Tinjauan Pustaka
4. Materi Fisika Kelas X Semester Ganjil
Berdasarkan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), materi Fisika Kelas X Semester Ganjil meliputi Besaran dan Satuan, Gerak Lurus, Gerak Melingkar, dan Hukum Newton tentang Gerak. Pokok bahasan setiap materi adalah sebagai berikut:
a. Besaran dan Satuan Materi ini membahas Fisika dan ruang lingkupnya, besaran pokok dan satuan standar, besaran turunan, dimensi besaran, alat ukur, dan besaran vektor.
b. Gerak Lurus Membahas kedudukan, jarak, dan perpindahan, kelajuan dan kecepatan, gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, dan gerak jatuh bebas.
commit to user
c. Gerak Melingkar Beraturan Gerak melingkar beraturan meliputi pengertian gerak melingkar beraturan, besaran-besaran dalam gerak melingkar, hubungan besaran sudut dan besaran tangensial, serta hubungan roda-roda pada gerak melingkar.
d. Hukum Newton tentang Gerak Pokok bahasan yang dibahas dalam materi ini adalah pengertian gaya, Hukum
I Newton, Hukum II Newton, Hukum III Newton, berat, gaya gravitasi, dan gaya normal, aplikasi Hukum Newton dan dinamika gerak melingkar beraturan (Joko Sumarsono, 2009: 1-99).
Dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), untuk Kelas X Semester Ganjil disebutkan beberapa kompetensi yang harus dicapai yaitu memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan obyektif. Memahami gejala alam dan keberaturannya dalam cakupan mekanika benda titik, benda tegar, kekekalan energi, elastisitas, impuls,dan momentum.
SMA RSBI juga mengacu pada A Level Physics. Untuk Kelas X Semester Ganjil meliputi materi sebagai berikut:
Tabel 2.1. Bagian Silabus A Level Physics
Section
Content
I. General Physics
1. Physical quantities and units
2. Measurement techniques
II. Newtonian Mechanics 3. Kinematics
4. Dynamics
5. Forces
6. Motion in a circle
v Sumber: www.cie.org.uk (Anonim, 2011: 10)
Materi dalam A Level Physics yang dapat dikombinasikan dengan materi Kelas X Semester Ganjil SMA RSBI adalah Besaran Fisika dan Satuan yang pembahasannya meliputi besaran Fisika, satuan SI, konstanta Avogadro, dan besaran skalar serta besaran vektor. Teknik Pengukuran yang meliputi pengukuran, kesalahan dan ketidakpastian. Kinematika membahas tentang gerak
commit to user
linear dan non linear. Dinamika meliputi pokok bahasan Hukum Newton tentang gerak, momentum linear dan kekekalan momentum. Gaya mencakup bahasan jenis-jenis gaya, kesetimbangan gaya, pusat massa. Gerak dalam lingkaran meliputi kinematika gerak melingkar beraturan, percepatan sentripetal, dan gaya sentripetal.
Berdasarkan kombinasi dari materi-materi tersebut akan disusun suatu silabus dan kisi-kisi tes yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi suatu instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Deni Widyantoro dkk (2009: 14-21) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa berdasarkan analisis terhadap butir soal yang dikembangkan, dari 40 soal pilihan ganda yang dikembangkan, soal yang dapat dikategorikan baik hanya berjumlah 18 soal (45%), sedangkan 22 soal (55 %) dari soal yang dikembangkan dikategorikan jelek. 18 soal yang dikategorikan baik tersebut diberikan pada dua kali tes sehingga merupakan soal yang konsisten. Namun, pengembangan instrumen tes ini belum memenuhi prosedur pengembangan tes yang baik karena setelah dilakukan validasi instrumen tes oleh pakar, instrumen tersebut langsung didiseminasikan tanpa melalui uji coba terbatas. Sehingga hasil pengembangan tes kurang sesuai dengan yang diharapkan, karena lebih dari 50 % butir tes masih dikategorikan jelek.
Penelitian yang dilakukan oleh Widowati Pusporini (2009: 36-44), pengembangan instrumen tes dilakukan dengan prosedur pengembangan yaitu: penyusunan spesifikasi tes, menulis soal, menelaah soal, melakukan uji coba, menganalisis butir tes, memperbaiki soal tes, dan merakit tes. Prosedur pengembangan instrumen ini hanya cukup sampai merakit tes dan tidak melakukan diseminasi atau uji coba tes dalam lingkup yang lebih luas, sehingga tes hasil rakitan belum dapat dikatakan baik sesuai dengan penelitian Research and Development.
commit to user
Penelitian oleh Lely Halimah dkk (2007:1) menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap pertama, adalah studi pendahuluan dan pengembangan model. Pada tahap studi pendahuluan, dilakukan studi lapangan dan studi literatur yang bertujuan untuk menentukan need assessment dalam kaitannya dengan pelaksanaan penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran. Hasil studi pendahuluan dijadikan dasar bagi perumusan dan pengembangan model, yang kemudian dilakukan uji kelayakan model.
Pengembangan tes khusus mengenai konsep energi dan momentum yang dilakukan oleh Singh & Rosegrant (2003: 607) menghasilkan 25 butir soal pilihan ganda untuk mengidentifikasi kesulitan siswa terhadap konsep energi dan momentum. Pengembangannya diawali dengan menyiapkan blue print suatu kerangka perencanaan tes yang diinginkan. Bentuk awal tes ini adalah esai, kemudian hasil jawaban siswa terhadap tes esai dan hasil wawancara dijadikan sebagai pengecoh. Setelah tes pilihan ganda dikonstruksi, para staf pengajar dan postdocts diminta memeriksa tiap butur soal dari tes tersebut dan mengomentari kesesuaiannya dan relevansinya untuk fisika dasar. Di samping itu para pakar tersebut juga diminta memeriksa ambiguitas kata-kata pada setiap butir soal. Setelah divalidasi pakar, tes diimplementasikan kepada lingkup yang besar yaitu 1356 siswa. Hasil tes ini sesuai dengan tujuan diadakannya tes, yaitu dapat terindentifikasi kesulitan siswa dalam konsep energi dan momentum, di mana kesulitan siswa adalah dalam hal menginterpretasikan secara kualitatif prinsip- prinsip dasar yang berhubungan dengan energi dan momentum dan menerapkannya dalam situasi Fisika.
Tes DIRECT (Determining and Interpretating Resistive Electric Circuits Concept Test) yang dikembangkan oleh Engelhardt and Beichner (2004: 98-115) menggunakan prosedur pengembangan dengan langkah awal berupa konstruksi tujuan instruksional. Tujuan instruksional ini dilakukan dengan pengujian terhadap buku teks SMA (high school textbook) dan universitas serta manual laboratorium dan ditambah diskusi informal dengan instruktur yang menggunakan materi tersebut. Tujuan instruksional ini dipresentasikan di hadapan para ahli
commit to user
independen untuk memberikan pertimbangan bahwa tidak ada konsep yang diabaikan. Selanjutnya dikembangkan dua versi DIRECT yaitu 1.0 dan 1.1. Versi
1.1 dikembangkan berdasarkan hasil analisis versi 1.0. Hasil analisis dan wawancara terhadap siswa menunjukkan bahwa versi 1.0 perlu direvisi untuk reliabilitasnya dan juga mengklarifikasi pertanyaan yang membingungkan siswa. Ada dua revisi yang dilakukan yaitu revisi pertama dilakukan dengan meningkatkan jumlah pilihan jawaban menjadi lima untuk semua soal dan revisi kedua adalah menggambar kembali rangkaian yang terdiri dari lampu di dalam soket yang hanya menggunakan baterai, lampu, dan kawat (Engelhardt & Beichner, 2004: 100-101). Hasil analisis menunjukkan bahwa tes ini mempu menunjukkan kesulitan yang dialami siswa dalam memahami rangkaian listrik resistive arus searah sesuai dengan tujuan diadakannya penelitian.
Dalam hal ini peneliti akan mengembangkan instrumen tes atas dasar kajian penelitian yang relevan dan penelitian lainnya untuk menghasilkan instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang valid dan reliabel. Instrumen penilaian yang diusulkan dalam bentuk tes pilihan ganda. Pengembangan instrumen ini akan melalui tahap-tahap berikut: (1) Pendefinisian (Define), meliputi studi literatur untuk menganalisis kesesuaian indikator dengan tujuan dan proses pembelajaran serta kurikulum yang digunakan, sehingga dapat tersusun silabus yang baru sebagai pemetaan indikator-indikator yang dapat diukur dengan tes maupun non-tes, (2) Perencanaan (Design) meliputi penyusunan spesifikasi tes berupa pembuatan kisi-kisi dan penyusunan instrumen tes, (3) Pengembangan (Develop) meliputi penelaahan butir soal oleh pakar, analisis validitas, uji coba terbatas, analisis butir soal uji coba, dan revisi butir soal (4) Penyebaran (Disseminate) yang meliputi implementasi instrumen tes dalam lingkup yang lebih luas.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini merupakan suatu penelitian pengembangan untuk mengembangkan suatu produk berupa instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI. Hal yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini adalah tuntutan bagi sekolah RSBI untuk melakukan evaluasi
commit to user
dengan menggunakan sistem ujian baik nasional maupun internasional yang berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan SNP+X yaitu Standar Nasional Pendidikan plus X yang diilhami dari sistem ujian di negara-negara maju atau negara-negara yang memiliki keunggulan tertentu dalam pendidikan. Dalam hal ini, digunakan A Level Physics dari Cambridge. Atas dasar acuan tersebut, peneliti akan mengembangkan suatu tes. Pengembangan tes tersebut bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang valid dan reliabel sehingga dapat menambah perbendaharaan soal bagi guru Fisika SMA RSBI dan dapat diimplementasikan dalam lingkup yang luas.
Penjelasan di atas dapat disajikan dalam bagan kerangka berpikir pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
RSBI Penilaian dengan
Sistem Ujian Nasional
dan Internasional
KTSP
SNP+X
Standar Isi (SI) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
A Level
Pengembangan
Tes Instrumen Tes Ulangan
Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang valid dan reliabel
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Model pengembangan merupakan langkah-langkah pengembangan yang harus diikuti untuk menghasilkan produk akhir yang dikembangkan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mendapatkan produk penilaian pembelajaran berupa instrumen tes Fisika yang memenuhi kriteria validitas, praktikalitas, dan efektivitas. Dalam penelitian ini digunakan model prosedural yaitu bersifat deskriptif dan menggariskan langkah-langkah sistematis yang harus diikuti untuk menghasilkan produk.
B. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini mencoba mengembangkan alat ukur untuk menghasilkan instrumen tes yang memiliki karakteristik internal dan tingkat validitas serta reliabilitas yang baik. Instrumen ini disusun dalam bentuk tes pilihan ganda (multiple choice). Pengembangannya dilakukan melalui penelitian dan pengembangan atau R & D (Research and Development) yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel. Model pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pendefinisian), (2) Design (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan) dan (4) Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran (Trianto, 2007: 65-68). Sesuai dengan model pengembangan yang digunakan, instumen tes akan dikembangkan dengan beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Pada tahap ini, dilakukan studi literatur, analisis terhadap Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Silabus A Level sebagai pedoman penyusunan kisi-kisi. Selain itu, juga dilakukan analisis soal Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI yang pernah diujikan sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan instrumen tes yang akan dikembangkan.
commit to user
2. Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan spesifikasi tes meliputi:
a. Membuat Kisi-kisi Salah satu tahapan yang sangat penting dalam pembuatan dan penggunaan tes adakah mengembangakan kisi-kisi yang berguna untuk menjamin bahwa soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur (Sumarna Surapranata, 2004: 50). Balitbang (2007: 6) mendefinisikan kisi-kisi sebagai matriks informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi tes. Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakitan tes akah mudah menyusun perangkat tes. Kisi- kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Kisi-kisi soal yang baik, harus memenuhi syarat-syarat: mewakili isi kurikulum yang diujikan; komponennya harus rinci, jelas, dan mudah dipahami; dan soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
b. Bentuk tes Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda. Menurut Djemari Mardapi (2008: 71), tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang disediakan. Pilihan jawaban terdiri dari kunci dan distraktor (pengecoh). Dalam penyusunan tes tertulis, penulis soal harus memperhatikan kaidah- kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa.
c. Panjang Tes Penentuan panjang tes didasarkan pada cakupan materi dan waktu yang disesuaikan dengan faktor kelelahan siswa. Ani Rusilowati (2008: 55) berpendapat bahwa, umumnya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes bentuk pilihan ganda adalah 1-3 menit untuk setiap soal.
d. Menulis soal Penulisan soal adalah penjabaran dari indikator jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
commit to user
karakteristiknya sesuai dengan perincian dalam kisi-kisi (Depdikbud, 1999: 24).
e. Karakterisasi Soal Karakteristik soal meliputi daya beda dan tingkat kesukaran soal. Soal dikemas dalam suatu tes hendaknya memiliki daya beda yang baik. Tes sebaiknya terdiri atas soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, soal tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Karakteristik butir berdasarkan teori tes klasik ditampilkan dalam Tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1. Karakteristik Butir
No Jenis kriteria
Teori tes Klasik
1. Tingkat kesukaran
0,3-0,7
2. Daya pembeda
(Widowati Pusporini, 2009)
f. Kriteria dan Prosedur Penilaian Kriteria prosedur penilaian disesuaikan dengan bentuk tes. Pada tes berbentuk pilihan ganda, maka kriteria penilaian ada dua kategori yaitu benar dan salah. Soal dijawab benar diberi skor 1 dan dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
a. Menelaah soal tes Penelaahan perlu dilakukan setelah tes dibuat. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata ada kesalahan dan kekurangan. Butir soal yang telah disusun kemudian ditelaah dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Telaah dilakukan oleh empat pakar Fisika, yaitu tiga dosen dan satu praktisi/ guru SMA RSBI. Dengan telaah soal ini, diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas soal yang terbentuk.
b. Melakukan Uji Coba Uji coba tes pada prinsipnya adalah upaya mendapatkan informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah tes mampu mengukur apa yang hendak diukur (Depdikbud, 1999: 25). Uji coba tes dilakukan untuk memperbaiki
commit to user
kualitas soal dan digunakan sebagai sarana memeperoleh data empirik tentang kualitas soal yang telah disusun. Melalui data uji coba dapat diperoleh data kualitas soal tes. Jika soal yang dibuat belum memenuhi kriteria yang diharapkan, maka perlu dibuang atau dilakukan perbaikan. Dalam hal ini sebelum diujicobakan ke siswa, dilakukan uji coba secara peer untuk memperoleh validasi peer reviewer. Revisi dari hasil ujicoba ini kemudian diujicobakan ke siswa. Sampel uji coba adalah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta.
