HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP FISIKA, DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA

FISIKA, DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA

Skripsi

Skripsi

Oleh : Indah Nur Badi’ah K 2307010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

FISIKA, DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA

Oleh : Indah Nur Badi’ah K 2307010

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

commit to user

commit to user

commit to user

ABSTRAK

Indah Nur Badi’ah. HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI

SISWA TERHADAP FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, September 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar fisika, (2) hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fisika dengan hasil belajar fisika, (3) hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan persepsi siswa terhadap fisika dengan hasil belajar fisika.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lasem Tahun Ajaran 2010 / 2011 yang terbagi menjadi enam kelas yang berjumlah 263 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII E yang berjumlah 36 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data variabel motivasi belajar dan persepsi siswa terhadap fisika menggunakan angket. Sedangkan pengumpulan data hasil belajar fisika siswa menggunakan teknik tes dengan soal berbentuk pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi ganda dengan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas, uji independensi dan uji linieritas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar (X 1 ) dengan hasil belajar fisika (Y) ( , 0 1 . 1 y r y dan

. 2 5168 , 2 , ; 975 . 0 .    t t ); (2) ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fisika (X 2 ) dengan hasil belajar fisika (Y)

dan

. 2 5168 , 2 , ; 975 . 0 .    t t ); (3) ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar (X 1 ) dan persepsi siswa terhadap fisika (X 2 )

dengan hasil belajar fisika (Y) (

, 0 2 . 1 . 1 y r y dan

. 3 04393 , 6 , ; 2 ; 05 . 0 .    F F ). Sumbangan relatif (SR) motivasi belajar (X 1 ) terhadap hasil belajar fisika (Y)

sebesar 62,004%. dengan sumbangan efektif sebesar 14,26%. Sedangkan sumbangan relatif persepsi siswa terhadap fisika (X 2 ) terhadap hasil belajar fisika (Y) sebesar 37,995%. dengan sumbangan efektif sebesar 8,739%.

Kata Kunci : Motivasi , belajar, persepsi,fisika dan hasil belajar

commit to user

Indah Nur Badi’ah. THE CORRELATION OF LEARNING MOTIVATION AND STUDENT’S PERCEPTION ABOUT PHYSICS WITH PHYSICS

ACHIEVEMENT. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty , Sebelas Maret University, October 2011

The aims of this research are to find out : 1) the correlation of learning motivation with physics achievement, 2) the correlation of student’s perception with physics achievement, and 3) the correlation of learning motivation and student’s perception

about physics with physics achievement. This research used quantitatively correlational descriptive methods. The population of research was all student in grade VIII of Lasem 1 Junior High in school year 2010/2011 which consist of 263 students divided in to 6 class. The sample of research was VIII E class in amount of 36 students. The sample was taken by using cluster random sampling The data collecting tecnique of learning

motivation and student’s perception about physics variable used questionnaires. While data collecting technique of physics achievement used multiple choices test.

The tecnique of data analysis was multiple regression analysis with some requirement tests included normality test, independent test and linierity test.

. Based on this research it can be concluded that; (1). There is a significant possitive relation between learning motivation with physic achievement ( , 0 1 . 1 y r y and

. 2 5168 , 2 , ; 975 . 0 .    t t ); (2). There is a significant possitive relation between student’s perception about physics (X2) with physic achievement (Y) (

, 0 1 . 1 y r y and . 2 5168 , 2 , ; 975 . 0 .    t t ); (3) There is possitive relation of learning motivation and studen t’s perception about physics with physics

achievement (

, 0 2 . 1 . 1 y r y and

. 3 04393 , 6 , ; 2 ; 05 . 0 .    F F ). The relative contribution of learning motivation (X1) toward physics achievement (Y) is

62,004% with its effective contribution is 14,26%. While the relative contribution of student’s perception about physics (X2) toward physics achievement (Y) is

37,995% with its effective contribution is 8,739%

Keyword : learning, motivation, perception, physics, achivement

commit to user

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.

(Q.S Al Insyirah: 5-8)

Sesungguhnya orang-orang yang tetap bersabar itu akan memperoleh ganjaran tanpa perhitungan.

