BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pemuda merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Melihat peran pemuda dalam membangun bangsa
ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekuasaan, maka pemuda selalu diidentikan dengan perubahan. Benedict Anderson,
seorang Indonesianist mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pernyataan Ben Anderson ini tak salah memang apabila dikaitkan
dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana pemuda menjadi aktor dari setiap langkah perjalanan bangsa Indonesia baca Anderson, 1988.
Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu, yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya.
Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh
semangat perjuangan. Bukti semangat nasionalisme para pemuda tertuang dalam Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Isi Sumpah
Pemuda yaitu Satu Tumpah Darah, Satu Bangsa dan Satu Bahasa, yakni Indonesia. Begitu pentingnya sumpah pemuda bagi seluruh pemuda pemudi di seluruh
Indonesia untuk membakar semangat nasionalisme mereka. Perjalanan panjang keterlibatan pemuda Indonesia pada dinamika kebangsaan
jelas tidak berhenti setelah kemerdekaan dicapai. Dalam runtutan sejarah penting Indonesia sesuah merdekapun, pemuda tetap mendapat peran sentral yang tidak bisa
diabaikan. Bila pada masa penjajahan peran pemuda termanifestasi dalam tindakan
angkat senjata untuk melawan penjajah, maka sesudah kemerdekaan peran pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semakin terdiversifikasi. Dalam bidang
politik, ekonomi, sosial dan budaya, peran pemuda begitu sangat memberikan arti. Di periode awal Orde Lama pemuda memang masih tetap berkiprah untuk
membangun negara yang bebas secara mutlak dari penjajah dengan tetap angkat senjata sebab pada periode ini agresi penjajah masih terjadi. Di periode pertengahan
Orde Lama, peran angkat senjata pemuda sudah mulai berubah dikarena bentuk serta medan perjuangan pemuda juga berubah. Harir 2014 dalam sebuah tulisan
menyebutkan bahwa pada periode ini keterlibatan pemuda di bidang politik mulai muncul. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya organisasi kepemudaan yang mulai
muncul dan memainkan peran sebagai sarana pendidikan politik. Beberapa organisasi pemuda yang muncul pada periode ini di antaranya adalah Perhimpunan
Mahasiswa Katholik Republik Indonesia PMKRI dengan Partai Katholik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI dengan Partai Nasionalis Indonesia PNI,
Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia CGMI dengan Partai Komunis Indonesia PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia Gemsos dengan Partai
Serikat Islam PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII berafiliasi dengan Partai Nahdlatul Ulama NU, serta Himpunan Mahasiswa Islam HMI
dengan Masyumi. Pada Orde Baru, pemerintah yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto
mendorong pembentukan Komite Nasional Pemuda Indonesia KNPI. Ide awal organisasi ini adalah sebagai organisasi payung bagi organisasi kepemudaan yang
ada. Namun demikian di sisi lain, organisasi ini dinilai banyak kalangan juga menjadi salah satu bentuk pengekangan dan pembatasan hak-hak politik pemuda dan
organisasi lainnya. Ada dua karakteristik organisasi pemuda pasca pembentukan
KNPI. Pertama, organisasi pemuda yang menerima kebijakan yang dibuat dalam menyatukan ideologi, yakni ideologi Pancasila terhadap semua organisasi
kepemudaan. Organisasi tersebut antara lain: HMI, GMNI, PMII, PMKRI, GMKI, dan berbagai organisasi pemuda yang loyal terhadap kebijakan pemerintahan.
Kedua, organisasi pemuda yang berbasis di kampus. Organisasi pemuda ini mampu bersembunyi di balik organisasi kemahasiswaan yang formal.
Peran pemuda yang bersatu dalam organisasi pemuda berbasis kampus memperjuangkan kepentingan masyarakat banyak yang pada masa itu kesulitan
karena inflasi yang tinggi. Organisasi kampus ini banyak melakukan perlawanan dan penolakan terhadap setiap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintahan Orde Baru
tersebut. Tercatat berbagai peristiwa politik yang dilakukan oleh mahasiswa dalam melakukan oposisi terhadap kebijakan yang dibuat oleh Soeharto, seperti: Peristiwa
Lima Belas Januari Malari 1974 yang menyebabkan kerusuhan dan sentimen anti produk Jepang Muradi, 2007.