Uji coba terbatas dilakukan dengan skala kecil, yaitu dilakukan dalam satu kelas dengan menggunakan teknik belah dua. Hasil uji coba terbatas dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif hingga mendapatkan judgement. Hasil analisis ini dapat menunjukkan suatu soal layak untuk diujikan atau tidak. Jika terdapat butir soal yang tidak layak akan dilakukan revisi. Butir soal yang layak akan diimplementasikan dalam penelitian.
c. Menganalisis Butir Soal Tes Data hasil uji coba dianalisis untuk memperoleh data empirik tentang kualitas soal. Melalui analisis ini dapat diketahui tingkat kesukaran dan daya beda soal. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel.
d. Memperbaiki Soal Tes Setelah diuji coba dan dianalisis, langkah selanjutnya adalah memilih butir-butir yang lolos analisis dan merevisi butir. Hasil analisis butir dapat menunjukkan kualitas butir dalam perangkat tes yang akan digunakan sebagai pertimbangan butir-butir yang lolos, dibuang, atau direvisi.
4. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Berdasarkan hasil analisis, butir soal yang layak diujikan didiseminasikan kepada siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently overlooked.” Setelah dilakukan diseminasi terhadap
commit to user
responden atau siswa, diperoleh jawaban dari siswa sebagai hasil uji. Hasil uji ini dilakukan analisis butir dan uji reliabilitas. Dengan hasil ini dapat diketahui soal- soal dari tes yang dikembangkan dapat diterima atau ditolak. Instrumen yang dinyatakan valid dan reliabel dapat diaplikasikan untuk melakukan penilaian pembelajaran di sekolah RSBI.
Bagan mengenai prosedur pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1. Bagan Prosedur Pengembangan
Analisis Kebutuhan Analisis Kurikulum
Penyusunan Silabus
Instrumen Tes
Validasi oleh Expert judgement Peer Reviewer
Validasi oleh
Reviewer
Instrumen Terevisi
Uji Coba Terbatas Instrumen Terevisi
Produk Akhir
Penyusunan Kisi-Kisi
Define
Design
Develop
Disseminate
commit to user
C. Uji Coba Produk
1. Desain Coba
Pembuatan perangkat tes diawali dengan pengkajian teori untuk merumuskan indikator-indikator yang akan digunakan untuk menyusun kisi-kisi. Selanjutnya, kisi-kisi tersebut dijabarkan ke dalam butir-butir soal dan disusun menjadi perangkat tes. Perangkat tes ditelaah (divalidasi) dan direvisi, selanjutnya diujicobakan secara terbatas di sekolah yang menjadi target uji coba. Uji coba dilaksanakan pada akhir semester ganjil, dengan harapan bahwa kompetensi yang diujikan sudah dikuasai oleh siswa.
2. Subjek Coba
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan beberapa komponen yaitu pakar/ expert dan mahasiswa dari Pendidikan Fisika FKIP UNS serta praktisi/ guru Fisika dan siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta. SMA ini dipilih karena merupakan salah satu SMA RSBI di Surakarta yang memenuhi standar mutu sebagai penyelenggara RSBI. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu dari 22 SMA RSBI pilihan Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Atas (Milist RSBI, 2011).
3. Jenis Data
Data penelitian ini meliputi data kualitatif dan data kuantitatif yaitu instrumen tes yang dikembangkan sebagai instrumen evaluasi kemampuan kognitif siswa pada Ulangan Akhir Semester Ganjil Kelas X SMA RSBI dan lembar jawaban siswa peserta tes. Instrumen tes dianalisis dengan menggunakan kartu telaah butir soal untuk mengetahui kesesuaian butir-butir soal dalam instrumen tes dengan pedoman telaah butir soal. Sedangkan lembar jawaban siswa dianalisis dengan menggunakan Program Microsoft Excel untuk mengetahui karakteristik internalnya sehingga dapat diketahui apakah tes tersebut sudah tergolong baik atau belum.
commit to user
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Instrumen pelaksanaan penelitian, meliputi kisi-kisi instrumen tes yang mengacu pada Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Silabus A Level.
b. Instrumen pengambilan data, yaitu soal tes kemampuan kognitif berbentuk obyektif dengan alternatif lima jawaban.
5. Teknik Analisis Data
a. Analisis Data Hasil Pengembangan Indikator Standar Kompetensi
Hasil pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis dokumen standar kompetensi dan kompetensi dasar dari standar isi serta silabus A Level dan tes kompetensi. Berdasarkan dokumen tersebut, kemudian disusun indikator yang akan dirumuskan untuk mengembangkan tes. Indikator yang telah ditetapkan kemudian dimasukkan dalam blue print, selanjutnya melakukan penelaahan butir yang dilakukan oleh dua dosen dan satu guru SMA RSBI. Kemudian dilakukan uji coba.
b. Analisis Data Hasil Pengembangan Instrumen Analissis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya suatu soal. Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif sering juga disebut dengan validitas isi/ validitas logis (logical validity), yaitu beberapa penelaahan yang dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi materi, konstruk, dan bahasa. Analisis kuantitatif diperoleh melalui analisis data hasil uji coba dan hasil diseminasi. Analisis hasil uji coba dilakukan dengan teori Tes Klasik.
Adapun uji coba yang dilakukan terhadap instrumen meliputi daya pembeda, tingkat kesukaran, efektivitas distraktor, dan reliabilitas item tes.
1) Daya pembeda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan daya beda disebut indeks diskriminasi.
commit to user
Untuk menentukan daya pembeda, seluruh peserta tes dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Seluruh peserta tes diurutkan mulai dari skor teratas sampai terbawah. Digunakan rumus :
Keterangan: J
Jumlah pengikut tes Banyaknya siswa kelompok atas Banyaknya siswa kelompok bawah Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar
Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar Daya pembeda (nilai D) diklsifikasikan sebagi berikut :
0,00 ≤ D < 0,20
: Jelek (poor)
0,20 ≤ D < 0,40
: Cukup (satisfactory)
0,40 ≤ D < 0,70 : Baik (good)
0,70 ≤ D ≤ 1,00
: Baik sekali (excellent)
D<0 : Semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Suharsimi Arikunto, 2005 : 213).
2) Tingkat Kesukaran Taraf kesukaran suatu soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.
Untuk mengukur taraf kesukaran soal digunakan rumus: JS
P
commit to user
Keterangan : P
B JS
Indeks kesukaran Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Jumlah siswa peserta tes
Kriteria :
0,00 ≤ D < 0,30
: Soal sukar
0,30 ≤ D < 0,70
: Soal sedang
0,70 ≤ D ≤ 1,00
: Soal mudah (Suharsimi Arikunto,2005: 209)
3) Efektivitas Distraktor Distraktor merupakan alternatif selain kunci jawaban. Dalam hal ini distraktor/ pengecoh yang baik mempunyai tiga kriteria, yaitu: (a) jumlah pemilih kunci jawaban yang benar lebih banyak dari pada yang memilih distraktor, (b) jumlah kelompok bawah yang memilih distraktor lebih banyak dibandingkan dengan kelompok atas, dan (c) setiap distraktor dipilih paling sedikit 2 % dari seluruh responden. Apabila distraktor tidak memenuhi kriteria-kriteria tersebut maka dianggap gugur atau perlu direvisi.
4) Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah valid.
Untuk mengukur reliabilitas tes dalam penelitian digunakan rumus Kuder Richardson (KR-20) yaitu
di mana: r 11 p
q pq
Reliabilitas tes secara keseluruhan. Proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar. Proporsi subyek yang menjawab item soal dengan salah. Jumlah hasil perkalian antara p dan q. Banyaknya item.
commit to user
: Standart deviasi dari test.
Kriteria :
0,00 ≤ r 11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,20 ≤ r 11 < 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 ≤ r 11 < 0,60 : reliabilitas cukup 0,60 ≤ r 11 < 0,80 : reliabilitas tinggi 0,80 ≤ r 11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
(Suharsimi Arikunto,2005 : 100) Penentuan reliabilitas tes menggunakan formula Kuder-Richardson
karena reliabilitas akan menjadi lebih tepat apabila dilakukan langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan (Anas Sudijono, 2005, 252).
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian pengembangan ini melibatkan beberapa komponen yaitu tiga pakar/ expert bidang studi Fisika dan mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP UNS serta seorang praktisi/ guru Fisika dan siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta. SMA ini dipilih karena merupakan salah satu SMA RSBI di Surakarta yang memenuhi standar mutu sebagai penyelenggara RSBI. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu dari 22 SMA RSBI pilihan Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Atas (milist RSBI, 2011).
Expert judgement bertujuan untuk memvalidasi instrumen. Uji coba peer melibatkan 2-5 orang mahasiswa untuk memperoleh validasi peer reviewer. Uji coba terbatas dilakukan dengan menggunakan dua instrumen yaitu instrumen A dan instrumen B yang masing-masing diujikan pada 15 siswa di kelas X-10. Sedangkan untuk tahap diseminasi diperlukan responden dalam skala yang lebih besar yaitu 61 siswa yang tersebar dari dua kelas yang berbeda (X-1 dan X-8). Masing-masing kelas terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, rendah, dan sedang. Deskripsi jumlah peserta tes dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Jumlah Peserta Uji Coba Terbatas dan Diseminasi
Kelas
Uji Coba
Diseminasi
Instrumen A
Instrumen B
X-10 15 15 - X-1
29 X-8
32
B. Hasil Penelitian
1. Penyiapan Data
Penyiapan data termasuk dalam tahap pendefinisian (define) yang dilakukan dengan analisis kurikulum dan analisis kebutuhan. Analisis kurikulum dilakukan dengan mempelajari kurikulum RSBI yaitu kurikulum SNP+X. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar untuk merumuskan silabus yang memuat indikator-indikator ketercapaian pembelajaran. Analisis kebutuhan berupa analisis
commit to user
terhadap kemampuan siswa berdasarkan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) Ganjil.
Penelitian ini diawali dengan perumusan silabus pengembangan berdasarkan hasil analisis kesesuaian silabus sebelumnya dengan kurikulum RSBI yaitu kurikulum SNP+X. Kurikulum untuk RSBI merupakan kurikulum SNP+X yaitu Standar Nasional Pendidikan plus X yaitu OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang merupakan organisasi antar negara dan pengembangan. Anggota organisasi ini memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang telah diakui standarnya secara internasional. Ada dua cara yang dapat dilakukan sekolah atau madrasah untuk memenuhi karakteristik Sekolah Bertaraf Internasional, yaitu sekolah yang telah melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai indikator kerja minimal ditambah dengan X sebagai indikator kerja tambahan. Dua cara tersebut adalah: (1) adaptasi, yaitu penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/ sama) dengan standar pendidikan salah satu anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional, dan (2) adopsi, yaitu penambahan atau pengayaan/ pendalaman/ penguatan/ perluasan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota OECD/ negara maju lainnya (Kir Haryana, 2007: 41). Standar Nasional Pendidikan berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Pendidikan, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Dalam penelitian ini, permasalahan hanya dibatasi pada Standar Penilaian. Sistem atau model penilaian yang digunakan untuk RSBI seharusnya telah memenuhi Standar Penilaian sesuai dengan SNP dan telah diperkaya dengan sistem penilaian dari sekolah unggul dari salah satu negara OECD. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan sekolah RSBI artinya secara umum sekolah tersebut sudah memenuhi
commit to user
Standar Nasional Pendidikan yang menjadi salah satu syarat suatu sekolah dapat menjadi RSBI.
Penilaian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta, jika ditinjau dari segi penilaian berdasarkan SNP+X, belum memenuhi standar plus X. SMA ini menggunakan sistem adaptasi, yaitu dengan penyetaraan dengan sistem tes di negara OECD dan sistem adopsi yaitu dengan penambahan atau pengayaan A Level. Sistem adopsi yang dilakukan dengan pengadaan jam tambahan untuk pengayaan A Level tidak diwajibkan kepada siswa dan pada kenyataannya siswa banyak yang tidak berminat. Sedangkan sistem adaptasi yang dilakukan belum jelas mengacu pada standar salah satu negara OECD, karena tingkat kemampuan yang diukur masih setara dengan SMA non-RSBI. Hal yang membedakan hanyalah pada penggunaan dwi bahasa (bilingual) pada instrumen penilaian. Jika dilakukan penyetaraan tingkat kemampuan yang sesuai dengan A Level, terkendala pada kemampuan siswa yang rata-rata berada pada tingkat mengingat (remember/ C1) sampai (analyze/ C4). Sehingga, cara yang efektif untuk diimplementasikan adalah cara adopsi yaitu penambahan atau pengayaan. Cara ini dilakukan dengan penambahan indikator dari A Level yang belum ada pada indikator yang dikembangkan pada silabus, tetapi dengan tidak meninggalkan komponen belajar lain sebagai acuan.
Hasil analisis penilaian yang berlaku di SMA Negeri 1 Surakarta secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Analisis Kesesuaian Penilaian dengan Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal
23 Mei 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa cakupan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Sedangkan prinsip pengembangan kurikulum harus memenuhi kriteria, yaitu:
1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya;
2) beragam dan terpadu;
commit to user
3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
4) relevan dengan kebutuhan kehidupan;
5) menyeluruh dan berkesinambungan;
6) belajar sepanjang hayat;
7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Standar Kompetensi Lulusan mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1) Melakukan percobaan antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
2) Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif.
3) Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum.
4) Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida, dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor.
5) Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi.
6) Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi.
Penilaian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta sudah sesuai dengan Kurikulum KTSP yaitu memenuhi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Hal itu dapat diketahui dengan melihat perbandingan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta indikator pada Silabus Fisika KTSP dan Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta yang ditunjukkan pada Tabel 4.2.
commit to user
Tabel 4.2.Perbandingan Silabus Fisika Pengembangan BSNP dan
Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta
Silabus Fisika Pengembangan BSNP Silabus Fisika Pengembangan SMA Negeri 1 Surakarta
1. Menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannnya
1.1. Mengukur besaran Fisika (massa, panjang, dan waktu) a. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur b. Mengukur besaran panjang, massa dan waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan
1. Menerapkan konsep besaran Fisika dan pengukurannnya
1.1.Mengukur besaran Fisika (massa, panjang, dan waktu) a. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur b. Mengukur besaran panjang, massa dan
waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan c. Membandingkan besaran pokok dan besaran
turunan serta dapat
memberikan
contohnya dalam kehidupan sehari-hari d. Menentukan dimensi suatu besaran pokok e. Menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah f. Menerapkan penulisan notasi ilmiah pada bilangan yang besar maupun kecil g. Menyelesaikan operasi dengan angka penting dengan tepat
1.2. Melakukan penjumlahan vektor a. Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara grafis b. Menjumlahkan dua vektor secara analisis
1.2. Melakukan penjumlahan vektor a. Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara grafis b. Menjumlahkan dua vektor secara analisis c. Menggambar vektor satuan , menulis simbol
besaran vektor dan menentukan arah vektor d. Menjumlah dan mengurangi dua vektor atau lebih e. Menentukan besar dan arah resultan vektor f. Menguraikan metode komponen vektor g. Menerapkan metode komponen- komponen vektor h. Mengalikan vektor i. Menganalisis vektor satuan
2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik
2.1. Menganalisis besaran Fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan
a. Menganalisis besaran-besaran Fisika pada gerak dengan kecepatan konstan
b. Menganalisis besaran-besaran Fisika pada gerak dengan percepatan konstan
2.1. Menganalisis besaran Fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan
a. Mendefinisikan
pengertian kedudukan, jarak dan perpindahan b. Membedakan kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata c. Menganalisis besaran-besaran Fisika pada gerak dengan percepatan
commit to user
kecepatan konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan
d. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan e. Membedakan percepatan rata-rata dan percepatan sesaat f. Menerapkan besaran-besaran Fisika dalam GLB dan GLBB dalam bentuk persamaan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
2.2. Menganalisis besaran Fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan a. Mengidentifikasi
besaran
frekuensi,
frekuensi sudut, periode, dan sudut tempuh yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan
b. Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif c. Menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan
2.2. Menganalisis besaran Fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan a. Mengidentifikasi besaran frekuensi, frekuensi sudut, periode, dan sudut tempuh yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan b. Menjelaskan pengertian kecepatan dan
percepatan
dalam gerak melingkar beraturan c. Menjelaskan dan merumuskan gaya sentripetal d. Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif e. Menganalisis
besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak
melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan 2.3. Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan.
a. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari b. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum
2 Newton dalam kehidupan sehari-hari c. Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan d. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum
3 Newton dalam kehidupan sehari-hari e. Menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang miring tanpa gesekan f. Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal g. Menerapkan hukum Newton pada gerak melingkar
2.3. Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan
a. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari b. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 2 Newton dalam kehidupan sehari-hari c. Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan d. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 3 Newton dalam kehidupan sehari-hari e. Menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan f. Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal g. Menerapkan hukum Newton pada gerak melingkar
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, pengembangan silabus yang dilakukan dengan penambahan beberapa indikator telah memenuhi prinsip pengembangan sesuai yang tercantum pada Standar Isi. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
commit to user
yang ada telah memenuhi Standar Kompetensi Lulusan. Penilaian yang dilakukan dengan acuan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang termuat dalam silabus juga sudah memenuhi kriteria penilaian sesuai dengan SNP.
b. Analisis Kesesuaian Penilaian dengan Standar Plus X Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sistem atau model penilaian yang digunakan harus diperkaya dengan sistem penilaian dari sekolah unggul dari salah satu negara OECD yang dalam hal ini lebih efektif dilakukan dengan cara adopsi. Adopsi sistem penilaian di SMA Negeri 1 Surakarta mengacu pada A Level Cambridge. Analisis dilakukan dengan membandingkan pokok bahasan dan indikator yang termuat dalam Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri
1 Surakarta dengan Silabus A Level Physics yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Perbandingan Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri
1 Surakarta dengan Silabus A Level Physics
Silabus Fisika Pengembangan SMA Negeri
1 Surakarta
Syllabus A Level Physics Pokok Bahasan:
Pengukuran dan satuan, satuan sistem internasional, besaran Fisika, dimensi, notasi ilmiah, angka penting, kesalahan relatif pengukuran.
Indikator Hasil Belajar:
a. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur b. Mengukur besaran panjang, massa dan waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan c. Membandingkan besaran pokok dan besaran turunan serta dapat memberikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
d. Menentukan dimensi suatu besaran pokok e. Menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah f. Menerapkan penulisan notasi ilmiah pada bilangan yang besar maupun kecil g. Menyelesaikan operasi dengan angka penting dengan tepat
Content:
Physical quantities, SI Units, The Avogadro constant, Measurement Errors and uncertainties
Learning Outcomes:
a. show an understanding that all physical quantities consist of a numerical magnitude and a unit
b. recall the following SI base quantities and their units: mass (kg), length (m), time (s), current (A), temperature (K), amount of substance (mol) c. express derived units as products or quotients of the base units and use the named units listed in this syllabus as appropriate d. use base units to check the homogeneity of physical equations e. show an understanding of and use the conventions for labelling graph axes and table columns as set out in the ASE publication Signs, Symbols and Systematics (The ASE Companion to 16–19 Science, 2000) f. use the following prefixes and their symbols to indicate decimal submultiples or multiples of both base and derived units: pico (p), nano (n), micro (μ), milli (m), centi (c), deci (d),
commit to user
g. make reasonable estimates of physical quantities included within the syllabus
h. show an understanding of the significance of the Avogadro constant
as the number of atoms in 0.012 kg of carbon-12 i. use molar quantities where one mole of any substance is the amount containing
a number of particles equal to the Avogadro constant j. use techniques for the measurement of length, volume, angle, mass, time, temperature and electrical quantities appropriate to the ranges of magnitude implied by the relevant parts of the syllabus. In particular, candidates should be able to:
measure lengths using a ruler, vernier
scale and micrometer measure weight and hence mass using spring and lever balances measure an angle using a protractor measure time intervals using clocks,
stopwatches and the calibrated time- base of a cathode-ray oscilloscope (c.r.o.)
measure temperature using a thermometer as a sensor use ammeters and voltmeters with
appropriate scales use a galvanometer in null methods use a cathode-ray oscilloscope (c.r.o.) use a calibrated Hall probe
k. use both analogue scales and digital
displays l. use calibration curves
m. show an understanding of the distinction between systematic errors (including zero errors) and random errors
n. show an understanding of the distinction between precision and accuracy
o. assess the uncertainty in a derived quantity by simple addition of actual, fractional or percentage uncertainties (a rigorous statistical treatment is not required).
Pokok Bahasan:
Vektor Besaran Vektor & Skalar Operasi Vektor Penguraian Vektor Perpaduan Vektor
Content:
Scalars and vectors
Learning Outcomes:
a. distinguish between scalar and vector quantities and give examples of each
b. add and subtract coplanar vectors
commit to user
a. Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara grafis b. Menjumlahkan dua vektor secara analisis c. Menggambar vektor satuan , menulis simbol besaran vektor dan menentukan arah vektor d. Menjumlah dan mengurangi dua vektor atau lebih e. Menentukan besar dan arah resultan vektor f. Menguraikan metode komponen vektor g. Menerapkan metode komponen- komponen vektor h. Mengalikan vektor i. Menganalisis vektor satuan
components.
Pokok Bahasan:
Gerak lurus dengan kecepatan dan percepatan konstan meliputi struktur: Kedudukan, jarak dan perpindahan ; kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata; kecepatan sesaat; gerak lurus beraturan; gerak lurus berubah beraturan; gerak vertikal
Indikator Hasil Belajar:
a. Mendefinisikan pengertian kedudukan, jarak dan perpindahan
b. Membedakan kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata c. Menganalisis besaran-besaran Fisika pada gerak dengan percepatan konstan d. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan e. Membedakan percepatan rata-rata dan percepatan sesaat f. Menerapkan besaran-besaran Fisika dalam GLB dan GLBB dalam bentuk persamaan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Content:
Kinematics Linear motion Non-linear motion
Learning Outcomes:
a. define displacement, speed, velocity and acceleration
b. use graphical methods to represent displacement, speed, velocity and acceleration
c. find displacement from the area under a velocity-time graph
d. use the slope of a displacement-time graph to find the velocity
e. use the slope of a velocity-time graph to find the acceleration f. derive, from the definitions of velocity and acceleration, equations that represent uniformly accelerated motion in a straight line g. solve problems using equations that represent uniformly accelerated motion in a straight line, including the motion of bodies falling in a uniform gravitational field without air resistance h. recall that the weight of a body is equal to the product of its mass and the acceleration of free fall
i. describe an experiment to determine the acceleration of free fall using a falling
body j. describe qualitatively the motion of bodies falling in a uniform gravitational field with air resistance
k. describe and explain motion due to a uniform velocity in one direction and a uniform acceleration in a perpendicular direction.
commit to user
Gerak melingkar dengan laju konstan: frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linier, kecepatan sudut, dan percepatan sentripetal, Hubungan kecepatan sudut, dan kecepatan linier pada gerak roda berhubungan, Gerak melingkar beraturan (GMB), Gerak melingkar berubah beraturan (GMBB), Sistem roda-roda sesumbu,
bersinggungan, roda roda yang dihubungkan dengan sabuk
Indikator Hasil Belajar:
a. Mengidentifikasi besaran frekuensi, frekuensi sudut, periode, dan sudut tempuh yang terdapat pada gerak melingkar dengan laju konstan b. Menjelaskan pengertian kecepatan dan percepatan dalam gerak melingkar beraturan c. Menjelaskan dan merumuskan gaya sentripetal d. Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara kualitatif e. Menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan
Kinematics of uniform circular motion Centripetal acceleration Centripetal force
Learning Outcomes:
a. express angular displacement in radians
b. understand and use the concept of angular velocity to solve problems
c. recall and use v = rω to solve problems d. describe qualitatively motion in a curved path due to a perpendicular force, and understand the centripetal acceleration in the case of uniform motion in a circle e. recall and use centripetal acceleration
a =r , a = f. recall and use centripetal force F =
mrω 2 ,F=
Pokok Bahasan:
Hukum Newton tentang gerak Hukum Newton 1 Hukum Newton 2 Hukum Newton 3 Gesekan statis dan kinetis, Gaya dan interaksinya, diagram bebas benda, gaya gesekan
Indikator Hasil Belajar:
a. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari b. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 2 Newton dalam kehidupan sehari-hari c. Menyelidiki karakteristik gesekan statis dan kinetis melalui percobaan d. Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 3 Newton dalam kehidupan sehari-hari e. Menerapkan hukum newton pada gerak benda pada bidang datar/miring dengan dan atau tanpa gesekan f. Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal g. Menerapkan hukum Newton pada gerak melingkar
Content:
Newton’s laws of motion, Linear momentum and its conservation, Forces
Learning Outcomes:
a. state each of Newton’s laws of motion b. show an understanding that mass is the property of a body that resists change in motion c. describe and use the concept of weight as the effect of a gravitational field on a mass d. define linear momentum as the product of mass and velocity e. define force as rate of change of momentum f. recall and solve problems using the relationship F = ma, appreciating that acceleration and force are always in the same direction g. state the principle of conservation of momentum h. apply the principle of conservation of momentum to solve simple problems including elastic and inelastic interactions between two bodies in one dimension (knowledge of the concept of
commit to user
i. recognize that, for a perfectly elastic collision, the relative speed of approach
is equal to the relative speed of separation
j. show an understanding that, while momentum of a system is always
conserved in interactions between bodies, some change in kinetic energy usually takes place.
k. describe the forces on mass and charge in uniform gravitational and electric
fields, as appropriate l. show an understanding of the origin of the upthrust acting on a body in a fluid m. show a qualitative understanding of frictional forces and viscous forces including air resistance (no treatment of the coefficients of friction and viscosity is required)
n. use a vector triangle to represent forces
in equilibrium o. show an understanding that the weight
of a body may be taken as acting at a single point known as its centre of gravity
p. show an understanding that a couple is a pair of forces that tends to produce rotation only q. define and apply the moment of a force and the torque of a couple r. show an understanding that, when there is no resultant force and no resultant torque, a system is in equilibrium
s. apply the principle of moments.
Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa pokok bahasan pada mata pelajaran Fisika SMA Kelas X berbeda dengan pokok bahasan pada A Level Physics. A Level Physics menuntut beberapa pokok bahasan yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan pokok bahasan berdasarkan Silabus Pengembangan. Selain itu, indikator hasil belajar yang ingin dicapai pada A Level Physics dijelaskan secara detil dan lengkap. Sedangkan pada Pengembangan Silabus yang ada, indikator kurang mencerminkan hasil belajar yang akan diukur karena kurang terperinci. Jika ditinjau hanya berdasarkan Tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa beberapa indikator dari Pengembangan Silabus sudah sesuai dengan Silabus A Level, tetapi secara keseluruhan penilaian berdasarkan indikator
commit to user
hasil belajar Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta belum memenuhi standar penilaian berdasarkan indikator pada Silabus A Level Physics, karena banyak indikator dalam Silabus A Level Physics yang tidak ada dalam Pengembangan Silabus Fisika Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta. Selain itu, beberapa indikator yang muncul pada Silabus A Level Physics merupakan cakupan materi Fisika secara umum, sehingga jika dibandingkan dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, beberapa indikator bukan cakupan materi kelas X saja, tetapi juga sebagian untuk kelas XI ataupun XII.
Namun, dalam hal penilaian, perlu ditinjau dari aspek lain, yaitu komponen pembelajaran. Komponen pembelajaran yang terdiri dari tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran merupakan tiga hal yang saling berkaitan. Sehingga penilaian hasil belajar juga harus didasarkan pada tujuan dan proses pembelajaran. Adopsi berbagai indikator hasil belajar dalam Silabus A Level Physics dapat dilakukan dengan mempertimbangkan komponen pembelajaran lain yaitu tujuan dan proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran Fisika yang berlangsung selama semester ganjil di SMA Negeri 1 Surakarta tidak membelajarkan beberapa indikator pada Silabus A Level Physics salah satu contohnya adalah indikator berikut: ”use molar quantities where one mole of any substance is the amount containing a number of particles equal to the Avogadro constant”, sehingga indikator tersebut tidak dapat dimasukkan dalam indikator hasil belajar pada pengembangan silabus. Selain, dengan mengadopsi beberapa indikator, dalam rangka pemenuhan standar plus X ini, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian berupa tes yang diambil dari tes A Level Physics. Dengan demikian, meskipun indikator yang diukur dalam pengembangan silabus dan silabus A Level Physics sama, tetapi model atau bentuk instrumen yang digunakan sudah mengacu pada model negara maju atau OECD. Dengan metode inilah disusun silabus dengan indikator-indikator hasil pembelajaran yang baru untuk pembuatan instrumen tes Fisika Kelas X Semester Ganjil SMA RSBI.
Dalam hal ini, juga dilakukan analisis tentang kemampuan kognitif siswa di SMA Negeri 1 Surakarta. Berdasarkan hasil Ulangan Harian dan Ulangan
commit to user
Tengah Semester dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif siswa rata-rata mencakup kemampuan mengingat (remember/ C1), memahami (understand/ C2), menerapkan (apply/ C3), dan analisis (analyze/ C4). Hasil ini menjadi dasar perumusan kisi-kisi instrumen tes yang akan disusun.
a. Expert Judgement
Berdasarkan hasil analisis di atas, dilakukan penyusunan indikator- indikator pembelajaran. Setelah indikator-indikator pembelajaran tersusun, dilakukan expert judgement. Expert judgement dilakukan oleh dua pakar yaitu dosen Pendidikan Fisika dan seorang praktisi/ guru Fisika. Interview satu per satu dilakukan dengan kedua pakar dan praktisi/ guru tersebut. Kedua pakar dan praktisi/ guru setuju dengan indikator-indikator penelitian pengembangan yang tersusun dengan hasil expert judgement disajikan pada Tabel 4.4 sedangkan indikator hasil penelitian pengembangan ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.4. Hasil Expert Judgement Indikator
Catatan Revisi
Hasil Revisi
Indikator hasil pembelajaran sebaiknya diperinci untuk masing-masing domain, yaitu kognitif (produk dan proses), psikomotor, dan afektif, sehingga jelas ketercapaiannya.
Telah dilakukan perincian indikator untuk domain, kognitif
(produk dan proses), psikomotor, dan afektif.
