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik
dengan ketamine dan propofol pada anjing. …………………………………….….

121

27. Perubahan rata-rata tekanan darah diastol (DAP) selama pemberian induksi
atropine-xylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi
gravimetrik dengan ketamine dan propofol pada anjing. …………………….……..

124

28. Perubahan rata-rata tekanan darah rata-rata (MAP) selama pemberian induksi
atropine-xylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi
gravimetrik dengan ketamine dan propofol pada anjing. ……………….………….

126

29. Perubahan rata-rata end tidal CO2 (ET CO2) selama pemberian induksi atropinexylazine-ketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik
dengan ketamine dan propofol pada anjing. …………………………………….….

128

30. Perubahan rata-rata nilai CRT selama pemberian induksi atropine-xylazineketamine-propofol dan pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik dengan
ketamine dan propofol pada anjing. ………………………………………….………

viii

136

DAFTAR LAMPIRAN
No

Teks

Hal

1.

Contoh cara pembuatan campuran Ketamine-Propofol sebanyak 100 ml …..

153

2.

Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata±SD) darah dan kimia darah
selama pemberian induksi atropine-xylazine-ketamine-propofol dan
pemeliharaan anestesi secara infusi gravimetrik dengan ketamine dan
propofol pada anjing………………………………………………………….

154

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting dan strategis pada tindakan
pembedahan, karena pembedahan tidak dapat dilakukan bila belum dilaksanakan
anestesi. Sejarah membuktikan bahwa ilmu bedah mengalami revolusi pesat setelah
ditemukan eter sebagai anestesi umum. Sebelum ditemukan anestesi, tindakan
pembedahan tidak dapat dilakukan dengan baik dan ilmu bedah tidak mengalami
perkembangan. Setelah Thomas Green Morton melakukan demonstrasi menggunakan
eter sebagai anestesi umum untuk pembedahan tumor leher di rumah Sakit Umum
Massachusetts pada 16 Oktober 1846, penanganan pasien dengan tindakan
pembedahan dapat dilakukan dengan baik dan ilmu bedah berkembang sangat pesat.
Anestesi umum adalah tahapan yang sangat penting dan mempunyai resiko
jauh lebih besar dari prosedur pembedahan, karena anestesi yang dalam akan
mengancam nyawa pasien. Pemberian agen anestetikum yang kurang atau tidak
mencukupi menyebabkan pasien akan tetap merasakan sakit, tetapi apabila dosis
anestetikum yang diberikan dalam keadaan cukup atau berlebihan akan dapat
mengancam terjadinya kematian. Guna mencegah dua kejadian yang ekstrim tersebut,
harus dilakukan pemilihan anestetikum yang memenuhi kriteria ideal, yaitu
anestetikum yang menghasilkan sedasi, analgesi, relaksasi, ketidaksadaran, dan aman
untuk sitem vital, serta mudah diaplikasikan (Fossum 1997; Miller 2010).
Anestesi umum yang dinyatakan cukup aman dan sering digunakan untuk
anjing adalah anestesi inhalasi, tetapi anestesi inhalasi memerlukan perangkat yang
rumit, mahal, dan tidak praktis untuk menangani kasus pembedahan di lapangan.
Anestesi inhalasi tidak dapat digunakan untuk penanganan presedur bronkoskopi dan
laringoskopi, serta menyebabkan polusi terhadap individu yang berada di ruangan
operasi. Anestesi inhalasi, seperti gas nitrogen oksida dan anestesi yang diuapkan
dengan halogen mengakibatkan pencemaran lingkungan dan penipisan lapisan ozon
(Amadasun dan Edomwonyi 2005).

2

Data penggunaan anestesi pada praktek kedokteran hewan di Indonesia
menunjukkan bahwa penggunaan anestesi inhalasi hanya 10,5%, anestesi injeksi
81%, dan anestesi gabungan 8,5%. Penanganan pasien dengan melakukan
pembedahan diluar ruangan operasi (eksitu) cukup besar, yaitu 43%. Anestetika yang
paling banyak digunakan adalah injeksi kombinasi ketamine-xylazine. Kombinasi ini
menghasilkan anestesi tidak stabil, memerlukan pengulangan pemberian, pemulihan
lama, mempunyai efek samping kejang dan muntah. Dengan demikan proses
pembedahan menjadi terganggu.
Mengatasi kelemahan anestesi inhalasi dan untuk mengatasi permasalahan
penggunaaan anestesi di lapangan, digunakan metode anestesi intravena total
intraveous anesthesia, TIVA).

