Indikator Kemiskinan Teori Lingkaran Kemiskinan

26 kemiskinan absolut. Konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid 1975 melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin. Menurut kriteria Bank Dunia: pertama, jika 40 persen jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang dari 12 persen dari pendapatan nasional, maka disebut pembagian pendapatan sangat timpang; kedua, jika 40 persen jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima antara 12-17 persen dari pendapatan nasional, maka disebut ketidakmerataan sedang; dan ketiga, jika 40 persen jumlah penduduk dengan pendapatan terendah tersebut menerima lebih dari 17 persen dari pendapatan nasional, maka disebut ketidakmerataan rendah.

2.1.4 Indikator Kemiskinan

Indikator kemiskinan bermacam-macam yakni: konsumsi beras perkapita pertahun, tingkat pendapatan, tingkat kecukupan gizi, kebutuhan fisik minimum KFM, dan tingkat kesejahteraan Arsyad, 1999:240. 1. Tingkat Konsumsi Beras Sajogyo 1977 menggunakan tingkat konsumsi beras perkapita sebagai indikator kemiskinan. Untuk daerah perdesaan, penduduk dengan konsumsi beras kurang dari 240 kg perkapita pertahun bias digolongkan miskin. Sedangkan untuk daerah perkotaan adalah 360 kg perkapita pertahun. 27 2. Tingkat Pendapatan Menurut BPS 2011 Garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan untuk bulan Maret 2011 adalah sebesar Rp 233.740,- perkapita per bulan. Sedangkan ukuran menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan per kapita nasional, maka termasuk dalam kategori miskin. Dalam konteks tersebut, maka ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD 2 per orang per hari. 3. Indikator Kesejahteraan Rakyat Selain data pendapatan dan pengeluaran, ada berbagai komponen tingkat kesejahteraan yang lain yang sering digunakan. Pada publikasi UN 1961 yang berjudul International Definition and Measurement of Levels of Living: An Interim Guide disarankan 9 komponen kesejahteraan yaitu kesehatan, konsumsi makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang, rekreasi dan kebebasan.

2.1.5 Teori Lingkaran Kemiskinan

Yang dimaksud lingkaran kemiskinan adalah suatu rangkaian yang saling mempengaruhi satu sama lain secara sedemikian rupa, sehingga menimbulkan suatu keadaan dimana suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya 28 keterbelakangan, ketidak sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktifitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, baik investasi manusia maupun investasi kapital. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse 1953 yang menyatakan “a poor country is a poor because it is poor” negara miskin itu miskin karena dia miskin. Gambar 2.1 Lingkaran Kemiskinan Baldwin dan Meier Ketidaksempurnaan pasar Keterbelakangan, Ketertinggalan SDM Sumber : Mudrajat Kuncoro, 1997 Menurut Nurkse ada dua lingkaran perangkap kemiskinan, yaitu dari segi penawaran supply tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang diakibatkan oleh tingkat produktivitas yang rendah menyebabkan kemampuan masyarakat untuk menabung rendah. Kemampuan untuk menabung rendah, menyebabkan tingkat pembentukan modal yang rendah, tingkat pembentukan modal investasi yang rendah menyebabkan kekurangan modal, dan dengan demikian tingkat Kekurangan Modal Investasi Rendah Produktivitas Rendah Pendapatan Rendah Tabungan Rendah 29 produktivitasnya juga rendah dan seterusnya. Dari segi permintaan demand, di negara-negara yang miskin perangsang untuk menanamkan modal adalah sangat rendah, karena luas pasar untuk berbagai jenis barang adanya terbatas, hal ini disebabkan oleh karena pendapatan masyarakat sangat rendah. Pendapatan masyarakat sangat rendah karena tingkat produktivitas yang rendah, sebagai wujud dari tingkatan pembentukan modal yang terbatas di masa lalu. Pembentukan modal yang terbatas disebabkan kekurangan perangsang untuk menanamkan modal dan seterusnya. Gambar 2.2 Lingkaran Kemiskinan dari Nurkse Produktivitas Rendah Produktivitas Rendah Pembentukan Pendapatan Pembentukan Pendapatan modal rendah rendah modal rendah rendah Investasi Permintaan Investasi Tabungan rendah barang rendah rendah rendah DEMAND SUPPLY Sumber : Suryana, 2000 30

2.1.6 Pendidikan