(Q.S Az Zumar: 10)

Lebih cepat, lebih baik ( JK)

commit to user

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku untuk kasih sayang, doa dan kesabarannya.

2. Teman seperjuanganku Rosi dan Miyu untuk dukungannya.

3. Teman-teman fisika 2007 untuk semangat dan kebersamaannya selama ini.

commit to user

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D. Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing II.

4. Bapak Prof. Dr. Widha Sunarno selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik (PA) yang senantiasa memberikan semangat.

5. Ibu Alm. Inayah Abdul Chanan M.M, Kepala SMP Negeri 1 Lasem yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

6. Siswa-siswi kelas VIIIE SMP 1 Lasem. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Segenap keluarga yang telah memberikan do’a restu serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Fisika terkhusus angkatan 2007.

9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Dalam skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka sangat diharapkan atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi

commit to user

bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Oktober 2011

Penulis

commit to user

Hal

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ...................................................................

27

Tabel 4.1 Rangkuman Deskripsi Data.......................................................

42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar .......................................

43

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa terhadap Fisika .................

44

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Fisika ..................................

45

Tabel 4.5 Harga Statistik Uji Normalitas ..................................................

46 Tabel 4.6 Rangkuman Anava Regresi Sederhana

5829 . 0 566 , 27 ˆ 27 Y X   .

46 Tabel 4.7 Rangkuman Anava Regresi Sederhana

648 , 0 53 , 32 ˆ 32 Y X   ... 47

Tabel 4.8 Rangkuman Anava Regresi Ganda............................................... 48

commit to user

Hal

Gambar 2.1 Ayunan Bandul ....................................................................

18

Gambar 2.2 Gelombang Transversal ........................................................

20

Gambar 2.3 Gelombang longitudinal .......................................................

21

Gambar 2.4 Gelombang Pantul pada Tali ................................................

22

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir ................................................................

25

Gambar 3.1 Hubungan antar variable.......................................................

26

Gambar 4.2 Diagram Motivasi Belajar ....................................................

43

Gambar 4.2 Diagram Persepsi Siswa Terhadap Fisika .............................

44

Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Fisika ................................................

45

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1

Jadwal Penelitian ................................................................ 57 Lampiran 2

Kisi-Kisi Angket Try Out Motivasi ...................................... 58 Lampiran 3

Kisi-Kisi Angket Try Out Persepsi ....................................... 59 Lampiran 4

Kisi-Kisi Tes ........................................................................ 60 Lampiran 5

Angket Uji Coba Motivasi ................................................... 61 Lampiran 6

Angket Uji Coba Persepsi .................................................... 69 Lampiran 7

Uji CobaTes Getaran dan Gelombang ................................. 76 Lampiran 8

Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar ........ 79 Lampiran 9

Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Persepsi Siswa Terhadap Fisika ................................................................... 83

Lampiran 10 Uji Validitas Tes Kognitif .................................................... 88 Lampiran 11

Uji Reliabilitas Tes Kognitif ................................................ 92

Lampiran 12 Daya Pembeda Tes ............................................................... 95 Lampiran 13 Tingkat Kesukaran Tes ......................................................... 96 Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Penelitian Motivasi Belajar ........................ 97 Lampiran 15 Kisi-kisi Angket Penelitian Persepsi .................................... 98 Lampiran 16 Kisi-kisi Angket Penelitian Motivasi Belajar ........................ 99 Lampiran 17 Angket Penelitian Motivasi Belajar ...................................... 100 Lampiran 18 Angket Penelitian Persepsi Siswa ......................................... 106 Lampiran 19 Tes Kognitif Getaran dan Gelombang ................................... 113 Lampiran 20 Data Induk Penelitian ........................................................... 116 Lampiran 21 Uji Normalitas Motivasi Belajar ........................................... 117 Lampiran 22 Uji Normalitas Persepsi Siswa Terhadap Fisika .................... 119 Lampiran 23 Uji Normalitas Hasil Belajar Fisika ..................................... 121 Lampiran 24 Tabel Kerja Uji Independensi ............................................... 122

Lampiran 25 Tabel Kerja Uji Linearitas Motivasi Belajar (X 1 )

