bahan mentah gadai

Landasan Teori Skripsi Gadai Pegadaian Syariah: Rukun
dan Syarat Transaksi Gadai

1).
2).
3).
4).

Rukun dan Syarat Transaksi Gadai
Setiap akad harus memenuhi syarat syah dan rukun yang telah ditetapkan oleh para ulama
fiqih. Walaupun terdapat perbedaan mengenai hal ini, namun secara syarat syah dan rukun
dalam menjalankan pegadaian sebagai berikut:
Rukun Gadai :
Shigat adalah ucapan berupa ijab dan qabul.
Orang yang berakad, yaitu orang yang menggadaikan (rahin) dan orang yang menerima gadai
(murtahin).
Harta / barang yang dijadikan jaminan (marhun).
Hutang (Marhun bih)

Syarat Sah Gadai :
1). Shigat

Syarat shigat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan dengan masa yang akan datang.
Misalnya; rahin mensyaratkan apabila tenggang waktu marhunbih habis dan marhunbih belum
terbayar, maka rahin dapat diperpanjang satu bulan. Kecuali jika syarat tersebut mendukung
kelancaran akad maka diperbolehkan seperti pihak murtahin minta agar akad itu disaksikan
oleh dua orang.
2). Orang yang berakad. Baik rahin maupun martahin harus cakap dalam melakukan tindakan
hukum, baligh dan berakal sehat, serta mampu melakukan akad. Bahkan menurut ulama
Hanafiyah, anak kecil yang mumayyis dapat melakukan akad, karena ia dapat membedakan
yang baik dan yang buruk.
3). Marhun bih
a). Harus merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin.
b).Merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, jika tidak dapat dimanfaatkan, maka tidak syah.
c). Barang tersebut dapat dihitung jumlahnya.

4). Marhun
a). Harus berupa harta yang bisa dijual dan nilainya seimbang denganmarhun bih.
b). Marhun harus mempunyai nilai dan dapat dimanfaatkan.
c). Harus jelas dan spesifik.
d). Marhun itu secara sah dimiliki oleh rahin.
e). Merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa tempat.

b. Hak dan Kewajiban pihak Penerima Gadai (Murtahin)
1). Hak Murtahin ( Penerima Gadai ) :
(a).Pemegang gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya
pada sat jatuh tempo. Hasil penjualan barang gadai (marhun) dapat digunakan untuk melunasi
pinjaman (marhun bih) dan sisanya dikembalikan kepada rahin.
(b).Pemegang gadai berhak mendapatkan penggantian biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga
keselamatan marhun.
(c).Selama pinjaman belum dilunasi, pemegang gadai berhak menahan barang gadai yang
diserahkan oleh pemberi gadai (nasabah/rahin).
2.) Adapun kewajiban penerima gadai (murtahin) adalah :

(a) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya barang gadai, apabila hal itu
disebabkan oleh kelalaiannya.
(b) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk kepentingan sendiri.
(c) Penerima gadai wajib memberitahukan kepada pemberi gadai sebelum diadakan pelelangan
barang gadai.
c. Hak dan Kewajiban Rahin (Pemberi Gadai)
1). Hak pemberi gadai adalah:
(a). Pemberi gadai berhak mendapatkan kembali barang gadai, setelah ia melunasi pinjaman.
(b). Pemberi gadai berhak menuntut ganti kerugian dari kerusakan dan hilangnya barang gadai,

apabila hal itu disebabkan kelalaian penerima gadai.
(c). Pembari gadai berhak menerima sisa hasil penjualan barang gadai setelah dikurangi biaya
pinjaman dan biaya-biaya lainnya.
(d). Pemberi gadai berhak meminta kembali barang gadai apabila penerima gadai diketahui
menyalahgunakan barang gadai.
2). Kewajiban pembari gadai:
(a) Pemberi gadai wajib melunasi pinjaman yang telah diterimanya dalam tenggang waktu yang
ditentukan, termasuk biaya-biaya yang ditentukan oleh penerima gadai.
(b) Pemberi gadai wajib merelakan penjualan atas barang gadai miliknya, apabila dalam jangka
waktu yang

ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi pinjamannya.

http://pustakabakul.blogspot.com/2012/07/gadai-pegadaian-syariah.html

1.

Pengertian Gadai

1.


Pengertian Gadai Menurut Umum (Konvensional)
Pengadaian adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang
atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang
yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai
utang. Seseorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang
yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Perusahaan Umum pengadaian adalah suatu badan usaha di indonesia yang secara
resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum
gadai.

1.

Pengertian Gadai Menurut Syariat Islam
Gadai dalam perspektif islam disebut dengan istilah rahn, yaitu suatu perjanjian
untuk menahan sesuatu barang sebagai jaminan atau tanggungan utang.
Kata rahn’’ yaitu suatu perjanjian untuk menahan sesutu barang sebagai jaminan
atau tanggungan utang.

Kata rahn’’secara etimologi berarti “tetap”berlangsung’’dan menahan’’maka dari
segi bahasa rahn bisa diartiakan sebagai menahan sesuatu dengan tetap. Ar-Rahn
adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya.
Rahn merupakan suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang yang
mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’sebagai jaminan, hingga orang
yang bersangkutan boleh mengambil utang.
Sejarah pengadaian syariah
Terbitnya PP Nomor 10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal
kebangkitan pengadaian,satu hal yang perlu dicermati bahwa PP Nomor 10
menegaskan misi yang harus diemban oleh pengadaian untuk mencegah praktik
riba. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi Pengadaian Pra Fatwa MUI
tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep
syari’ah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang

menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang
akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit layanan Gadai Syariah sebagai
langakah awal pembentukan divisi khusus yang menagani kegiatan usaha syariah.
Konsep operasi Pengadaian Syariah mengacu pada sistem aadministrasi modern
yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas,yang diselaraskan dengan nilai

islam.
Fungsi operasi pengadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang
Pengadain Syariah /Unit layanan Gadai Syariah itu (ULGS) sebagai satu unit
organisasi di bawah binaan Divisi Usaha lain Perum Pengadaian.
ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara stuktural terpisah
pengelolaanya dari usaha gadai konvensinal.
Pengadaian Syariah pertama kali berdiri di jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai
Syariah (ULGS) kemudian berkembang dikota-kota besar seperti, semarang,
surabaya.
Landasan Hukum
Landasan konsep pengadaian syariah juga mengacu kepada syariah islam yang
bersumber dari Al Quran dan Al Hadist, adapun dasar hukum yang dipakai adalah:
(Q S Al Baqarah Ayat 283).
Artinnya:
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagaian kamu mempercayai
sebagaian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Alloh SWT dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang

menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya,
dan Alloh maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Landasan hukum berikutnya, dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw
dengan roti dari gandum dan sungguh Rasululloh Saw telah menaguhkan baju besi
kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari
seorang Yahudi.”(HR. Anas ra ).
Landasan hukum berikutnya adalah ijma’ ulama atas hukum mubah(boleh)
perjanjian gadai.
Adapn mengenai prisip Rahn (gadai) telah memiliki fatwa dari dewan syariah
Nasional Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan Rukun dan fatwa Dewan

Syariah Nasional Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn dan Rukun dan Syarat
Transaksi Gadai.
Secara umum syarat sah rukun menjalankan transaksi gadai adalh sebagai berikut:
1.
1.

Rukun Gadai
i.


1.
1.

Ada ijab dan Qobul(shighat)

2.

Terdapat orang yang berakad yang mengadaikan
(Rahn) dan yang menerima gadai (murtahin)

1.

Ada jaminan (marhun) berupa barang/harta

2.

Utang (marhun bih)

1.
1.


Syarat Sah Gadai
a. Shigat
b. Orang yang berakal
c. Barang yan dijadikan pinjaman
d. Utang (marhun bih)