1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wakaf berasal dari kata waqfa yang mempunyai arti menahan, berhenti, diam di tempat atau tetap berdiri. Pengertian menahan atau berhenti atau diam
ditempat dalam pengertian wakaf dihubungkan dengan kekayaan Hasballah, 2003: 1.
Dari pengertian diatas, wakaf dapat dikaitkan dengan dimensi ekonomi. Wakaf mempunyai arti memindahkan harta benda dari yang awalnya hanya
sebagai barang konsumsi, menjadi barang produksi dan investasi demi kemaslahatan umat. Selain bertujuan untuk umat, wakaf dapat menjadi sedekah
jariyah yang pahalanya tidak akan pernah terputus jika dilakukan hanya untuk mengharapkan keridhaan dari Allah SWT.
Di kalangan ulama terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan wakaf pertama. Hal ini berkaitan dengan Ka’bah sebagai bangunan ibadah pertama kali
bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia, ialah
Baitullah yang di Bakkah Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” Terjemahan QS. Ali Imran: 96.
Mundzir 2000: 6 dalam bukunya Manajemen Wakaf Produktif, beliau menyimpulkan bahwa sebagian ulama yang menyatakan bahwa Ka`bah dibangun
oleh Nabi Adam AS dan kaidah-kaidahnya ditetepkan oleh Nabi Ibrahim AS,
2 serta dilestarikan oleh Nabi Muhammad SAW, maka dengan demikian Ka’bah
merupakan wakaf pertama yang dikenal manusia dan dimanfaatkan untuk kepentingan agama. Sedangkan menurut pendapat ulama yang mengatakan bahwa
Nabi Ibrahim yang membangun Ka’bah, maka wakaf pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS untuk kepentingan agama dan menegakkan tauhid. Ka’bah
adalah sebagai tempat peribadatan bagi semua umat. Barulah pada zaman Islam dengan dimulainya masa kenabian Nabi Muhammad SAW didirikan Masjid Quba
di Madinah dan dikatakan sebagai wakaf pertama pada zaman Islam tersebut. Ka’bah merupakan wakaf yang pertama dikenal manusia sejak masa Nabi
Adam AS dan Nabi Ibrahim AS. Namun pada masa itu Ka’bah adalah sebagai tempat peribadatan bagi semua umat. Barulah pada zaman Islam dengan
dimulainya masa kenabian Muhammad didirikan Masjid Quba di Madinah dan dikatakan sebagai wakaf pertama pada zaman Islam. Jadi Ka’bah memang
merupakan wakaf yang pertama dikenal oleh seluruh umat, namun bagi umat Islam, masjid Quba merupakan wakaf pertama yang dibangun pada zaman Islam.
Walaupun terjadi perbedaan pendapat mengenai pembangunan Ka’bah, namun tujuan pembangunan Ka’bah oleh Nabi Adam AS ataupun Nabi Ibrahim
AS adalah demi kepentingan umat sebagai tempat peribadatan. Jelas bahwa Ka’bah menjadi wakaf pertama yang ada di dunia yang telah menjadi kiblat umat
Muslim dalam ibadah shalat. Menurut Ahmad Azhar Basyir dalam Kartika, 2006: 66 wakaf terbagi
atas:
3 1. Wakaf Ahli keluarga atau khusus
Merupakan wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seseorang atau lebih, baik keluarga wakif atau bukan, misalnya mewakafkan buku-buku untuk
anak-anaknya yang mampu mempergunakan, kemudian diteruskan kepada cucu- cucunya. Wakaf semacam ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta
wakaf adalah mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf. 2. Wakaf Umum Khairi
Merupakan wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan umum, tidak dikhususkan untuk orang-orang tertentu. Wakaf umum ini sejalan dengan amalan
wakaf yang menyatakan bahwa pahalanya akan terus mengalir sampai wakif tersebut telah meninggal. Wakaf umum ini dapat dinikmati oleh masyarakat luas
dan merupakan sarana untuk menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang sosial-ekonomi, pendidikan, kebudayaan serta keagamaan.
Selain pembagian diatas, berdasarkan jenis benda yang diwakafkan, wakaf, terdiri atas wakaf bergerak dan wakaf tidak bergerak, sebagaimana
ditegaskan UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf Pasal 16 Ayat 1. Wakaf bergerak terdiri atas uang, logam mulia, kendaraan, hak sewa dan hak atas
kekayaan intlektual. Wakaf tak bergerak terdiri atas tanah, bangunan atau bagian bangunan, tanaman dan sebagainya.