(total

Anestesi intravena total menggunakan anestetika

secara intravena (IV) untuk induksi dan pemeliharaan anestesi. Penggunaan mesin
pompa infusi dengan komputer pada metode TIVA menghasilkan jumlah infusi yang
stabil dan akurat. Metode TIVA mirip dengan penggunaan alat penguap (vaporizer)
pada anestesi inhalasi sehingga anestesi menjadi lebih stabil, tetapi pompa infusi yang
digunakan masih mahal dan rumit serta tidak cocok untuk penanganan pasien di
lapangan. Metode alternatif yang lebih praktis dan paling memungkinkan adalah
metode infusi gravimetrik. Metode infusi gravimetrik menggunakan anestetikum
parenteral melalui tetes infusi intravena secara terus menerus. Anestetikum dicampur
dalam kantong cairan dan cairan anestetikum dialirkan melalui tetes infusi intravena
berdasarkan gaya gravitasi dengan dosis dan kecepatan tetes tertentu (Amadasun dan
Edomwonyi 2005).
Anestetikum parenteral yang dapat diberikan melalui tetes infusi intravena
adalah propofol (BBraun 2009).

Propofol adalah agen anestetikum parenteral

generasi terbaru yang diperkenalkan pada praktek kedokteran hewan pada tahun
1990-an. Propofol merupakan substansi parenteral sebagai agen induksi pada anestesi
umum inhalasi, mempunyai waktu induksi dan pemulihan yang singkat,

serta

pengeluaran dari tubuh yang cepat (Stoelting 1999; Dzikiti et al. 2007). Propofol
mempunyai molekul mirip alkohol, molekulnya akan bekerja dan berikatan pada
reseptor γ amino butiric acid (GABA) pada membran sel syaraf pada otak khususnya

3

reseptor GABA A subtipe ß3 sehingga menyebabkan ketidaksadaran dan pada reseptor
GABA A subtipe ß2, lebih dari setengah jumlah reseptor terdapat pada SSP, akan
menyebabkan sedasi. Propofol menghasilkan pengaruh menghilangkan kesadaran dan
pelemas otot yang baik, menyebabkan hipotensi arterial, bardikardi, depresi respirasi,
dan mengancam nyawa pasien terutama apabila diberikan secara cepat dengan dosis
yang tinggi. (Franks 2008; Miler 2010; Stawicki 2007). Pengaruh anestesi dan efek
samping propofol sangat berhubungan dengan dosis dan keuntungan penggunaaan
propofol dapat diperoleh dengan cara mengkombinasikan dengan anestetikum lain
seperti ketamine (McKelvey dan Hollingshead 2003). Ketamine mempunyai tempat
kerja yang berbeda dengan propofol. Mekanisme kerja ketamine secara antagonis
pada reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA), mempunyai pengaruh analgesik kuat
dan mampu meningkatkan pengaruh anestesi apabila dikombinasikan dengan
propofol untuk induksi anestesi pada manusia (Lerche et al. 2000). Ketamine dosis
rendah menghasilkan analgesik yang baik (Intelisano et al. 2008), tetapi ketamine
menyebabkan kekejangan otot dan peningkatan denyut jantung (Pathak et al.1982;
Kul et al. 2001).
Mengatasi efek samping ketamine, dapat dikombinasikan dengan preanestesi
sedatif hipnotik golongan α2-adrenoceptor seperti xylazine atau golongan
benzodiazepin

seperti

diazepam

atau

midazolam.

Golongan

benzodiazepin

memperkuat kerja GABA yang merupakan neurotransmiter inhibitori utama pada
otak, mampu menekan refleks-refleks polisinaps dan berpengaruh terhadap medulla
spinalis (Brander et al. 1991). Midazolam bekerja pada reseptor benzidiazepin
dengan cara meningkatkan pengikatan GABA pada reseptor GABA A , sehingga
menimbulkan penghambatan SSP, mencegah hipertonus otot, meningkatkan efek
sedasi dan hipnotik (Stawicki 2007). Midazolam lebih potensial dibandingkan
diazepam (Lumb dan Jones 1996; Muir et al. 2000).
Xylazine HCl adalah golongan alpha 2 -adrenoceptor stimulant atau alpha-2
adrenergic receptor agonist. Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat
tonus simpatik karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2 -adrenoseptor
sehingga menyebabkan medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung,

