Aktivitas makan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta

i

AKTIVITAS MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis)
DI BUMI PERKEMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA

Oleh:
HILDA FARIDA
G34104048

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ii

ABSTRAK
HILDA FARIDA. Aktivitas makan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta. Dibimbing oleh R. R. DYAH PERWITASARI dan SRI
SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan jenis primata bukan manusia
yang penyebarannya sangat luas. Monyet ekor panjang hidup dalam kelompok yang terdiri atas
banyak jantan dan banyak betina. Jumlah individu setiap kelompok ditentukan oleh predator,
pertahanan terhadap sumber makanan, dan keefisienan dalam aktivitas mencari makan. Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur merupakan areal perkemahan dan objek wisata yang didominasi
oleh tumbuhan akasia (Acacia auriculiformis). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas makan monyet ekor panjang di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta. Metode
yang digunakan adalah ad libitum sampling, focal animal sampling, dan scan sampling.
Identifikasi jenis makanan yang dikonsumsi dilakukan dengan cara pengamatan langsung,
wawancara, pengambilan spesimen, dan identifikasi jenis tumbuhan. Aktivitas makan monyet ekor
panjang sebesar 9.01% dari total aktivitas harian. Makanan yang dikonsumsi berasal dari alam dan
pengunjung (non alami). Jenis makanan alami yang banyak dikonsumsi adalah tunas daun awi tali
(Gigantochloa apus) 34.65%, jukut pait (Axonopus compressus) 22.50%, dan buah beringin (Ficus
benjamina) 6.96%. Jenis makanan dari pengunjung (non alami) yang banyak dikonsumsi adalah
makanan sisa pengunjung 28.78% dan kacang 15.07%. Secara keseluruhan, makanan alami lebih
banyak dikonsumsi (74.22%) daripada makanan non alami (25.78%) dari total makanan yang
dikonsumsi.

ABSTRACT
HILDA FARIDA. Feeding activity of long-tailed macaque (Macaca fascicularis) in Bumi

Perkemahan Pramuka, Cibubur, Jakarta. Under direction of R. R. DYAH PERWITASARI and
SRI SUDARMIYATI TJITROSOEDIRDJO.
Long-tailed macaque (Macaca fascicularis) is one of the non human primate which widely
distributed. Long-tailed macaques live in a group consisted of multimale and multifemale. The
group size was determined by predator, food resources, and foraging efficiency. Bumi Perkemahan
Pramuka Cibubur is a camp area and tourism site, which predominated by akasia (Acacia
auriculiformis). This research is aimed to study feeding activity of long-tailed macaque in Bumi
Perkemahan Pramuka, Cibubur, Jakarta. Method used in this research were ad libitum sampling,
focal animal sampling, and scan sampling. Identification of food item consumed by means of
direct observation, interview, specimen collection, and identification of plant species. Feeding
activity of long-tailed macaques constitutes 9.01% from the total daily activity. Food consumed
consist of natural and non natural food. Natural food items consumed were leaf buds of awi tali
(Gigantochloa apus) 34.65%, jukut pait (Axonopus compressus) 22.50%, and fig (Ficus
benjamina) 6.96%, respectively. On the other hand, non natural food items consumed were food
residue of visitors 28.78% and peanut 15.07%, respectively. Generally, natural food (74.22%) was
consumed more frequent than non natural food (25.78%) from the total food consumed.

iii

AKTIVITAS MAKAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis)

DI BUMI PERKEMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Hilda Farida
G34104048

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

iv

Judul Skripsi : Aktivitas Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Bumi

Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta
Nama
: Hilda Farida
NIM
: G34104048

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, M. Sc)
NIP : 131 916 787

(Dr. Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo, M. Sc)
NIP : 130 934 004

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP : 131 578 806

Tanggal lulus:

v

PRAKATA
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, M. Sc dan
Dr. Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo, M. Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan
dan bimbingan selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Dra. Sri Listiyowati,
M. Si selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada seluruh staf dan karyawan Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur atas sarana,
prasarana dan bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.
Terima kasih kepada keluarga besar Zoologi atas doa dan bantuannya. Kepada Lila Mulyati
teman seperjuangan selama penelitian, terima kasih atas segala saran dan bantuan. Kepada semua

TTM-ku (Teman Tapi Monyet) yang selalu memberi hari-hari menyenangkan selama penelitian.
Teman-teman tersayang Rissa, Uche, Ridha, Ntir, Aa Rusna, Teten, Abang, Kushi, Oneng, Qqo,
dan Fina atas kebersamaan dan pertemanan yang terjalin selama ini. Kepada Mbak Rifah terima
kasih atas ilmu dan bantuannya. Serta seluruh teman Biologi 41 yang selalu memberikan
semangat, dukungan, dan doa. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih terutama untuk kedua
orang tua, Kakak, Adik, keluarga, dan Nico Himawan yang telah memberikan dukungan, kasih
sayang, dan doa.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita
semua.

Bogor, September 2008

Hilda Farida

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Mei 1986 dari ayah Muhtar dan ibu Ipit.
Penulis merupakan puteri kedua dari tiga bersaudara.
Penulis lulus pada tahun 2004 dari SMA Negeri 8 Bogor dan pada tahun yang sama

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis memilih Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis pernah melaksanakan studi lapangan di Wana Wisata Cangkuang dengan judul
Keanekaragaman Zingiberaceae di Wana Wisata Cangkuang, Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat.
Penulis juga pernah melaksanakan tugas praktik lapangan selama satu bulan di PT. Ayunawa Koi
Farm dengan judul Manajemen dan Budidaya Ikan Koi (Cyprinus carpio) di PT. Ayunawa Koi
Farm Tajur, Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2007/2008. Penulis juga aktif dalam organisasi kampus
OWA HIMABIO IPB.

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................................viii
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
Tujuan ........................................................................................................................................... 1
Waktu dan Tempat ........................................................................................................................ 1

BAHAN DAN METODE ................................................................................................................. 3
Objek penelitian ............................................................................................................................ 3
Alat ................................................................................................................................................ 3
Metode Penelitian.......................................................................................................................... 3
Habituasi. .................................................................................................................................. 3
Ad libitum sampling .................................................................................................................. 3
Focal animal sampling .............................................................................................................. 3
Scan sampling ........................................................................................................................... 3
Metode Identifikasi Tumbuhan ..................................................................................................... 3
HASIL ............................................................................................................................................... 3
Jumlah Individu dalam Kelompok ................................................................................................ 3
Hirarki Sosial Individu dalam Kelompok...................................................................................... 3
Aktivitas Makan ............................................................................................................................ 4
Jenis Makanan ............................................................................................................................... 7
Durasi Makan ................................................................................................................................ 8
Pengaruh suhu dan cuaca terhadap aktivitas makan ...................................................................... 9
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 9
Hirarki Sosial Individu dalam Kelompok...................................................................................... 9
Aktivitas Makan ............................................................................................................................ 9
Jenis Makanan ............................................................................................................................. 10

