Repetisi Anafora

3) Repetisi Anafora

Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Repetisi anafora dapat dilihat pada wacana berikut ini.

a) RA dalam Geguritan Prawan Sunthi (232)a. ya gene cah ayu ?

(PS,-,7)

„kenapa anak cantik ? „

b. ya gene cah manis ?

(PS,-,8)

„kenapa anak manis ? „

commit to user

Pada tuturan (232a) kata ya gene „kenapa‟ diulang kembali pada (232b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

b) RA dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra (233)a. ora keprungu ocehing kedhasih sore

(STM,I,4) „tidak terdengar kicauan kedasih sore‟

prenjak pager

(STM,I,5) „tidak terdengar jeritan prenjak pagar‟

(234)a. kang krasa mung sepining bledug Kuwu

(STM,I,6) „yang terasa hanya sepinya bledug Kuwu‟

b. kang ngranuhi mung kumriwiking kali Lusi (STM,I,7) „yang menyapa hanya gemricik sungai Lusi‟

Pada tuturan (233a) frasa ora keprungu „tidak terdengar‟ diulang kembali pada (233b) juga kata kang „yang‟ (234a) diulang kembali pada (234b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

c) RA dalam Geguritan Slenca (235)a. kang niyat untup-untup manguk

(Sl,IV,1)

„yang berniat melihat dari atas‟

b. kang niyat nggelar pasang giri

(Sl,IV,3) „yang berniat menggelar pasang gunung‟

Pada tuturan (235a) frasa kang niyat „yang berniat‟ diulang kembali pada (235b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

commit to user

d) RA dalam Geguritan Upethi (236)a. salame penggurit kasatan mangsi

(U,I,3)

„salamnya penulis kehabisan tinta‟

b. Salame seniman ing panggung rengka (U,I,4) „salamnya seniman dipanggung bengkah‟

c. Salame buruh kang keplepegen pega (U,I,5) „salamnya buruh yang tersedak penat‟

d. Salame kere kasrimpet kasang

(U,I,6) „salamnya gelandangan terjerat benda terlarang‟

Pada tuturan (236a) frasa salame „salamnya‟ diulang kembali pada (236b), (236c) dan (236d), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

e) RA dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit (237)a. sadurunge cemara thukul sangisoring kayu

pamenthangan (AAP,I,14) „sebelum cemara tumbuh dibawah kayu penyalipan‟

b. sadurunge sada kalam maknani jarwaning urip

(AAP,I,15) „sebelum sabda kalam memaknai kehidupan‟

c. sadurunge makara ngrengga wihara (AAP,I,16) „sebelum udang menghiasi wihara‟

d. sadurunge watu padhas nindhih anggane Yudas

(AAP,I,16) „sebelum batu kapur menindih raga Yudas‟

e. Sadurunge

mapag tekane

para sakhabat

(AAP,I,17) „sebelum menjemput datangnya para sahabat

f. Sadurunge lembu nandhini mundhi janji

(AAP,I,18) „sebelum sapi nandini menepati janji‟

commit to user

(238)a. apa isih kuwagang ngenam lontar-lontar kang padha

sigar (AAP,II,2)

„apa masih sanggup menganyam lontar-lontar yang sudah terbelah‟

b. apa isih kuwagang metani ngenget ing jiliding centhini (AAP,II,7) „apa masih sanggup mengambil kutu dijilidan

centhini‟

Pada tuturan (237a) frasa sadurunge „sebelumnya‟ diulang kembali pada (237b), (237c), (237d), (237e) dan (237f), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

Pada tuturan (238a) frasa apa isih kuwagang „apa masih sanggup‟ diulang kembali pada (238b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

f) RA dalam Geguritan Prasetya (239)a. kanggo nasionalisme

(Pr,II,9)

„untuk nasionalisme‟

b. kanggo demokrasi

(Pr,II,10)

„untuk demokrasi‟ (240)a. sajroning kabebasan

(Pr,III,8)

„didalam kebebasan‟

b. sajroning kabebasan

(Pr,III,9)

„didalam kebebasan‟

c. sajroning kaadilan

(Pr,III,10)

„didalam keadilan‟

d. sajroning kadhamaian

(Pr,III,11)

„didalam kedamaian‟

commit to user

Pada tuturan (239a) kata kanggo „untuk‟ diulang kembali pada (239b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

Pada tuturan (240a) kata sajroning „diadalam‟ diulang kembali pada (240b), (240c), dan (240d), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

g) RA dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa (241)a. bukaken lawanging jiwamu

(CAP,-,5)

„bukalah pintu jiwamu‟

b. bukaken jendehelaning sukmamu

(CAP,-,6)

„bukalah jendela sukmamu‟

c. bukaken slambu senthonging kalbumu (CAP,-,7) „bukalah selambu penyimpan kalbumu‟

(242)a. bakal dadi paseksen tebaning sesanggeman

(CAP,-,13) „akan menjadi saksi luasnya kewajiban‟

b. bakal dadi paseksen tebaning kabegjan langgeng (CAP,-,15) „akan menjadi saksi luasnya kebahagiaan sejati‟

Pada tuturan (241a) kata bukaken „bukalah‟ diulang kembali pada (241b) dan (241c), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

Pada tuturan (242a) frasa bakal dadi paseksen tebaning „akan menjadi saksi luasnya‟ diulang kembali pada (242b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

commit to user

h) RA dalam Geguritan Manunggal (243)a. gemonthanging gentha ngiring pujian donga angelus

(M,-,3) „bergemanya genta mengiringi pujian doa halus‟

b. gemonthanging gentha sangisoring cemara wengi

(M,-,5) „bergemanya genta dibawah cemara malam‟

Pada tuturan (243a) frasa gemonthanging gentha „bergemanya genta‟ diulang kembali pada (243b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.