Metode Penarikan Sampel Metode Analisis Data

35

5. Metode Penarikan Sampel

Obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut populasi. Namun dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau keseluruhan dari obyek tersebut tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasinya digunakan teknik sampling , yaitu prosedur untuk mendapatkan dan mengumpulkan karakteristik yang berada di dalam populasi meskipun data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja. Dan bagian dari populasi tersebut disebut sampel yang dianggap dapat mewakili populasinya. 35 Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Dalam purposive sampling, sampel diambil dengan berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti, dimana persyaratan yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi sebagai sampel. 36 Populasi dalam penelitian ini, yaitu proses peradilan dan putusan pengadilan serta dampak sosial terhadap anak yang diambil sebagian sebagai sampel dalam penelitian. Misalnya dalam melakukan penelitian terhadap lingkungan sosial anak, yaitu lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah hanya diambil beberapa saja yang dapat mewakili karakteristik pokok permasalahan sebagai sampel. 35 Ibid, hal. 23. 36 Ibid, hal.31. 36

6. Metode Analisis Data

Tujuan analisis di dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, serta tersusun hingga lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan palajaran- pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dari proyek penelitian. 37 Dalam metode ini penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang diperoleh disusun secara sistimatis yang kemudian dianalisis dan hasilnya dilaporkan secara deskriptif dalam bentuk Penelitian. Pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis dan lesan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh. 38 F . Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini, penulis membagi menjadi 5 lima bab, masing-masing bab dibagi ke dalam subbab-subbab, yaitu sebagai berikut : Pada bab satu berisi mengenai pendahuluan. Selanjutnya pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian dan sistematika penulisan tesis. 37 Marzuki, Metodologi Riset, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia UII, Yogyakarta, 2000, hal. 87. 38 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hal 32. 37 Pada bab dua berisi mengenai tinjauan pustaka, yang terdiri dari pengertian sistem peradilan pidana terpadu, pengertian anak dalam hukum positif Indonesia, pengertian tindak pidana, dan pengertian tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Pada bab tiga berisi penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari gambaran umum Balai Pemasyarakatan Klas II Pekalongan, Peran Balai Pemasyarakatan dalam proses peradilan anak Berdasarkan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, permasalahan yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Pekalongan dalam proses peradilan anak dan cara mengatasi hambatan yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Pekalongan dalam proses peradilan anak serta Peran Balai Pemasyarakatan ke Depan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. Pada bab lima berisi tentang penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran . 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Peradilan Pidana Terpadu

Sistem Peradilan Pidana adalah sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi kejahatan, dengan tujuan : 39 a. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan; b. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana; c. Mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya. Sistem peradilan pidana terpadu, pelaksanaan dan penyelenggaraan penegakan hukum pidana melibatkan badan-badan yang masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri. Badan-badan tersebut yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Dalam kerangka kerja sitematik ini tindakan badan yang satu akan berpengaruh pada badan yang lainnya 40 Sistem peradilan pidana terpadu pada hakekatnya merupakan suatu proses penegakan hukum pidana, oleh karena itu berhubungan erat sekali dengan perundang-undangan pidana itu sendiri, baik Hukum Pidana substantif maupun Hukum Acara Pidana, karena perundang-undangan itu pada dasarnya 39 Triwanto, Sistem Peradilan Pidana, http:triwantoselalu.blogspot.com, diakses 2 Desember 2011 40 Ibid 38