Durasi Makan .............................................................................................................................. 12
Pengaruh suhu dan cuaca terhadap aktivitas makan .................................................................... 12
SIMPULAN .................................................................................................................................... 12
SARAN ........................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 13

viii

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta ......................................... 2
2 Peta alur pergerakan M. fascicularis di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta ................. 5
3 Peta daerah jelajah M. fascicularis di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta .................... 6

DAFTAR TABEL
1 Hirarki sosial sebagian individu ..................................................................................................... 4
2 Persentasi aktivitas harian monyet ekor panjang selama bulan Maret-Juli 2008 ........................... 7
3 Persentasi jenis makanan alami selama bulan Maret-Juli 2008...................................................... 7
4 Persentasi jenis makanan non alami selama bulan Maret-Juli 2008 ............................................... 8
5 Kisaran durasi makan selama Maret .............................................................................................. 9
6 Rata-rata kisaran suhu udara bulan ................................................................................................ 9

7 Pengaruh hari hujan terhadap aktivitas makan ............................................................................... 9

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Monyet
ekor
panjang
(Macaca
fascicularis) termasuk ke dalam Ordo
Primata, Sub Ordo Anthropoidea, Infra Ordo
Catarrhini, Super Famili Cercopithecoidea,
Famili Cercopithecidae, dan Genus Macaca
(Dolhinow & Fuentes 1999). Monyet ekor
panjang merupakan salah satu primata bukan
manusia yang memiliki tingkat adaptasi yang
tinggi dan daerah penyebaran yang luas
(Wheatley 1980; Shumaker & Beck 2003).
Monyet ekor panjang tersebar di seluruh Asia

Tenggara bahkan habitatnya berdekatan
dengan pemukiman manusia (Wheatley 1980).
Monyet ini memiliki ekor yang
panjangnya melebihi panjang tubuhnya dan
digunakan
untuk
keseimbangan
serta
mendukung aktivitas pada saat mencari makan
di cabang pohon yang kecil (Crockett &
Wilson 1980). Monyet ekor panjang bersifat
sosial dan hidup dalam kelompok yang terdiri
atas banyak jantan dan banyak betina (multi
male-multi female). Dalam satu kelompok
monyet ekor panjang terdiri atas 20-50
individu (Bercovitch & Huffman 1999).
Jumlah individu setiap kelompok ditentukan
oleh predator, pertahanan terhadap sumber
makanan, dan keefisienan dalam aktivitas
mencari makan (McFarland 1993).
Aktivitas makan atau foraging merupakan
aktivitas mencari makan dan memegang
makanan. Kegiatan makan dimulai ketika
individu mulai mencari atau memegang
makanan dan berakhir ketika aktivitas berubah
(Hashimoto 1991). Monyet senang menguasai
pakan sebanyak-banyaknya walaupun tidak
mampu menghabiskannya semua. Hal ini
berhubungan dengan keinginan untuk
menunjukkan kekuatan terhadap monyet lain
yang akan mengakibatkan perkelahian.
Kualitas dan kuantitas pakan berkaitan dengan
perkelahian monyet. Bila ada pakan yang
lebih
disukai
maka
monyet
akan
meninggalkan pakan sebelumnya (Putra et al.
2000).
Ketersediaan pakan untuk monyet baik
yang berasal dari alam maupun manusia
sangat menunjang kelangsungan hidup
monyet tersebut (Putra et al. 2000). Di
lingkungan alaminya, monyet ekor panjang
bersifat frugivor dengan makanan utamanya
berupa buah (Cowlishaw & Dunbar 2000).
Kriteria buah yang dipilih oleh monyet
biasanya dilihat berdasarkan warna, bau, berat

buah, dan kandungan nutrisi (Gautier-Hion
1988). Selain buah, jenis makanan yang biasa
dikonsumsi M. fascicularis adalah daun,
umbi, bunga (Hasanbahri et al. 1996), biji,
dan serangga (Hadi et al. 2007).
Monyet ekor panjang biasanya mengambil
makanan dengan kedua tangannya atau
langsung menggunakan giginya (Wheatley
1980). Dalam keadaan tergesa-gesa biasanya
monyet ekor panjang akan memasukkan
makanan ke dalam kantong pipi. Apabila
keadaan sudah aman, maka makanan akan
dikeluarkan kembali untuk dikunyah dan
ditelan (Putra et al. 2000).
Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur
merupakan areal perkemahan dan objek
wisata yang berada di sebelah Timur kota
Jakarta, terletak pada ketinggian 94 m di atas
permukaan laut (dpl) dengan luas wilayah 210
ha (Gambar 1). Kawasan ini berbatasan
dengan kelurahan Pondok Rangon di sebelah
Utara, kelurahan Munjul di sebelah Barat,
kelurahan Harja Mukti di sebelah Selatan dan
di sebelah Timur. Hutan sekunder yang berada
di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur
didominasi oleh tumbuhan akasia (Acacia
auriculiformis). Selain monyet ekor panjang,
di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur juga
terdapat beruk (Macaca nemestrina), tupai,
ular, berbagai jenis burung dan serangga.
Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur dihuni
oleh tiga kelompok monyet ekor panjang,
yaitu kelompok Depan, kelompok Belakang,
dan kelompok Arboretum. Pemberian nama
kelompok ini berdasarkan core area (area
yang menjadi pusat aktivitas harian suatu
kelompok) masing-masing kelompok.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas makan monyet ekor panjang (M.
fascicularis) di Bumi Perkemahan Pramuka
Cibubur, Jakarta.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Februari
hingga Juli 2008 di Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta.
Identifikasi jenis tumbuhan dilakukan di
Bagian Ekologi dan Sumber Daya Tumbuhan
Departemen Biologi FMIPA IPB. Analisis
data dilakukan di Bagian Biosistematika dan
Ekologi Hewan Departemen Biologi FMIPA
IPB.

2

Laut Jawa
Jakarta Utara

U

Jakarta Barat
Jakarta
Pusat
Banten

0

10 km

Jakarta Timur

Jakarta Selatan

Jawa Barat
Lokasi penelitian
Sumber : www.peta jakarta.com
Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta

3

BAHAN DAN METODE
Objek penelitian
Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur
dihuni oleh tiga kelompok monyet ekor
panjang, yaitu kelompok Depan, kelompok
Belakang, dan kelompok Arboretum. Objek
penelitian yang digunakan adalah monyet ekor
panjang kelompok Depan dengan jumlah 45
individu dari total individu sebanyak 49
individu (survei tanggal 14 Juli 2008). Selain
monyet ekor panjang, objek penelitian yang
digunakan ialah satu ekor beruk yang hidup
berkelompok dengan monyet ekor panjang
kelompok Depan. Beruk ini terdapat di Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur sejak tahun
2004 dan merupakan hasil pelepasan dari
pemiliknya. Total objek penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini ialah 46
individu.
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah teropong
binokuler, termometer, Global Positioning
System (GPS), alat pencatat waktu (jam),
kertas koran, penjepit kayu, plastik, dan
kamera digital.
Metode Penelitian
Habituasi. Proses ini bertujuan untuk
membiasakan hewan terhadap kehadiran
pengamat dengan pemberian pakan, sehingga
pengamatan dapat lebih mudah dilakukan.
Setelah itu, dilakukan identifikasi terhadap
individu-individu yang ada dengan cara
memberi nama tiap individu berdasarkan ciriciri fisik seperti raut muka, warna rambut,
ukuran tubuh, bentuk kepala, bentuk tubuh
maupun cacat pada tubuh.
Ad libitum sampling. Pengamat mencatat
sebanyak mungkin tingkah laku individu dari
anggota kelompok yang teramati. Hasil yang
diperoleh berupa durasi dan frekuensi tingkah
laku yang teramati selama pengamatan dalam
suatu kelompok (Martin & Bateson 1993).
Focal animal sampling. Pengamat mengamati tingkah laku dari individu tertentu atau
individu fokus yang pertama kali terlihat
dalam suatu kelompok. Metode ini digunakan
untuk mengetahui individu lain yang terlibat
dalam interaksi aktivitas makan dengan
individu fokus. Hasil yang diperoleh berupa
durasi tingkah laku yang muncul selama
pengamatan (Martin & Bateson 1993).
Scan sampling. Pengamat mengamati
tingkah laku individu yang pertama kali
terlihat dalam interval waktu yang telah
ditentukan. Interval waktu yang digunakan

adalah satu menit. Hasil yang diperoleh
berupa frekuensi tingkah laku yang muncul
selama pengamatan (Martin & Bateson 1993).
Metode Identifikasi Tumbuhan
1. Pengamatan secara langsung dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat jenis
tumbuhan yang dikonsumsi monyet pada
saat monyet sedang melakukan aktivitas
makan.
2. Wawancara dengan pegawai Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur yang telah
mengetahui nama lokal dari tumbuhan
yang menjadi sumber makanan monyet.
3. Pengambilan spesimen tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang diambil adalah bagian
tumbuhan yang ditemukan di lapangan
yaitu berupa buah, daun, batang, dan
bunga, kemudian dicatat nama lokal dari
tumbuhan tersebut.
4. Identifikasi jenis tumbuhan, dengan cara
mencocokkan spesimen yang dikoleksi
dengan gambar-gambar yang ada di buku
Heyne 1987; Sastrapradja & Afriastini
1980; Duistermaat 2005; dan Boo et al.
2003.

HASIL
Jumlah Individu dalam Kelompok
Pada saat survei pertama tanggal 19 Maret
2008, kelompok Depan berjumlah 50 individu
dan pada saat survei terakhir tanggal 14 Juli
2008 berjumlah 49 individu. Survei dilakukan
sebanyak 5 kali selama penelitian. Kelompok
Depan terdiri atas 6 jantan dewasa, 13 betina
dewasa, 5 jantan muda, 6 betina muda, 16
juvenil, dan 3 bayi. Pada saat survei tanggal
14 Juni 2008, kelompok Belakang yang
teramati berjumlah 15 individu dengan
komposisi 3 jantan dewasa, 3 betina dewasa, 2
jantan muda, 3 betina muda, 3 juvenil, dan 1
bayi. Kelompok Arboretum yang teramati
pada saat survei tanggal 14 Juni 2008
berjumlah 15 individu. Total individu yang
terdapat pada Bumi Perkemahan Pramuka
Cibubur adalah 79 individu.
Hirarki Sosial Individu dalam Kelompok
Jumlah individu yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 46 individu dengan
komposisi 6 jantan dewasa, 13 betina dewasa,
5 jantan muda, 6 betina muda, 13 juvenil, dan
3 bayi. Aktivitas makan berhubungan dengan
hirarki sosial individu dalam kelompok.
Individu yang berada pada hirarki sosial tinggi
akan mempunyai peluang yang lebih besar
dalam mendapatkan makanan dibandingkan

4

dengan individu yang berada pada hirarki
sosial rendah (Tabel 1).
Tabel 1 Hirarki sosial sebagian individu
Hirarki
Individu
Individu
Sosial
Jantan*
Betina*
Alfa
ky
agl
Beta
adk
rsa, nn
Gama
ig
mm, cnt, bnn
Teta
rb, asp
mps, pn, lla
Keterangan:
*= hasil identifikasi terhadap individu monyet
yaitu berupa inisial pemberian nama.
Aktivitas Makan
Berdasarkan pengamatan dapat diketahui
bahwa aktivitas makan monyet ekor panjang
kelompok Depan banyak terjadi pada pagi
hari (pukul 06.00-10.00) dan sore hari (pukul
15.00-17.45), serta sedikit pada siang hari
(pukul 13.00-14.00). Pola tersebut terjadi jika
cuaca normal, tetapi jika hujan dan angin
kencang maka aktivitas makan akan menurun.
Aktivitas makan dimulai saat monyet ekor
panjang turun dari pohon tidur (pohon yang
berada di core area, digunakan sebagai tempat
beristirahat pada malam hari) di sekitar
lapangan utama. Kelompok ini akan bergerak
ke daerah sekitar lapangan utama dan
kafetaria untuk mencari makanan dan
biasanya aktivitas ini berlangsung mulai pukul
06.00-10.00 WIB. Kelompok ini akan tetap
berada di sekitar lapangan utama untuk
melakukan aktivitas hariannya. Di sekitar
lapangan utama terdapat pohon glodokan
(Polyalthia longifolia), krai payung (Filicium
decipiens), dan tanjung (Mimusops elengi)
yang sering dijadikan tempat bermain oleh
juvenil. Aktivitas makan kembali terlihat pada
pukul 13.00-14.00 WIB di sekitar tepi
lapangan yang banyak ditumbuhi oleh
rerumputan seperti jukut pait (Axonopos
compressus) yang merupakan sumber
makanan penting bagi kelompok ini. Monyet
ekor panjang kemudian akan bergerak ke tepi
jalan raya Cibubur pada pukul 15.00 untuk
melanjutkan kembali aktivitas makan yang
berasal dari alam maupun dari pengunjung.
Pada sore hari biasanya banyak pengunjung
yang memberi pakan berupa kacang. Aktivitas
ini berlangsung sampai pukul 17.45 dan
kelompok ini akan kembali ke pohon tidur
yang terletak di hutan sekitar lapangan utama.
Pohon yang dijadikan sebagai pohon tidur
adalah pohon saga (Adenanthera pavonina).