Sampai dengan orde reformasi bergulir, peran penting pemuda memang tidak akan mungkin diabaikan. Sekalipun di periode Orde Baru, sebagian kalangan
menilai terjadi pengekangan gerakan politik pemuda, namun di saat yang bersamaan pemerintah juga dinilai memberi ruang bagi pemuda untuk lebih terlibat dalam
pembangunan secara nyata. Hal ini terlihat terutama dalam hal yang menyentuh kehidupan penyelenggaraan pembangunan di daerahdesa dengan membentuk
organisasi yang dikenal dengan Karang Taruna. Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan
generasi muda nonpartisan yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah
desakelurahan atau komunitas sosial sederajat yang terutama bergerak di bidang
kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya
mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia di lingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya
alam yang telah ada baca Aqorie, 2015. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga di mana
telah pula diatur tentang struktur pengurus dan masa jabatan di masing-masing wilayah mulai dari desakelurahan sampai pada tingkat nasional. Semua ini wujud
dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang
atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desakelurahan terutama bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial. Anggota Karang Taruna yang selanjutnya disebut Warga Karang Taruna adalah setiap anggota masyarakat yang berusia 13 tiga belas tahun
sampai dengan 45 empat puluh lima tahun yang berada di desakelurahan. Sumber : Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 77HUK2010 tentang Pedoman Dasar Karang
Taruna
.
Menurut Menteri Sosial RI 2009: 17 Karang Taruna lahir pada tanggal 26 September 1960 di Kampung Melayu, Jakarta. Dalam perjalanan sejarahnya, Karang
Taruna telah melakukan berbagai kegiatan, sebagai upaya untuk menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda di
lingkungannya, sesuai dengan kondisi daerah dan tingkat kemampuan masing- masing.
Pada mulanya, kegiatan Karang Taruna hanya sebatas pengisian waktu luang yang positif seperti rekreasi, olahraga, kesenian, kepanduan pramuka, pendidikan
keagamaan pengajian dan lain-lain bagi anak yatim, putus sekolah, yang berkeliaran dan main kartu serta anak-anak yang terjerumus dalam minuman keras
dan narkoba. Dalam perjalanan sejarahnya dari waktu ke waktu kegiatan Karang Taruna telah mengalami perkembangan sampai pada sektor usaha ekonomis
produktif UEP yang membantu membuka lapangan kerjausaha bagi pengangguran dan remaja putus sekolah.
Saat otonomi daerah dibuka, maka saat itu pula tantangan kehidupan berbangsa ikut berubah. Peran semua komponen masayarakat tidak terkecuali
pemuda harus bisa beradaptasi atas perubahan sistem politik kenegaraan yang ada. Otonomi daerah sendiri merupakan suatu konsep yang mengarahkan masyarakat
untuk mengelola daerahnya secara mandiri. Otonomi daerah di Indonesia didorong oleh rezim pemerintahan Orde Baru yang dianggap terlalu sentralistis dan kurang
memperhatikan kondisi daerah, sehingga daerah mesti memiliki kewenangan untuk mengelola daerah sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Semangat yang
demikian jelas harus dibarengi oleh strategi tiap komponen bangsa untuk terlibat. Di tingkat yang paling operasional, peran pemuda Karang taruna juga harus disesuaikan
atau bahkan dimodifikasi agar sesuai dengan gerak dan dinamika pembangunan terutama di daerah. Sampai saat ini, keaktifan pemuda Karang Taruna di tiap daerah
reatif berbeda. Jangankan membandingkan keaktifan pemuda Karang Taruna di satu daerah dengan daerah lain, keaktifan pemuda Karang Taruna di satu desa dengan
desa lainnya di dalam satu kabupaten yang sama juga tidak bisa digeneralisasi. Kondisi yang sama juga terlihat di Desa Telaga Sari Kabupaten Deliserdang.
Sekalipun pemuda Karang Taruna di Desa Telaga Sari Kabupaten Deliserdang telah
terbentuk, namun kondisi dan keaktifan kepengurusan di tiap desa di seluruh Kabupaten Deliserdang relatif tidak sama. Desa Telaga Sari Kabupaten Deliserdang
menarik diteliti karena pemuda Karang Taruna di desa itu cukup aktif, pada 2014 Karang Taruna Desa Telaga Sari berhasil mewakili Sumatera Utara dalam pemilihan
Karang Taruna Teladan Tingkat Nasional. Peran pemuda Karang Taruna semakin relevan saat pemerintah mengesahkan
Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam banyak kajian, undang- undang ini disampaikan banyak kalangan memerlukan keaktifan semua elemen
untuk terlibat termasuk pemuda. Untuk kasus di Sumatera Utara, keterlibatan pemuda dalam urusan penyelenggaraan desa telah diakomodir secara kultural. Sebut
saja kelompok sosial “Naposo Bulung” di pemerintahan Huta yang merupakan bentuk pemerintahan tradisional masyarakat Toba atau Tapanuli pada umumnya.
Atas kondisi demikian, maka kehadiran Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa secara formal jelas sebuah hal baru walaupun secara kultural telah
lama ada. Pada konteks inilah implementasi undang-undang tersebut memiliki prospek untuk melibatkan pemuda Karang Taruna secara aktif, tentu dalam kerangka
aturan yang ada. Kenyataan inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa penelitian tentang peran pemuda Karang Taruna dalam implementasi Undang-
undang No. 6 tentang Desa tahun 2014 di Desa Telaga Sari Kabupaten Deliserdang menjadi penting untuk dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah