Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Di Tanjung Balai

(1)

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN MINYAK GORENG

BAHAN MENTAH KELAPA

(STUDI KASUS: KOTA TANJUNG BALAI) SKRIPSI

Oleh:

AHMAD FADLI

060309033

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN MINYAK GORENG

BAHAN MENTAH KELAPA

(STUDI KASUS: KOTA TANJUNG BALAI) SKRIPSI

Oleh: AHMAD FADLI

060309033

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara - Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. A.T. Hutajulu, MS) (Ir. M. Jufri, MSi.)

NIP: 194606181980032001 NIP: 196011101988031003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

ABSTRAK

AHMAD FADLI (060309033), dengan judul skripsi “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Di Tanjung Balai”. Penelitian ini

dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Ir. M. Jufri, Msi.

Tanaman kelapa yang juga disebut pohon kehidupan, merupakan tanaman serba guna, karena disetiap bagian tanaman dapat diambil hasilnya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cara pengolahan, komponen biaya produksi terbesar, nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan dan kelayakan usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret 2011 di Kota Tanjung Balai, yang ditentukan secara Purposive. Penentuan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, seluruh subjek dijadikan sampel.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa sudah modern. Komponen biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng yang terbesar adalah biaya bahan baku sebesar 93,9%. Rata-rata nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian dalam satu bulan adalah Rp. 936.500.000. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan. Masalah yang dihadapi adalah masalah bahan baku, masalah bahan penunjang (bentonit), dan masalah bahan bakar. Upaya-upaya yang dilakukan adalah mendatangkan bahan baku dari luar daerah dan mencari alternatif lain yang menguntungkan dan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

AHMAD FADLI, lahir pada tanggal 06 Maret 1989 di Asahan Mati, Tanjung

Balai, Asahan, Sumatera Utara, merupakan anak pertama dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Adnan Marpaung dan Ibu Helmiatul Husna Sirait.

Jenjang pendidikan yang ditempuh:

1. Memasuki Seolah Dasar (SD) di SD Negeri No.013887 Tanjung Balai pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000.

2. Memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 3

Tanjung Balai pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003.

3. Memasuki Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di SPP/SPMA Negeri

Asahan pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006.

4. Pada tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

5. Pada Tahun 2010, melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lingga Raja, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.

6. Pada Tahun 2011, melakukan penelitian skripsi di Kotamadya Tanjung Balai, dengan judul “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang di berikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa di Kota Tanjung Balai”.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang mana selalu memberi motivasi dan mendukung penulis. Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir.A.T. Hutajulu, MS dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi selaku ketua dan anggota pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Khusus untuk saudara Sahrial penulis mengucapkan banyak terima kasih buat dukungan dan bantuannya baik materi maupun moril, karena beliau telah membantu penulis untuk dapat masuk kedalam kilang pengolahan minyak goreng dari bahan mentah kelapa.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis, teman2 (Rico, Qalik, Amed, Edo, Dedi, Ulfan, Risa), serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu disini, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Peneliian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran ... 15

Hipotesis Penelitian ... 18

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Pengambilan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 21

Defenisi dan Batasan Operasional ... 24

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL Deskrifsi Kelurahan Sei Merbau, Kotamadya Tanjung Balai ... 27

Luas dan Kondisi Geografis ... 27


(7)

Keadaan Penduduk ... 28 Karakteristik Pengusaha Sampel ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tata Laksana Pengolahan Minyak dari Bahan Mentah Kelapa ... 33 Biaya Produksi dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah

Kelapa ... 41 Nilai Tambah Usaha Pengolahan Minyak dari Bahan Mentah

Kelapa ... 53 Kelayakan Usaha ... 55 Masalah yang Dihadapi dalam Usaha Pengolahan Minyak

Bahan Mentah Kelapa ... 56 Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi

Dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 60 Saran ... 61

DAFAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Tanaman

Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2010

………... 3

2. Perusahaan Industri di Kota Tanjung Balai, 2010 ..……….. 20

3. Spesifikasi Pengumpulan Data ………. 21

4. Distribusi Penggunaan Tanah di Kelurahan Sei Merbau, 2010 ..….. 28 5. Distribusi Penduduk Menurut Angkatan Kerja di Kelurahan Sei

Merbau, 2010…... 29 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sei

Merbau, 2010 ……….………... 29

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sei

Merbau, 2010 ………….………... 30

8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Sei

Merbau, 2010 ……….………... 31

9. Karakteristik Pengusaha Sampel di Kelurahan Sei Merbau, 2011.... 32 10. Jumlah Frekuensi Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah

Kelapa dalam Satu Bulan Oleh Industri Pengolah Didaerah

penelitian ……….……….………. 41

11. Rataan Jumlah Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Bahan

Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ………….……… 42

12. Rataan Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Bahan

Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ……….……… 43

13. Rataan Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Minyak Bahan

Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ………….……… 44

14. Rataan Biya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Minyak Bahan


(9)

15. Rataan Biaya Penyusutan Usaha Pengolahan Minyak Bahan

Mentah Kelapa dalam Satu Bulan …...……….………. 47

16. Rataan Biaya Listrik Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah

Kelapa dalam Satu Bulan ……….………. 48

17. Rataan Biaya Pajak Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah

Kelapa dalam Satu Bulan ………..……… 49

18. Rataan Jumlah Biaya Produksi Usaha Pengolahan Minyak Bahan

Mentah Kelapa dalam Satu Bulan …….……… 49

19. Persentase Komponen Biaya Usaha Pengolahan Minyak Bahan

Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ……….……… 50

20 Rendemen Minyak Olahan dari Bahan Mentah Kelapa……… 51 21. Total Penerimaan/Pengusaha Usaha Pengolahan Minyak Bahan

Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ……….……… 52

22. Pendapatan Bersih Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah

Kelapa dalam Satu Bulan ……….………. 53

23. Rataan Nilai Tambah Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah

Kelapa dalam Satu Bulan ……….………. 54

24. Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah

Kelapa dalam Satu Bulan ………..……… 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 17

2. Penimbangan dan Alat Timbang yang Digunakan ... 33

3. Bahan Bakar (Kayu Api) dan Termoped (Mesin Uap) ... 34

4. Penampungan Daging Buah Kelapa ... 35

5. Alat Pengkukur Daging Buah Kelapa ... 35

6. Alat Pengaduk Daging Kelapa Halus ... 36

7. Tangki Pemasak Minyak ... 37

8. Alat Pemisah Ampas / Blondo ... 37

9. Mesin Press (1) ... 38

10. Mesin Press (2) ... 38

11. Tangki Penyimpanan Minyak dan Pengepakan ... 39


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Karakteristik Sampel Pengusaha Pengolahan Minyak Goreng

Bahan Mentah Kelapa ………... 65

2. Frekuensi Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa / Pengusaha Selama Satu Bulan ……… 66

3. Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa / Pengusaha Selama Satu Bulan ………..……….. 67 4. Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa / Pengusaha Selama Satu Bulan ………..……….. 68 5. Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan

Mentah Kelapa / Pengusaha Dalam Satu Bulan ………... 70 6. Biaya Listrik Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa Dalam Satu Bulan ……….……… 71

7. Alat-alat yang Digunakan Dalam Usaha pengolahan Minyak

Goreng Bahan Mentah Kelapa / Pengusaha ……….. 72

8. PPH dan PBB Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa / Pengusaha Dalam Satu Bulan ………..…………... 74 9. Biaya Produksi Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa Dalam Satu Bulan ……… 75

10. Produksi Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa /

Pengusaha Dalam Satu Bulan ……..………. 76

11. Pendapatan Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah

Kelapa / Pengusaha dari Hasil Blondo Dalam Satu Bulan...….. 77 12. Total Penerimaan / Pengusaha Usaha Pengolahan Minyak Goreng

Bahan Mentah Kelapa Selama Satu Bulan …………...……… 78

13. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah


(12)

14. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Dalam

Satu Bulan ………. 80

15. BEP Produksi dan BEP Harga Usaha Pengolahan Minyak Goreng

Bahan Mentah Kelapa ………... 81

16. Masalah-masalah yang Dihadapi Pengolah Dalam Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa ……...……….. 82


(13)

ABSTRAK

AHMAD FADLI (060309033), dengan judul skripsi “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Di Tanjung Balai”. Penelitian ini

dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Ir. M. Jufri, Msi.

Tanaman kelapa yang juga disebut pohon kehidupan, merupakan tanaman serba guna, karena disetiap bagian tanaman dapat diambil hasilnya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cara pengolahan, komponen biaya produksi terbesar, nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan dan kelayakan usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret 2011 di Kota Tanjung Balai, yang ditentukan secara Purposive. Penentuan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, seluruh subjek dijadikan sampel.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa sudah modern. Komponen biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng yang terbesar adalah biaya bahan baku sebesar 93,9%. Rata-rata nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian dalam satu bulan adalah Rp. 936.500.000. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan. Masalah yang dihadapi adalah masalah bahan baku, masalah bahan penunjang (bentonit), dan masalah bahan bakar. Upaya-upaya yang dilakukan adalah mendatangkan bahan baku dari luar daerah dan mencari alternatif lain yang menguntungkan dan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa yang juga disebut pohon kehidupan, merupakan tanaman serba guna, karena disetiap bagian tanaman dapat diambil hasilnya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup manusia. Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia dan Pasifik. Kelapa selain dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata pencarian jutaan petani, yang mampu memberikan penghidupan puluhan juta keluarganya. Dan menurut FAO (Food and Agriculture Organization) pada tahun 1976, negara-negara di Asia dan Pasifik menghasilkan 82% dari produksi kelapa dunia, sedangkan sisanya dihasilkan oleh negara Afrika dan Amerika Selatan. (Suhardiyono, 1988)

Perkebunan kelapa di Indonesia, didominasi oleh perkebunan kelapa rakyat, yaitu sekitar 97% atau lebih. Pembangunan perkelapaan selama ini tergambar dalam peningkatan luas areal yang cukup pesat, sehingga sudah mencapai 3.400.000 hektar saat ini. Dari segi areal kelapa ini Indonesia sudah menduduki tempat nomor satu di dunia. Namun dari segi produksi masih dibawah Philipina, yang menduduki tempat pertama. Hal ini disebabkan oleh karena produktivitas per hektar masih rendah, yaitu rata-rata 900 kg setara kopra per tahun. Hampir tidak ada peningkatan dalam hal produktivitas ini, yang karena kurang lancarnya program peremajaan dan rehabilitasi kelapa rakyat. (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1994)


(15)

Salah satu upaya yang ditempuh untuk pembangunan perkebunan adalah mendorong petani melakukan upaya diversifikasi produk. Upaya ini dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Kelapa salah satu produk perkebunan yang diupayakan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani dan menambah devisa negara. Selama ini pengolahan kelapa ditingkat petani hanya terfokus pada kopra. Dengan upaya diversifikasi maka dari produk kelapa ini akan tercipta aneka produk olahan lain yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. (Rindengan dan Novarianto, 2004)

Kelapa termasuk tumbuhan berkeping satu (monocotyledonae), berakar serabut, dan termasuk golongan palem (palmae). Kelapa (Cocos nucifera L) di Jawa Timur dan Jawa Tengah dikenal dengan sebutan kelopo atau krambil. Di Belanda masyarakat mengenalnya sebagai kokosnoot atau klapper, sedangkan orang Inggris menyebutnya

coconut. Orang Jerman meyebutnya cocosnoot, sedangkan bangsa Prancis

menyebutnya cocotier. Adanya berbagai macam nama kelapa tersebut menandakan bahwa tanaman kelapa cukup dikenal di dunia. Hampir semua daerah beriklim tropis yang memenuhi syarat tumbuhnya kelapa terdapat tanaman kelapa. Kepupuleran buah kelapa sudah tidak asing lagi, karna semua bagian dari pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan dan kehidupan. Karena itulah kelapa disebut dengan pohon kehidupan. (Warisno, 1998)

Di daerah sentra kelapa, produk terbesar adalah kopra untuk minyak goreng dan kelapa segar sehingga industri sabut, debu sabut, tempurung, dan air kelapa masih


(16)

merupakan peluang usaha. Mencermati sosial ekonomi kelapa ini, banyak masalah yang dihadapi, baik teknis maupun nonteknis. Masalah nonteknis yang dinilai belum mendukung pengembangan usaha tersebut meliputi kelembagaan, sarana produksi, dan permodalan. Kelembagaan tata niaga, misalnya, sering belum berkembang melalui koperasi di pedesaan. Keberadaan KUD (Koperasi Unit Desa) saat ini belum tuntas menjawab semua permasalahan pascapanen, termasuk pengolahan dan pemasaran. Di lain pihak, petani masih sebagai penanggung resiko yang besar bila terjadi penurunan harga pada produk akhir. (Sukamto, 2001)

Menurut BPS Sumatera Utara hampir semua daerah di propinsi Sumatera Utara menghasilkan kelapa, seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2010

Kabupaten Luas Tanaman (Ha) Produksi (Ton) T B M T M Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Nias 1 628,00 24 400,00 27 779,00 19 381,00 2. Mandailing Natal 383,00 1 732,61 2 624,37 1 194,51 3. Tapanuli Selatan 142,50 1 158,00 1 436,50 1 047,06 4. Tapanuli Tengah 460,00 4 254,00 5 446,00 4 976,00 5. Tapanuli Utara 74,50 240,35 349,85 270,94 6. Toba Samosir 6,51 22,12 43,65 37,05 7. Labuhan Batu 104,00 9 346,00 9 525,00 4 536,00

8. Asahan 2 049,00 22 873,20 25 472,20 76 872,98

9. Simalungun 84,50 2 104,72 4 806,86 1 837,66 10. Dairi 18,00 473,00 504,50 344,80 11. Karo - 1 216,00 1 292,00 691,14 12. Deli Serdang 834,00 2 770,30 3 923,80 2 639,97 13. Langkat 361,00 3 127,00 3 598,00 3 361,00 14. Nias Selatan 2 384,00 7 260,00 10 466,00 5 136,30 15. Hbg Hasundutan 100,00 112,00 232,00 131,42 16. Pakpak Bharat 14,75 42,00 85,25 48,85 17. Samosir 6,95 53,15 65,55 63,75 18. Serdang Bedagai 180,00 2 623,60 2 823,60 2 446,70 19. Batu Bara 396,70 2 553,70 4 622,70 2 240,97 20. Padang Lawas Utara 57,75 354,50 487,50 191,15 21. Padang Lawas 41,60 590,40 697,50 352,21 22. Labuhan Batu Selatan x x x x 23. Labuhan Batu Utara x x x x

Jumlah/Total 9 326,76 87 306,65 106 281,83 127 801,46


(17)

Dari tabel 1 dapat dikemukakan bahwa kabupaten Asahan, Nias dan Nias Selatan merupakan daerah sentra produksi kelapa terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Di kabupaten Asahan, kelapa lebih banyak diolah menjadi minyak goreng dan letak pengolahan berada di Kota Tanjung Balai.

Pemilihan lokasi penelitian pada Kota Tanjung Balai, dilakukan secara purposive yakni dengan sengaja. Karena di daerah ini terdapat 4 unit kilang minyak yang telah lama beroperasi yaitu sekitar kurang lebih 25 tahun. Namun bagaimana sistem pengolahan minyak goreng dari bahan mentah kelapa, belum banyak penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian, lokasi penelitian adanya di kota Tanjung Balai.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

2. Berapa besar biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

3. Bagaimana nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

4. Apakah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan didaerah penelitian.


(18)

5. Apa masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

6. Bagaimana upaya mencegah masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

Tinjauan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

2. Untuk mengetahui besar biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

3. Untuk mengetahui nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

4. Untuk mengetahui usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan didaerah penelitian.

5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.

6. Untuk mengetahui upaya mencegah masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.


(19)

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha minyak goreng bahan mentah kelapa untuk memperbaiki kelemahannya sehingga dapat mengembangkan usahanya. 2. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Agronomi Tanaman Kelapa

Sistematika tanaman kelapa:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Genus : Cocos nucifera. L

Batang tinggi besar, dasar membentuk bol. Tinggi batang 15-18 m, mahkota terdiri dari 25-40 daun, terbuka penuh panjang daun 5-7 m. Pembungaan lambat 7-8 thn, fase pembuahan 12 bln. Jumlah buah 6-12 buah/tandan. Umur bisa mencapi 90 tahun. (Anonimus, 2010)

Pohon kelapa termasuk keluarga Palmae adalah tanaman tropis yang penyebarannya di pantai (habitat asli). Namun dalam pengembangan budidaya akhirnya manusia dapat menemuinya sampai jauh di pedalaman. Ini menandakan pohon kelapa sangat toleran terhadap iklim mikro (tanah, air, udara, angin kencang dan sinar matahari dan


(21)

terlebih hara tanah). Hal ini nantinya sangat berpengaruh terhadap kandungan minyak dan senyawa kimia lain yang mendukungnya. (Suhardiman,1999)

Kandungan lemak (minyak) dalam kopra umumnya berkisar 60-65%. Sedangkan daging buah segar (putih lembaga), kandungan minyaknya sekitar 43%. Minyak kelapa terdiri dari glycerida, yaitu persenyawaan antara glycerin dengan asam lemak (asam lemak rendah). Kandungan asam lemak dari minyak kelapa adalah: asam lemak jenuh diperkirakan 91% (terdiri Caproic, Caprycil, Capric, Lauric, Myristic, Palmitic, Stearic, Arachidic) dan asam lemak tidak jenuh sekitar 9% (oleic dan linoleic). Dengan adanya asam lemak jenuh yang cukup tinggi, maka minyak kelapa sedikit banyak dapat mempengaruhi kadar Cholesterol dalam darah manusia. Sifat asam yang tidak jenuh akan mengakibatkan bau tengik bila terlalu lama disimpan, karena teroksidasi oleh udara. (Suhirman, 2004)

Tinjauan Produk Olahan

Minyak kelapa biasa yang diproses secara tradisional umumnya sudah mengalami fermentasi selama lebih dari 12 jam. Oleh karena selama fermentasi tidak terkontrol maka minyak yang dihasilkan pun mengandung asam lemak bebas. Bahkan, kadar airnya tinggi. Akibatnya, secara organoleptik minyak yang dihasilkan tidak berbau harum dan cepat tengik. Di samping itu, warna minyak tersebut tidak bening, umumnya berwarna kuning kecoklatan. Daya simpan minyak pun kurang dari dua bulan. (Rindengan dan Novarianto, 2004)


(22)

Rendemen kelapa adalah kadar kandungan minyak dalam buah kelapa yang dinyatakan dalam persen. Bila dikatakan rendemen 10%, artinya ialah bahwa dari 100 kg daging buah kelapa akan diperoleh minyak sebanyak 10 kg. (Sukamto, 2001)

Proses enzimatis adalah salah satu alternatif dalam pembuatan minyak kelapa, karena mudah didapatkan, efisien dalam penggunaannya dan murah harganya. Pembuatan minyak kelapa dimulai dari pembuatan santan, kemudian santan dicampur dengan sari buah pepaya muda, ragi tempe dan asam cuka sesuai dengan variabel yang telah ditentukan. Apabila waktu fermentasi yang telah ditentukan dicapai maka minyak diambil dengan menggunakan sentrifuge dan dilakukan analisa minyak. Pembuatan minyak kelapa dengan variabel 3 hari, pH fermentasi 4 dan perbandingan volume santan dengan sari buah pepaya 10:75 menghasilkan jumlah rendemen minyak yang lebih banyak dibandingkan dengan variabel yang lain yaitu 12,29%. (Sukamto, 2001)

Minyak kelapa merupakan minyak yang dihasilkan dari daging buah kelapa. Secara umum pembuatan minyak kelapa terbagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Cara Kering.

a. Daging kelapa dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.

b. Serbuk dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya.

c. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring. d. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut:


(23)

- Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif dan atau bentonit agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.

- Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.

e. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.

2. Cara Basah

Cara basah yang terbagi atas beberapa metode diantaranya adalah pemancingan (merangsang proses pemisahan antara skim dan krim), pengasaman, mekanik, enzimatik dan penggaraman.

Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui pembuatan santan terlebih dahulu atau dapat juga di pres dari daging kelapa setelah digoreng. Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah. Kemudian krim akan dimasak kembali untuk menghasilkan minyaknya dan skim dilarutkan kembali untuk mengambil sisa minyak yang tersisa dan diproses kembali untuk menjadi minyak.


(24)

3. Cara Ekstraksi Pelarut

Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah sebagai berikut:

a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.

b. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.

c. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini berlangsung terus menerus sampai 3 jam.

d. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada minyak.


(25)

e. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau.

(Rindengan dan Novarianto, 2004)

Didaerah penelitian cara yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa adalah dengan menggunakan metode kering untuk menghasilkn minyak goreng dari kelapa.

Landasan Teori

Ketersediaan Bahan Baku

Suatu Industri pengolahan hasil pertanian sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Volume bahan baku harus selalu tersedia dengan cukup supaya proses pengolahan dapat dilaksanakan secara rutin. Bahan baku usaha pengolahan minyak goreng ini adalah daging buah kelapa. Daging buah kelapa ini berasal dari perkebunan rakyat yang ada disekitar tempat pengolahan (kilang kelapa), dan sebagian dari desa-desa diluar kota Tanjung Balai. Kelapa yang dibutuhkan yaitu kelapa yang sudah terlepas dari kulit dan tempurungnya, dan dalam keadaan segar bukan kopra. Biasanya kelapa setelah dipanen langsung dikupas dan dalam keadaan segar dijual kepada kilang pengolahan, dan dibayar oleh kilang pengolahan sesuai dengan harga yang sedang berlaku pada saat penjualan. (Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjung Balai, 2011)


(26)

Sifat Usaha

Bersifat usaha industri (kilang pengolahan), dan penggunaan alat menggunakan tenaga mesin. Terutama pada jumlah kelapa yang akan diolah cukup banyak. (Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjung Balai, 2011)

Tenaga Kerja

Dalam pengolahan minyak kelapa ini, dilakukan oleh karyawan yang sudah cukup berpengalaman. Setidaknya sudah lama bekerja dikilang pengolahan tersebut, karena dalam pengolahan hampir semuanya dikerjakan oleh tenaga mesin dan membutukan keahlian dalam menggerakkannya. Tapi, dalam pengolahan minyak goreng tersebut tidak banyak menggunakan tenaga manusia. Sehingga jumlah karyawan yang dipekerjakan sangat sedikit, namun harus berpengalaman. Dalam hal ini kilang pengolahan masih terbatas menyediakan lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyaknya pengangguran. (Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjung Balai, 2011)

Permintaan

Hasil dari pengolahan minyak kelapa ini banyak diminati oleh masyarakat yang ada di sekitar kota Tanjung Balai maupun diluar kota Tanjung Balai, menurut pengamatan Dinas Pertanian, banyak para kaum ibu yang mengatakan minyak kelapa ini lebih harum dan enak dibandingkan dari minyak sawit, walaupun harganya terus diatas harga minyak sawit. (Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjung Balai, 2011)


(27)

Harga

Harga adalah salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk dan jasa yang ditawarkan. Menurut data Dinas Pertanian dan Peternakan kota Tanjung Balai secara finansial usaha pengolahan minyak kelapa cukup menguntungkan.

Teknologi

Teknik pengolahan minyak kelapa ini sudah menggunakan teknologi modren, karena hampir semua kegiatan pengolahan menggunakan tenaga mesin.

Nilai Tambah

Digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai manfaat yang diperoleh dari proses pengolahan minyak kelapa. Nilai tambah merupakan selisih nilai penjualan produk dikurangi harga bahan baku dan pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat eksternal. (Anonimus, 2002)

Suatu produk akan memiliki nilai tambah setelah diolah menjadi produk lain. Produk olahan dihasilkan dari suatu proses produksi, yaitu pengolahan bahan baku sebagai bahan utama dan bahan penunjang lainnya yang membantu proses produksi sehingga akan dihasilkan suatu produk olahan yang akan menentukan nilai tambah produk tersebut. (Suryana, 1990)


(28)

Kelayakan Usaha

Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyek/usaha, telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan Investment Criteria/ kriteria kelayakan, seperti:

Penerimaan R/C Ratio =

Total biaya produksi

Dimana usaha dikatakan layak apabila R/C Ratio lebih besar dari 1. (Soekartawi, 1995)

Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan perhitungan BEP (Break Even Point) yakni:

Total Biaya (Rp/Kg)

BEP Produksi (Kg) =

Harga Jual (Rp) Total Biaya (Rp/Kg) BEP Harga (Rp) =

Total Produksi (Kg)

(Soekartawi, 1995)

Kerangka Pemikiran

Pengolahan minyak kelapa disemua unit kilang menggunakan tenaga mesin yang digerakkan oleh para karyawan (tenaga kerja laki-laki) yang sudah berpengalaman, karena resiko kecelakaan lebih besar dan membutuhkan konsentrasi. Hasil olahan minyak tersebut, nantinya akan dipasarkan kepasar-pasar tradisional. Tetapi lebih


(29)

banyak di pasarkan ke grosir-grosir dan warung-warung terdekat. Bahan baku yang di pakai adalah daging buah kelapa dari perkebunan milik rakyat.

Sebagaimana diketahui bahwa pengolahan kelapa ini dilakukan untuk menghasilkan minyak yang terkandung di dalam buah kelapa, agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan para konsumen. Seperti: minyak kelapa, kopra (agar dapat disimpan lebih lama), minyak rambut, mentega (untuk pembuatan kue), sabun, pelumas, dll. Minyak kelapa ini banyak diminati oleh para kaum ibu khususnya di daerah Kota Tanjung Balai dan sekitarnya, karena minyak kelapa ini lebih harum dan rasanya lebih enak dibandingkan minyak kelapa sawit. Nilai tambah dipengaruhi oleh bahan baku dan bahan penunjang. Apabila bahan baku tinggi dan bahan penunjang rendah maka semakin besar nilai tambahnya.

Penerimaan dipengaruhi oleh harga jual. Semakin tinggi harga jual maka semakin tinggi pula penerimaannya. Termasuk juga didalamnya pendapatan bersih dari hasil penjualan minyak tersebut. Pendapatan bersih itu dipengaruhi oleh besarnya penerimaan (revenue) terhadap biaya produksi (cost). Atau sering disebut dengan rumus R/C Ratio. Dari pendapatan bersih ini maka dapat dilihat apakah usaha itu layak atau tidak layak untuk dikembangkan.


(30)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan: : Menyatakan hubungan

Usaha Pengolahan Minyak

Penerimaan

Masalah

Pendapatan Bersih

Produksi Upaya

Nilai Tambah

Tidak Layak Layak

Harga Jual Biaya Produksi: - Bahan Baku - Biaya Pengolahan - Tenaga Kerja - Biaya Penyusutan - Listrik

- Pajak Bahan Baku


(31)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah diuraikan, maka disajikan beberapa hipotesis berikut ini yaitu:

1. Persentase biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa, lebih besar untuk biaya bahan baku.

2. Ada nilai tambah dalam pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa. 3. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan.


(32)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian yang dipilih untuk usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Kelurahan Sei Merbau, Kotamadya Tanjun Balai. Daerah penelitian dipilih secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan satu-satunya daerah penghasil minyak goreng bahan mentah kelapa yang ada di Kotamadya Tanjung Balai.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Sensus. Menurut Supranto (2003), Metode Sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi dengan jumlah sedikit. Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikuntoro (1998) yakni: ” jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Dan jika subjeknya besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih “.

Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, sehingga metode yang dipergunakan adalah Metode Sensus. Jumlah dan kondisi sampel usaha pengolahan dapat dilihat pada tabel 2:


(33)

Tabel 2. Perusahaan Industri di Kota Tanjung Balai, 2010

No Nama/Alamat Perusahaan Tahun Berdiri TK Jenis Produksi

1

Tugas Harapan. CV Jl. Teluk Nibung

1975 27 Minyak Kelapa

2

Sumatera Baru Kilang Minyak Jl. Teluk Nibung

1962 34 Minyak Kelapa

3

Berdikari Kilang Minyak Jl. Teluk Nibung KM.3,5

1971 27 Minyak Kelapa

4

Pelita Kilang Minyak Jl. Teluk Nibung

1975 22 Minyak Kelapa

Sumber: Pengusaha Minyak Goreng di Kota Tanjung Balai, 2011

Dari tabel 2 diatas terlihat ada 4 jumlah kilang minyak yang masih produktif di Kota Tanjung Balai pada tahun 2011. Dengan total 4 unit usaha yang semuanya dijadikan sebagai sampel.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti dengan penelitian ini, hasil studi pustaka, baik berupa buku, jurnal ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. . Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel 3.


(34)

Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Alat Yang Digunakan 1 2 3 4 5 6 7 8 Identitas Pengusaha Biaya Produksi Produksi Sistem Pengolahan Sumber bahan baku Masalah dan upaya pemecahan masalah yang dihadapi

Jumlah unit pengolahan

Monografi Tanjung Balai

Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha Pengusaha BPS Tanjung Balai BPS/Camat/ Pihak Terkait Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara & Opservasi Data BPS Tanjung Balai Pencatatan Data Kuisioner Kuisioner Kuisioner Kuisioner Kuisioner Kuisioner Laporan dari BPS Laporan dari BPS/Camat/ Pihak Terkait

Metode Analisis Data

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan selengkapnya, kemudian ditabulasi untuk selanjutnya di analisis. Untuk masalah 1, dianalisis secara deskriftif dengan mengumpulkan informasi tentang tatalaksana pengolahan minyak goreng mulai dari penyediaan bahan baku sampai dengan menjadi produk olahan (minyak goreng) siap dipasarkan.


(35)

Untuk hipotesis 1 dan masalah 2, dianalisis dengan menggunakan formula sebagai berikut ini:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC : Total cost/ total biaya (Rp) FC : Fix Cost/ biaya tetap (Rp)

VC : Variable cost/ biaya tidak tetap (Rp).

Dimana biaya tetap itu adalah besarnya biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi. Misalnya iuran dalam memasarkan produksi minyak kelapa. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi. Misalnya: biaya tidak tetap, biaya produksi (biaya bahan baku), biaya pengangkutan, biaya pemasaran, dan biaya tenaga kerja. (Soekartawi, 1995)

Yakni dengan rumus :

Biaya Menurut Komponen

% Biaya (komponen) = x 100 %


(36)

Untuk hipotesis 2 dan masalah 3, yaitu untuk melihat besarnya nilai tambah dalam usaha pengolahan minyak kelapa, yang dianalisis dengan menggunakan perhitungan nilai tambah (NT).

NT = NP – (NBB + NBP)

Keterangan:

NT = Nilai Tambah (Rp/kg) NBB = Nilai Bahan Baku (Rp/kg)

NBP = Nilai Bahan Penunjang yang digunakan dalam proses produksi (Rp/kg) NP = Nilai Produk hasil olahan (Rp/kg).

Untuk hipotesis 3 dan masalah 4, yaitu untuk melihat kelayakan usaha pengolahan minyak kelapa, dianalisis dengan menggunakan perhitungan R/C (Return Cost Ratio).

R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara

penerimaan dan biaya.

Penerimaan R/C ratio =


(37)

Dengan kriteria:

R/C = 1 → usaha tidak rugi dan tidak untung R/C < 1 → usaha tidak layak

R/C > 1 → usaha layak (Soekartawi, 1995)

Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan perhitungan BEP (Break Even Point) yakni:

Total Biaya (Rp/Kg)

BEP Produksi (Kg) =

Harga Jual (Rp) Total Biaya (Rp/Kg) BEP Harga (Rp) =

Total Produksi (Kg)

(Soekartawi, 1995)

Untuk masalah 5 dan 6, dianalisis secara deskriftif dengan mengumpulkan informasi masalah yang dihadapi oleh pengolah dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah.

Definisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:


(38)

Definisi

a. Usaha pengolahan minyak dari bahan mentah kelapa adalah usaha yang mengolah daging buah kelapa segar menjadi minyak goreng dengan menggunakan tenaga mesin sehingga menghasilkan olahan yang dinamakan minyak kelapa.

b. Minyak kelapa adalah salah satu hasil olahan dari buah kelapa dengan cara pengepresan dan menghasilkan santan yang nantinya akan diolah menjadi minyak.

c. Pengolah minyak kelapa adalah pemilik usaha pengolahan minyak kelapa. d. Bahan baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk

memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru. Bahan baku dalam penelitian ini adalah daging buah kelapa segar.

e. Analisis pengolahan adalah cara atau kegiatan yang dilakukan dengan mengamati suatu usaha yang kemudian dapat dinilai apakah usaha tersebut layak dikembangkan atau tidak

f. Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dinyatakan dalam Rp/Bulan.

g. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan harga produksi dinyaakan dalam Rp/Bulan.

h. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).

i. Biaya produksi terbagi atas 2 bagian yakni biaya tetap (fix cost) meliputi: biaya penyusutan alat dan pajak PBB, dan biaya tidak tetap (variabel cost)


(39)

meliputi: biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja, listrik dan pajak PPH.

j. Rendemen kelapa adalah kadar kandungan minyak dalam buah kelapa yang dinyatakan dalam persen.

k. Organoleptik adalah suatu proses yang dilakukan dengan menggunakan pengindraan.

l. Sentrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan larutan (minyak dengan air).

Batasan Operasional

a. Sampel penelitian adalah pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam skala industi sedang di kota Tanjung Balai.

b. Waktu penelitian adalah tahun 2011.

c. Untuk penelitian ini, dibahas mulai dari penyediaan bahan baku sampai dengan menghasilkan minyak.

d. Teknologi yang digunakan yaitu sudah menggunakan teknologi modern (menggunakan mesin), karena jumlah bahan baku yang diolah tidak sedikit.


(40)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL

Deskripsi Kelurahan Sei Merbau, Kotamadya Tanjung Balai Luas dan Kondisi Geografis

Secara administrasi Kelurahan Sei Merbau mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kapias Pulau Buaya - Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Asahan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kapias Pulau Buaya - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pematang Pasir

Kelurahan Sei Merbau terletak pada ketinggian 7 meter diatas permukaan laut, memiliki luas wilayah 136 Ha yang dibagi atas 12 lingkungan. Kelurahan ini berjarak sekitar 2 Km dari Kota Tanjung Balai.

Penggunaan Lahan

Keempat unit pengolahan minyak goreng ini berada dikelurahan Sei Merbau Kotamadya Tanjung balai. Luas wilayah Kelurahan Sei Merbau 136 Ha dengan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4 :


(41)

Tabel 4. Distribusi Penggunaan Tanah di Kelurahan Sei Merbau, 2010 No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 Pemukiman Bangunan - Perkantoran - Sekolah - Peribadatan Kuburan Jalan Perkebunan Rakyat Rawa 92,25 0,94 0,27 0,17 0,25 0,5 38 3,62 67,83 0,69 0,2 0,12 0,18 0,37 28 2,61

Total 136 100

Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011

Dari tabel 4 dapat dikemukakan bahwa penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk pemukiman yaitu sebesar 92,25 Ha (67,83 %), urutan kedua untuk perkebunan rakyat yaitu 38 Ha (28%) dan selebihnya 5,75 Ha (4,17%) lagi adalah untuk bangunan, kuburan, jalan dan rawa.

Keadaan Penduduk

Sampai akhir tahun 2010, jumlah penduduk didaerah penelitian sebanyak 5.704 jiwa atau 1.447 KK. Terdiri dari 2.869 jiwa (50,3 %) laki-laki, 2.835 jiwa (49,7 %) perempuan. Distribusi penduduk menurut angkatan kerja dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:


(42)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Angkatan Kerja di Kelurahan Sei Merbau, 2010

No Angkatan Kerja Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase (%)

1 Penduduk usia kerja yang

bekerja 2.874 87,22

2 Penduduk usia kerja yang

belum bekerja 421 12,78

3 Penduduk usia kerja 3295 100

Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk kelurahan Sei Merbau yang sudah bekerja sebanyak 2874 jiwa (87,22 %) lebih besar dari penduduk yang belum bekerja 421 (12,78 %) dari jumlah penduduk usia kerja sebanyak 3295 jiwa. Sedangkan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sei Merbau, 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 Buta Aksara dan Angka 27 0,59

2 Tidak Tamat SD 1.208 26,2

3 Tamat SD 1.507 32,68

4 Tamat SLTP 988 21,43

5 Tamat SLTA 789 17,11

6 Tamatan Akademik (D1-D3) 38 0,82

7 Tamatan Sarjana (S1) 54 1,17

Total 4.611 100

Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Sei Merbau cukup beragam namun masih ada penduduk yang buta aksara dan angka, tidak tamat SD dan tamatan SD dengan jumlah sebanyak 2.742 jiwa.