Apabila
monyet
kesulitan
untuk
mendapatkan sumber pakan di hutan sekitar
lapangan utama, maka pada pagi hari sekitar
pukul 07.00 WIB kelompok ini akan bergerak
ke arah danau sampai tempat pemancingan
untuk mencari makanan. Aktivitas ini
biasanya berlangsung dari pukul 07.00-10.00
WIB, kemudian monyet ekor panjang akan
bergerak kembali ke hutan tepi lapangan
utama untuk beristirahat dan melakukan
aktivitas menelisik (grooming). Tetapi apabila
di hutan sekitar lapangan utama dan danau
tidak terdapat makanan yang mencukupi,
maka pada pagi hari sekitar pukul 07.00
kelompok ini akan bergerak ke arah PT. Madu
Pramuka untuk mencari makanan dari alam
dan sisa pengunjung. Di tempat tersebut
terdapat pohon kersen (Muntingia calabura)
dan pohon kapuk (Ceiba pentandra) yang
merupakan salah satu sumber pakan monyet.
Monyet ekor panjang akan melakukan
aktivitas makan sampai sekitar pukul 10.00,
kemudian akan bergerak ke dalam hutan yang
berada di sekitar PT. Madu Pramuka dan
kembali melakukan aktivitas makan pada
pukul 13.30 WIB. Kelompok ini kemudian
akan bergerak ke arah jalan raya Cibubur
sekitar pukul 15.00 WIB. Aktivitas makan
kelompok Depan dimulai ± pukul 06.00 dan
berakhir pada pukul 17.45 di sekitar jalan raya
Cibubur. Alur pergerakan monyet ekor
panjang kelompok Depan dapat dilihat pada
Gambar 2. Aktivitas harian monyet ekor
panjang berakhir sekitar pukul 17.30-17.45
WIB. Daerah jelajah monyet ekor panjang
kelompok Depan, kelompok Belakang, dan
kelompok Arboretum dapat dilihat pada
Gambar 3.
Aktivitas makan monyet ekor panjang
selama bulan Maret-Juli dengan metode ad
libitum sampling dan focal animal sampling,
yaitu sebesar 9.01% dari total aktivitas harian
kelompok tersebut (Tabel 2). Aktivitas makan
yang teramati lebih banyak dilakukan oleh
individu dewasa (3212 scan atau 85%)
daripada individu juvenil (584 scan atau
15%).
Aktivitas makan beruk yang teramati lebih
sedikit. Beruk lebih sering tidak tampak
sehingga jarang terlihat berada pada monyet
kelompok Depan. Berdasarkan pengamatan,
beruk lebih banyak melakukan aktivitas diam
atau beristirahat daripada melakukan aktivitas
makan.

5

U

10

9

8

d 6

7

b

a

3
1
e

a

4

c
2

5

Skala 1:15.000
Sumber : www.peta buperta.com
Gambar 2 Peta alur pergerakan M. fascicularis di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta
Keterangan :
Jalan
1. Lapangan Utama
2. Danau
3. Pemancingan
4. Arboretum
5. Graha Wisata
6. PT. Madu Pramuka
7. Perkemahan Putri
8. Jalan tol Jagorawi
9. Perkemahan Putra
10. Lapangan Terbang

Arah Pergerakan

a

Daerah sekitar lapangan utama

b

Kafetaria

c

Daerah tepi jalan raya Cibubur

d

Daerah PT. Madu Pramuka

e

Daerah sekitar danau dan pemancingan

6

U

10

9

8

6

7
3
1
4
2

5

Skala 1:15.000
Sumber : www.peta buperta.com
Gambar 3 Peta daerah jelajah M. fascicularis di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, Jakarta
Keterangan :
1. Lapangan Utama
2. Danau
3. Pemancingan
4. Arboretum
5. Graha Wisata
6. PT. Madu Pramuka
7. Perkemahan Putri
8. Jalan tol Jagorawi
9. Perkemahan Putra
10. Lapangan Terbang

: Jalan
: Daerah jelajah Kelompok Depan
: Daerah jelajah Kelompok Belakang
: Daerah jelajah Kelompok Arboretum

7

Tabel 2 Persentasi aktivitas harian monyet ekor panjang selama bulan Maret-Juli 2008
Total Jumlah
Persentasi
Aktivitas
Aktivitas (kali)
(%)
Bergerak
25968
42.71
Diam atau istirahat
22714
37.35
Makan
5480
9.01
Bermain
1919
3.16
Allogrooming (menelisik yang dilakukan berpasangan)
1794
2.95
Autogrooming (menelisik yang dilakukan sendiri)
835
1.37
Mounting (kawin)
590
0.97
Agonistik (perkelahian)
522
0.86
Presenting (pengangkatan ekor yang dilakukan oleh betina)
484
0.79
Inspeksi (pemeriksaan alat kelamin betina oleh jantan)
253
0.42
Minum
98
0.16
Alarm call (sinyal peringatan)
80
0.13
Non-copulatory mounting (penaikan)
71
0.12
Total
60808
100.00
Jenis Makanan
Monyet ekor panjang di Bumi Perkemahan
Pramuka Cibubur mengkonsumsi dua jenis
makanan, yaitu makanan alami dan makanan
yang berasal dari pengunjung (non alami).
Jenis makanan dari alam yang banyak
dikonsumsi monyet ekor panjang adalah tunas
daun awi tali (Gigantochloa apus) 34.65%,
jukut pait 22.50%, dan buah beringin (Ficus
benjamina) 6.96% (Tabel 3). Jenis makanan
yang banyak dikonsumsi monyet ekor panjang
yang berasal dari pengunjung (non alami)
adalah makanan sisa pengunjung 28.78% dan
kacang 15.07% (Tabel 4). Secara keseluruhan,

makanan alami lebih banyak dikonsumsi yaitu
sebanyak 74.22% daripada makanan non
alami yaitu sebanyak 25.78% dari total
makanan yang dikonsumsi.
Periode penelitian ini dilakukan pada
peralihan musim hujan ke musim kemarau
(Mei-Juni). Tunas daun awi tali dan jukut pait
banyak dikonsumsi pada bulan Maret dan
April, sedangkan buah-buahan banyak
dikonsumsi pada bulan April dan Juni. Buahbuahan yang banyak dikonsumsi antara lain
beringin, kersen, dan jambu biji (Psidium
guajava).

Tabel 3 Persentasi jenis makanan alami selama bulan Maret-Juli 2008
Nama lokal
Awi tali
Jukut pait
Beringin
Akasia
Jukut jampang
Kersen
Brambangan
Pohon kupu-kupu
Serangga*
Jambu biji
Kapuk
Mangga
Babawangan
Nangka
Onyam
Pisang
Ketapang
Jukut sauheum
Karet

Nama ilmiah
Gigantochloa apus (Blume ex Schult
.f.) Kurz
Axonopus compressus (Swartz.) P.
Beauv.
Ficus benjamina L.
Acacia auriculiformis A. Cunn. ex
Benth.
Eleusine indica (L.) Gaertn.
Muntingia calabura L.
Aneilema malabaricum (L.) Merr.
Bauhinia purpurea L.
Psidium guajava L.
Ceiba pentandra Gaertn.
Mangifera indica L.
Fimbristylis miliaceae (L.) Vahl.
Artocarpus heterophyllus Lmk.
Antidesma ghaesembilla Gaertn.
Musa paradisiaca L.
Terminalia catappa L.
Setaria palmifolia (Wild.) Stapf.
Hevea brasiliensis (Willd. ex A.L.
Juss.) Muell. Arg.