4

penurunan peristaltik, relaksasi saluran cerna, dan sedasi. Xylazine menyebabkan
relaksasi otot melalui penghambatan transmisi impuls intraneural pada susunan syaraf
pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga dapat menekan termoregulator
(Adams 2001). Pemberian atropine sulfat secara bersamaan sebagai preanestesi, dapat
menurunkan pengaruh hipersalivasi dan bradikardi dari xylazine (Bishop 1996).
Atropine adalah agen menghambat muskarinik atau antimuskarinik dengan
mekanisme kerja secara kompetisi dengan reseptor acetilkolin. Penggunaan
kombinasi atropine sulfat, xylazine HCl atau midazolam sebagai preanestesi akan
memberikan pengaruh lebih baik terhadap anestesi serta meningkatkan potensi
anestetikum. Preanestesi juga sangat penting pada hewan untuk tujuan merestrain
sebelum dilakukan anestesi.
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui kualitas, efektivitas, dan keamanan
pemeliharaan status teranestesi secara infusi gravimetrik dengan kombinasi ketamine
dan propofol pada anjing. Hasil penelitian ini juga diharapkan mendapatkan
keterpilihan dan kebakuan kombinasi dan dosis ketamine-propofol sebagai agen
anestesi secara infusi gravimetrik pada anjing. Dilakukan evaluasi terhadap waktu
anestesi untuk menentukan kualitas anestesi, evaluasi terhadap fungsi kardiovaskuler
dan respirasi untuk menentukan tingkat keamanan penggunaan anestesi. Evaluasi
fungsi kardiovaskuler terdiri dari frekuensi denyut jantung, tekanan darah
(noninvasive

blood

pressure/NIBP),

capillary

refill

time

(CRT),

dan

elektrokardiogram (EKG), sedangkan evaluasi fungsi respirasi terdiri dari frekuensi
respirasi, end tidal CO 2 (ET CO 2 ), dan saturasi oksigen (Sp O 2 ).

Kerangka Pemikiran
Pembedahan hanya dapat dilakukan dengan baik apabila hewan telah dibius
atau dianestesi. Anestesi juga sangat diperlukan untuk membuat diagnosis dan
tindakan medis lainnya pada hewan. Banyak diagnosis, tindakan medis, dan terutama
tindakan pembedahan tidak dapat dilakukan sebelum dilakukan anestesi. Anestesi
merupakan tahapan yang sangat penting pada proses pembedahan dan penggunaan
anestesi umum mempunyai resiko yang sangat besar karena dapat mengancam nyawa

5

hewan yang dianestesi serta mempunyai resiko jauh lebih besar dibanding prosedur
pembedahan yang dijalankan.
Diperlukan pemilihan anestetikum

yang ideal yang memenuhi kriteria

komponen anestesi : sedasi, analgesi, relaksasi (immobilisasi), ketidaksadaran, aman
dan nyaman untuk sistem vital, ekonomis serta mudah diaplikasikan. Sampai saat ini
belum ditemukan anestesi umum yang benar-benar aman dan memenuhi kriteria
ideal. Anestesi umum inhalasi yang dipandang aman, memerlukan perangkat yang
rumit, mahal, dan mempunyai waktu induksi (onset) yang relatif lambat.
Keterbatasan anestesi inhalasi adalah tidak bisa digunakan untuk penanganan
bronkoskopi dan laringoskopi serta tidak praktis untuk menangani hewan di
lapangan.
Anestesi umum alternatif yang masih mungkin dilakukan adalah anestesi umum
parenteral. Anestesi parenteral lebih ekonomis dan praktis untuk penanganan hewan
di lapangan, tetapi menghasilkan anestesi yang tidak stabil dan sering memerlukan
pengulangan atau penambahan dosis anestesi karena waktu anestesi sudah selesai
sedangkan tindakan medis atau pembedahan belum selesai dilakukan. Pilihan anestesi
yang lebih memungkinkan adalah anestesi parenteral intravena dengan metode
anestesi intravena total (TIVA, total intraveous anesthesia). Penggunaan mesin
pompa infusi dengan komputer pada metode TIVA menghasilkan anestesi yang stabil
dan akurat, sehingga metode TIVA mirip dengan penggunaan alat penguap
(vaporizer) pada anestesi inhalasi. Pompa infusi yang digunakan pada metode TIVA
masih mahal dan rumit serta tidak cocok untuk penanganan pasien di lapangan.
Metode anestesi yang lebih praktis dan memungkinkan adalah metode infusi
gravimetrik melalui tetes intravena.