Dengan Hasil Belajar Fisika (Y) .......................................... 124

commit to user

(X 1 ) dengan Hasil Belajar Fisika (Y) ................................... 125

Lampiran 27 Tabel Kerja Uji Linearitas Persepsi Siswa terhadap Fisika

(X 2 ) dengan Hasil Belajar (Y) .............................................. 128

Lampiran 28 Uji Lineraritas dan Keberartian Regresi Persepsi Siswa

terhadap Fisika (X 2 ) Terhadap Hasil Belajar Fisika (Y) ........ 129

Lampiran 29 Perhitungan Koefisien Regresi Linier Ganda ........................ 132 Lampiran 30 Uji Kontribusi ...................................................................... 135 Lampiran 31 Kunci Jawaban Tes Getaran dan Gelombang ........................ 136

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia yang demikian, karena hanya melalui pemenuhan pendidikanlah didapat manusia-manusia baru yang berorientasi pada pembangunan. Pendidikan sains merupakan bagian terpenting dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang kompeten untuk pembangunan teknologi Indonesia.

Fisika merupakan salah satu pilar utama ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan pemahaman mengenai fenomena alam serta kemungkinan aplikasinya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia. Duana Saputra (2009) dalam blognya menulis,

Fisika adalah cabang sains yang mempelajari materi (matter), energi, ruang, dan waktu. Sebelum akhir abad ke 19, cabang sains ini lebih dikenal dengan nama “filsafat alam” (natural philosophy, dari bahasa Yunani “physikos”). Bisa dikatakan, fisika merupakan sains murni yang paling dasar (basic). Temuan dari fisika pun menjalar dan mempengaruhi cabang sains lainnya. Tidak heran, karena fisika banyak mengulik materi dan energi yang pada hakekatnya merupakan penyusun dasar (basic constituents) alam.

Fisika adalah mata pelajaran wajib Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tergabung dalam mata pelajaran IPA. Bagi siswa SMP, pada mata pelajaran ini mereka sering mengalami kesulitan belajar. Kebanyakan siswa menganggap Fisika sebagai mata pelajaran yang sulit. Anggapan ini menjadi suatu persepsi negatif terhadap pelajaran fisika. Kesulitan memahami fisika oleh siswa juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang efektif sehingga siswa merasa kurang mampu mempelajarinya.

Persepsi adalah apa yang dilihat oleh orang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya. Keinginan seseorang itulah yang menyebabkan mengapa

commit to user

dua orang yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan intepretasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya itu (Siagian,2004).

Persepsi menurut Bimo Walgito (2003:54), adalah pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu. Persepsi yang kurang baik akan mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika. Pada akhirnya hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan.

Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang dikembangkan dengan pengamatan langsung, percobaan, atau mungkin diskusi ilmiah. Keberhasilan belajar Fisika, seperti halnya pelajaran lain, dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa misalnya aktivitas belajar, intelegensi, minat, sikap, keadaan jasmani, dan motivasi. Sedangkan untuk faktor dari luar diri siswa misalnya lingkungan belajar, pendekatan, metode, kurikulum, serta sarana dan prasarana sekolah. Hasil balajar yang optimal dapat dicapai manakala faktor- faktor penunjang proses belajar di atas mendukung kegiatan belajar.

Salah satu faktor dari dalam diri siswa yaitu motivasi. Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto,2010:71). Motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik dan tingkah laku peserta didik yang menyangkut persepsi, ketajaman perhatian, konsentrasi dan ketekunan (Purwanto, 2010:78-79).

Motivasi belajar merupakan suatu keadaan dalam diri siswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya. Dalam hal ini tujuan siswa belajar antara lain menguasai kompetensi, menguasai keterampilan tertentu, memperoleh informasi baru dan lain sebagainya. Sedangkan tujuan proses pembelajaran yaitu pada dasarnya merubah siswa menjadi lebih baik. Dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, sebelumnya belum paham menjadi paham.

commit to user

Proses ini tidak dapat dilakukan secara instan. Hal ini harus dirancang dan dilaksanakan secara runtut dan sebaik mungkin, sehingga akan menciptakan lingkungan yang mendukung tercapainya tujuan tersebut. Harus diciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan sehingga siswa dapat memiliki motivasi dan perhatian lebih untuk belajar. Untuk mencapai semua ini, persepsi tentang fisika dan motivasi belajar siswa perlu diperhatikan. Dengan demikian, siswa dapat lebih semangat untuk belajar dan tidak menganggap belajar menjadi sebuah beban.