Suku

Frekuensi
(kali)

Persentasi
(%)

Gramineae

1389

34.65

Gramineae

902

22.50

Moraceae

279

6.96

Mimosaceae

176

4.39

Gramineae
Elaeocarpaceae
Commelinaceae
Caesalpiniaceae
Myrtaceae
Bombacaceae
Anacardiaceae
Cyperaceae
Moraceae
Euphorbiaceae
Musaceae
Combretaceae
Gramineae

165
134
93
86
85
66
66
45
39
37
31
27
23
22

4.12
3.34
2.32
2.15
2.12
1.65
1.65
1.12
0.97
0.92
0.77
0.67
0.57
0.55

Euphorbiaceae

20

0.50

Keterangan: * = serangga yang dikonsumsi monyet ekor panjang adalah semut dan belalang.

8

Tabel 3 Lanjutan
Nama lokal
Foxtail palm
Tanjung
Kelapa
Jambu bol
Lamtoro
Mengkudu
Pinang sepuluh
Calingcing
Soka
Sirsak
Damar
Seuseureuhan
Pepaya
Jeruk manis
Jukut domdoman
Cicak
Lainnya
Total

Fabaceae
Palmae
Sapotaceae
Palmae
Myrtaceae

Frekuensi
(kali)
20
18
18
16
13

Persentasi
(%)
0.50
0.45
0.45
0.40
0.32

Mimosaceae

13

0.32

Rubiaceae

10

0.25

Palmae

6

0.15

Oxalidaceae
Rubiaceae
Annonaceae
Araucariaceae
Piperaceae
Euphorbiaceae
Caricaceae
Rutaceae
Gramineae
-

5
5
4
4
4
3
2
1
1
1
180
4009

0.12
0.12
0.10
0.10
0.10
0.07
0.05
0.02
0.02
0.02
4.49
100

Nama ilmiah

Suku

Centrosema pubescens Benth.
Wodyetia bifurcata Irvine.
Mimusops elengi L.
Cocos nucifera L.
Eugenia malaccensis L.
Leucaena leucocephala (Lamk.) De
Wit.
Morinda citrifolia L.
Ptychosperma macarthurii (H.
Wendl. c x Veitch) H. Wendl ex
Hook.f.
Oxalis barrelieri L.
Ixora paludosa Kurz.
Annona sp.
Agathis dammara Foxw.
Piper aduncum L.
Macaranga tanarius Mull. Arg.
Carica papaya L.
Citrus sinensis (L.) Osbeck
Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin.
-

Tabel 4 Persentasi jenis makanan non alami selama bulan Maret-Juli 2008
Nama lokal
Makanan sisa
pengunjung
Kacang tanah
Roti
Nasi
Gorengan
Pisang
Makanan ringan
Ubi jalar
Mangga
Jambu air
Pepaya
Nanas
Nangka
Semangka
Jambu biji
Kedondong
Kelapa
Kecapi
Kelengkeng
Timun
Jeruk manis
Singkong
Lainnya
Total

Nama ilmiah

Suku

Frekuensi
(kali)

Persentasi
(%)

-

-

401

28.78

Arachis hypogaea L.
Musa paradisiaca L.
Ipomoea batatas Lamk.
Mangifera indica L.
Syzygium aqueum (Burm .f.) Alston
Carica papaya L.
Ananas comosus (L.) Merr.
Artocarpus heterophyllus Lmk.
Citrulus vulgaris Schrad.
Psidium guajava L.
Spondias dulcis Forst.
Cocos nucifera L.
Sandoricum koetjape (Burm .f.) Merr.
Euphoria longana Lamk.
Cucumis sativus L.
Citrus sinensis (L.) Osbeck.
Manihot esculenta Crantz.
-

Papilionaceae
Musaceae
Convolvulaceae
Anacardiaceae
Myrtaceae
Caricaceae
Bromeliaceae
Moraceae
Cucurbitaceae
Myrtaceae
Anacardiaceae
Palmae
Meliaceae
Sapindaceae
Cucurbitaceae
Rutaceae
Euphorbiaceae
-

210
138
118
70
48
42
35
27
27
25
18
13
9
6
6
5
5
5
3
3
1
178
1393

15.07
9.91
8.47
5.03
3.44
3.02
2.51
1.94
1.94
1.79
1.29
0.93
0.65
0.43
0.43
0.36
0.36
0.36
0.22
0.22
0.07
12.78
100

Jenis makanan yang dikonsumsi oleh
beruk sama dengan yang dikonsumsi oleh
monyet ekor panjang. Selama pengamatan,
beruk lebih banyak mengkonsumsi bunga
kupu-kupu dan buah beringin, serta sedikit
mengkonsumsi tunas daun awi tali.

Durasi Makan
Waktu yang dibutuhkan oleh monyet
individu dewasa untuk makan lebih lama
dibandingkan individu juvenil. Hal ini
disebabkan juvenil dan bayi lebih banyak
bergerak dan menghabiskan waktunya untuk

9

bermain daripada melakukan aktivitas makan.
Selama pengamatan, waktu yang dibutuhkan
oleh monyet ekor panjang untuk satu kali
aktivitas makan mencapai waktu minimum 1
menit dan waktu maksimum 34 menit (Tabel
5). Selama pengamatan, aktivitas makan beruk
lebih sedikit dan waktu yang dibutuhkan oleh
beruk untuk satu kali aktivitas makan
mencapai waktu minimum 1 menit dan waktu
maksimum 8 menit.
Tabel 5 Kisaran durasi makan selama Maret
Juli 2008
Individu
Durasi makan (menit)
Dewasa
1-10
Juvenil
1-34

disebabkan oleh pengamatan yang memasuki
musim kemarau sehingga tidak banyak
aktivitas makan yang dilakukan oleh monyet.
Tabel 7 Pengaruh hari hujan terhadap aktivitas
makan
Bulan
Hari
Frekuensi
Waktu
hujan
(scan)
pengamatan
(hari)
Maret
1
435
8
April
6
2206
20
Mei
1
485
17
Juni
481
17
Juli
189
14
Total
8
3796
76

PEMBAHASAN
Pengaruh suhu dan cuaca terhadap
aktivitas makan
Aktivitas makan monyet ekor panjang dan
beruk di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur
dipengaruhi oleh suhu udara dan cuaca. Pada
saat suhu udara rendah (24oC) monyet ekor
panjang dan beruk biasanya akan berjemur di
pohon-pohon yang tinggi terlebih dahulu
untuk memanaskan tubuh mereka sebelum
melakukan aktivitas harian. Pada saat suhu
udara tinggi (36oC) monyet ekor panjang dan
beruk lebih memilih untuk beristirahat di
bawah pohon yang rindang atau melakukan
aktivitas menelisik sambil menunggu suhu
udara turun. Suhu udara di Bumi Perkemahan
Pramuka Cibubur mencapai suhu minimum
24oC pada pagi hari dan suhu maksimum 36oC
pada siang hari (Tabel 6).
Tabel 6 Rata-rata kisaran suhu udara bulan
Maret-Juli 2008
Waktu
Rata-rata kisaran suhu
Pagi
24oC-30oC
Siang
28oC-36oC
Sore
26oC-30oC
Aktivitas monyet juga menurun pada saat
hujan dan angin kencang. Pada saat hujan dan
angin kencang monyet lebih memilih untuk
beristirahat
atau
melakukan
aktivitas
menelisik, tetapi perubahan aktivitas tidak
terlalu terlihat apabila hujan turun tidak terlalu
lama dan tidak terlalu deras. Perubahan
aktivitas makan tidak terlihat nyata pada
waktu pengamatan di bulan Mei dan Juni.
Aktivitas makan yang terlihat di bulan Mei
sebanyak 485 scan dengan satu hari hujan dan
di bulan Juni sebanyak 481 scan dengan tidak
ada hari hujan (Tabel 7). Waktu pengamatan
masing-masing adalah 17 hari. Hal ini

Hirarki Sosial Individu dalam Kelompok
Menurut
Soeratmo
(1979)
dalam
Suprihandini (1993), hirarki sosial terbentuk
akibat terdapat perbedaan kualitas individu
dalam kelompok. Individu yang mempunyai
kualitas tertentu dan lebih unggul daripada
individu lain disebut dominan (Ray 1999).
Monyet yang dominan menempati urutan
hirarki paling atas, sedangkan yang kurang
dominan menempati urutan hirarki yang lebih
rendah. Pada umumnya, individu jantan lebih
dominan dibandingkan individu betina
(Napier & Napier 1985). Waktu makan pun
mempunyai pola yang berdasarkan hirarki.
Individu yang berada pada hirarki paling atas
akan makan terlebih dahulu, kemudian diikuti
individu lain sesuai urutan hirarki. Juvenil
monyet rhesus (M. mulatta) dari induk
berhirarki tinggi akan lebih mudah
mendapatkan makanan dibandingkan juvenil
dari induk berhirarki rendah (Peláez et al.
2000).
Aktivitas Makan
Aktivitas makan monyet ekor panjang
kelompok Depan yang teramati selama bulan
Maret-Juli 2008 sebesar 9.01% dari total
aktivitas harian, sedangkan waktu yang
dihabiskan untuk bergerak dan beristirahat
masing-masing 42.71% dan 37.35%.
Aktivitas makan monyet ekor panjang
kelompok Pancalikan di Cagar Budaya Ciung
Wanara selama Mei-Juni 2005
sebesar
20.72%. Waktu yang dihabiskan untuk
bergerak dan beristirahat masing-masing
sebesar 31.08% dan 26.95% (Yudanegara
2006), sedangkan aktivitas makan monyet
ekor panjang kelompok Pancalikan periode
Juni-Agustus 2006 sebesar 21.91% dari total

10

aktivitas harian. Waktu yang dihabiskan untuk
bergerak dan beristirahat masing-masing
38.85% dan 32.15% (Rahayu 2007).
Lion-tailed monkeys (M. silenus) di India
menghabiskan sekitar 54.5% waktunya untuk
aktivitas makan, 27% untuk beristirahat, 15%
untuk bergerak, dan sekitar 3.5% untuk
aktivitas sosial. M. silenus merupakan
frugivor dan insektivor dengan memakan
buah, serangga, siput, dan telur burung. Sifat
insektivor dilakukan pada musim panas yaitu
sekitar 6% dan meningkat menjadi 30% pada
musim dingin (Kurup & Kumar 1993).
Black howler monkeys (Alouatta pigra) di
daerah
Belize,
Amerika
Tengah
menghabiskan sekitar 66.33% waktunya untuk
beristirahat, 18.57% untuk makan, 7.49%
untuk bergerak, dan 3.67% untuk aktivitas
sosial. Genus Alouatta merupakan foliovor
yang bersifat inaktif, artinya sekitar 80%
waktunya digunakan untuk beristirahat. Black
howler monkeys dapat bertahan beristirahat
dalam waktu yang lama hanya dengan
memakan daun, buah dan bagian lain dari
tumbuhan ketika tersedia, sehingga A. pigra
dapat menjadi frugivor bila memungkinkan
dan menjadi foliovor bila diperlukan (Pavelka
& Knopff 2004).
Aktivitas makan monyet ekor panjang
kelompok Depan banyak dilakukan di sekitar
lapangan utama dan jalan raya Cibubur. Jukut
pait banyak dikonsumsi pada pagi dan siang
hari di sekitar lapangan utama, sedangkan
tunas daun awi tali banyak dikonsumsi pada
sore hari di sekitar jalan raya Cibubur.
Aktivitas makan yang rendah selama MaretJuli 2008 disebabkan oleh
ketersediaan
makanan baik yang alami atau non alami tidak
mencukupi dan periode penelitian yang
dilakukan pada saat memasuki musim
kemarau.
Selama
musim
kemarau
ketersediaan pakan di alam mulai berkurang
karena beberapa tumbuhan yang menjadi
sumber pakan mulai mengering. Selain itu,
makanan non alami juga tidak cukup
melimpah. Menurut Rahayu (2007), aktivitas
makan kelompok Pancalikan di Cagar Budaya
Ciung Wanara selama Juni-Agustus lebih
banyak dilakukan di dalam hutan untuk
mendapatkan sumber pakan baru berupa buah
sebagai pengganti pakan tunas daun awi tali
yang mulai mengering akibat musim kemarau.
Pada saat memasuki musim kemarau,
monyet ekor panjang kelompok Depan lebih
banyak bergerak untuk mencari sumber
makanan. Menurut Pombo (2004), bila
lingkungan tidak dapat mencukupi kebutuhan
pakan monyet maka monyet akan lebih

banyak bergerak. Monyet akan lebih banyak
meluangkan waktunya untuk beristirahat atau
aktivitas lainnya apabila mudah dalam
mendapatkan makanan.
Aktivitas makan monyet ekor panjang
kelompok Depan lebih banyak dilakukan oleh
individu dewasa (3212 scan atau 85%)
daripada individu juvenil (584 scan atau
15%). Yudanegara (2006), menyatakan bahwa
aktivitas makan monyet ekor panjang
kelompok Pancalikan selama Mei-Juni 2005
lebih banyak dilakukan oleh individu dewasa
sebesar 57.53% (317 scan) dibandingkan
individu juvenil sebesar 42.47% (234 scan).
Aktivitas makan monyet ekor panjang
kelompok Pancalikan periode Juni-Agustus
2006 lebih banyak dilakukan oleh individu
dewasa (3159 scan atau 71%) dibandingkan
individu juvenil (1290 scan atau 29%)
(Rahayu 2007).
Selama pengamatan, aktivitas makan
beruk lebih sedikit karena beruk berada pada
hirarki sosial rendah, sehingga lebih sedikit
mempunyai peluang untuk mendapatkan
makanan. M. nemestrina di Sumatra
menghabiskan sekitar 38.9% waktunya untuk
berjalan, 25% untuk berlari, 11.1% untuk
diam, 5.6% untuk aktivitas makan, dan 19.5%
untuk aktivitas lainnya (Crockett & Wilson
1980).
Jenis Makanan
Makanan alami yang banyak dikonsumsi
adalah tunas daun awi tali, tetapi pada saat
memasuki musim kemarau, monyet lebih
banyak mengkonsumsi buah-buahan sebagai
pengganti pakan awi tali yang mulai
mengering. Buah-buahan yang banyak
dikonsumsi antara lain beringin, kersen,
jambu biji, dan kapuk. Makanan non alami
yang paling banyak dikonsumsi adalah sisa
pengunjung dan kacang. Monyet ekor panjang
selama bulan Maret-Juli lebih banyak
mengkonsumsi daun daripada mengkonsumsi
buah, sehingga lebih bersifat foliovor.
Menurut Yudanegara (2006), periode
penelitian Maret-Agustus 2005, data aktivitas
makan diambil pada Mei-Juni 2005 dapat
diketahui bahwa monyet ekor panjang
kelompok Pancalikan di Cagar Budaya Ciung
Wanara bersifat foliovor karena lebih banyak
mengkonsumsi daun daripada mengkonsumsi
buah. Monyet ekor panjang kelompok
Pancalikan lebih banyak mengkonsumsi tunas
daun awi tali sebesar 70% daripada
mengkonsumsi buah. Cagar Budaya Ciung
Wanara didominasi oleh awi tali sehingga
tumbuhan ini lebih mudah didapat. Jenis