Pada jenis wakaf tak bergerak sering sekali disebut sebagai tanah wakaf, dikarenakan merupakan aset tetap yang manfaatnya tahan lama. Tanah wakaf ini
yang tergolong sebagai wakaf tak bergerak terdiri atas masjid, mushola, madrasah, kuburan dan bangunan sosial lainnya. Aset tanah wakaf ini yang lahannya cukup
4 luas dan tempatnya sangat stategis mempunyai nilai jual ratusan juta sampai
miliaran rupiah sehingga diperlukan nazhir yang professional dalam mengelolah tanah wakaf.
Sejak lama, wakaf sudah sangat populer di kalangan umat Islam, sehingga sebagian lapisan masyarakat berusaha untuk mengetahui dan mengamalkannya.
Salah satu hadist mengatakan, apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga hal, diantaranya shadaqah jariyah yang menurut
pemahaman terhadapnya adalah wakaf. Wakaf ini disamping bermanfaat secara sosial, juga bermanfaat secara pribadi bagi orang yang mengamalkannya.
Wakaf telah berperan dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Uswatun, 2010: 21.
Wakaf dalam Islam berperan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adanya wakaf di tengah masyarakat bukan
hanya bermanfaat bagi orang yang mewakafkan harta bendanya saja, tetapi juga masyarakat luas di sekitarnya. Wakaf yang ada di masyarakat mempunyai dimensi
ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat sekitarnya. Keberadaan wakaf dalam Islam telah banyak memberikan manfaat kepada
masyarakat, terutama jika wakaf yang dikelola secara baik dapat menambah nilai yang semakin lama semakin bertambah. Konsep yang paling penting dalam hal ini
adalah keabadian wakaf akan terjaga, yang ditandai dengan dimanfaatkannya wakaf secara terus-menerus.
Adanya wakaf di tengah-tengah masyarakat selain dapat meningkatkan kesejahteraan, diharapkan juga dapat meningkatkan nilai persaudaraan. Selain itu,
5 rasa saling tolong-menolong dan ikatan yang kuat dalam masyarakat juga akan
timbul dengan adanya instusi-instusi wakaf yang tersebar luas. Pemanfaatan tanah wakaf yang dilakukan oleh nazhir wakaf secara tepat
akan menghasilkan manfaat yang bertambah dari waktu ke waktu. Salah satu manfaatnya adalah pahala yang terus mengalir bagi orang yang mewakafkan
hartanya walaupun ia telah meninggal. Untuk itu pengelolaan tanah wakaf merupakan amanah yang besar bagi nazhir wakaf yang tanggung jawabnya bukan
hanya kepada umat Islam saja tetapi juga kepada Allah SWT. Di negara-negara yang memiliki banyak umat Islam, pemanfaatan tanah
wakaf cukup baik dan lebih produktif. Seperti di Saudi Arabia, pada tanah wakaf di dekat Masjidil Haram dibangun oleh pemerintah setempat berbagai pasar dan
hotel. Di Mesir pemanfaatan tanah wakaf tergolong efektif dan prodiktif karena memberikan dampak positif di berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan,
investasi dan sosial. Bahkan di Malaysia pemanfaatan tanah wakaf bukan hanya diarahkan untuk pembangunan rumah ibadah atau sekolah tetapi juga untuk sarana
yang memnunjang perekonomian masyarakat seperti pasar, SPBU dan perkebunan.
Begitu besarnya peranan ekonomi harta wakaf pada masa yang lalu, sehingga wajar jika umat Islam pada masa sekarang mengkaji dan meneliti
prospek ekonomi harta wakaf untuk membangun kembali kegemilangan Islam Irsyad Lubis, 2010: 89. Walaupun dilapangan tak semudah seperti yang
dikatakan, untuk itu diperlukan usaha yang keras dan istiqamah dalam menggali potensi ekonomi yang ada di tanah wakaf.