Metode infusi gravimetrik menggunakan

anestetikum parenteral melalui tetes infusi intravena secara terus menerus,
anestetikum dicampur dalam kantong cairan dan cairan anestetikum dialirkan melalui
tetes infusi intravena berdasarkan gaya gravitasi dengan dosis dan kecepatan tetes
tertentu.
Ketamine HCl adalah salah satu jenis anestesi umum injeksi yang dapat
diberikan secara intravena dan menjadi pilihan digunakan pada hewan kesayangan

6

seperti anjing. Ketamine HCl adalah anestetikum disosiatif dari golongan
nonbarbiturat mempunyai sifat menghilangkan rasa sakit (analgesik) yang kuat serta
reaksi anestesinya tidak menyebabkan ngantuk (sedasi) (Pathak et al.1982; Kul et al.
2001). Ketamine menghasilkan pengaruh anestesi melalui mekanisme yang bekerja
pada reseptor N methyl D aspartate (NMDA). Ketamine diklasifikasikan sebagai
antagonis reseptor NMDA, pada daerah tempat kerja PCP. Afinitas ketamine sangat
kuat pada reseptor NMDA, sehingga menghasilkan pengaruh analgesik yang sangat
kuat (Stawicki 2007). Antagonis NMDA akan menghambat refleks nosiseptik spinal,
menghambat konduksi rasa sakit ke talamus dan daerah kortek. Penghambatan
reseptor NMDA dengan dosis ketamine yang rendah akan menghasilkan pengaruh
analgesik yang baik (Intelisano et al. 2008).
Propofol termasuk agen anestetikum intravena short acting hyptotic yang dapat
diberikan secara berulang atau secara infusi terus menerus. Propofol menghasilkan
pengaruh anestesi melalui mekanisme yang bekerja pada reseptor GABA A (Intelisano
et al. 2008). Propofol memperbesar pengaruh GABA yang mempunyai fungsi
menghambat aksi (inhibitory) sistem syaraf pusat, meningkatkan konduksi Cl- yang
menyebabkan hiperpolarisasi sehingga tingkat rangsangan sel (excitability)
menurunkan, menyebabkan sedasi dan relaksasi (Mihic dan Harris 1997; Intelisano et
al. 2008). Molekul propofol akan bekerja dan berikatan pada reseptor GABA A pada
membran sel syaraf pada otak khususnya reseptor GABA A subtipe ß3 bagian N265
(ßN265) sehingga menyebabkan ketidaksadaran dan pada reseptor GABA A subtipe
ß2 sehingga menyebabkan sedasi. Propofol menghasilkan pengaruh menghilangkan
kesadaran dan sedasi yang baik, tetapi subtipe ß3 yang terdapat pada reseptor
GABA A merespon terjadinya depresi respirasi akibat propofol (Henschel et al .2008).
Efek samping penggunaaan propofol adalah hipotensi, apnea, dan rasa sakit pada
tempat suntikan (Stawicki 2007). Propofol akan menghasilkan sedasi yang baik
dengan efek samping yang minimal apabila digunakan pada dosis yang rendah. Efek
samping propofol berhubungan dengan dosis penggunaan dan keuntungan
penggunaan propofol akan diperoleh dengan cara mengkombinasikan dengan agen

7

anestetikum lain untuk menurunkan dosis dan meminimalkan pengaruh buruk yang
ditimbulkan.
Kombinasi campuran propofol dengan ketamine merupakan anestetika
parenteral yang paling umum digunakan sebagai agen induksi untuk anestesi umum
inhalasi. Anestesi pada manusia dengan metode TIVA menggunakan propofol dan
ketamine, menunjukkan hasil yang sangat memuaskan secara klinik. Metode TIVA
dengan propofol digunakan secara luas pada pasien manusia yang ditangani diluar
ruang operasi. Kombinasi propofol dan ketamine akan berpotensi menghasilkan
sedasi dan relaksasi yang baik karena potensi propofol serta menghasilkan analgesi
yang kuat karena potensi ketamine. Kombinasi propofol dan ketamine dapat
menurunkan

dosis

hipnotik

propofol

dan

mengurangi

pengaruh

depresi

kardiovaskuler dan respirasi akibat propofol.
Dengan demikian, pemeliharaan status teranestesi dengan kombinasi ketamine
dan propofol secara infusi gravimetrik diharapkan menghasilkan potensi anestesi
umum yang baik dan aman. Kombinasi ketamine dan propofol diharapkan dapat
menciptakan kondisi sedasi, analgesi, dan relaksasi yang oftimal serta adequat untuk
dilakukan tindakan atau prosedur diagnostik maupun terapeutik tanpa menimbulkan
gangguan hemodinamik, respiratorik, dan metabolik yang dapat mengancam.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan keterpilihan anestetika
yang memenuhi kriteria komponen dasar anestesi (sedasi, analgesi, relaksasi, aman,
dan mudah diaplikasikan), sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
1. Memperoleh kombinasi dan dosi