Individu (siswa) yang memiliki persepsi positif atau baik tentang suatu obyek (mata pelajaran fisika) maka ia akan memiliki motivasi belajar yang positif atau baik, akan tetapi apabila individu memiliki persepsi yang negatif atau buruk tentang suatu obyek maka ia akan memiliki motivasi belajar yang buruk. Pada akhirnya persepsi siswa terhadap pelajaran fisika akan berpengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran fisika itu sendiri .

Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran yaitu hasil belajar siswa

yang tinggi. Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas yang telah diketahui peserta didik, indikator daya serap, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, bahan informasi dalam inovasi pendidikan, selain itu juga bisa sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan (Arifin,2009:12). Faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain motivasi, minat, gaya belajar, interaksi sosial, kemampuan berpikir abstrak, persepsi dan pengaruh dari lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI TERHADAP FISIKA DIKAITKAN DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas dapat ditemukan berbagai masalah yang ada kaitanya dengan usaha meningkatkan kualitas belajar siswa, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

commit to user

1. Persepsi siswa terhadap suatu mata pelajaran akan mempengaruhi motivasi belajar dan prestasi hasil belajar fisika. Persepsi siswa terhadap mata pelajaran fisika cenderung negatif.

2. Tidak semua siswa mempunyai hasil belajar yang baik.

3. Siswa hanya menaruh minat yang besar pada mata pelajaran tertentu saja, sedangkan mata pelajaran yang lain misalnya Fisika kurang disenangi.

4. Mata pelajaran Fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi dan bahkan ditakuti siswa karena dianggap sulit.

5. Motivasi belajar merupakan prasyarat bagi berjalannya belajar mandiri. Motivasi belajar fisika siswa masih kurang.

6. Siswa yang motivasi belajarnya rendah tidak memikirkan kompetisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi atau bersaing dengan siswa yang lain.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar penelitian ini dapat mencapai tujuan, ruang lingkup dan arahan yang jelas. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Materi Pelajaran

Materi pelajaran Fisika dibatasi pada materi pokok Getaran dan Gelombang.

2. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lasem semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

3. Objek Penelitian Objek penelitian meliputi :

a. Hubungan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar fisika.

b. Hubungan persepsi belajar fisika terhadap hasil belajar fisika

c. Hubungan motivasi belajar dan persepsi siswa terhadap fisika dengan hasil belajar.

commit to user

D. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar fisika?

2. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa terhadap fisika dengan hasil belajar fisika?

3. Apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan persepsi siswa terhadap fisika dengan hasil belajar fisika?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar fisika

2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara persepsi siswa tentang mata pelajaran Fisika dengan hasil belajar fisika

3. Untuk mengetahui adanya hubungan antara persepsi siswa tentang mata

pelajaran fisika dan motivasi belajar dengan hasil belajar fisika

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Penulis berharap dapat memberikan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya dan masukan untuk peningkatan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

1) Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan sistem pembelajaran oleh tenaga pendidik sehingga persepsi siswa tentang fisika tetap baik.

2) Sebagai masukan guna menyelenggarakan proses belajar mengajar secara efektif, aktif dan kreatif sehingga memungkinkan siswa tetap memiliki motivasi belajar fisika maupun mata pelajaran lainnya.

b. Bagi Peneliti Peneliti berharap penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang adanya hubungan antara persepsi siswa terhadap fisika dan motivasi belajar dengan hasil belajar fisika siswa SMP Negeri 1 Lasem.

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Hamzah Uno (2008:11) menyatakan bahwa “Belajar ialah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah memperoleh informasi yang disengaja”. Drischoll dalam Hamzah Uno (2008:11) berpendapat bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar antara lain : 1) belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, 2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan

Menurut Nicole dalam Hamzah Uno (2008:14), pada prinsipnya dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan yaitu : 1) melakukan persepsi terhadap stimulus, 2) menggunakan pengetahuan prasyarat, 3) merencanakan respon, 4) pelaksanaan respon yang dipilih.

Selanjutnya Uno (2008:78) menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya secara sengaja.

Jadi belajar ialah proses perubahan tingkah laku yang dapat dinyatakan dalam betuk penguasaan, penggunaan dan penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku terjadi setelah siswa mengikuti atau mengalami suatu proses belajar mengajar dengan hasil belajar yang diperoleh dalam bentuk penguasaan kemampuan atau keterampilan tertentu

b. Pengertian Motivasi

Hamalik (2010 : 158) menyatakan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2010:71), “Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang

commit to user

agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”.

Sondang Siagian (2004 : 138) juga memiliki pendapat hampir sama mengenai motivasi yang dituliskan sebagai berikut, Motivasi adalah daya pendorong yang menyebabkan seseorang anggota

organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Motivasi berhubungan dengan motif. Sedangkan motif adalah alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan tertentu. Motif mempunyai dua unsur pokok yaitu dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan dimana proses interaksi timbal balik antara kedua unsur tersebut terjadi dalam diri manusia.

Selanjutnya, Hamalik (2009:159) menjelaskan bahwa motivasi mempunyai dua komponen yaitu komponen dalam dan komponen luar. Komponen dalam meliputi perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas dan ketegangan psikologis atau dengan kata lain merupakan kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipuaskan. Komponen luar adalah apa yang diinginkan atau tujuan yang hendak dicapai seseorang.

Middleton dan Spanias (1999:67) mengatakan bahwa “Motivations help guide children’s activity; they provide a structure for evaluating the outcomes of activity; and they help determine whether or not children will engage in future mathematical activity”. Motivasi membantu mengendalikan aktivitas anak; menyediakan struktur untuk menilai hasil dari aktivitas; dan membantu menentukan ada tidaknya penggunaan aktivitas matematika di masa depan.

Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar. Pendorong yaitu pemberi kekuatan yang memungkinkan perbuatan belajar dijalankan. Pengarah yaitu pemberi tuntunan kepada perbuatan belajar ke arah tujuan yang ditetapkan (Mudjiman,2008:54). Sedangkan menurut Pujadi (2007:22), “Motivasi belajar merupakan suatu keadaan dalam diri siswa yang

commit to user

mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang hendak dicapainya dalam mengikuti pendidikannya.”

Motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakterisitik dan tingkah laku peserta didik yang menyangkut ketajaman perhatian, konsentrasi dan ketekunan (Purwanto,2004 : 78-79). Apabila motivasi belajar bertambah tinggi maka bertambah juga kemungkinan tingkah laku itu untuk disadari, dan akan lebih dapat dituntut pertanggungjawabannya. Sedangkan menurut Hamzah Uno (2008:23), “Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa- siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar berhubungan erat dengan motif yaitu dorongan seseorang yang timbul dari dalam maupun luar diri yang akan mempengaruhi keinginan belajar seseorang.

c. Tujuan Motivasi

Motivasi berkaitan erat dengan tujuan yang ingin dicapai seseorang. Menurut Pudjadi (2007:24), tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh perbuatan yang apabila tercapai akan memuaskan individu dan idealnya tujuan siswa dalam mengikuti pendidikannya bukan hanya sekedar lulus namun untuk menguasai bidang ilmu yang dipelajarinya, sehingga dalam mempelajari setiap bahan pembelajaran, siswa terdorong untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut dengan baik.

Adanya tujuan yang jelas dan disadari akan mempengaruhi kebutuhan dan ini akan mendorong timbulnya motivasi. Jadi, suatu tujuan akan membangkitkan timbulnya motivasi dalam diri seseorang (Hamalik,2010: 160).

d. Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi menurut Hamalik (2010:161) meliputi : 1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar, 2) motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan, 3) motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

commit to user

Sardiman (2007: 34) menambahkan fungsi motivasi diantaranya : 1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, 2) menentukan arah perbuatan yakni ke arah suatu yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya, 3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

e. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Hamalik (2009: 54 ), motivasi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi intrinsik atau motivasi murni yang timbul dari diri siswa sendiri dan tanpa pengaruh dari luar, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untukberhasil menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima orang lain, dan lain lain. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional dan bersifat riil atau motivasi sesungghnya.

2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan hadiah, persaingan yang bersifat negatif yaitu sarcasm, hukuman. Motivasi tetap diperlukan di sekolah karena pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa, terkadang siswa juga belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah, sehingga motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru agar para siswa mau dan ingin belajar.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Kosasih dalam Ropitasari (2009:16), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu : 1) faktor intelegensi, yakni faktor pengetahuan ini diperlukan oleh seseorang dalam mempelajari sesuatu, 2) Faktor psikologis, yakni faktor yang timbul dari dalam diri individu yang berhubungan

commit to user

dengan kondisi psikologis. Hal ini mempengaruhi keadaan belajar individu. Bila kondisi psikologis stabil memungkinkan motivasi belajar tinggi sehingga dapat meraih hasil optimal, 3) faktor sosiologis, yakni faktor yang timbul dari luar diri atau lingkungan, 4) faktor fisiologis, yakni faktor yang berkaitan dengan keadaan jasmani. Apabila jasmani seseorang terganggu maka motivasinya akan terganggu pula.

Keempat faktor tersebut saling mendukung dan timbul dalam diri siswa, sehingga dapat mempengaruhi semangat belajar maupun dalam melakukan aktivitas untuk mencapai pemenuhan tujuan yang diinginkan.

g. Indikator-Indikator Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2007 : 33), motivasi pada seseorang memiliki ciri :

1) tekun menghadapi tugas, 2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa),

3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, 4) lebih senang bekerja sendiri, 5) tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin, 6) dapat mempertahankan pendapatnya, 7) tidak cepat menyerah terhadap hal-hal yang diyakini, 8) senang mencari atau memecahkan masalah-masalah soal

Sedangkan menurut Uno (2008:23), indikator motivasi belajar meliputi :

1) adanya hasrat dan keinginan belajar, 2) adanya dorongan dan kebutuhan belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita massa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga mengakibatkan siswa belajar dengan baik.

Kegiatan belajar mengajar akan berjalan baik jika siswanya memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan hal tersebut juga menjadi tanggung jawab pendidik agar siswa tetap termotivasi dalam belajar.

2. Persepsi Terhadap Fisika

a. Fisika

Secara sederhana, Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan benda-benda mati. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya. IPA mempunyai beberapa cabang, salah

commit to user

satu diantaranya adalah Fisika. Untuk Fisika berasal dari bahasa Yunani physikos yang berarti alamiah dan physics yang berarti alam. Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam seperti halnya kimia dan biologi. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang waktu.

Fisika adalah bagian dari IPA, sehingga karakteristik yang dimiliki IPA berlaku juga untuk Fisika yang pada akhirnya akan mempengaruhi pelaksanaan pengajaran Fisika. Menurut Gerthsen (1985) yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986 : 3): “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan- kenyataan persyaratan utama untuk pemecahan soal adalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut”. Sedangkan menurut pendapat Brockhaus (1972) yang dikutip oleh Herbert Druxes (1986 : 3): “Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan dan pengujian secara sistematis dan berdasarkan peraturan umum”.

Dari beberapa pendapat tentang Fisika di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah salah satu cabang dari IPA yang menerangkan gejala-gejala alam yang bersifat fisik yang dapat dipelajari melalui pengamatan, eksperimen, serta teori. Secara pengamatan dan eksperimen, Fisika dapat dipelajari di alam secara langsung di laboratorium, sedangkan secara teori Fisika dapat dipelajari dengan kegiatan berdasarkan analisis rasional dengan berpijak pada teori yang telah ditemukan sebelumnya. Hasil-hasil Fisika diungkapkan dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Fisika meliputi proses, sikap, dan produk. Proses Fisika berupa aktivitas-aktivitas yang bertujuan mempelajari, menggali, mencari, dan menyelidiki kejadian alam. Sikap Fisika berupa sikap mental yang diperlukan selama melakukan proses kegiatan Fisika (jujur, terbuka, kritis, menghargai pendapat orang lain). Produk Fisika adalah hasil kegiatan Fisika berupa konsep, hukum, dan teori yang tersusun berdasarkan fakta-fakta alam.

Mata pelajaran Fisika mempunyai tujuan yang akan dicapai. Menurut Druxes (1986 : 4), tujuan pengajaran Fisika secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

commit to user

1) Agar anak didik memahami ilmu yang membicarakan dan di mana mereka hidup.