11

makanan alami yang paling banyak
dikonsumsi adalah tunas daun awi tali
62.52%, serangga 16.27%, dan kiara beas (F.
gibbosa) 5.38%. Konsumsi serangga cukup
tinggi karena periode penelitian yang
dilakukan pada saat musim penghujan,
sehingga serangga lebih mudah ditemukan
pada kayu yang lapuk dan serasah tanah.
Makanan non alami yang paling banyak
dikonsumsi adalah kacang 50.93%, nasi
18.52%, dan makanan sisa pengunjung
12.22%. Kebanyakan pengunjung khusus
membeli kacang untuk diberikan kepada
monyet ekor panjang, khususnya kelompok
Pancalikan. Makanan alami lebih banyak
dikonsumsi yaitu sebesar 50.96% daripada
makanan non alami sebesar 49.04%. Secara
keseluruhan, berdasarkan makanan yang
dikonsumsi baik alami maupun non alami
monyet ekor panjang kelompok Pancalikan
bersifat omnivor.
Selama pengamatan monyet ekor panjang
kelompok
Depan
hanya
sedikit
mengkonsumsi serangga. Hal ini disebabkan
oleh pengamatan yang memasuki musim
kemarau sehingga serangga lebih sulit
ditemukan. Kelompok Depan memperoleh
serangga berupa belalang di atas rumput di
sekitar lapangan utama, sedangkan semut
diperoleh dari serasah tanah atau bagian
bawah daun pada saat melakukan aktivitas
makan di pohon. Makanan alami yang cukup
banyak dikonsumsi adalah jukut pait dan jukut
jampang. Jukut pait banyak ditemukan di
sekitar lapangan utama, sedangkan jukut
jampang banyak ditemukan di tepi jalan raya
Cibubur. Putra et al. (2000) menemukan
bahwa rumput yang sering dimakan oleh
monyet ekor panjang di Wenara Wana (Ubud,
Bali) adalah dari jenis Panicum repens dan
Alysicarpus vaginalis.
Hanya (2004), melaporkan bahwa monyet
Jepang (M. fuscata) di Yakushima
mengkonsumsi daun tua 45%, bunga 15%,
jamur 14%, buah 13%, dan biji 4%. Penelitian
ini dilakukan sejak April 2000-Maret 2001.
Monyet Jepang lebih banyak mengkonsumsi
buah dan biji ketika musim buah, tetapi
mereka mengkonsumsi daun tua ketika buah
dan biji tidak tersedia.
Jenis makanan yang dikonsumsi beruk
sama dengan yang dikonsumsi oleh monyet
ekor panjang. Menurut Richard et al. (1989),
beruk merupakan frugivor dengan makanan
utamanya berupa buah dan biji. Jenis makanan
lain yang dikonsumsi oleh M. nemestrina
adalah daun, jamur, serangga, dan telur
burung. Selama pengamatan, beruk lebih

banyak mengkonsumsi buah dan bunga
dibandingkan mengkonsumsi daun muda.
Menurut Crockett & Wilson (1980), M.
nemestrina lebih selektif dalam memilih
makanan dibandingkan M. fascicularis. Di
Sumatra, monyet ekor panjang mengkonsumsi
daun muda dan biji jagung, sedangkan beruk
hanya mengkonsumsi biji jagung.
Menurut Yeager (1996), monyet ekor
panjang di Kalimantan Tengah bersifat
frugivor dengan mengkonsumsi buah 66.7%,
daun 17.2%, bunga 8.9%, serangga 4.1%, dan
jenis lainnya 3.1%. Buah-buahan yang banyak
dikonsumsi yaitu dari jenis Ganua motleyana,
Diospyros maingayi, Licania splendens,
Eugenia sp., dan Lophopetalum javanicum.
Tumbuhan dari jenis Ficus dan Syzygium
mempunyai peranan yang penting sebagai
tumbuhan penyedia pakan monyet ekor
panjang di habitat hutan jati. Bagian
tumbuhan yang paling disukai adalah buah,
daun muda, dan umbi (Hasanbahri et al.
1996).
Menurut Hadi et al. (2007), monyet ekor
panjang di Taman Kera Cikakak, Wangon,
Banyumas, Jawa Tengah lebih banyak
mengkonsumsi makanan alami yaitu sebesar
76.39% dibandingkan makanan non alami
sebesar 23.61%. Penelitian dilakukan pada
September-November 2003 dan Maret-April
2004. Makanan alami yang banyak
dikonsumsi adalah tunas daun awi tali
31.03%, buah jerakah bulu (F. virens)
13.04%, dan sadang (Corypha utan) 12.18%.
Makanan non alami yang banyak dikonsumsi
adalah kacang 11.51%, nasi 3.44%, dan ubi
jalar 3.33%.
Menurut
Rahayu
(2007),
periode
penelitian Juni-Agustus 2006 dapat diketahui
bahwa monyet ekor panjang kelompok
Pancalikan di Cagar Budaya Ciung Wanara
lebih banyak mengkonsumsi buah (28.71%)
daripada mengkonsumsi daun (19.02%),
sehingga lebih bersifat frugivor. Jenis buah
yang paling banyak dikonsumsi adalah buah
poh-pohan (Pilea melastomoides) 15.48%,
dan buah huru (Actinodaphne procera)
13.23%. Tunas daun awi tali mulai mengering
akibat musim kemarau, sehingga buah
dijadikan alternatif pakan pengganti tunas
daun awi tali bagi monyet ekor panjang
kelompok Pancalikan.
Gangguan
pada
habitat
monyet
menyebabkan
kontak dengan manusia
menjadi intensif. Hal ini mengakibatkan
perubahan tingkah laku makan sehingga
monyet akan mengeksploitasi sumber
makanan yang berada di sekitarnya sehingga