Indikator yang diperinci dan ditambahkan dari silabus A Level: 1.1. Mengukur besaran Fisika (massa, panjang, dan waktu) p. show an understanding that all physical quantities consist of a numerical magnitude and a unit q. recall the following SI base quantities and their units: mass (kg), length (m), time (s), current (A), temperature (K), amount of substance (mol)
r. express derived units as products or quotients of the base units and use the named units listed in this syllabus as
appropriate s. use base units to check the homogeneity of physical equations t. make reasonable estimates of physical quantities included within the syllabus 1.1. Melakukan penjumlahan vektor d. distinguish between scalar and vector quantities and give examples of each e. add and subtract coplanar vectors f. represent a vector as two perpendicular components
2.1. Menganalisis besaran Fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan l. define displacement, speed, velocity and acceleration
Indikator telah ditambahkan dalam
indikator pengembangan (Tabel 4.5)
commit to user
velocity and acceleration n. find displacement from the area under a velocity-time graph o. use the slope of a displacement-time graph to find the velocity p. use the slope of a velocity-time graph to find the acceleration q. derive, from the definitions of velocity and acceleration, equations that represent uniformly accelerated motion in a straight line r. solve problems using equations that represent uniformly accelerated motion in a straight line, including the motion of bodies falling in a uniform gravitational field without air resistance.
2.2. Menganalisis besaran Fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan g. express angular displacement in radians h. understand and use the concept of angular velocity to solve problems
i. recall and use v = rω to solve problems j. describe qualitatively motion in a curved path due to a perpendicular force, and understand the centripetal acceleration in the case of uniform motion in a circle
k. recall and use centripetal acceleration a =r , a =
l. recall and use centripetal force F = mrω 2 ,F=
2.3. Menerapkan Hukum Newton sebagai prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan.
t. state each of Newton’s laws of motion u. show an understanding that mass is the property of a body
that resists change in motion v. describe and use the concept of weight as the effect of a gravitational field on a mass w. recall and solve problems using the relationship F = ma, appreciating that acceleration and force are always in the same direction
commit to user
Tabel 4.5. Indikator Hasil Penelitian Pengembangan
Kompetensi Dasar
Indikator
1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu)
1. Kognitif
a. Produk
- Mengidentifikasi besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari - Mengelompokkan besaran-besaran fisika dalam besaran pokok dan
turunan - Menunjukkan satuan SI suatu besaran - Menyatakan satuan SI besaran turunan dalam satuan baku - Menggunakan satuan baku untuk menentukan besaran lain berdasarkan
persamaan fisika yang homogen - Menentukan dimensi suatu besaran - Menyebutkan besaran-besaran yang memiliki dimensi yang sama - Merumuskan suatu besaran dengan analisis dimensi - Menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah - Membaca skala yang ditunjukkan suatu alat ukur besaran panjang, waktu
dan massa. - Menunjukkan banyaknya angka penting dalam suatu bilangan - Menerapkan penulisan notasi ilmiah dalam operasi menggunakan aturan
angka penting. - Menyelesaikan operasi dengan aturan angka penting
b. Proses
- Merumuskan hipotesis - Mengidentifikasi alat ukur beserta fungsinya - Mengolah hasil pengukuran dengan mempertimbangkan kesalahan
relatif - Mengidentifikasi sumber ketidakpastian dalam percobaan.
2. Psikomotor
a. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. b. Mengukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan memperhatikan ketepatan dan ketelitian.
3. Afektif
a. Mengembangkan beberapa karakter, yaitu: 1) jujur, 2) teliti, 3) peduli, 4) bertanggung jawab, 5) menghormati pendapat orang lain,
b. Mengembangkan kemampuan untuk: 1) bertanya, 2) menyatakan pendapat, 3) berpikir kritis, 4) bekerja sama.
commit to user
penjumlahan vektor
a. Produk
- Membedakan besaran vektor dan besaran skalar - Menjumlahkan dan mengurangi dua vektor atau lebih - Menentukan besar dan arah resultan vektor - Menguraikan komponen vektor - Menerapkan metode komponen vektor untuk memperoleh resultan
vektor - Menerapkan operasi vektor dalam pemecahan masalah - Menganalisis vektor satuan
b. Proses
- Merumuskan hipotesis - Mengidentifikasi alat ukur beserta fungsinya - Mengambarkan vektor satuan, menulis simbol dan menentukan arah
vektor.
2. Psikomotor
a. Melakukan percobaan untuk menemukan resultan dua vektor sebidang dan menentukan arah resultan vektor.
3. Afektif
a. Mengembangkan beberapa karakter, yaitu: 1) jujur, 2) peduli, 3) bertanggung jawab.
b. Mengembangkan kemampuan untuk: 1) bertanya, 2) menyatakan pendapat, 3) berpikir kritis.
2.1 Menganalisi s besaran Fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan
1. Kognitif a. Produk
- Menganalisis besaran-besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan
percepatan konstan - Mendefinisikan kedudukan, jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan, dan
percepatan. - Membedakan kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata - Menyatakan hubungan antara jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan,
dan percepatan dalam bentuk grafik - Menganalisis jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan, dan percepatan
benda melalui grafik - Menemukan jarak/ perpindahan berdasarkan luas daerah di bawah grafik
hubungan kelajuan/ kecepatan dengan waktu - Menentukan kelajuan/ kecepatan suatu benda berdasarkan grafik
hubungan jarak/ perpindahan dengan waktu - Menentukan percepatan benda berdasarkan grafik hubungan kecepatan
dengan waktu - Menerapan besaran-besaran fisika dalam gerak dengan kecepatan dan
percepatan konstan - Menyelesaikan permasalahan menggunakan persamaan gerak lurus berubah beraturan termasuk gerak benda jatuh bebas tanpa hambatan udara
b. Proses
- Melakukan percobaan GLBB dengan: 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi alat dan bahan percobaan, 3) menjelaskan cara kerja percobaan, 4) mencatat dan mentabulasikan data,
commit to user
6) menganalisis data, 7) menyimpulkan
2. Psikomotor
a. Merangkai percobaan GLBB. b. Melakukan percobaan GLBB.
3. Afektif
a. Mengembangkan beberapa karakter, yaitu: 1) jujur, 2) peduli, 3) bertanggung jawab,
b. Mengembangkan kemampuan untuk: 1) bertanya, 2) menyatakan pendapat, 3) berpikir kritis
2.2 Menganalisi s besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan
1. Kognitif a. Produk:
- Menjelaskan pengertian gerak melingkar. - Menyebutkan contoh gerak melingkar dalam kehidupan sehari-hari. - Mendefinisikan Gerak Melingkar Beraturan. - Menjelaskan karakteristik Gerak Melingkar Beraturan. - Mengidentifikasi besaran pada Gerak Melingkar Beraturan. - Mendefinisikan frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linear,
percepatan linear, kecepatan sudut, dan percepatan sudut pada Gerak Melingkar Beraturan.
- Merumuskan frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linear, percepatan linear, kecepatan sudut, dan percepatan sudut pada Gerak Melingkar Beraturan.
- Menghitung frekuensi, periode, sudut tempuh, kecepatan linear, kecepatan sudut, dan percepatan sudut pada Gerak Melingkar Beraturan.
- Menjelaskan dan merumuskan percepatan dan gaya sentripetal - Menerapkan prinsip roda-roda yang saling berhubungan secara
kualitatif - Menganalisis besaran yang berhubungan antaran gerak linier dan gerak melingkar pada gerak menggelinding dengan laju konstan - Menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan prinsip roda-roda
yang saling berhubungan
b. Proses:
- Melakukan percobaan untuk menentukan hubungan jari-jari dengan periode pada suatu benda bergerak melingkar beraturan dengan:
1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi alat dan bahan percobaan, 3) menjelaskan cara kerja percobaan, 4) mencatat dan mentabulasikan data, 5) membuat grafik berdasarkan data yang diperoleh, 6) menganalisis data, 7) menyimpulkan.
2. Psikomotor
a. Merangkai peralatan percobaan. b. Melakukan percobaan untuk memperoleh data perpindahan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan perpindahan.
3. Afektif
a. Mengembangkan beberapa karakter, yaitu:
1) jujur,
commit to user
3) bertanggung jawab, b. Mengembangkan kemampuan untuk: 1) bertanya, 2) menyatakan pendapat, 3) berpikir kritis
2.3 Menerapkan Hukum Newton sebagai dasar dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan
1. Kognitif a. Produk
- Menyebutkan pernyataan hukum 1 Newton. - Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukum inersia)
dalam kehidupan sehari-hari. - Menerapkan hukum 1 Newton dalam sistem setimbang. - Menyebutkan pernyataan hukum 2 Newton. - Merumuskan pernyataan hukum 2 Newton. - Menjelaskan arti fisis rumus hukum 2 Newton tentang gerak. - Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 2 Newton dalam
kehidupan sehari-hari. - Mengambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda pada
suatu sistem tanpa gesekan. - Menghitung percepatan benda dalam sistem yang terletak pada bidang datar, bidang miring, dan sistem katrol tanpa gesekan. - Menyebutkan hukum 3 Newton tentang gerak. - Mengidentifikasi karakteristik hukum 3 Newton. - Menyebutkan penerapan prinsip hukum 3 Newton dalam kehidupan
sehari-hari - Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal - Menerapkan hukum Newton pada gerak melingkar
b. Proses
- Melakukan percobaan untuk menemukan konsep hukum 1 Newton
dengan 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi alat dan bahan percobaan, 3) menjelaskan cara kerja percobaan, 4) mencatat data, 5) menganalisis data,
- Melakukan percobaan untuk menyelidiki karakteristik gaya gesek statis
dan kinetis dengan: 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi alat dan bahan percobaan, 3) menjelaskan cara kerja percobaan, 4) mencatat data, 5) menganalisis data, 6) menyimpulkan.
- Melakukan percobaan untuk mebuktikan gaya aksi sama dengan reaksi
dengan: 1) merumuskan hipotesis, 2) mengidentifikasi alat dan bahan percobaan, 3) menjelaskan cara kerja percobaan, 4) mencatat dan mentabulasikan data, 5) menganalisis data, 6) menyimpulkan.
2. Psikomotor
a. Menemukan konsep hukum 1 Newton
1) Merangkai peralatan percobaan. 2) Melakukan percobaan untuk menemukan konsep inersia pada
commit to user
Kedua pakar dan praktisi/ guru yang memberikan expert judgement ditunjukkan pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Peserta Expert Judgement Indikator Penelitian Pengembangan
1. Dr. Sarwanto, S. Pd, M. Si
Pendidikan Fisika UNS
Pakar Mata Pelajaran Fisika
2. Sri Budiawanti, S. Si, M. Si
Pendidikan Fisika UNS
Pakar Mata Pelajaran Fisika
3. Drs. Bambang Budi H SMA Negeri 1 Surakarta Praktisi/ Guru Mata Pelajaran Fisika
b. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen Tes
Berdasarkan indikator pada Tabel 4.5 di atas, tersusunlah Silabus Pengembangan Penelitian (Lampiran 1). Dalam silabus pengembangan, indikator yang ada bukan hanya indikator aspek kognitif saja, melainkan terdapat pula indikator aspek psikomotor dan afektif. Selain itu, telah dispesifikkan teknik penilaian dan bentuk instrumen penilaian. Sehingga, silabus pengembangan tersusun dapat digunakan sebagai acuan penyusunan kisi-kisi intrumen tes yang dikembangkan. Tes yang dikembangkan ditujukan untuk mengukur kemampuan kognitif produk siswa, sehingga dalam penyusunan kisi-kisi instrumen tes, indikator-indikator yang diambil hanya indikator-indikator yang tercakup dalam aspek kognitif produk. Dalam penyusunan kisi-kisi instrumen tes, ditentukan jumlah soal untuk tiap indikator. Dalam hal ini, apabila satu indikator mencakup
b. Menyelidiki karakteristik gaya gesek statis dan kinetis
1) Merangkai peralatan percobaan. 2) Melakukan percobaan gerak benda pada bidang miring untuk
menyelidiki karakteristik gaya gesek statis dan kinetis. c. Membuktikan gaya aksi sama dengan reaksi 1) Merangkai peralatan percobaan. 2) Melakukan percobaan untuk membuktikan bahwa gaya aksi sama
dengan gaya reaksi.
3. Afektif
a. Mengembangkan beberapa karakter, yaitu: 1) jujur, 2) peduli, 3) bertanggung jawab.
b. Mengembangkan kemampuan untuk: 1) bertanya, 2) menyatakan pendapat, 3) berpikir kritis.
commit to user
materi yang cukup luas, maka satu indikator bisa dibuat lebih dari satu soal. Penyusunan kisi-kisi juga mempertimbangkan kemampuan siswa yang akan diukur yaitu kemampuan mengingat (remember/ C1), memahami (understand/ C2), menerapkan (apply/ C3), dan analisis (analyze/ C4). Kemudian, dibuat persentase jumlah soal yang digunakan untuk masing-masing kemampuan yang ditunjukkan pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Prosentase Butir Soal untuk Setiap Kemampuan Kognitif
No
Jenis Kemampuan
Kode
Persentase
Jumlah Soal
Kisi-kisi instrumen tes tersusun dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Penyusunan Instrumen Tes
Setelah kisi-kisi instrumen dirumuskan, mulai disusun instrumen tes yang akan dikembangkan. Langkah ini termasuk dalam tahap perancangan (Design). Instrumen tes yang dibuat adalah sebanyak dua paket, yaitu paket 1 yang diberi kode A dan paket 2 yang diberi kode B. Paket 2 disusun berdasarkan paket 1, artinya paket 2 identik dengan paket 1 yang telah diuji validitasnya oleh pakar dan praktisi. Instrumen A dan B masing-masing berjumlah 30 soal dengan alternatif lima jawaban.
Dalam penyusunan instrumen tes ini, pada awalnya kunci jawaban tes hanya berupa alternatif jawaban tanpa cara penyelesaian. Namun, hal itu menghambat proses koreksi, karena dalam melakukan telaah butir dilakukan pengecekan ulang kunci jawaban satu per satu dengan mengerjakan tes secara essay. Berdasarkan hal ini, maka pakar menyarankan agar instrumen tes disertai dengan kunci jawaban beserta cara penyelesaiannya supaya lebih jelas jawaban yang benar dan memudahkan dalam proses koreksi.
a. Expert Judgement Instrumen Tes
Menurut Thiagarajan (1974: 8), “expert appraisal is a technique for obtaining suggestions for the improvement of the material”, penilaian ahli/
commit to user
praktisi merupakan suatu teknik untuk memperoleh masukan untuk improvisasi materi/ perangkat. Berdasarkan masukan dari para ahli, perangkat/ instrumen direvisi agar lebih tepat, efektif, dan memiliki kualitas yang baik. Dalam hal ini, expert judgement dilakukan dengan melakukan telaah butir soal oleh pakar dan praktisi baik dari segi materi/ isi, konstruksi, dan bahasa. Expert judgement dilakukan oleh tiga pakar dan satu praktisi (Tabel 4.8). Salah satu dari ketiga pakar Fisika merupakan pakar Bahasa Inggris Fisika. Instrumen tes tersusun disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, sehingga dalam penyusunan instrumen berbahasa Inggris diperlukan expert judgement dari pakar yang menguasai Bahasa Inggris Fisika.