6 Dalam masyarakat Islam pada umumnya, para cendikiawan Muslim sangat
berperan penting. Para cendikiawan memiliki pengaruh yang dapat masuk ke dalam kehidupan masyarakat tersebut, diantaranya dalam bidang agama, budi
pekerti dan adat-istiadat. Dalam masyarakat Islam, cendikiawan Muslim merupakan orang yang dipandang sebagai tokoh panutan serta menjadi orang
yang dimintai pendapatnya untuk menyikapi sesuatu hal mengenai kehidupan beragama, beradat dan berbudaya. Peran cendikiawan Muslim ini terlihat jelas
termasuk di kota Medan. Cendikiawan Muslim memberi sumbangan dalam pembangunan kota dalam semua aspek. Berikut ini adalah tabel persebaran Ulama
dan Mubalighah yang tergolong sebagai cendikiawan Muslim di Kota Medan yang terdiri atas 21 kecamatan.
7
Tabel 2.1 Persebaran Ulama dan Mubalighah Kota Medan
No Kecamatan
Ulama Mubalighah
1 Medan Kota
5 180
2 Medan Barat
7 105
3 Medan Timur
6 135
4 Medan Baru
8 58
5 Medan Denai
7 145
6 Medan Johor
7 162
7 Medan Petisah
6 47
8 Medan Belawan
3 92
9 Medan Deli
11 170
10 Medan Tuntungan
8 40
11 Medan Marelan
7 189
12 Medan Labuhan
3 202
13 Medan Polonia
5 48
14 Medan Selayang
3 57
15 Medan Sunggal
6 172
16 Medan Area
5 99
17 Medan Tembung
6 196
18 Medan Maimun
5 42
19 Medan Helvetia
7 78
20 Medan Amplas
6 798
21 Medan Perjuangan
6 186
Jumlah 127
3,201 Sumber Data: Kantor Kementrian Agama Kota Medan Tahun 2009
Kota Medan yang memiliki 21 kecamatan ini memiliki persebaran tanah wakaf yang cukup baik, namun menurut data Dinas Pertanahan Kota Medan tahun
2011 hanya Kecamatan Medan Belawan yang tidak memiliki tanah wakaf. Jumlah keseluruhan tanah wakaf di Kota Medan berjumlah 1.242, sebanyak 657 yang
sudah mempunyai sertifikat, 329 tanah wakaf sedang menjalani proses pembuatan sertifikat dan sisanya 585 tanah wakaf belum mempunyai sertifikat. Eksistensi
8 tanah wakaf ini juga menjadi perhatian para cendikiawan Muslim agar tanah
wakaf lebih efektif dan efisien. Kota Medan yang terdiri atas 21 kecamatan memiliki tanah wakaf yang
digunakan untuk melayani berbagai keperluan masyarakat. Keperluan-keperluan masyarakat yang disediakan olah tanah wakaf meliputi tempat peribadatan,
pendidikan, kuburan dan kepentingan sosial lainnya dengan rincian sebagaimana tabel di bawah ini
Tabel 2.2 Jumlah Persebaran Tanah Wakaf di Kota Medan
No Kecamatan
Jumlah Tanah Wakaf
Sudah Sertifikat Proses Sertifikat
1 Medan Tuntungan
21 10
10 2
Medan Johor 81
42 14
3 Medan Amplas
97 47
18 4
Medan Denai 87
41 46
5 Medan Area
102 80
22 6
Medan Kota 66
35 16
7 Medan Maimun
43 30
8 Medan Polonia
20 10
4 9
Medan Baru 17
16 1
10 Medan Selayang
44 17
20 11
Medan Sunggal 63
25 11
12 Medan Helvetia
52 29
12 13
Medan Petisah 45
21 5
14 Medan Barat
65 35
12 15
Medan Timur 75
31 8
16 Medan Perjuangan
77 41
29 17
Medan Tembung 87
61 3
18 Medan Deli
65 30
34 19
Medan Labuhan 61
23 25
20 Medan Marelan
74 33
39 21
Medan Belawan Jumlah
1.242 657
329 Sumber Data : Kantor Pertanahan Kota Medan Tahun 2011
9 Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, penulis tertarik
untuk meneliti tentang potensi ekonomi tanah wakaf, diambil dari persepsi cendikiawan Muslim di Kota Medan. Oleh karena itu penulis mengambil
penelitian yang berjudul:
“Analisis Persepsi Cendikiawan Muslim Terhadap Peningkatan Potensi Ekonomi Tanah Wakaf di Kota Medan”
1.2 Perumusan Masalah