12

akan bersifat omnivor (Hadi et al. 2007).
Secara keseluruhan, baik makanan yang
dikonsumsi secara alami maupun non alami,
maka monyet ekor panjang di Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur bersifat
omnivor. Menurut Putra et al. (2000),
wisatawan memegang peranan penting dalam
usaha konservasi monyet di kawasan wisata
Wenara Wana (Ubud, Bali). Pengunjung di
Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur juga
cukup mempunyai peranan penting terhadap
kelangsungan hidup monyet ekor panjang.
Sekitar 25.78% makanan yang dikonsumsi
monyet ekor panjang di Bumi Perkemahan
Pramuka Cibubur berasal dari pengunjung.
Menurut Wheatley (1989) makanan yang
berasal dari pengunjung lebih mudah didapat,
memiliki nilai kalori yang lebih tinggi, dan
bersifat temporer.
Durasi Makan
Waktu yang dibutuhkan oleh monyet
individu dewasa untuk makan lebih lama
dibandingkan individu juvenil. Hal ini
disebabkan juvenil lebih banyak bergerak dan
bermain daripada melakukan aktivitas makan.
Menurut Hanya (2003), aktivitas makan
juvenil pada M. fuscata lebih sedikit, karena
waktu makan juvenil lebih lama daripada
dewasa. Juvenil perlu melindungi diri dari
predator pada saat mencari makan dan belum
memiliki pengalaman untuk mencari sumber
makanan.
Pengaruh suhu dan cuaca terhadap
aktivitas makan
Pada saat suhu rendah (24oC) monyet akan
melakukan aktivitas lebih siang yaitu sekitar
pukul 08.00. Pada saat suhu tinggi (36oC) dan
angin kencang monyet lebih memilih untuk
beristirahat sehingga aktivitas makan akan
menurun. Menurut Hanya (2004), pada saat
suhu rendah monyet Jepang (M. fuscata) lebih
banyak mengkonsumsi rumput dan berjemur
di bawah sinar matahari.
Ketinggian tempat dan musim juga dapat
mempengaruhi aktivitas makan. Monyet
Jepang di dataran tinggi lebih banyak
mengkonsumsi
dedaunan
dan
jamur,
sedangkan di dataran rendah lebih banyak
mengkonsumsi buah atau biji dan serangga
kecil. Buah atau biji banyak dikonsumsi pada
musim gugur (September-November) dan
sedikit pada musim semi (Maret-April). Daundaunan banyak dikonsumsi pada saat musim
semi, sedangkan binatang kecil banyak
dikonsumsi pada saat musim panas (JuliAgustus) (Hanya et al. 2003). Monyet Jepang

di Yakushima banyak mengkonsumsi buah
dan biji pada musim gugur dan mengganti
makanannya dengan daun tua ketika buah dan
biji tidak tersedia. Daun tua selalu tersedia di
alam karena relatif tumbuh sepanjang tahun
(Hanya 2004).
Kondisi hujan juga dapat mempengaruhi
pola aktivitas primata. Raemaeker (1980)
dalam Oates (1987) menunjukkan bahwa
siamang (Symphalangus syndactylus) akan
menghentikan aktivitasnya hingga hujan reda,
ungko lengan putih (Hylobates lar) akan
menghentikan
aktivitasnya
sementara,
sedangkan lutung (Presbytis spp.) akan tetap
melakukan aktivitasnya. Monyet ekor panjang
di Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur lebih
memilih untuk menghentikan aktivitasnya
hingga hujan reda.

SIMPULAN
Aktivitas monyet ekor panjang di Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur dimulai ±
pukul 06.00-10.00, 13.00-14.00, dan 15.0017.45 WIB. Aktivitas makan sebesar 9.01%
dari total aktivitas harian dan lebih bersifat
foliovor atau omnivor daripada frugivor.
Makanan alami yang banyak dikonsumsi
adalah tunas daun awi tali. Aktivitas makan
lebih banyak dilakukan individu dewasa
dibandingkan juvenil.

SARAN
Penelitian lanjutan pada kelompok lain
untuk membandingkan aktivitas makan dan
keanekaragaman
jenis
makanan
yang
dikonsumsi monyet ekor panjang di Bumi
Perkemahan Pramuka Cibubur. Penelitian
pada musim hujan perlu dilakukan untuk
membandingkan aktivitas tiap musim.

13

DAFTAR PUSTAKA
Bercovitch FB, Huffman MA. 1999. The
macaques. Di dalam: Dolhinow P, Fuentes
A, editor. The Non Human Primates.
California: Mayfield Publishing.
Boo CH, Omar-Hor K, Lin OYC. 2003. 1001
Garden Plants in Singapore. Singapore:
National Parks Board.
Cowlishaw G, Dunbar R. 2000. Primate
Conservation Biology. Chicago: Univ
Chicago Pr.
Crockett CM, Wilson WL. 1980. The
ecological
separation
of
Macaca
nemestrina and Macaca fascicularis in
Sumatera. Di dalam: Lindburg DE, editor.
The Macaque: Studies in Ecology,
Behaviour and Evolution. New York: Van
Nostrand Reinhold. hlm 148-181.
Dolhinow P, Fuentes A. 1999. The Non
Human Primates. California: Mayfield
Publishing.
Duistermaat H. 2005. Field to the Grasses of
Singapore (Excluding the Bamboos).
Singapore: National Parks Board.
Gautier-Hion A. 1988. The diet and dietary
habits of forest guenons. Gautier-Hion A,
Bouliere F, Gautier JP, editor. A Primate
Radiation: Evolutionary Biology of the
African Guenons. London: Cambridge
Univ Pr. hlm 257-283.
Hadi I, Suryobroto B, Perwitasari-Farajallah
D. 2007. Food preference of semiprovisioned macaques based on feeding
duration and foraging party size. Hayati
14:13-17.
Hanya G. 2003. Age differences in food
intake and dietary selection of wild male
Japanese macaque. Primates 44:333-339.
Hanya G, Noma Naohiko, Agetsuma Naoki.
2003. Altitudinal and seasonal variation in
the diet of Japanese macaques in
Yakushima. Primates 44:51-59.
Hanya G. 2004. Diet of a Japanese macaque
troop in the coniferous forest of
Yakushima. Int J Primatol 25:55-68.
Hasanbahri S, Djuwantoko, Ngariana IN.
1996. Komposisi jenis tumbuhan pakan
kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di
habitat hutan jati. Biota 1(2):1-8.
Hashimoto C. 1991. Differences in feeding
behaviour between adult and juvenile
Japanese macaques in Kinkazan Island,
Japan. Di dalam Ehara et al, editor.
Primatology Today. Elsevier Science
Publisher B. V. (Biomedical Division).
hlm 105-106.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia volume I-IV. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Departeman Kehutanan.
Kurup GU, Kumar A. 1993. Time budget and
activity patterns of the lion-tailed macaque
(Macaca silenu