2) Membangkitkan dan menumbuhkan perhatian terhadap Fisika, ini dapat dicapai melalui :

a) Menggunakan metode mengajar yang sesuai

b) Mengajarkan konsep-konsep Fisika yang modern

c) Menunjukkan hubungan antara Fisika dengan lingkungannya

3) Membangkitkan sikap ingin tahu. Hal ini dapat dicapai melalui:

a) Mengajukan banyak persoalan pada siswa

b) Merangsang anak didik mengadakan pengamatan atau percobaan

4) Mengajarkan anak didik berpikir ilmiah

5) Menumbuhkan keterampilan dasar tertentu yang diperlukan pada penyelidikan sederhana.

6) Menekankan adanya hubungan antara Fisika dengan bidang ilmu yang lain.

b. Pengertian Persepsi

Apabila orang berbicara tentang persepsi,yang dimaksud ialah bahwa apa yang dilihat oleh orang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya. Keinginan seseorang itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretasi yang berbeda. (Siagian,2004:98-99).

Secord dan Backman dalam Azwar (2008:5) menyebutkan bahwa persepsi merupakan suatu keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi (konasi) seseorang terhadap semua aspek di lingkungan sekitarnya.

Pareek dalam Sobur (2003: 43), memberikan definisi persepsi yang cukup luas yaitu sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi pada panca indra. Persepsi timbul melalui alat indra, baik melalui indra pendengar, indra penglihatan, indra peraba, indra penciuman dan indra perasa. Sedangkan Widayatun dalam Ropitasari (2009:23) menyatakan bahwa persepsi juga bisa berfungsi sebagai suatu cara untuk menerima rangsangan..

Persepsi sebagai suatu proses, sebenarnya menyangkut masuknya pesan dan informasi ke dalam diri seseorang. Persepsi dapat berisi relatif dan selektif,

commit to user

serta mempunyai tatanan yang dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan seseorang (Slameto,1988 : 105-107)

Persepsi adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Seiring dengan itu Berkowitz berpendapat bahwa persepsi seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara lebih spesifik Thurston sendiri memformulasikan perasaan sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap objek psikologis (Azwar,2008: 32). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses seleksi untuk mengintepretasikan objek yang diamati dan diterjemahkan dalam tingkah laku.

c. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai hasil aksi dan reaksi. Menurut Bimo Walgito (2003:54), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman,

2) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal,

3) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.

d. Jenis Persepsi

Ada dua jenis pesepsi menurut Sunaryo (2004:40), yaitu : Eksternal perception dan Self perception. : Eksternal perception adalah persepsi yang datang dari luar individu. Sedangkan self perception adalah persepsi yang terjadi

commit to user

karena adanya rangsang yang datang dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah diri sendiri.

e. Komponen Persepsi

Saifuddin Azwar (2008:36) menyebutkan ada tiga komponen yang membentuk struktur persepsi yaitu: komponen kognisi (pemikiran), komponen afektif (perasaan) dan komponen konatif (tindakan)

Komponen kognisi berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek persepsi. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka akan mrnjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu. Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tiadanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek persepsi. Secara umum, komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percaya sebagai benar dan berlaku sebagai objek yang dimaksud. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif.

Komponen konatif dalam struktur persepsi menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan untuk berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek persepsi yang dihadapi. Kaitan ini didasari moleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Pengertian kecenderungan berperilaku yang tidak hanya dilihat secara langsung saja akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku berpa pernyataan atau perkataan yang terucap oleh seseorang.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 102-103): Hasil belajar atau achievemet merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik

commit to user

perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A,

B, C, D pada pendidikan tinggi.

Sebenarnya hampir seluruh perkembangan dan kemajuan hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung di sekolah.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Menurut R. M. Gagne dalam Sumadi Suryabrata (2008: 247), hasil belajar pada proses belajar ditentukan oleh lima faktor, di antaranya:

1) Informasi Verbal (Verbal Information), adalah pengetahuan awal/dasar yang memiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tulisan. Apabila siswa hendak belajar/ menerima pelajaran suatu pokok bahasan, maka pengetahuan awal sebelum pokok bahasan diberikan siswa harus sudah menguasai.

2) Kemahiran Intelektual (Intelektual Skill), adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi.

3) Strategi kognitif (pengaturan kegiatan kognitif) merupakan aktivitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran intelektual adalah representasi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan diri sendiri. Strategi kognitif mencakup, penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem.

4) Ketrampilan Motorik (Motor Skill), adalah kemampuan melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu yang terkoordinir dan terpadu. Ciri khas dari ketrampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan secara lancar dan luwes tanpa banyak dibutuhkan refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti gerak-gerik tertentu.

5) Sikap (Attitude)

commit to user

Kecenderungan menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu serta berguna/berharga atau tidak sering dinyatakan sebagai suatu sikap dan hal bila dimungkinkan adanya berbagai tindakan. Misalnya seorang siswa harus mengambil tindakan/ keputusan, apakah belajar untuk menghadapi ujian, atau nonton film dengan temannya pada waktu yang sama.

Jadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain sikap, ketrampilan motorik, strategi kognitif, informasi verbal dan kemahiran intelektual.

c. Macam-Macam Hasil Belajar

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotorik.

1) Ranah kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari enam aspek yaitu

a) Pengetahuan (knowledge), yaitu perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dicapai sebelumnya.

b) Pemahaman (comprehention), yaitu kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran.

c) Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit yang mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori.

d) Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya yang mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian.

e) Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru dan mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi).

f) Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat

commit to user

keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

2) Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu

a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu).

b) Merespon (aktif berpartisipasi).

c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu).

d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya).

e) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

3) Ranah psikomotorik terdiri dari lima tingkatan yaitu

a) Peniruan (menirukan gerak)

b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)

c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

d) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)

e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran terutama pembelajaran di sekolah.

4. Getaran dan Gelombang

a. Getaran

Getaran adalah gerak bolak-balik (periodik) melalui titik kesetimbangan. Kedudukan setimbang merupakan posisi benda ketika benda tidak bergerak atau diam (Marthen Kanginan,2007:45). Gambar 2.1 adalah ilustrasi getaran dari bandul sederhana:

Gambar 2.1 Ayunan Bandul

commit to user

Dari gambar di atas satu getaran merupakan gerak bolak balik A-B-C-B-

A atau B-C-B-A-B atau B-A-B-C-B atau C-B-A-B-C Amplitudo adalah simpangan terjauh atau maksimum dari titik keseimbangan. Amplitudo dinyatakan dalam satuan meter (m). Semakin besar nilai amplitudo maka semakin kuat getaran atau bunyi yang dihasilkannya, begitu pula sebaliknya.

Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh suatu benda tiap detik. Satuan frekuensi adalah Hertz (Hz). Periode adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan 1 getaran sempurna. Satuan periode adalah sekon atau detik (s).

Hubungan antara frekuensi dan periode dinyatakan oleh persamaan :

dimana :

f = frekuensi (Hz) T= periode (s) Bila suatu benda melakukan n kali getaran dalam waktu t sekon, maka frekuensinya dinyatakan dalam persamaan

dimana: n= jumlah getaran t = waktu getar

Gejala getaran banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya: senar gitar yang dipetik, beduk yang dipukul, pita suara ketika kita berbicara dan lain-lain. (Mangunwiyoto,2004:59)

b. Gelombang

Gelombang adalah getaran yang merambat melalui suatu medium. Berdasarkan medium perambatannya, gelombang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.

commit to user

1) Gelombang Mekanik Gelombang air, gelombang bunyi, gelombang tali, dan gelombang pada slinki merupakan contoh-contoh gelombang mekanik. Gelombang-gelombang ini memerlukan medium untuk dapat merambatkan gelombang. Air, udara, tali, slinki adalah medium yang digunakan untuk merambatkan gelombang air, gelombang bunyi, gelombang tali, dan gelombang pada slinki. Gelombang-gelombang ini ditimbulkan oleh adanya getaran mekanik. Oleh karena itu, gelombang- gelombang tersebut dikelompokkan ke dalam gelombang mekanik. Umumnya, gelombang mekanik seperti contoh tersebut dapat diamati dengan mata telanjang.