Tabel 4.8. Peserta Expert Judgement Instrumen Tes
1. Dr. Sarwanto, S. Pd, M. Si Pendidikan Fisika UNS Pakar Mata Pelajaran Fisika 2. Sri Budiawanti, S. Si, M. Si
Pendidikan Fisika UNS Pakar Mata Pelajaran Fisika 3. Drs. Bambang Budi H
SMA Negeri 1 Surakarta
Praktisi/ Guru Mata Pelajaran Fisika
4. Dra. Suparmi, MA, Ph. D
Program Studi Pasca Sarjana UNS
Pakar Mata Pelajaran Fisika dan Bahasa Inggris Fisika
Instrumen tes A yang sudah tersusun diberikan kepada masing-masing pakar dan praktisi/ guru untuk dikoreksi. Hasil dari expert judgement instrumen A dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Expert Judgement Instrumen A
No No Soal
Catatan Revisi
Hasil Revisi
1. 4 Indikator: Merumuskan suatu besaran dengan analisis dimensi. Soal kurang tepat, karena menemukan rumus energi potensial (potential energy) tanpa melakukan analisis dimensi, kemungkinan besar siswa sudah dapat menjawab.
Soal dibalik, yaitu memberikan dimensi suatu besaran, kemudian meminta siswa menentukan besaran yang mungkin berdasarkan rumus yang diperoleh dari analisis dimensi.
2. 8 Indikator: Menentukan besaran dan arah vektor. Salah kunci jawaban.
Telah dilakukan pembetulan kunci jawaban.
3. 9 Indikator: Menerapkan metode komponen vektor untuk memperoleh resultan vektor. Sudut-sudut pada gambar yang dibuat harus disesuaikan dengan besar sudut yang sebenarnya meskipun tidak harus tepat sama.
Gambar telah disesuaikan.
4. 13 Indikator: Menganalisis jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan, can percepatan benda
Soal sudah diganti.
commit to user
Tidak ada kunci jawaban yang benar. 5. 14 Indikator: Menemukan kecepatan atau jarak/ perpindahan berdasarkan luas daerah di bawah grafik hubungan kelajuan/ kecepatan dengan waktu. Salah kunci jawaban.
Telah dilakukan pembetulan kunci jawaban.
6. 21 Indikator: Menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan roda-roda. Tertulis huruf “p” pada setiap alternatif jawaban, seharusnya bukan “p” tetapi .
Telah dilakukan pembetulan dengan mengganti “p” menjadi .
7. 27 Indikator: Mengidentifikasi hukum 3 Newton. Pernyataan pada kunci jawaban yaitu “The two forces are equal and opposite so the bodies are on equilibrium” kurang tepat sebaiknya kunci jawabannya adalah “The two forces must act on a body”
Kunci jawaban diganti dengan alternatif jawaban B, yaitu “The two forces must act on a body”.
8. 29 Indikator: Menerapkan hukum Newton pada gerak vertikal. Salah kunci jawaban.
Telah dilakukan pembetulan kunci jawaban.
Dengan hasil tersebut, dilakukan beberapa revisi dan penyempurnaan instrumen tes. Beberapa tes yang hanya salah kunci dan penulisan dibetulkan, sedangkan tes yang perlu diganti, disusun ulang. Instrumen yang baru tersusun dan hasil revisi dilakukan expert judgement ulang sehingga dapat dijadikan tes dengan validitas yang baik. Hasil expert judgement dari revisi instrumen A dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Hasil Expert Judgement Revisi Instrumen A
No Nomor Soal
Catatan Revisi Kedua
Hasil Revisi
1. 22 Indikator: Mengidentifikasi penerapan prinsip hukum 1 Newton (hukum inersia) dalam kehidupan sehari-hari. Kata negatif sebaiknya dibold supaya lebih jelas.
Kata negatif pada soal telah dibold dan italic.
2. 25 Indikator: Menghitung percepatan benda dalam sisitem yang terletak pada bidang datar, bidang miring, dan sistem katrol tanpa gesekan. Soal harus diperjelas dengan memberi keterangan bahwa bidang licin (tanpa gesekan).
Telah dilakukan penambahan keterangan bahwa bidangnya licin.
3. 27 Indikator: Mengidentifikasi karkteristik hukum 3 Newton. Kata negatif sebaiknya dibold supaya lebih jelas.
Kata negatif pada soal telah dibold dan italic.
commit to user
Selanjutnya dari segi Bahasa Inggris yang digunakan dalam instrumen, dilakukan telaah oleh pakar dan terdapat beberapa koreksi sesuai dengan telaah butir soal pilihan ganda. Beberapa koreksi disebabkan penggunaan Bahasa Inggris yang kurang komunikatif sehingga dimungkinkan siswa tidak mudah mengerti. Hasil koreksi berdasarkan telaah bahasa disajikan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil Expert Judgement Bahasa Inggris Fisika
No Nomor Soal
Catatan Revisi
Hasil Revisi
1. 2 Pertanyaan “Which statement must be correct for the equation to be homogeneous?” sebaiknya diganti dengan “Which of the following statement is correct?”.
Telah diganti dengan “Which of the following statement is correct?”.
2. 6 “The following best expresses” sebaiknya diganti dengan “the most correct answer”.
Telah diganti dengan “The most correct answer”.
3. 7 Kata “identifies” sebaiknya diganti dengan “expresses”
Telah dilakukan perbaikan menjadi “expresses”.
4. 10 Frasa ”made by” sebaiknya diganti dengan “between”.
Telah dilakukan perbaikan menjadi “between”.
5. 16 Pertanyaan sebaiknya selaras dengan pernyataan sebelumnya. Pernyataan sebelumnya menggunakan “final velocity” sehingga dalam pertanyaan sebaiknya digunakan kata yang sama.
Telah dilakukan perbaikan menjadi “final velocity”.
6. 18 “Which of this following correctly describes” sebaiknya diganti “Which of the following statement is correct?”supaya lebih sederhana.
Pertanyaan telah diganti dengan “Which of the following statement is correct?”.
7. 20 Kata “after the electricity removal” diganti dengan “after the engine turned off”.
Pernyataan telah diganti dengan “after the engine turned off”.
8. 24 Kalimat pernyataan soal sebaiknya dibalik saja supaya selaras dengan pertanyaan.
Pernyataan telah dibalik.
9. 25 Kata “tied” sebaiknya diganti dengan “attached”.
Telah diganti dengan “attached”.
Instrumen A terevisi siap dijadikan acuan untuk penyusunan instrumen
B. Setelah instrumen B dirumuskan, dilakukan expert judgement terhadap instrumen. Hal ini juga dilakukan untuk memperoleh tes yang memiliki validitas yang baik. Hasil expert judgement menyatakan bahwa instrumen B tidak perlu dilakukan revisi sehingga kedua instrumen A dan B siap diujicobakan. Hasil telaah instrumen A dan B dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.
commit to user
3. Pelaksanaan Uji Coba
a. Uji Coba Peer Reviewer
Sebelum diujicobakan ke siswa, instrumen A dan B diujicobakan secara peer untuk memperoleh validasi dari peer reviewer. Langkah ini sudah mulai masuk pada tahap pengembangan (Develop). Uji coba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa respon, reaksi, komentar para pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Menurut Thiagarajan (1974:
8) ujicoba, revisi, dan ujicoba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat yang konsisten dan efektif. Masing-masing instrumen tes diujicobakan secara peer dengan peserta 2-5 orang. Uji coba ini dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Januari 2012. Hasil uji coba peer untuk instrumen A dan B dapar dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Keputusan berdasarkan uji coba ini dijelaskan sebagai berikut:
1) Instrumen A Uji coba ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh validasi peer reviewer. Hal ini dilakukan dengan mengujikan instrumen tes tersusun kepada sesama mahasiswa. Mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah empat orang (Tabel 4.12). Setiap mahasiswa diminta mengerjakan instrumen secara essay (menyertakan cara penyelesaian) sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan, yaitu 60 menit.
Tabel 4.12. Peserta Uji Coba Peer Instrumen A
1. Dian Wahyu Nur Ivanty
Pendidikan Fisika UNS
Mahasiswa 2. Mufid Habibi
Pendidikan Fisika UNS
Mahasiswa 3. Wahyu Setyawan
Pendidikan Fisika UNS
Mahasiswa 4. Siti Nurrohmah
Pendidikan Fisika UNS
Mahasiswa
Berdasarkan hasil uji coba, dapat diketahui bahwa dengan alokasi waktu
60 menit, rata-rata responden menjawab 28 butir dari 30 butir soal yang diteskan. Hasil ini mengindikasikan bahwa apabila instrumen tersebut diaplikasikan ke siswa SMA, alokasi waktu 60 menit belum cukup untuk mengerjakan semua soal yang diujikan. Dengan hasil ini, alokasi waktu ditambah menjadi 90 menit.
Sedangkan ditinjau dari kesesuaian dengan kunci jawaban, diketahui bahwa 11 butir soal dari 30 soal yang diujikan berhasil dijawab dengan benar
commit to user
sesuai dengan kunci jawaban oleh responden, yaitu nomor 1, 3, 4, 7, 9, 13, 14, 15,
16, 17, 22. Sedangkan 19 soal lainnya berhasil dijawab dengan benar oleh sebagian responden dan dijawab salah oleh responden yang lain. Dengan hasil ini, dilakukan interview dengan responden yang hasilnya secara rinci dijelaskan pada Tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13. Hasil Peer Reviewer Instrumen A
No Nomor Soal
Keterangan
Kesimpulan
1. 2 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena responden tersebut salah dalam konsep pemahaman soal.
Instrumen dapat dikatakan valid dan dapat digunakan.
2. 5 Dua responden menjawab dengan benar, sedangkan dua responden lainnya menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban. Setelah dilakukan wawancara, diketahui bahwa keduanya disebabkan oleh faktor cetakan gambar yang kurang jelas, sehingga skala nonius yang berimpit dengan skala utama agak kabur.
Instrumen dapat dikatakan valid dengan revisi untuk memperjelas gambar.
3. 6 Tiga responden menjawab dengan benar dan satu responden lain menjawab salah karena lupa dengan konsep angka penting pada operasi perkalian.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
4. 8 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan tiga responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban karena faktor kekurangtelitian responden dalam perhitungan matematisnya.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
5. 10 Dua responden menjawab dengan benar. Jawaban satu responden lain tidak sesuai dengan kunci jawaban karena faktor kekurangtelitian perhitungan, sedangkan satu responden lainnya tidak menjawab soal karena tidak dapat mencerna soal dengan benar dan tidak sempat mencoba menjawab karena alokasi waktu sudah berakhir.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
6. 11 Tiga responden menjawab dengan benar dan satu responden lain menjawab salah karena kurang memahami konsep untuk membedakan speed dan velocity.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
7. 12 Tiga responden menjawab dengan benar dan satu responden lain menjawab salah karena kurang teliti dalam perhitungan.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
8. 18 Semua responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci. Salah satu responden tidak menjawab, karena lupa dan tidak sempat menjawab karena alokasi waktu yang diberikan telah berakhir. Tiga responden lainnya menjawab salah karena lupa dengan konsep gerak melingkar. Setelah dilakukan diskusi, ketiga responden setuju dengan pernyataan pada kunci jawaban.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
9. 19 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden menjawab dengan jawaban yang
Instrumen valid dan dapat digunakan.
commit to user
tersebut kurang teliti dalam mencerna soal. 10. 20 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan tiga responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama dan ketiga kurang teliti dalam menghitung, responden kedua lupa dengan konsep dan rumus pada gerak melingkar.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
11. 21 Dua responden menjawab dengan benar. Jawaban responden kedua tidak sesuai dengan kunci jawaban karena kurang memahami soal sehinngga terjadi kesalahan analisis, sedangkan satu responden lainnya menjawab salah karena faktor kekurangtelitian perhitungan.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
12. 23 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena responden tersebut kurang teliti dalam menghitung.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
13. 24 Semua responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban, disebabkan karena ada angka yang tidak muncul pada variabel yang ditentukan. Setelah dilakukan diskusi, semua responden setuju dengan jawaban pada kunci jawaban yang telah tersusun.
Instrumen valid dan dapat digunakan dengan catatan bahwa ketika soal dicetak, harus lebih diteliti kembali.
14. 25 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden tidak menjawab karena malas menghitung (soal dilewati) dan tidak sempat mencoba menghitung karena alokasi waktu telah berakhir.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
15. 26 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena responden tersebut kurang teliti dalam menghitung.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
16. 27 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena responden tersebut salah konsep dalam memahami hukum 3 Newton.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
17. 28 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena responden masih belum paham dengan konsep aksi reaksi untuk menentukan gaya kontak.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
18. 29 Tiga responden menjawab dengan benar, sedangkan salah satu responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena responden tersebut salah konsep dalam memahami penerapan hukum Newton dalam gerak vertikal.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
19. 30 Dua responden menjawab dengan benar. Responden kedua menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena responden tersebut lupa dalam penerapan hukum Newton pada gerak melingkar, sedangkan responden ketiga menjawab kebalikan dengan jawaban karena berbeda persepsi dalam memahami soal.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
commit to user
Berdasarkan hasil uji coba peer tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa kesalahan penulisan ataupun masalah cetakan pada instrumen yang diteskan sehingga perlu dilakukan pengecekan ulang tes sebelum diujicobakan. Selain itu, dalam penyajian gambar juga harus diperjelas supaya ketika instrumen diperbanyak tidak mengurangi kejelasan soal. Hasil ini menunjukkan bahwa semua instrumen A telah valid dan dapat digunakan karena jawaban peserta tes sesuai dengan yang diharapkan pada penelitian pengembangan ini, artinya instrumen tersusun sudah sesuai untuk mengukur kemampuan siswa berdasarkan indikator-indikator pembelajaran yang akan dicapai.
2) Instrumen B Instrumen B diujicobakan dengan peserta berjumlah tiga orang (Tabel 4.14). Setiap mahasiswa diminta mengerjakan instrumen secara essay (menyertakan cara penyelesaian) sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan, yaitu 60 menit.
Tabel 4.14. Peserta Uji Coba Peer Instrumen B
1. Tutut Widowati
Pendidikan Fisika UNS
Mahasiswa 2. Yulian Adi Setyono
Pendidikan Fisika UNS
Mahasiswa 3. Dhika Pratama K H
Pendidikan Fisika UNS
Mahasiswa
Berdasarkan hasil uji coba, dapat diketahui bahwa dengan alokasi waktu
60 menit, ketiga responden mampu menjawab 24 butir sampai 28 soal dari 30 butir soal yang diteskan. Hasil ini mengindikasikan bahwa apabila instrumen tersebut diaplikasikan ke siswa SMA, alokasi waktu 60 menit belum cukup untuk mengerjakan semua soal yang diujikan. Dengan hasil ini, alokasi waktu ditambah menjadi 90 menit.