(43)

Distribusi penduduk menurut mata pencaharian atau pekerjaan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sei Merbau, 2010

No Mata Pencaharian Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil/Swasta 536 18,65

2 Pegawai Swasta/BUMN 28 0,98

3 Sektor Pertanian 191 6,65

4 Sektor Perikanan 1.059 36,84

5 Sektor Industri Kecil/Kerajinan 46 1,6

6 Sektor Industri Sedang/Besar 278 9,67

7 Sektor Perdagangan 32 1,11

8 Jasa Komunikasi dan Angkutan 678 23,59

9 Lain-lain 26 0,91

Total 2.874 100

Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sumber mata pencaharian terbesar di Kelurahan Sei Merbau adalah sektor perikanan yaitu sebesar 1.059 jiwa (36,84%) namun sektor industri sedang/besar juga memberikan dampak yang cukup dalam penyediaan lapangan pekerjaan yaitu sebesar 278 jiwa (9,67%) dari jumlah penduduk yang terdata. Distribusi Penduduk di Kelurahan Sei Merbau menurut kelompok umur dapat dilaihat pada tebel 8 berikut ini:


(44)

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Sei Merbau, 2010

No Golongan Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 0 - 9 976 17,1

2 10 - 16 899 15,76

3 17 - 25 1.341 23,51

4 26 - 40 1.272 22,31

5 40> 1.216 21,31

Total 5.704 100

Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011

Dari tabel 8 maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Sei Merbau ini adalah 5.704 jiwa dimana umur 0-9 tahun berjumlah 976 jiwa (17,1 %), umur 10-16 tahun berjumlah 899 jiwa (15,76 %), umur 17-25 tahun berjumlah 1341 jiwa (23,51 %), umur 26-40 tahun berjumlah 1272 jiwa (22,31 %), sedangkan yang berusia diatas 40 tahun berjumlah 1216 jiwa (21,31 %).

Karakterisik Pengusaha Sampel

Karakteristik pengusaha yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi umur, pengalaman mengolah minyak bahan mentah kelapa / pengalaman berusaha, jumlah tanggungan, dan besarnya skala usaha dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:


(45)

Tabel 9. Karakteristik Pengusaha Sampel di Kelurahan Sei Merbau, 2011

No Uraian Sampel Rata-rata

1 2 3 4

1 Luas Tempat Usaha (m2) 1.000 700 4.582 2.800 2.270,5

2 Umur Pengusaha (Tahun) 74 67 58 70 67,25

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 12 6 9 9 9

4 Lama Berusaha (Tahun) 39 35 35 48 39,25

5 Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 27 22 40 34 30,75

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata luas usaha yang digunakan untuk pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa adalah 2.270,5 m2. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha memiliki lahan yang cukup untuk mengembangkan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa. Rata-rata umur pengusaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa adalah 67,25 tahun. Ini berarti rata-rata pemilik pengolahan minyak dari kelapa ini berada pada usia yang sudah tidak produktif lagi. Rata-rata lama berusaha untuk pengusaha adalah 39,25 tahun, yang menunjukkan bahwa rata-rata pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa sudah berjalan cukup lama dan bisa berkembang serta bertahan dalam berbagai kondisi yang telah dilalui oleh usahanya, serta persaingan yang kuat dalam industri tersebut. Rata-rata jumlah tenaga kerja pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa adalah 30,75 orang.


(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tata Laksana Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa

Pengolahan minyak bahan mentah kelapa di Kelurahan Sei Merbau terdiri dari beberapa proses/tahap yang dilakukan oleh industri/kilang minyak yaitu penimbangan daging kelapa (penyediaan bahan baku) dari masyarakat, penampungan, pengkukuran, pengadukan ampas, pemasakan, penyaringan, pengepresan pertama, pengepresan kedua, penjernihan dan penyimpanan. Untuk lebih jelasnya tahap-tahap pengolahan tersebut diuraikan secara rinci dibawah ini:

Penyediaan Bahan baku

Tahap pertama adalah penimbangan bahan baku yaitu daging buah kelapa yang dibawa oleh petani/penjual ke kilang dan kemudian di masukkan kepenampungan. Bahan baku di masukkan kedalam mesin penggerek yang berfungsi untuk mengangkat daging buah kelapa kedalam tempat penampungan didalam kilang.


(47)

Gambar 3. Bahan Bakar (Kayu Api) dan Termoped (Mesin Uap)

Penampungan

Daging buah kelapa yang sudah ditimbang diletakkan dipenampungan, gunanya untuk menampung dan menyimpan daging buah kelapa sampai jumlah yang sesuai dengan kapasitas pengolahan terhadap proses produksi. Untuk sekali pengolahan membutuhkan bahan baku rata-rata 27.500 kg daging buah kelapa dengan range 20-35 ton. Jika bahan baku belum cukup, dilakukan penyimpanan sampai mencukupi kebutuhan olah, dengan tenggang waktu kurang lebih 4 hari. Jika dalam waktu tersebut bahan baku belum mencukupi volume kapasitas mesin, maka pengolahan dilangsungkan dengan jumlah bahan baku yang ada. Karena menyimpan daging buah kelapa terlalu lama, daging buah kelapa akan berbau tengik dan busuk sehingga minyak yang dihasilkan juga kurang baik dan bau tengik.


(48)

Gambar 4. Penampungan Daging Buah Kelapa

Pengkukuran

Setelah bahan baku cukup untuk kapasitas kilang proses satu kali produksi, daging buah kelapa yang berada di penampungan segera diproses dengan menghaluskan atau disebut pengkukuran daging buah kelapa dengan menggunakan alat mesin pengkukur/penghalus. Pengkukuran bertujuan untuk menghasilkan daging buah kelapa yang berukuran halus atau disebut kelapa halus (seperti ampas) agar lebih mudah dalam proses pengepresan.


(49)

Pengadukan Daging Kelapa Halus

Daging buah kelapa yang sudah dikukur dan sudah berbentuk daging kelapa halus dimasukkan kedalam bak pengaduk. Didalam bak pengaduk, daging kelapa halus diaduk dengan dicampur minyak hasil pengolahan sebelumnya secukupnya dan diaduk menggunakan mesin pengaduk selama kurang lebih 30 menit. Hal ini bertujuan untuk memancing keluarnya minyak dari daging kelapa halus tersebut, agar tidak menggumpal.

Gambar 6. Alat Pengaduk Daging Kelapa Halus

Pemasakan

Setelah dilakukan pengadukan dengan mencampurkan minyak hasil pengolahan sebelumnya secara merata, kemudian dimasukkan kedalam tangki pemasak. Didalam tangki pemasak ini, daging kelapa halus yang telah dicampur dengan minyak kemudian dimasak selama kurang lebih 15-40 menit dengan suhu 1100-1200 C. Gunanya untuk menghilangkan uap air dan akan berubah warna menjadi kecoklatan.


(50)

Gambar 7. Tangki Pemasak Minyak

Penyaringan

Setelah dipanaskan, minyak kemudian disaring dengan mesin penyaringan untuk memisahkan minyak dengan blondo (bagian yang tidak kaya minyak). Minyak yang dihasilkan langsung di simpan kedalam tangki penyimpanan, selanjutnya blondo tersebut akan diolah kembali untuk mengambil sisa minyak yang tersimpan.


(51)

Pengepresan 1

Blondo yang terpisah dari minyak saat penyaringan dimasukkan kedalam mesin pengepresan 1 untuk mengambil sisa minyak. Selanjutnya minyak akan terpisah dengan blondo, dan minyak langsung disimpan kedalam tangki penyimpanan.

Gambar 9. Mesin Press (1)

Pengepresan 2

Blondo yang dihasilkan dari pengepresan 1 masih bisa di gunakan untuk menghasilkan sisa minyak lagi. Blondo tersebut dimasukkan kedalam mesin pengepresan ke-2. Agar minyak yang tersisa pada blondo bisa di proses semaksimal mungkin.


(52)

Penjernihan dan Pengepakan

Penjernihan dilakukan tarhadap minyak pada tangki penyimpanan dengan mencampurkan bentonit 1-2% dari jumlah minyak. Sehingga minyak yang berwarna kecoklatan akan berubah menjadi kekuningan dan tidak berbau. Selanjutnya dilakukan pengepakan dengan botol-botol/jerigen yang sesuai dengan permintaan konsumen. Proses penjernihan berlangsung selama kurang lebih satu malam. Penjualan minyak juga dilakukan hanya disekitar daerah Kota Tanjung Balai saja, seperti (grosir, kedai, pasar tempat berjualan (oleh agen) dan pemborong besar).


(53)

Tata laksana usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 12. Skema Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa

Keterangan:

: Menyatakan Proses : Menyatakan Hasil

Bahan Baku

Penampungan

Pengkukuran

Pemasakan Pengadukan Daging Kelapa Halus

Penyaringan

Press 2 Press 1 Minyak

Penyimpanan

Minyak

Pengepakan Blondo

Minyak

Limbah (Blondo/Ampas)

Blondo Blondo Penimbangan


(54)

Biaya Produksi dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oeh pengusaha selama proses produksi berlangsung untuk menghasilkan output. Komponen-komponen biaya produksi yang dikeuarkan untuk usaha pengoahan minyak bahan mentah kelapa terdiri atas biaya bahan baku, bahan penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, listrik, pajak penghasilan (PPH), pajak bumi dan bangunan (PBB).

Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah kelapa. Dimana daging buah kelapa ini dibeli dari petani kelapa dengan berbagai proses mulai dari mengkait buah kelapa, pengkampakan, pembelahan sampai dengan pencungkilan daging buah dari sabut dan tempurung kelapa. Frekuensi usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 10 :

Tabel 10. Jumlah Frekuensi Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan Oleh Industri Pengolah Didaerah Penelitian

Minggu Rata-rata Range

1 2,25 2 - 3

2 2 ,5 2 - 4

3 2,25 2 - 3

4 3,25 3 – 4

Total 10,25 9 -- 14


(55)

Dari tabel 10 dikemukakan rata-rata jumlah frekuensi pengolahan dalam satu bulan adalah 10,25 kali dengan range 9-14 kali. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa ini tidak setiap harinya dapat mengolah bahan baku, biasanya 2-3 kali produksi dalam satu minggu sehingga harus melakukan penampungan terlebih dahulu terhadap bahan baku agar mencukupi kapasitas mesin satu kali proses pengolahan rataan 27.500 kg dengan range 20.000-35.000 kg (Lampiran 1). Hal ini disebabkan karena pasokan bahan baku yang diperoleh tidak pernah terpenuhi setiap hari. Dengan demikian produksi pengolahan dilakukan tergantung kepada ketersediaan dari bahan baku masing-masing unit pengolahan. Frekuensi pengolahan minyak dari masing-masing unit usaha tidak sama. Hal ini tentu dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dan jumlah modal yang dimiliki oleh masing-masing unit usaha. Jumlah bahan baku yang diolah dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa tidak sama, keadaan ini dapat dilihat pada tabel 11 :

Tabel 11. Rataan Jumlah Bahan Baku Dalam Usaha Pengolaha Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Ton)

Minggu Rata-rata Range

1 60 40 – 90

2 67,5 40 – 120

3 60 40 – 90

4 86,25 60 – 120

Total 273,75 180 - 420

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 3

Tabel 11 mengemukakan rata-rata jumlah bahan baku dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam satu bulan adalah 273,75 ton. Bahan baku dibeli oleh pengusaha dari petani atau agen kelapa yang langsung dibawa kekilang pengolahan dengan harga sebesar Rp. 6.200,00/kg.


(56)

Besarnya biaya bahan baku usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa bervariasi seperti terlihat pada tabel 12 :

Tabel 12. Rataan Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Minggu Rata-rata Range

1 374.500.000 258.000.000-558.000.000

2 421.000.000 258.000.000-744.000.000

3 374.500.000 258.000.000-558.000.000

4 534.750.000 372.000.000-744.000.000

Total 1.697.250.000 111.600.000-260.400.000

Sumbe3r : Data Diolah dari Lampiran 3

Dari tabel 12 dilihat bahwa rata-rata biaya bahan baku adalah Rp.1.697.250.000 dalam satu bulan. Bahan baku yang diperoleh berasal dari masyarakat sekitar dan jika pasokan bahan baku dari masyarakat sekitar kurang, maka bahan baku didatangkan dari luar daerah.

Biaya Bahan Penunjang

Bahan penunjang yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak dari bahan mentah kelapa adalah penjernih/bleaching (bentonit) dan kayu api. Penggunaan bentonit adalah 1 liter per 10-15 ton minyak kelapa. Kayu api digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap selama proses pengolahan minyak. Dimana penggunaan kayu api dapat menekan biaya pengeluaran dari pada penggunaan minyak, serta kayu api juga lebih tahan lama. Pemakaian biaya bahan penunjang usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 13 :


(57)

Tabel 13. Rataan Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Uraian Rata-rata Range

Bentonit 20.500.000 18.000.000-28.000.000

Kayu Bakar 15.750.000 13.000.000-20.000.000

Total 36.250.000 31.000.000-41.000.000

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 5

Dari tabel 13 dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya dalam penggunaan bahan penjernih bentonit dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp.20.500.000/bulan dan biaya dalam penggunaan kayu bakar adalah Rp.15.750.000/bulan. Bleching/penjernih (bentonit) yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa ada dua jenis (berbentuk serbuk dan cair). Namun didaerah penelitian pengusaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa menggunakan bleching (bentonit) yang berbentuk serbuk, karena bentonit yang berbentuk serbuk lebih mudah didapat. Kayu api yang sering digunakan dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa yaitu kayu rambong, yang diperoleh dari masyarakat serta perkebunan rambong diluar daerah. Kayu api dibeli dengan harga rataan Rp.1000/kg. (Lampiran 5)

Biaya Tenaga Kerja

Pemakaian tenaga kerja dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: pnimbangan, pengkukuran, pemasakan, pengadukan, penyaringan, pengepresan, pengepakan minyak dan blondo. Karyawan bekerja hanya dua hari dalam sekali proses pengolahan. Untuk total hari kerja dan upah karyawan


(58)

disesuaikan dengan frekuensi pengolahan. Biaya tenaga kerja usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam jangka waktu satu bulan dapat dilihat tabel 14 :

Tabel 14. Rataan Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Minggu Rata-rata Range

1 7.327.000 4.488.000-12.144.000

2 8.314.000 4.488.000-16.192.000

3 7.327.000 4.488.000-12.144.000

4 10.484.500 6.732.000-16.192.000

Total 31.453.000 20.196.000-48.576.000

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya tenaga kerja dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp.31.453.000.

Upah tenaga kerja pada setiap kegiatan pengolahan sama, yaitu rataan sebesar Rp.41.775 / 1 HK (7 jam). Hal ini dikarenakan semua kegitan pengolahan dikerjakan dengan menggunakan tenaga mesin, dan para karyawan hanya sebagai operator saja. Dan karyawan yang bekerja diupah berdasarkan jumlah HK dan frekuensi pengolahan.

Biaya Penyusutan

Alat dan mesin yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah: timbangan, mesin parutan, mesin press besar, mesin press kecil, tangki pengaduk, tangki pemasak minyak, termoped (alat yang digunakan untuk


(59)

menghasilkan uap panas pada saat pemasakan dalam pengolahan), gensed, dan tangki penyimpan minyak.

Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah:

Harga Beli - Harga Residu/Nilai Sisa (Harga Jual Bekas) Biaya Penyusutan =

Umur Ekonomis (Tahun)

Biaya penyusutan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tebel 15:

Tabel 15. Rataan Biaya Penyusutan Usaha pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Jenis Alat Rata-rata Range

Parutan 154.690,47 99.833,33-213.928,57

Mesin Press 1 141.359,12 82.500,00-235.714,28

Mesin Press 2 422.503,96 265..333,33-568..571,42

Tangki Pengaduk 95.071,42 66.000,00-110.000,00

T. Pemasak Minyak 298.531,74 193.333,33-345.238,09

Termoped 1.896.626,98 1.316.666,66-2.194.444,44

Genset 205.932,53 165.000,00-250.000,00

T. Penyimpan Minyak 74.900,78 41.666,66-119.047,61

Timbangan 32.500,00 32.500,00

Jeregen 250.000,00 250.000,00

Bangunan 480.158,72 333.333,33-555.555,55

Total 4.052.275,76 2.846.166,64-4.530.277,75


(60)

Dari tabel 15 dapat dilihat jumlah rata-rata biaya penyusutan usaha dalam pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp 4.052.275,76. Dalam usaha pengolahan minyak goreng dari bahan mentah kelapa lebih banyak menggunakan tenaga mesin yang mempunyai nilai penyusutan dilihat dari harga pembelian, umur ekonomis dan harga residu (nilai jual bekas).

Biaya Listrik

Listirik dalam penelitian ini digunakan sebagai sumber tenaga penerangan lampu pada saat malam hari dan sebagai sumber penggerak mesin-mesin pengolahan kelapa yang menggunakan arus lisrik. Jika saat lampu PLN padam, pengusaha menggunakan genset sebagai pembangkit listrik. Penggunaan listrik dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 16 :

Tabel 16. Rataan Biaya Listrik Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Uraian Rata-rata Range

Biaya Listrik 22.125.000 19.500.000-28.000.000

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 6

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan jumlah biaya listrik dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam satu bulan adalah Rp.22.125.000. Penggunaan listrik dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa dalam setiap harinya selalu terpakai, selain untuk menggerakkan mesin-mesin, juga digunakan untuk lampu sebagai penerangan dimalam hari.


(61)

Biaya Pajak Penghasilan (PPH) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Sesuai Undang-undang nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dan Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan., maka kegiatan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa juga dikenakan pajak. (Anonimus, 2011)

Biaya PPH dan PBB usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 17:

Tabel 17. Rataan Biaya Pajak Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Uraian Rata-rata Range

PPH 11.882.835 6.199.200-18.597.600

PBB 4.567.250 3.500.000-5.610.000

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 8

Dari tabel 17 dapat dilihat rata-rata biaya pajak usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa yaitu Rp. 11.882.835, dan pajak bumi dan bangunan dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp.4.567.250. Hal ini diperoleh dari peraturan Direktorat Jendral Pajak Agro yang menyatakan bahwa industri minyak goreng dikenakan pajak penghasilan sebesar 30% selama 6 tahun.

Total Biaya Produksi

Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari semua biaya yang dipakai mulai dari biaya bahan baku sampai biaya pajak. Total biaya produksi usaha pengolahan


(62)

minyak bahan mentah kelapa dalam jangka waktu satu bulan dapat dilihat pada tabel 18 berikut:

Tabel 18. Rataan Jumlah Biaya Produksi Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dala Satu Bulan (Rupiah)

Uraian Rata-rata Range

Biaya Produksi 1.807.585.361,26 1.201.241.367,64-2.750.214.314,24

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 9

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa rataan biaya produksi usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp. 1.807.585.361,26, setelah dijumlah mulai dari biaya bahan baku, bahan penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, listrik dan pajak.

Biaya produksi dapat diartikan sebagai kompensasi yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha dalam menjalankan proses produksinya. Biaya tetap yaitu biaya penyusutan alat dan pajak. Sedangkan biaya tidak tetap yaitu biaya bahan baku, bahan penunjang, listrik dan tenaga kerja. Persentase komponen biaya dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 19 berikut:


(63)

Tabel 19. Persentase Komponen Biaya Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan di Daerah Penelitian

Uraian Jumlah Rata-rata (Rp) Persentase (%)

Bahan Baku 1.697.250.000,00 93,9

Bahan Penunjang 36.250.000,00 2,01

Tenaga Kerja 31.453.000,00 1,74

Penyusutan Alat 4.052.275,76 0,22

Listrik 22.125.000,00 1,22

PPH 11.882.835,00 0,66

PBB 4.567.250,00 0,25

Total 1.807.585.361,26 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 9

Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa persentase biaya produksi usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa terbesar terdapat pada biaya bahan baku sebesar 93,9 %. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa persentase biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa lebih besar untuk bahan baku dapat diterima.

Pendapatan Bersih

Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya-biaya produksi. Biaya-biaya produksi dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku (daging buah kelapa), bahan penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, listrik, pajak penghasilan (PPH), pajak bumi dan bangunan (PBB). Penerimaan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah berasal dari hasil penjualan minyak dan blondo. Minyak adalah produk olahan setiap proses produksi perminggu dan perbulan. Blondo adalah ampas dari


(64)

pengolahan akhir yang dapat digunakan menjadi makanan ternak. Rendemen minyak olahan sangat dipengaruhi oleh kualitas dari daging buah kelapa dimana setiap pengusaha ternyata rendemennya tidak sama, hal ini dapat di lihat pada tabel 20 berikut:

Tabel 20. Rendemen Minyak Olahan dari Bahan Baku Kelapa

Uraian Rata-rata Range

Bahan Baku (Kg) 273.750,00 180.000,00-420.000,00

Produksi Olahan (Kg) 178.000,00 90.000,00-280.000,00

Rendemen 0,65 0,50-0,72

Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3

Rendemen minyak olahan ini akan mempengaruhi besarnya penerimaan usaha pengolahan minyak. Besar penerimaan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 21:

Tabel 21. Total Penerimaan Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Sumber: Data Diolah dari Lampiran 10, 11, dan 12.

Dari tabel 21 dapat dikemukakan rata-rata penerimaan usaha pengolahan minyaki bahan mentah kelapa adalah Rp.2.899.350.000, dimana dari hasil minyak diperoleh sebesar Rp.2.670.000.000 dan blondo adalah Rp.229.350.000. Sisa dari pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa yang berupa blondo dijual kepada masyarakat

Uraian Rata-rata Range

Minyak 2.670.000.000 1.350.000.000-4.200.000.000

Blondo 229.350.000 162.000.000-336.000.000


(65)

sekitar maupun diluar daerah untuk dijadikan bahan pakan ternak. Hasil penjualan blondo juga terhitung sebagai pendapatan usaha pengolahan. Selanjutnya besar pendapatan bersih usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 22:

Tabel 22. Pendapatan Bersih Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Uraian Rata-rata Range

Penerimaan 2.899.350.000,00 1.512.000.000,00– 4.536.000.000,00 Biaya Produksi 1.800.016.478,00 1.196.963.524,00 – 2.738.212.900,00 Pendapatan Bersih 1.099.333.522,00 315.036.476,00 – 1.797.787.100,00

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Pada tabel 22 terlihat bahwa secara keseluruhan pendapatan bersih rata-rata dalam satu bulan adalah Rp1.099.333.522,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak produksi olahan daging buah kelapa maka akan semakin besar pendapatan yang diterima.

Nilai Tambah (Value Added) Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa

Pengolahan kelapa menjadi minyak goreng memiliki keuntungan antara lain: menciptakan produk baru dipasaran dimana masyarakat yang mengkonsumsi minyak sawit dapat juga menikmati minyak kelapa. Hasil wawancara pengusaha bahwa masyarakat sekitar Kota Tanjung Balai yang pada umumnya Suku Melayu lebih menyukai minyak kelapa, karena aromanya lebih harum dan bila dipakai untuk kebutuhan memasak, masakan akan terasa lebih berlemak atau gurih. Disamping itu sebagian masyarakat awam yang umumnya sudah lanjut usia banyak menggunakan


(66)

minyak kelapa ini sebagai minyak rambut. Karena minyak kelapa ini dapat menyuburkan rambut sehingga rambut lebih lebat dan hitam. Nilai tambah adalah : nilai produk hasil olahan dikurangi dengan nilai bahan baku dan nilai bahan penunjang. Nilai tambah (Value Added) yang diperoleh dari usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam jangka waktu satu bulan dapat dilihat tabel 23:

Tabel 23. Rataan Nilai Tambah (Value Added) Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)

Uraian Rata-rata Range

Nilai Produk Hasil Olahan 2.670.000.000,00 1.350.000.000,00-4.200.000.000,00 Nilai Bahan Baku 1.697.250.000,00 1.116.000.000,00-2.604.000.000,00 Nilai Bahan Penunjang 36.250.000,00 31.000.000,00-41.000.000,00 Nilai Tambah 936.500.000,00 203.000.000,00-1.555.000.000,00

Nilai Tambah / Kg 4.867,71 2.255,56-6.172,84

Sumber : Data Diolah dari Lapiran 13

Dari tabel 23 dapat dilihat bahwa nilai tambah rata-rata dalam satu bulan adalah Rp.936.500.000. Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa ini memiliki nilai tambah positif (NT > 1), artinya nilai tambah tersebut dapat membangun dan meningkatakan kinerja usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa, sehingga dapat disimpulkan ada nilai tambah dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa ada nilai tambah dalam pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat diterima.


(67)

Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total produksi. Dibawah ini dapat dilihat R/C Ratio usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam satu bulan pada tabel 24:

Tabel 24. Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan.

Uraian Rata-rata Range

Penerimaan (Rp) 2.899.350.000,00 1.512.000.000,00 – 4.536.000.000,00 Biaya Produksi (Rp) 1.807.585.361,26 1.201.241.367,64 – 2.750.214.314,24

R/C Ratio 1,57 1,26 - 1,74

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14

Pada tabel 24 terlihat bahwa R/C Ratio dalam satu bulan adalah 1,57. Ini berarti penerimaan lebih besar dari pada biaya produksi. Semua sampel didaerah penelitian memiliki nilai R/C Ratio diatas 1,0. Dengan demikian usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa layak untuk diusahakan. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa pada usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa didaerah penelitian mempinyai R/C > 1. Maka hipotesis 3 dan masalah 4 yang menyatakan bahwa usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa layak diusahakan dapat diterima. Selanjutnya analisis Break Even Point (BEP) yaitu harga ditentukan berdasarkan titik impas (pulang pokok). BEP produksi dan BEP harga dapa dilihat pada tabel 25:


(68)

Tabel 25. Rata-rata BEP Produksi dan BEP Harga

Uraian Rata-rata Range

Total Biaya Produksi (Rp) 1.807.585.361,26 1.201.241.367,64 - 2.750.214.314,24

Harga Jual (Rp/Kg) 15.000,00 -

Total Produksi (Kg) 178.000,00 90.000,00 - 280.000,00

BEP Produksi 120.505,69 80.082,75 - 183.347,62

BEP Harga 10.578,29 9.278,03 - 13.347,13

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 15

Dari tabel 25 terlihat bahwa produksi minyak goreng berada diatas BEP produksi dan harga jual minyak minyak goreng juga berada diatas BEP harga. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa produksi dan harga jual di lapangan sudah berada diatas BEP produksi dan BEP harga maka usaha ini layak untuk dikembangkan. Berdasarkan nilai R/C Ratio yang diperoleh >1 (R/C=1,57) dan nilai BEP produksi dan BEP harga yang diperoleh dapat di simpulkan bahwa hipotesis 3 yang menyatakan usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan dapat di terima.

Masalah yang Dihadapi dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa.

Setiap kegiatan pengembangan usaha pengolahan, selalu menghadapi masalah. Masalah-masalah tersebut antara lain sebagai berikut:

- Masalah Bahan Baku

Berkurangnya pasokan bahan baku menjadi masalah utama dalam pengolahan minyak bahan mentah kelapa, hal ini dikarenakan banyaknya petani yang


(69)

mengalihkan penjualannya dengan menjual daging buah kelapa ke perusahaan lain yang bergerak dibidang pembuatan tepung kelapa (untuk bahan campuran pembuatan susu dan santan tepung) yang diekspor keluar negeri. Karena harga yang ditawarkan sedikit lebih tinggi walau ada proses tambahan yang harus dikerjakan, yaitu dengan membuang lapisan coklat yang melekat pada daging kelapa akibat tempurung.

Selain itu kurangnya penyuluhan terhadap petani kelapa, sehingga para petani banyak yang memanen kelapanya pada waktu yang belum tepat. Dan kelapa yang dihasilkan belum cukup tua, sehingga rendemen minyak yang dihasilkan sedikit. Para petani juga banyak yang mengalih pungsikan ladang kelapa menjadi ladang sawit, dan kelapa banyak yang di tebang untuk mengambil kayu kelapa yang dijadikan papan. Hal ini disebabkan para masyrakat, khususnya petani kelapa merasa cara seperti ini lebih mudah untuk menghasilkan uang.