Sedangkan ditinjau dari kesesuaian dengan kunci jawaban, diketahui bahwa 8 butir soal dari 30 soal yang diujikan berhasil dijawab dengan benar sesuai dengan kunci jawaban oleh responden, yaitu nomor 1, 3, 5, 8, 11, 12, 14,
24. Sedangkan 22 soal lainnya berhasil dijawab dengan benar oleh sebagian responden dan dijawab salah atau tidak dijawab oleh responden yang lain. Dengan hasil ini, dilakukan interview dengan responden yang hasilnya secara rinci dijelaskan pada Tabel 4.15 berikut:
commit to user
Tabel 4.15. Hasil Peer Reviewer Instrumen B
No Nomor Soal
Keterangan
Kesimpulan
1. 2 Responden pertama menjawab dengan benar. Responden kedua menjawab salah karena kurang memahami soal berbahasa Inggris. Sedangkan responden ketiga menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena kurang teliti dalam menjawab.
Instrumen dapat dikatakan valid dan dapat digunakan.
2. 4 Responden pertama tidak menjawab, karena soal berbahasa Inggris jadi dilewati dan tidak sempat menjawab karena alokasi waktu telah berakhir. Responden kedua tidak dapat mencerna soal dengan baik, sehingga dilewati dan tidak sempat menjawab karena alokasi waktu telah berakhir. Namun, setelah dilakukan diskusi, kedua responden setuju dengan kunci jawaban. Sedangkan responden ketiga menjawab dengan jawaban sesuai dengan kunci jawaban.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
3. 6 Dua responden tidak menjawab karena belum sempat menghitung. Sedangkan satu responden lain, menjawab dengan jawaban yang berbeda dengan kunci jawaban. Jawaban responden tersebut tidak ada dalam alternatif jawaban yang tersedia. Setelah dilakukan diskusi, diketahui bahwa alternatif jawaban yang disediakan memang belum ada kunci jawabannya, sehingga dilakukan revisi.
Instrumen valid dan daat digunakan dengan catatan harus dilakukan revisi alternatif jawaban.
4. 7 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan dua responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama salah menjawab karena faktor kekurangtelitian responden, sedangkan responden kedua lupa.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
5. 9 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan dua responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden kedua salah menjawab karena lupa rumusnya, sedangkan responden ketiga kurang teliti dalam menghitung.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
6. 10 Semua responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama kurang teliti dalam menghitung sehingga jawabannya terbalik. Responden kedua tidak menjawab karena lupa dengan rumusnya, sedangkan responden ketiga tidak paham dengan soal karena soal berbahasa Inggris. Setelah dilakukan diskusi, ketiga responden setuju dengan pernyataan pada kunci jawaban.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
7. 13 Dua responden menjawab dengan jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban, sedangkan satu responden lainnya salah dalam menganalisis grafik karena salah pemahaman terhadap konsep.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
8. 15 Terjadi kesalahan pengetikan soal, sehingga jawaban tidak ada dalam alternatif yang tersedia. Setelah dilakukan diskusi, semua responden setuju dengan kunci jawaban tersusun dengan merevisi soal.
Instrumen valid dan dapat digunakan dengan revisi soal.
commit to user
dan dua responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden kedua salah menjawab karena tidak tahu caranya, sedangkan responden ketiga kurang teliti dalam menghitung.
dapat digunakan.
10. 17 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan dua responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama dan kedua kurang teliti dalam menghitung.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
11. 18 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan dua responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama kurang teliti, sedangkan responden kedua lupa.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
12. 19 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan dua responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden kedua lupa dengan rumusnya, sedangkan responden ketiga salah konsep dalam menghitung frekuensi. Setelah dilakukan diskusi, ketiga responden setuju dengan kunci jawaban yang tersusun.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
13. 20 Semua responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama tidak menjawab soal karena soal berbahasa Inggris dilewati dan tidak sempat menjawab karena alokasi waktu telah berakhir. Responden kedua lupa dengan rumus yang digunakan. Sedangkan responden ketiga kurang bisa memahami soal yang berbahasa Inggris. Setelah dilakukan diskusi, semua responden setuju dengan jawaban pada kunci jawaban yang telah tersusun.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
14. 21 Hanya satu responden yang menjawab dengan benar dan dua responden lain menjawab tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden kedua lupa, sedangkan responden ketiga kurang teliti.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
15. 22 Dua responden menjawab sesuai dengan kunci jawaban, sedangkan satu responden lainnya menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena tidak teliti dalam membaca soal.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
16. 23 Semua responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama bingung dengan cara yang digunakan, responden kedua lupa konsep kesetimbangan, sedangkan responden ketiga tidak menjawab karena alokasi yang diberikan telah berakhir. Setelah dilakukan diskusi, semua responden setuju dengan jawaban pada kunci jawaban yang telah tersusun.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
17. 25 Dua responden menjawab sesuai dengan kunci jawaban, sedangkan satu responden lainnya menjawab tidak menjawab karena soal berbahasa Inggris dilewati dan tidak sempat menjawab karena alokasi waktu telah berakhir.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
18. 26 Dua responden menjawab sesuai dengan kunci jawaban, sedangkan satu responden lainnya menjawab tidak menjawab karena merasa soalnya
Instrumen valid dan dapat digunakan.
commit to user
karena alokasi waktu telah berakhir. 19. 27 Semua responden menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban. Responden pertama kurang teliti dalam membaca soal, karena soal berbahasa Inggris. Responden kedua kurang paham konsep hukum 3 Newton, sedangkan responden ketiga tidak menjawab karena soal berbahasa Inggris sehingga tidak dapat memahami soal. Setelah dilakukan diskusi, semua responden setuju dengan jawaban pada kunci jawaban yang telah tersusun.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
20. 28 Dua responden menjawab sesuai dengan kunci jawaban, sedangkan satu responden lainnya menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena kurang teliti dalam perhitungan.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
21. 29 Dua responden menjawab sesuai dengan kunci jawaban, sedangkan satu responden lainnya menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban karena kurang teliti dalam perhitungan.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
22. 30 Dua responden menjawab sesuai dengan kunci jawaban, sedangkan satu responden lainnya tidak menjawab karena tidak paham dengan konsep penerapan hukum Newton pada gerak melingkar.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
Berdasarkan hasil uji coba peer tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat satu soal yang belum ada kunci jawabannya, sehingga perlu dilakukan revisi alternatif jawaban. Setelah dilakukan revisi, maka dapat dikatakan bahwa semua instrumen B telah valid dan dapat digunakan.
b. Pelaksanaan Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan untuk mengetahui karakteristik internal dan reliabilitas soal. Instrumen tes yang diujicobakan telah diuji validitasnya melalui penelaahan tiap butir soal oleh pakar dan praktisi/ guru serta telah dilakukan validasi peer reviewer. Hasil uji coba ini akan menjadi instrumen yang siap untuk didiseminasikan. Uji coba terbatas dilakukan dengan mengujikan instrumen A dan
B pada masing-masing 15 siswa RSBI. Setiap 15 peserta terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Uji coba dilakukan pada hari Kamis tanggal 23 Februari 2012 di kelas X-10. Pemilihan kelas ini didasarkan pada komposisi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta
commit to user
keadaan kelas yang tenang dan kondusif sehingga tidak mengurangi keobjektifan jawaban siswa.
Hasil uji coba dianalisis daya beda, tingkat kesukaran, dan efektivitas distraktor yang menjadi karakteristik internal instrumen yang dikembangkan. Jawaban siswa diolah menjadi data dikotomous dengan skor 1-0. Untuk jawaban benar diberi skor 1 sedangkan untuk jawaban yang salah atau tidak dijawab mendapat skor 0. Hasilnya dianalisis menggunakan Program Ms. Excel untuk memperoleh daya beda dan tingkat kesukaran soal. Pemilihan Ms. Excel dilakukan karena supaya proses perhitungan untuk memperoleh daya beda dan tingkat kesukaran lebih jelas. Kesimpulan tentang daya beda dan tingkat kesukaran soal, serta analisis efektivitas distraktor didasarkan pada teori tes klasik.
Daya beda, tingkat kesukaran soal, dan efektivitas distraktor untuk masing-masing instrumen dijelaskan sebagai berikut:
1) Instrumen A Hasil uji coba instrumen A pada 15 orang siswa menghasilkan daya beda dan tingkat kesukaran soal yang ditunjukkan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16. Hasil Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Instrumen A
Nomor Soal
Daya Beda
Tingkat Kesukaran
Nomor
Soal
Daya Beda
Tingkat Kesukaran
1. 0,000
0,733
16. 0,429
0,333
2. 0,429
0,333
17. -0,429
0,667
3. 0,286
0,733
18. 0,000
0,000
4. -0,143
0,600
19. 0,286
0,467
5. 0,143
0,667
20. 0,000
0,067
6. 0,000
0,000
21. 0,286
0,400
7. -0,143
0,067
22. 0,571
0,467
8. 0,429
0,600
23. 0,286
0,400
9. 0,429
0,667
24. -0,143
0,933
10. 0,143
0,600
25. 0,286
0,600
11. -0,143
0,067
26. 0,000
0,533
12. -0,286
0,733
27. 0,571
0,533
13. 0,143
0,600
28. 0,286
0,467
14. 0,143
0,333
29. 0,286
0,400
15. 0,286
0,467
30. 0,000
0,133
commit to user
a) Daya Beda Analisis daya beda menunjukkan bahwa soal nomor 2, 8, 9, 16, 22, dan
27 memiliki daya beda lebih dari 0,30, sehingga dapat dikategorikan baik, artinya soal tersebut dapat dengan baik membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Soal yang mempunyai daya beda baik dapat diterima. Selanjutnya, soal nomor 3, 15, 19, 21, 23, 25, 28 dan 29 mempunyai daya beda 0,2 D<0,3 yang artinya cukup. Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut sudah cukup membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Sedangkan soal nomor
1, 5, 6, 10, 13, 14, 18, 20, 26, dan 30 memiliki daya beda yang jelek yaitu <0,2, artinya belum dapat membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Soal yang memiliki daya beda jelek tidak langsung ditolak tetapi masih dipertimbangkan dengan melihat karakteristik internal lainnya. Untuk soal nomor
4, 7, 11, 12, 17 dan 24 memiliki daya beda negatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:213), soal yang memiliki daya beda negatif sebaiknya dibuang, sehingga soal-soal tersebut tidak digunakan.
b) Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran instrumen A menunjukkan bahwa 13,33% soal tergolong mudah yaitu soal nomor 1, 3, 12, dan 24. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa yang dapat menjawab soal tersebut bukan hanya siswa pada kelompok atas saja atau dapat dikatakan tidak diperlukan kemampuan yang tinggi untuk dapat mengerjakan soal-soal tersebut. Soal yang tergolong sedang sebanyak 66,67% yaitu soal nomor 2, 4, 5, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 17, 19, 21, 22, 23,
25, 26, 27, 28, dan 29. Hal itu menunjukkan bahwa soal tersebut dapat dijawab oleh kelompok atas dan kelompok bawah dengan proporsi yang tepat artinya kelompok atas lebih banyak yang dapat menjawab jika dibandingkan dengan kelompok bawah. Sedangkan soal yang dapat dikategorikan sulit adalah soal nomor 6, 7, 11, 18, 20, dan 30 dengan persentase 20,00%. Soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi menunjukkan bahwa untuk menjawab soal tersebut diperlukan tingkat kemampuan yang tinggi. Persentase soal mudah, sedang, dan sukar berdasarkan tingkat kesukaran ditunjukkan pada Tabel 4.17.
commit to user
Tabel 4.17. Prosentase Soal Kategori Mudah, Sedang, dan
Instrumen A
Nomor Butir Soal
f Kriteria
Keterangan: P: Tingkat Kesukaran
f: Frekuensi
c) Efektivitas Distraktor Efektivitas distraktor dianalisis untuk mengetahui berfungsi tidaknya distraktor/ pengecoh pada tiap butir item. Distraktor berfungsi dengan baik apabila jumlah pemilih kunci jawaban yang benar lebih banyak dari pada yang memilih distraktor, jumlah kelompok bawah yang memilih distraktor lebih banyak dibandingkan kelompok atas, dan setiap distraktor dipilih oleh paling sedikit 2% dari peserta tes. Instrumen A diujikan pada 15 siswa, sehingga dalam hal ini distraktor yang dipilih minimal satu siswa dapat dikatakan berfungsi dengan baik. Apabila distraktor belum dipilih siswa maka distraktor tersebut perlu direvisi.
Butir soal yang semua distraktornya berfungsi adalah soal nomor 2, 3,
7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30. Hal ini menunjukkan bahwa minimal terdapat seorang siswa yang memilih distraktor yang tersedia. Sedangkan distraktor yang terdapat pada soal nomor 1, 4, 5, 6, 10,
13, 19, 20, dan 24, beberapa tidak berfungsi karena sama sekali tidak dipilih oleh siswa. Jika di antara soal-soal tersebut terpilih dalam pemilihan soal dari instrumen A dan B, maka perlu dilakukan revisi. Namun, apabila soal tersebut
commit to user
tidak terpilih atau dibuang, maka tidak dilakukan revisi. Analisis efektivitas distraktor ditunjukkan pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Analisis Efektivitas Distraktor Instrumen A
No Item
Kunci Jawaban
Pilihan Jawaban (A, B, C, D,E) yang dipilih lebih dari
2% siswa
Pilihan Jawaban (A, B, C, D,E) yang dipilih kurang dari 2% siswa
1 B C, E
A, D
2 D A, B, C, E
3 A B, C, D, E
4 A B, C, D
5 C A, D, E
6 E A, C, D
7 D A, B, C, E
8 D A, B, C, E
9 E A, B, C, D
10 D A, B
C, E
11 E A, B, C, D
12 C A, B, D, E
13 E A, B
C, D
14 B A, C, D, E
15 A B, C. D, E
16 E A, B, C, D
17 C A, B, D, E
18 D A, B, C, E
19 A B, E
C, D
20 B A, C, D
21 B A, C, D, E
22 E A, B, C, D
23 C A, B, D, E
24 D C A, B, E
25 C A, B, D, E
26 A B, C, D, E
27 B A, C, D, E
28 A B, C, D, E
29 C A, B, D, E
30 D A, B, C, E
commit to user
d) Reliabilitas Tes Berdasarkan hasil ini, reliabilitas soal dicari dengan metode Kuder- Richardson (KR-20) dan hasilnya menunjukkan tingkat reliabilitas yang rendah
(r 11 = 0,294) karena 0,20 ≤ r 11 < 0,40 (Suharsimi Arikunto, 2005: 100). Rendahnya
reliabilitas instrumen mengakibatkan perlunya dilakukan pembuangan soal yang menyebabkan reliabilitas instrumen menjadi rendah. Instrumen yang memiliki daya beda negatif (Suharsimi Arikunto, 2005: 213) dan tidak banyak menyumbangkan skor terhadap skor keseluruhan (Anas Sudijono, 2005: 182) tidak dipakai. Instrumen A yang memiliki daya beda negatif yaitu nomor 4, 7, 11,
12, 17, dan 24 dibuang. Butir soal yang tidak banyak memberikan dukungan terhadap skor peserta tes kesuluruhan juga dibuang, yaitu soal nomor 6, 18, 20,
26, dan 30. Setelah dilakukan eliminasi terhadap butir-butir soal tersebut, reliabilitas soal menjadi r 11 =0,660 sehingga dapat dikategorikan instrumen
tersebut telah memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui soal-soal dari instrumen A yang dapat dipakai yaitu soal nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10,
13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 25, 27, 28, dan 29.
2) Instrumen B Hasil uji coba instrumen B pada 15 orang siswa menghasilkan daya beda dan tingkat kesukaran soal yang ditunjukkan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Hasil Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Instrumen B
Nomor Soal
Daya
Beda
Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran
1. 0,286
0,733
16. -0,286
0,333
2. -0,429
0,200
17. -0,286
0,467
3. -0,143
0,600
18. 0,286
0,400
4. 0,000
0,000
19. 0,429
0,800
5. 0,429
0,667
20. 0,286
0,133
6. 0,000
0,267
21. 0,143
0,200
7. 0,286
0,667
22. 0,429
0,733
8. 0,429
0,800
23. 0,000
0,000
9. 0,143
0,667
24. -0,571
0,733
10. 0,429
0,467
25. 0,000
0,867
11. 0,286
0,400
26. 0,286
0,733
12. 0,429
0,533
27. 0,000
0,333
13. 0,571
0,533
28. 0,143
0,333
14. 0,286
0,333
29. 0,000
0,400
15. -0,286
0,333
30. 0,286
0,400
commit to user
a) Daya Beda Berdasarkan hasil analisis daya beda, dapat diketahui bahwa terdapat tujuh soal yang memiliki daya beda baik yaitu soal nomor 5, 8, 10, 12, 13, 19, dan
22. Soal dikatakan memiliki daya beda baik apabila memiliki daya beda lebih dari 0,30 yang dapat diartikan bahwa soal tersebut mampu dengan baik membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Soal yang mempunyai daya beda baik dapat diterima. Selanjutnya, terdapat delapan soal yaitu soal nomor 1, 7, 11, 14,
18, 20, 26, dan 30 yang mempunyai daya beda 0,2 D<0,3. Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut sudah cukup membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Sedangkan soal nomor 4, 6, 9, 21, 23, 25, 27, 28, dan 29 memiliki daya beda yang jelek yaitu <0,2, artinya belum dapat membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Soal yang memiliki daya beda jelek tidak langsung dibuang tetapi dipertimbangkan. Terdapat enam soal yang harus dibuang yaitu soal nomor 2, 3, 15, 16, 17, dan 24 karena memiliki daya beda negatif. Menurut Suharsimi Arikunto (2005:213), soal yang memiliki daya beda negatif sebaiknya dibuang, sehingga soal-soal tersebut tidak digunakan.
b) Tingkat Kesukaran Persentase soal berdasarkan tingkat kesukarannya dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut:
Tabel 4.20. Prosentase Soal Kategori Mudah, Sedang, dan
Instrumen B
Nomor Butir Soal
f Kriteria
1,00 0,00% 0,90
0,00% 0,80
8, 19, 25
3 10,00% 0,70
1, 22, 24, 26
4 13,33% Jumlah
7 Mudah
23,33% 0,60
3, 5, 7, 9
4 13,33% 0,50
12, 13
2 6,67% 0,40
10, 11, 17, 18, 29, 30
6 20,00% 0,30
14, 15, 16, 27, 28
5 16,67% Jumlah
17 Sedang
56,67% 0,20
2, 6, 21
3 10,00% 0,10
20 1 3,33% 0,00
4, 23
2 6,67% Jumlah
6 Sulit
20,00%
commit to user
Keterangan: P: Tingkat Kesukaran
f: Frekuensi
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa tingkat kesukaran soal: (a) mudah sebanyak 23,33%, yaitu soal nomor 1, 8, 19, 22, 24, 25, dan 26, (b) sedang sebanyak 56,67% yaitu soal nomor 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 27,
28, 29, dan 30, dan (c) sukar sebanyak 20,00% yaitu soal nomor 2, 4, 6, 20, 21,
23. Soal mudah menunjukkan siswa yang dapat menjawab soal tersebut bukan hanya siswa pada kelompok atas saja atau dapat dikatakan tidak diperlukan kemampuan yang tinggi untuk dapat mengerjakan soal-soal tersebut. Soal yang tergolong sedang adalah soal menunjukkan bahwa soal tersebut dapat dijawab oleh kelompok atas dan kelompok bawah dengan proporsi yang tepat artinya kelompok atas lebih banyak yang dapat menjawab jika dibandingkan dengan kelompok bawah. Sedangkan soal yang dapat dikategorikan sukar memiliki tingkat kesukaran tinggi dan menunjukkan bahwa untuk menjawab soal tersebut diperlukan tingkat kemampuan yang tinggi.
c) Efektivitas Distraktor Efektivitas distraktor dianalisis untuk mengetahui berfungsi tidaknya distraktor/ pengecoh pada tiap butir item. Distraktor berfungsi dengan baik apabila dipilih oleh paling sedikit 2% dari peserta tes. Instrumen B diujikan pada
15 siswa, sehingga dalam hal ini distraktor yang dipilih minimal satu siswa dapat dikatakan berfungsi dengan baik. Apabila distraktor belum dipilih siswa maka distraktor tersebut perlu direvisi.
Tabel 4.21 menyajikan analisis efektivitas distraktor untuk instrumen B. Berdasarkan analisis, distraktor yang berfungsi semua terdapat pada soal nomor 1,
2, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 26, 27 dan 30. Distraktor berfungsi baik menunjukkan bahwa distraktor tersebut dipilih minimal seorang peserta tes. Sedangkan pada soal nomor 3, 4, 6, 8, 15, 16, 17, 22, 23, 24, 25, 28, dan 29 terdapat beberapa distraktor yang tidak berfungsi dengan baik karena sama sekali tidak dipilih oleh peserta tes. Distraktor yang kurang efektif atau tidak berfungsi dengan baik sebaiknya direvisi. Dalam hal ini, pelaksanaan revisi distraktor
commit to user
ditentukan setelah pemilihan soal. Apabila soal terpilih masih terdapat distraktor yang tidak berfungsi maka distraktor tersebut akan direvisi.
Tabel 4.21. Analisis Efektivitas Distraktor Instrumen B
No Item
Kunci Jawaban
Pilihan Jawaban (A, B, C,
D,E) yang dipilih lebih
dari 2% siswa
Pilihan Jawaban (A, B, C, D,E) yang dipilih kurang dari 2% siswa
1 D A, B, C, E
2 E A, B, C, D
3 A B, C, E
4 B D, E
A, C
5 E A, B, C, D
6 E A, C, D
7 B A, C, D, E
8 C E A, B, D
9 B A, C, D, E
10 E A, B, C, D
11 B A, C, D, E
12 A B, C, D, E
13 A B, C, D, E
14 D A, B, C, E
15 E A, B, D
16 A B, C, D
17 D B, C, E
18 D A, B, C, E
19 E A, B, C, D
20 A B, C, D, E
21 D A, B, C, E
22 D C A, B, E
23 C B, D, E
24 D B A, C, E 25 A B C, D, E
26 B A, C, D, E
27 E A, B, C, D
28 A B, C, E
29 E A, B, C
30 D A, B, C, E
commit to user
d) Reliabilitas Tes Reliabilitas instrumen B juga dihitung dengan metode Kuder-Richardson (KR-20). Reliabilitas instrumen B tergolong sangat rendah (r 11 = 0,102) karena 0,00 ≤ r 11 < 0,20 (Suharsimi Arikunto, 2005: 100), sehingga diperlukan eliminasi soal-soal yang menyebabkan reliabilitas instrumen menjadi rendah. Eliminasi soal berdasarkan daya beda dan sumbangan skor item terhadap skor keseluruhan. Soal yang dieliminasi memiliki daya beda instrumen (Suharsimi Arikunto, 2005: 213) dan tidak banyak menyumbangkan skor terhadap skor keseluruhan (Anas Sudijono, 2005: 182). Instrumen B yang memiliki daya beda instrumen yaitu nomor 2, 3, 15, 16, 17 dan 24. Sedangkan butir instrumen yang tidak banyak memberikan sumbangan terhadap skor kesuluruhan yaitu soal nomor 4, 6, 21, dan
23. Soal-soal tersebut dieliminasi sehingga tidak digunakan. Setelah dilakukan eliminasi terhadap butir-butir soal tersebut, reliabilitas soal menjadi r 11 =0,672
sehingga dapat dikategorikan instrumen tersebut telah memiliki reliabilitas yang tinggi.
Dengan demikian, dapat diketahui soal-soal dari instrumen B yang dapat dipakai yaitu soal nomor 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 22, 26, 27, 28,
29, dan 30. Jawaban peserta tes dan hasil perhitungan analisis butir dan uji reliabilitas tes instrumen A dan B dapat dilihat pada Lampiran 7-12.
3) Pemilihan Soal Pemilihan soal dilakukan berdasarkan analisis di atas. Soal-soal terpilih akan diimplementasikan dalam tahap diseminasi (disseminate). Dapat diketahui bahwa butir soal dari instrumen A yang dapat dipakai adalah nomor 1, 2, 3, 5, 8,
9, 10, 13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 25, 27, 28, dan 29, sedangkan instrumen dari paket B yang dapat dipakai adalah nomor 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 18, 19,
20, 22, 26, 27, 28, 29, dan 30. Dalam penelitian pengembangan ini, jumlah instrumen yang dikembangkan adalah 30 soal, sehingga berdasarkan kedua paket instrumen tersusun diambil sebanyak 30 soal dari masing-masing instrumen yang dapat dipakai. Kriteria pemilihan soal menggunakan hasil uji daya beda, tingkat kesukaran, dan efektivitas distraktor. Daya beda instrumen yang digunakan
commit to user
minimal memenuhi kriteria cukup. Tingkat kesukaran dipertimbangkan sesuai dengan tingkat kemampuan yang diukur, sedangkan efektivitas distraktor ditentukan berdasarkan hasil analisis distraktor yang berfungsi baik. Hasilnya dapat ditunjukkan pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Instrumen yang dapat Dipakai
Nomor
Soal
A B Nomor
Apabila dalam satu nomor soal semua instrumen baik dari paket A maupun paket B dapat dipakai, dipilih salah satu yang memiliki daya beda lebih tinggi dan tingkat kesukaran sedang. Berdasarkan Tabel 4.16, terdapat beberapa soal yang tidak tersedia baik dari instrumen A maupun instrumen B, yaitu soal nomor 4, 6, 17, dan 24. Dengan demikian perlu dilakukan penyusunan instrumen baru untuk nomor-nomor soal tersebut. Sedangkan butir soal yang digunakan adalah soal nomor 1 dari paket B, nomor 2 dan 3 dari paket A, nomor 5 dan 7 dari paket B, nomor 8 dan 9 dari paket A, nomor 10, 11, 12, 13, 14 dari paket B, nomor 15 dan 16 dari paket A, nomor 18, 19, dan 20 dari paket B, nomor 21, 22,
23, dan 25 dari paket A, nomor 26 dari paket B, nomor 27, 28, dan 29 dari paket
A, dan nomor 30 dari paket B. Karakteristik soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.23.
commit to user
Tabel 4.23. Karekteristik Soal Terpilih
Daya Beda
Tingkat Kesukaran
Efektivitas Distraktor
1 B Cukup
Mudah
Baik
2 A Baik
Sedang
Baik
3 A Cukup
Mudah
Baik
5 B Baik
Sedang
Baik
7 B Cukup
Sedang
Baik
8 A Baik
Sedang
Baik
9 A Baik
Sedang
Baik
10 B Baik
Sedang
Baik
11 B Cukup
Sedang
Baik
12 B Baik
Sedang
Baik
13 B Baik
Sedang
Baik
14 B Cukup
Sedang
Baik
15 A Cukup
Sedang
Baik
16 A Baik
18 B Cukup
Sedang
Baik
19 B Baik
Mudah
Baik
20 B Cukup
Sukar
Baik
21 A Cukup
Sedang
Baik
22 A Baik
Sedang
Baik
23 A Cukup
25 A Cukup
Sedang
Baik
26 B Cukup
Mudah
Baik
27 A Baik
Sedang
Baik
28 A Cukup
Sedang
Baik
29 A Cukup
Sedang
Baik
30 B Cukup
Sedang
Baik
Instrumen tes hasil pemilihan soal dari instrumen A dan B dapat dilihat pada Lampiran 13.
c. Penyusunan Instrumen Baru
Berdasarkan analisis butir pada uji coba terbatas, terdapat beberapa soal dari kedua instrumen A dan B yang harus dibuang yaitu nomor 4, 6, 17, dan 24. Sehingga instrumen pada nomor-nomor tersebut belum tersedia dan perlu disusun lagi. Penyusunan instrumen ini atas dasar daya beda dan tingkat kesukarannya. Selanjutnya dilakukan expert judgement untuk memperoleh validitas instrumen tersebut.
commit to user
1) Expert Judgement Soal nomor 4 dari instrumen A memiliki daya beda negatif dan tingkat kesukaran sedang sedangkan pada instrumen B daya bedanya jelek dan sukar. Sehingga instrumen baru disusun berdasarkan instrumen B tetapi dengan sedikit menurunkan tingkat kesukaran soal. Hal ini dilakukan dengan menggunakan besaran-besaran yang sering dijumpai oleh siswa. Soal nomor 6 dari instrumen A dan B memiliki daya beda yang jelek dan sukar sehingga instrumen baru dibuat lebih mudah, yaitu dengan menyajikan soal dalam bentuk supaya memudahkan siswa dalam menghitung. Soal nomor 17 dari kedua instrumen A dan B menghasilkan daya beda yang negatif tetapi soal dapat dikategorikan sedang, sehingga instrumen baru yang disusun identik dengan instrumen sebelumnya dan lebih memperhatikan kategori kemampuan kognitif yang akan diukur. Sedangkan soal nomor 24 menghasilkan daya beda yang negatif dan dikategorikan mudah, sehingga instrumen baru yang disusun sedikit ditingkatkan kesukarannya. Hasil expert judgement dapat dilihat pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24. Hasil Expert Judgement Instrumen Baru
No Nomor Soal
Catatan Revisi
Hasil Revisi
1. 4 Indikator: Merumuskan suatu besaran dengan analisis dimensi. Tidak perlu disajikan tabel besaran dan dimensinya, karena semua besaran sudah familiar.
Tabel besaran dan dimensinya tidak disertakan dalam soal.
2. 6 Indikator: Menerapkan penulisan notasi ilmiah dalam operasi menggunakan aturan angka penting. Nilai tidak perlu dicantumkan sehingga jawaban
masih dalam bentuk .
Soal tersusun telah disajikan dalam bentuk .