Persentase pengolah yang menghadapi masalah ini adalah: 100 %, artinya semua pengolah menghadapi masalah ini.

- Masalah Bahan Penunjang (Bentonit)

Dalam masalah bahan penunjang, para pengolah minyak bahan mentah kelapa susah untuk mendapatkannya di daerah kota Tanjung Balai. Sehingga para pengolah harus memesan keluar daerah, dan pastinya akan memakan waktu serta biaya tambahan untuk memperolehnya.


(70)

Persentase pengolah yang menghadapi masalah dalam bahan penunjang (bentonit) 50 % dan 50 % tidak mengalami masalah dalam bahan penunjang (bentonit).

- Masalah Bahan Bakar

Dalam penggunaan bahan bakar, pengolah menggunakan kayu api sebagai bahan bakar utama dalam pengolahan minyak bahan mentah kelapa. Saat ini perolehan kayu api sangat sulit semenjak dikeluarkannya peraturan pemerintah dalam pelarangan penebangan kayu. Jika menggunakan bahan bakar minyak seperti bensin dan solar juga tidak tersedia dalam jumlah yang banyak dan biaya juga lebih mahal.

Persentase pengolah menghadapi masalah bahan bakar adalah 75 % dan 25 % tidak mengalami masalah dalam bahan bakar.

Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa

Dalam mengatasi masalah bahan baku, pengolah mendatangkan bahan baku dari luar daerah untuk mencukupi kapasitas kilang pengolahan pada saat produksi kelapa petani menurun, sehingga dapat menjalin kerja sama dengan pihak lain diluar daerah. Dan agar kilang terus dapat berproduksi untuk menghasilkan minyak serta bertanggung jawab atas karyawan, pengusaha menggunakan produksi kelapa dari usaha tani kelapa sendiri walau sering kapasitas produksi tidak terpenuhi dan harus mengeluarkan biaya lebih untuk pengolahan.


(71)

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah bahan penunjang (bentonit) adalah dengan memesan terlebih dahulu bentonit dari luar daerah dengan jumlah besar, dan melakukan penyimpanan (cadangan) untuk pengolahan selanjutnya. Sementara harga bentonit tidak stabil yang dapat merugikan pengolah sendiri.

Dalam mengatasi masalah bahan bakar, pengolah mencari alternatif lain yang menguntungkan dan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, seperti sisa-sisa potongan kayu (serbuk kayu) dari panglong dan juga penggunaan pelepah dan bagian dari buah kelapa (sabut dan tempurung) sebagai bahan bakar.


(72)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa dimulai dari penimbangan, pengumpulan dipenampungan, pengadukan, pemasakan, penyaringan, pengepresan 1, pengepresan 2, penyimpanan dan pengepakan. Sudah menggunakan teknologi dari mulai pengadukan sampai pengepakan. 2. Besar biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah

kelapa dengan rataan sebesar Rp. 1.807.585.361,26., dimana biaya yang terbesar adalah biaya bahan baku dengan rataan sebesar 93,9 % (Rp. 1.697.250.000,00).

3. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa mempunyai nilai tambah. Rata-rata nilai tambah usaha pengolahan minyak dari bahan mentah kelapa didaerah penelitian dalam satu bulan adalah Rp. 936.500.000.

4. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak untuk diusahakan didaerah penelitian. Hal ini dapat dilihat dari Nilai R/C Ratio >1 dan nilai BEP harga, BEP produksi.

5. Masalah-masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa didaerah penelitian adalah masalah ketersediaan bahan baku, masalah bahan penunjang (bentonit), dan masalah bahan bakar (kayu api). 6. Upaya-upaya yang dilakukan adalah mendatangkan bahan baku dari luar

daerah, juga memanfaatkan hasil panen dari ladang sendiri sebagai cara untuk bisa selalu melakukan pengolahan sebagai tanggung jawab pengusaha agar


(73)

usaha pengolahan dapat berkesinambungan, menyediakan stok bahan bahan penunjang dan memanfaatkan bahan bakar lain seperti serbuk gergaji, pelepah dan bagian-bagian kelapa yang dapat digunakan bahan bakar.

Saran

Kepada Pengusaha

1. Agar menjaga kebersihan minyak yang diolah supaya mutu produk terjamin. 2. Pengolah diharapkan dapat membuat kemasan yang menarik dan bersih agar

bisa dijual dipasar modern dan dapat di pasarkan di luar daerah.

Kepada Pemerintah

1. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat petani kelapa sehingga para petani dapat meningkatkan produksi kelapa sehingga rendemen hasil minyak akan lebih tinggi.

2. Agar memberi bantuan modal kepada pengusaha terutama untuk pengadaan bahan baku dan bahan penunjang (benonit).

Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar meneliti tentang prospek pemasaran minyak goreng bahan mentah kelapa ini, sehingga pengusaha dapat meningkatkan pengoalahan lebih baik.


(74)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2010. eko_news_sports_and_agriculture: morfologi dan budidaya

kelapa: ekyowinnersnews.blogspot.com/2010

________, 2005. http://tn85.blogsome.com/2005/07/01/ pembuatan–minyak-kelapa/trackback/

________, 2002. Added Value.dephut.go.id/VALUE ADDED.htm

Arikuntoro, S, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1994. Prosiding Forum Komunikasi

Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Kelapa Pasang Surut. Bogor, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.

Rindengan, Berlina., dan Novarianto, Hengky. 2004. Pembuatan dan Pemanfaatan

Minyak Kelapa Murni. Jakarta, Penebar Swadaya.

Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta, UI Press.

Suhardiman, p.1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Jakarta, Penebar Swadaya.

Suhardiyono, l. 1988. Tanama Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta, Kansius.


(1)

77 Pendapatan Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa/Pengusaha dari Hasil Blondo Dalam Satu Bulan.

Sampel Blondo (Kg) Harga (Rp) Total (Rp)

1 72.000,00 3.200,00 230.400.000,00

2 54.000,00 3.000,00 162.000.000,00

3 112.000,00 3.000,00 336.000.000,00

4 63.000,00 3.000,00 189.000.000,00

Total 301,000,00 12.200,00 917.400.000,00


(2)

78 Lampiran 12

Total Penerimaan/Pengusaha Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Selama Satu Bulan (Rupiah)

Sampel Minyak Blondo Total

1 2.700.000.000,00 230.400.000,00 2.930.400.000,00

2 1.350.000.000,00 162.000.000,00 1.512.000.000,00

3 4.200.000.000,00 336.000.000,00 4.536.000.000,00

4 2.430.000.000,00 189.000.000,00 2.619.000.000,00

Total 10.680.000.000,00 917.400.000,00 11.597.400.000,00


(3)

79 Sampel Produksi

(Kg)

Harga Produk Olahan (Rp/Kg)

Nilai Produk Hasil Olahan (Kg) Nilai Bahan Baku (Rp) Nilai Bahan Penunjang (Rp) Nilai Tambah Nilai Tamabah /Kg 1 180.000,00 15.000,00 2.700.000.000,00 1.674.000.000,00 38.000.000,00 988.000.000,00 5.488,89 2 90.000,00 15.000,00 1.350.000.000,00 1.116.000.000,00 31.000.000,00 203.000.000,00 2.255,56 3 280.000,00 15.000,00 4.200.000.000,00 2.604.000.000,00 41.000.000,00 1.555.000.000,00 5.553,57 4 162.000,00 15.000,00 2.430.000.000,00 1.395.000.000,00 35.000.000,00 1.000.000.000,00 6.172,84 Total 712.000,00 60.000,00 10.680.000.000,00 6.789.000.000,00 145.000.000,00 3.746.000.000,00 19.470,86 Rata-rata 178.000,00 15.000,00 2.670.000.000,00 1.697.250.000,00 36.250.000,00 936.500.000,00 4.867,71


(4)

80 Lampiran 14

Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Dalam Satu Bulan.

Sampel Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan Bersih

(Rp) R/C

1 2.930.400.000,00 1.775.844.918,75 1.154.555.081.25 1,65

2 1.512.000.000,00 1.201.241.367,64 310.758.632.36 1,258

3 4.536.000.000,00 2.750.214.314,24 1.785.785.685.76 1,649 4 2.619.000.000,00 1.503.040.844,41 1.115.959.155.59 1,742

Total 11.597.400.000,00 7.230.341.445,04 4.367.058.554.96 6,299


(5)

81

Sampel Total Biaya

Produksi (Rp)

Total Produksi (Kg)

Harga Produk

Olahan (Rp/Kg) BEP Produksi BEP Harga

1 1.775.844.918,75 180.000,00 15.000,00 118.389,66 9.865,80

2 1.201.241.367,64 90.000,00 15.000,00 80.082,75 13.347,13

3 2.750.214.314,24 280.000,00 15.000,00 183.347,62 9.822,19

4 1.503.040.844,41 162.000,00 15.000,00 100.202,72 9.278,03

Total 7.230.341.445,04 712.000,00 60.000,00 482.022,75 42.313,15


(6)

82 Lampiran 16.

Masalah-masalah yang Dihadapi Pengolah Dalam Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa.

Sampel Masalah Bahan Baku Masalah Bahan Penunjang

(Bentonit)

Masalah Bahan Bakar (Kayu Api)

1 -

2 - -

3

4

Total 4 2 3