3. 17 Indikator: Menyelesaikan permasalahan menggunakan persamaan gerak lurus berubah beraturan termasuk gerak benda jatuh bebas tanpa hambatan udara. Kata “when” sebaiknya diganti dengan “if”.
Kata “when” telah diganti dengan “if”.
4. 24 Indikator: Menerapkan arti fisis rumus hukum 2 Newton tentang gerak. Soal sebaiknya diganti, karena membingungkan siswa.
Soal sudah diganti dengan pernyataan dan pertanyaan yang lebih jelas.
Hasil telaah instrumen baru dapat dilihat pada Lampiran 14.
2) Uji Coba Peer Reviewer Mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah enam orang (Tabel 4.25). Setiap mahasiswa diminta mengerjakan instrumen
commit to user
secara essay (menyertakan cara penyelesaian) sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan, yaitu 12 menit. Uji coba ini dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Maret 2012.
Tabel 4.25. Peserta Uji Coba Peer Kedua
1. Dian Wahyu Nur I
Pendidikan Fisika UNS Mahasiswa
2. Tri Wahyuningsih
Pendidikan Fisika UNS Mahasiswa
3. Tutut Widowati
Pendidikan Fisika UNS Mahasiswa
4. Destyana Khoirunnisa
Pendidikan Fisika UNS Mahasiswa
5. Dewi Mahayanti
Pendidikan Fisika UNS Mahasiswa
6. Siti Nurrohmah
Pendidikan Fisika UNS Mahasiswa
Hasil uji coba menunjukkan bahwa ditinjau dari kesesuaian dengan kunci jawaban, diketahui soal nomor 4 dan 24 yang diujikan berhasil dijawab dengan benar sesuai dengan kunci jawaban oleh responden (Lampiran 15). Sedangkan soal nomor 6 berhasil dijawab dengan benar oleh sebagian responden dan dijawab salah oleh responden yang lain. Dengan hasil ini, dilakukan interview dengan responden yang hasilnya secara rinci dijelaskan pada Tabel 4.26 berikut:
Tabel 4.26. Hasil Peer Reviewer Instrumen Baru
1. 6 Enam responden menjawab dengan benar dan satu responden lain menjawab salah karena lupa dengan konsep angka penting pada operasi perkalian.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
2. 17 Enam responden menjawab dengan benar dan satu responden lain menjawab salah karena menghitung.
Instrumen valid dan dapat digunakan.
4. Pelaksanaan Diseminasi
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk
commit to user
menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para pengguna produk.
Kegiatan diseminasi ini dilaksanakan dengan mengimplementasikan hasil uji coba dengan peserta berskala lebih besar. Instrumen yang digunakan dalam tahap diseminasi ini merupakan instrumen hasil pemilihan soal dari uji coba terbatas. Instrumen diseminasi ditunjukkan pada Lampiran 16. Diseminasi dilakukan pada hari Jumat, 30 Maret 2012 dengan jumlah peserta 61 siswa dari 2 kelas yang berbeda yaitu kelas X-1 dan X-8. Pemilihan kelas berdasarkan letak kelas yang berjauhan dan waktu pelaksanaan yang tidak berjeda, sehingga kemungkinan terjadi kebocoran soal dapat dihindari.
Hasil diseminasi dianalisis karakteristik internal berupa daya beda, tingkat kesukaran, dan efektivitas distraktor sebagaimana analisis pada uji coba terbatas. Seluruh jawaban peserta tes diolah menjadi data dikotomous dengan skor 1-0 dengan ketentuan bahwa jawaban benar mendapat skor 1 sedangkan jawaban yang salah atau tidak dijawab mendapat skor 0. Analisis dilakukan dengan Program Ms. Excel untuk memperoleh daya beda, tingkat kesukaran soal, dan efektivitas distraktor.
Hasil diseminasi pada 61 orang siswa menghasilkan daya beda dan tingkat kesukaran soal yang ditunjukkan pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Instrumen Diseminasi
Nomor Soal
Daya Beda
Tingkat Kesukaran
Nomor
Soal
Daya Beda
Tingkat Kesukaran
1. 0,233
0,754
16. -0,433
0,230
2. 0,433
0,377
17. 0,400
0,344
3. 0,267
0,738
18. -0,167
0,180
4. -0,167
0,180
19. 0,200
0,672
5. 0,333
0,738
20. 0,200
0,361
6. 0,200
0,197
21. 0,267
0,639
7. 0,300
0,508
22. -0,567
0,557
8. 0,367
0,639
23. 0,300
0,689
9. 0,433
0,770
24. 0,218
0,450
10. 0,400
0,426
25. 0,200
0,607
11. 0,233
0,459
26. 0,233
0,508
12. 0,400
0,400
27. 0,233
0,311
13. 0,467
0,639
28. 0,200
0,426
14. 0,233
0,492
29. 0,433
0,639
15. 0,200
0,869
30. 0,367
0,410
commit to user
a. Daya Beda
Analisis daya beda menunjukkan bahwa 23,33% memiliki daya beda lebih dari 0,30, sehingga dapat dikategorikan baik, artinya soal tersebut dapat dengan baik membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Soal tersebut adalah soal nomor 2, 9, 10, 12, 13, 17, dan 29. Selanjutnya, sebanyak 63,33% soal mempunyai daya beda 0,2 D<0,3 yang artinya cukup. Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut sudah cukup membedakan antara kelompok atas dan kelompok bawah. Soal yang memiliki daya beda cukup adalah soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 11, 14, 15, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, dan 30. Untuk soal nomor 4, 16, 18, dan 22 memiliki daya beda negatif. Persentase soal yang memiliki daya beda negatif adalah 13,33%. Soal yang memiliki daya beda negatif perlu dilakukan kajian ulang. Kajian ulang dilakukan untuk mengetahui penyebab daya beda soal menjadi negatif. Hal ini dilakukan dengan melakukan interview terhadap peserta tes. Peserta tes yang diwawancarai merupakan siswa yang tergolong dalam kelompok atas dan kelompok bawah. Baik kelompok atas maupun kelompok bawah diwakili oleh dua siswa.
Hasil interview menghasilkan kesimpulan bahwa soal nomor 4 dirasa cukup sulit karena siswa berpikir bahwa kecepatan gelombang air laut belum diajarkan, padahal soal tersebut dapat dikerjakan hanya mengandalkan analisis dimensi. Hal ini menyebabkan siswa menjawab secara acak dan disimpulkan bahwa inilah yang menjadi penyebab kenegatifan daya beda. Sedangkan soal nomor 16, sebagian besar siswa sudah lupa dengan materinya sehingga jawaban siswa menjadi kurang objektif. Hal serupa terjadi pada soal nomor 18 dan 22. Kemungkinan inilah yang menyebabkan daya beda dari masing-masing soal menjadi negatif. Selain itu, secara umum Bahasa Inggris yang digunakan dalam soal dianggap sulit oleh siswa.
b. Tingkat Kesukaran
Persentase soal mudah, sedang, dan sukar berdasarkan tingkat kesukaran ditunjukkan pada Tabel 4.28, berikut:
commit to user
Tabel 4.28. Prosentase Soal Kategori Mudah, Sedang, dan
Instrumen Diseminasi
Nomor Butir Soal
f Kriteria
Keterangan: P: Tingkat Kesukaran
f: Frekuensi Berdasarkan analisis tingkat kesukaran terdapat soal yang dapat dikategorikan mudah sebanyak 16,67% soal tergolong mudah yaitu soal nomor 1,
3, 5, 9, dan 15. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat banyak siswa yang dapat menjawab soal tersebut dan bukan hanya siswa pada kelompok atas saja. Dengan kata lain, untuk mengerjakan soal-soal tersebut tidak diperlukan kemampuan yang tinggi. Soal yang tergolong sedang sebanyak 70% yaitu soal nomor 2, 7, 8, 10, 11,
12, 13, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30. Hal itu menunjukkan bahwa soal tersebut dapat dijawab oleh kelompok atas dan kelompok bawah dengan proporsi yang tepat artinya kelompok atas lebih banyak yang dapat menjawab jika dibandingkan dengan kelompok bawah. Sedangkan soal yang dapat dikategorikan sulit adalah soal nomor 4, 6, 16, dan 18 dengan persentase 13,33%. Soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi menunjukkan bahwa untuk menjawab soal tersebut diperlukan tingkat kemampuan yang tinggi.
c. Efektivitas Distraktor
Distraktor berfungsi dengan baik apabila dipilih oleh paling sedikit 2% dari peserta tes. Diseminasi dilakukan pada 61 siswa, sehingga dalam hal ini
commit to user
distraktor yang dipilih minimal dua siswa dapat dikatakan berfungsi dengan baik. Apabila distraktor belum dipilih siswa maka distraktor tersebut perlu direvisi. Tabel 4.29 menyajikan analisis efektivitas distraktor hasil diseminasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya distraktor pada soal nomor 15 dan 16 yang kurang berfungsi dengan baik.
Tabel 4.29. Analisis Efektivitas Distraktor Instrumen Diseminasi
No Item
Kunci Jawaban
Pilihan Jawaban (A, B, C, D,E) yang dipilih lebih dari
2% siswa
Pilihan Jawaban (A, B, C, D,E) yang dipilih kurang dari 2% siswa
19 E A, B,C, D
20 A B, C, D, E
21 B A, C, D, E
22 E A, B, C, D
23 C A, B, D, E
24 D A, B, C, E
25 C A, B, D, E
26 B A, C, D, E
27 B A, C, D, E
commit to user
d. Reliabilitas Tes
Reliabilitas soal yang diperoleh dengan menggunakan metode Kuder- Richardson (KR-20) menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi (r 11 = 0,781) karena 0,70 ≤ r 11 < 0,80 (Suharsimi Arikunto, 2005: 100). Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen yang digunakan dalam diseminasi ini reliabel untuk diteskan.
Jawaban peserta tes dan perhitungan daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas tes terdapat pada Lampiran 17-20. Hasil pengujian pada tahap diseminasi menunjukkan bahwa skor penguasaan materi Fisika Semester Ganjil yang diperoleh dari 61 peserta tes cukup memuaskan. Berdasarkan jumlah jawaban benar menunjukkan bahwa 54% testi mendapat skor minimal 15 dari total jawaban benar 30. Ukuran sampel yang digunakan pada tahap diseminasi menjadi 61 peserta yang ditingkatkan dari 15 responden pada tahap uji coba terbatas.
Hasil pada tahap ini menunjukkan bahwa pada indikator merumuskan suatu besaran dengan analisis dimensi dan menjelaskan karakteristik gerak melingkar beraturan yang terdapat pada masing-masing soal nomor 4 dan 18 memiliki nilai tingkat kesukaran paling rendah yang berarti bahwa soal tergolong sulit. Soal nomor 4 merupakan soal analisis (analyze/ C4) sehingga diperlukan tingkat kemampuan yang tinggi untuk merespon jawaban. Namun pada kenyataannya, justru kelompok bawah yang lebih banyak menjawab benar, begitu pula untuk soal nomor 18. Soal nomor 18 merupakan soal untuk mengukur kemampuan memahami (understand/ C2). Dengan hasil ini, menunjukkan bahwa soal kurang dapat mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya karena siswa yang menjawab ternyata hanya menjawab secara acak. Terjadinya hal seperti ini kemungkinan disebabkan dalam proses pembelajaran kemampuan menentukan suatu rumus atau besaran berdasarkan analisis dimensi kurang ditekankan sehingga ketika materi tersebut diteskan siswa merasa belum diajarkan.
commit to user
Sedangkan untuk pemahaman karakteristik gerak melingkar beraturan kemungkinan disebabkan karena siswa kurang paham dengan besaran-besaran pada gerak melingkar tersebut dan kurang paham tentang besaran vektor dan skalar. Karena pada dasarnya karakteristik yang diteskan dalam soal ini membahas tentang konstan atau tidaknya besaran dalam gerak melingkar beraturan. Jadi, besaran tersebut selain ditentukan oleh besar (magnitude), perlu juga diperhatikan arah (direction). Selanjutnya soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah adalah soal nomor 6 dengan indikator menerapkan penulisan notasi ilmiah dalam operasi menggunakan aturan angka penting. Soal ini merupakan soal C3 atau kemampuan menerapkan. Dalam hal ini, hanya sedikit responden yang menjawab dengan benar yang kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang operasi bilangan khususnya perkalian dengan menggunakan aturan angka penting. Sehingga ketika diberikan soal penerapan, siswa hanya melakukan perhitungan tanpa memperhatikan aturan angka pentingnya.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa meskipun soal merupakan soal-soal tersebut untuk mengukur kemampuan memahami, menerapkan, dan menganalisis, tetapi diperlukan kemampuan yang tinggi. Sehingga agar indikator-indikator tersebut dapat tercapai, perlu dilakukan penekanan pada pokok bahasan yang memuat indikator tersebut. Sedangkan pada indikator menentukan percepatan benda berdasarkan grafik hubungan kecepatan dengan waktu yang terdapat pada nomor 15 memiliki nilai tingkat kesukaran paling besar yang artinya soal mudah. Soal nomor 15 merupakan soal penerapan. Dengan hasil ini menunjukkan bahwa konsep siswa dalam memahami grafik untuk menentukan percepatan sudah baik dan tidak diperlukan tingkat kemampuan tinggi untuk dapat merespon soal tersebut. Untuk soal nomor 1, 3, 5, dan 9 juga dikategorikan mudah. Indikator-indikator pada nomor-nomor tersebut masing-masing adalah menyatakan satuan SI besaran turunan dalam satuan baku, menentukan besaran-besaran yang memiliki dimensi yang sama, membaca skala yang ditunjukkan suatu alat ukur besaran panjang, waktu dan massa, menerapkan metode komponen vektor untuk memperoleh resultan vektor.
commit to user
Sedangkan soal-soal selain yang disebutkan di atas mempunyai tingkat kesukaran yang sedang. Hasil diseminasi ini menunjukkan terjadinya perbedaan dalam sebaran tingkat kesukaran pada tahap diseminasi dibandingkan dengan tahap uji coba terbatas. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah perbedaan jumlah responden.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan sejumlah 30 soal dengan karakteristik soal berdasarkan daya beda dan tingkat kesukaran soal yang ditunjukkan pada Tabel 4.30.
Tabel 4.30. Karekteristik Soal Hasil Diseminasi
Nomor
Soal
Daya Beda
Tingkat Kesukaran
Efektivitas Distraktor
Tidak Baik
16 Negatif
Sukar
Tidak Baik
Tingkat kesukaran dan daya beda soal akan selalu berbeda dengan kelompok siswa yang berbeda. Sehingga tidak bijaksana apabila menentukan
commit to user
secara mutlak daya beda minimum suatu item. Hal yang perlu diperhatikan adalah daya beda soal positif atau tidak dan setiap soal mampu mengukur hasil belajar atau tidak. Apabila semua hal tersebut terpenuhi maka soal hendaknya dipertahankan (Wayan Nurkancana, 1983: 140). Dengan demikian, terdapat 26 soal yang sebaiknya dipertahankan untuk dapat diimplementasikan, sedangkan 4 soal yang lain perlu dipertimbangkan.
commit to user
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN