Museum Alat Musik Tradisional Indonesia
Laporan Pengantar Tugas Akhir
MUSEUM ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah DI.38309 Tugas Akhir Semester x tahun akademik 2013/2014
Oleh :
Ario Zetra
52009018
PROGAM STUDI DESAIN INTERIOR
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
(3)
DATA RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Ario Zetra
Alamat : Jl.cisitu Lama no 98
Tempat & Tanggal Lahir : Duri,25 April 1990
Kelamin : Laki-laki
Tinggi dan berat badan : 167cm, 60kg
Agama : Islam
Kontak : 085265796799
Email : ariozetra@yahoo.com
Kebangsaan : Indonesia
PENDIDIKAN FORMAL
1996-1997 : TK. Cendana-Duri-Riau
1997-2003 : SD. Cendana-Duri-Riau
2003-2006 : SMP. Cendana-Duri-Riau
2006-2009 : SMA. Cendana-Duri-Riau
2009-present : Universitas Komputer Indonesia- Desain Interior-Bandung-Jawa Barat
(4)
v
KEMAMPUAN
Mampu di dalam bidang komputer, menguasai software Ms. Office, Autodesk, google sketchup + V-ray, adobe flash, dan adobe photoshop.
Mampu di dalam perakitan komputer / perangkat keras dan lunak.
Mampu di bidang musik seperti memainkan alat musik drum, piano, dan gitar.
Bandung, 22 Agustus 2014 Hormat saya,
(5)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iii
LEMBAR DATA RIWAYAT HIDUP ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR BAGAN ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
KATA PENGANTAR ... xiv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Gagasan Perancangan ... 5
1.3 Fokus Permasalahan ... 7
1.4 Permasalahan Perancangan ... 8
1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan ... 10
BAB II TINJAUAN TEORI DAN DATA ... 11
2.1 Tinjauan Umum Museum ... 11
2.1.1 Pengertian museum ... 11
2.1.2 Fungsi Museum ... 12
2.1.3 Persyaratan Museum ... 13
2.1.4 Cara Mendirikan Museum ... 17
2.1.5 Sarana Pameran di Museum ... 22
2.2 Tinjauan Umum Alat Musik Tradisional ... 24
2.2.1 Jenis-jenis Alat Musk Tradisional ... 27
2.3 Penggayaan Arsitektur Neo Modern ... 33
(6)
2.4.2 Studi Antopometri ... 40
2.5 Studi Banding dan Studi Lapangan ... 42
2.5.1 Studi Banding Museum Kain ... 42
2.5.2 Studi Banding Litelatur Koleksi Museum Jambi. ... 44
2.5.3 Studi Lapangan Museum Sri Baduga ... 44
2.6 Alat Musik Tradisional Yang diasumsikan ... 49
2.7 Studi Koleksi ... 50
2.8 Tinjauan Multimedia Interktif ... 54
2.9 Tinjauan Teori Musik ... 57
BAB III KONSEP PERANCANGAN ... 58
3.1 Deskripsi Proyek ... 61
3.2 Site Plan ... 61
3.3 Pengguna Museum ... 63
3.4 Struktur Organisasi ... 65
3.5 Alur Sirkulasi ... 65
3.6 Benda Koleksi ... 67
3.7 Storyline Museum Alat Musik Tradisional indonesia ... 68
3.8 Progam Aktivitas dan Fasilitas ... 70
3.9 Zoning dan Blocking... 78
3.10 Progam Kedekatan Antar Ruang ... 82
3.11 Studi Image ... 84
BAB IV TEMA DAN KONSEP PERANCANGAN ... 86
4.1 Tema ... 86
4.2 Penggayaan ... 87
4.3 Konsep Bentuk ... 87
4.4 Konsep Furniture ... 89
4.5 Media Display ... 90
4.6 Konsep Warna ... 92
4.7 Konsep Material ... 93
4.8 Konsep Penghawaan ... 94
4.9 Konsep Pencahayaan ... 95
(7)
4.11 Konsep Storyline ... 97
DAFTAR PUSAKA ... 101 LAMPIRAN ... 102
(8)
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini. Laporan Pengantar Tugas Akhir ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Fakultas desain Unikom. Laporan Pengantar Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat bagi kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1).
Laporan Penghantar Tugas Akhir ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlilbat khususnya kepada :
1. Orang tua yang selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti. 2. Ibu Tiara Isfiaty, M.Sn., selaku koordinator Tugas Akhir.D N., M.Ds
3. Ibu Ryanty Derwentyana N., M.Ds selaku dosen pembimbing yang telah memberikan wawasan dan masukan positif bagi Penulis sehingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini. RYANTY
4. Bapak Cherry Dharmawan, M.Sn., selaku dosen wali.
5. Para dosen progam studi Desain Interior unikom dan staf administrasi. 6. Saudara kandung abang, kakak, dan adek yang telah memberikan
semangat dan dukungannya.
7. Teman-teman seperjuangan progam studi Interior Unikom angkatan 2009, yang telah memberikan bantuan dan dukungan.
8. Teman-teman seperjuangan progam studi Interior Unikom angkatan 2010, yang saling bekerja sama selama masa kuliah berlangsung.
(9)
9. Teman-teman seperjuangan dari daerah Riau yang memberikan dukungan dan motivasi selama penulis berada di kota bandung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan dalam penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir.
Bandung, 22 Agustus 2014
(10)
101
Daftar Pusaka
Bahari, Hamid. 2011, Kitab Budaya Nusantara, Jogjakarta : DIVA press Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1992, Kecil Tetapi Indah, Pedoman Pendirian Museum, Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1995, Buku Pinter Tentang Permuseuman, Jakarta
Neufert, Ernst. 2000, Data Arsitek Jilid 1, Jakarta: Erlangga Panero,Panero, Julius & Zelnik, Martin. 2003, Dimensi Manusia & Ruang Interior, Jakarta: Erlangga
Peran edukasi ..., Zahir Widadi, FIB UI, 2010, [ Dikutip 14 mei 2014]. Tersedia dari :
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/133708-T%2027878 Peran%20edukasi- Literatur.pdf
Pawitro, Udjianto. “Fenomena Post-Modernisme dalam Arsitektur Abad ke- 21” Maret 2010, [ Dikutip 14 mei 2014]. Tersedia dari
http://jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekayasa/article/download/52/ 21
Setianingsih,Ari. 2011, Mari Bermain Alat Musik Tradisional, Jakarta : Satubuku
Internet :
http://nining.dosen.narotama.ac.id/2012/02/06/pengertian-multimedia-interaktif/
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/2145 http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_musik
(11)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Museum pada mulanya memang dimaksudkan untuk menyelamatkan benda-benda budaya dan sejarah nenek moyang dari zaman ke zaman terkini. Namun sekarang pengertian tentang museum sudah jauh berkembang, sejalan dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat. Museum tidak lagi dipahami sebagai tempat menyimpan dan memilihara benda-benda budaya sejarah, Namun juga sebagai institusi permanen yang bersifat “nirlaba’’ dan terbuka bagi publik untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, pameran, dan pertunjukan. Misi utama museum pada dasarnya berperan sebagai pendidikan dan hiburan. Pada saat ini masih banyak masyarakat, termasuk kalangan pendidikan yang memandang museum hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memilihara benda-benda peninggalan sejarah serta menjadi monumen penghias kota, akibatnya banyak masyarakat yang masih segan untuk meluangkan waktunya untuk berkunjung ke museum dengan alasan, berkunjung ke museum kurang menarik dan agak membosankan.
Berdasarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014), keberadaan museum di Indonesia secara umum belum mampu secara optimal memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai sarana edukasi dan rekreasi yang berkualitas.
(12)
Indonesia, kebanyakan terkonsentrasi di Jakarta, Bali, Yogyakarta, Jawa tengah. Bahkan ada provinsi yang belum mempunyai museum daerah. Berdasarkan situasi tersebut, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemsikbud) sejak 2011 telah mengulirkan progam revitalitasi museum sebagai upaya meningkatkan kualitas museum dalam melayani masyarakat dan menjadikan museum sebagai “kebutuhan” untuk dikunjungi. Setidaknya ada enam aspek revilitasi museum yaitu fisik, manajemen, progam, jejaring, kebijakan, dan pencitraan. Tampilan fisik harus dibuat menarik, misalnya dengan melakukan penataan interior, eksterior, dan rehabilitasi fasilitas penunjang lainnya. Aspek manajemen dengan meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan museum dan pelayanan pengunjung. Sementara itu, aspek progam dan pencitraan dapat melalui pengembangan progam-progam yang inovatif dan kreatif sehingga tidak membosankan bagi pengunjung.
Indonesia adalah Negara yang kaya dengan nilai budaya dan tradisi, terdiri dari beberapa pulau yang terbentang dari sabang sampai marauke. Dari sekian banyak pulau beserta masyarakat tersebut lahir dan tumbuh berkembang seni tradisi yang merupakan identitas jati diri. Alam yang indah dengan berbagai unsurnya, menginspirasikan masyarakat untuk menciptakan alat musik yang bersumber dari suara-suara alam, seperti bambu, kayu, dan kulit. contoh suara alam berasal dari rumpun bambu diolah kedalam bentuk instrumen bunyi buatan yang disebut angklung. Pada awal peradaban
(13)
manusia, alat musik masih dalam bentuk yang sederhana dengan bunyi yang sederhana pula, Namun akhirnya manusia mampu mengolah suara-suara alat tersebut kedalam berbagai macam bentuk bunyi-bunyian serta dapat mengubah bunyi dalam bentuk irama yang dikehendaki. Di dalam pembentukan bunyi dapat mewujudkan sebuah karya dalam bentuk serta konteks keindahan bunyi-bunyian yang berirama yang disebut musik. Kehadiran musik dapat dirasakan didalam berbagai kehidupan manusia, misalnya dalam upacara adat dan pertunjukan drama pada zaman terdahulu. Musik berkembang sebagai bentuk seni pertunjukan dengan sasaran hiburan.
Di Indonesia memiliki berbagai macam bentuk alat musik tradisional, yang merupakan aset bangsa yang tidak ternilai harganya, yang sebagian daerahnya daerah memiliki alat musik khas. Alat musik daerah tersebut diciptakan oleh nenek moyang kita sejak ratusan tahun silam, yang pada masa itu sudah mengenal tangga nada yang digunakan untuk menciptakan lagu. Adapun lagu tersebut disesuaikan dengan iringan alat musiknya. Alat musik tradisional dapat dibedakan menjadi golongan berdasarkan cara memainkan, antara lain alat musik pukul, alat musik tiup, alat musik petik, dan alat musik gesek. Alat musik tradisonal memiliki keunikan tersendirinya dilihat dari teknik penyajiannya, bentuk, dan instrumen yang dikeluarkan. Untuk menjaga hilangnya pengetahuan tentang keberadaan alat musik tradisional di Indonesia yang pada zaman sekarang digeser oleh alat
(14)
tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kejadian alat musik angklung yang diklaim oleh Negara lain.
Dengan beragam jenis alat musik tradisional di Indonesia, maka diperlukan sebuah tempat khusus untuk masyarakat dapat mengetahui sejarah dan jenis-jenis alat musik tradisional. Museum Alat Musik Tradisional Indonesia dapat menjadi salah satu tempat sebagai pemeliharaan/sarana dokumentasi jenis ragamnya alat musik tradisional. Di Indonesia sendiri alat musik tradisional masih dimainkan dan dikoleksi di museum-museum daerah, dipamerkan dalam pameran di museum kabupaten/kota yang bersifat tidak tetap. Belum ada fasilitas museum yang khusus mengoleksi alat musik tradisional yang bersifat tetap di Indonesia.
Dalam perancangan Museum Alat Musik Tradisional Indonesia dirancang dengan fasilitas sistem multimedia interaktif yang artinya desain dengan kombinasi media statis dan dinamis, yang dapat memberikan informasi lebih interaktif, sehingga tersaji dengan lebih menarik. Multimedia interaktif salah satu bentuk dari teknologi informasi tersebut yang mengunakan gambar, tulisan, suara, animasi, video, dan fasilitas pengunjung yang dapat berinteraksi dengan memainkan alat musik tradisional di museum tanpa menganggu benda koleksi tetap. Multimedia interaktif menjadi sistem informasi yang bermanfaat bagi masyarakat, sehingga pengunjung mendapatkan sensasi secara visual, auditorial, dan tactile terhadap
(15)
benda koleksi. Benda koleksi Museum Alat Musik Tradisional Indonesia berupa benda warisan secara turun-menurun yang dipamerkan pada generasi sekarang.
Dari sekian banyaknya alat musik tradisional di Indonesia, merupakan hal yang penting untuk masyarakat mengetahui alat musik tradisional di museum karena alat musik tradisional merupakan warisan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa Indonesia terdahulu yang bersifat edukasi kultural dan rekreasi.
1.2 Gagasan Perancangan
Beberapa gagasan perancangan yang timbul berdasarkan dari latar belakang masalah, yaitu :
Keberadaan museum di Indonesia secara umum belum mampu secara optimal memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai sarana edukasi dan rekreasi yang berkualitas. hal tersebut, menjadi dasar pemikiran dalam pelaksanaan tugas akhir ini dengan merancang museum dengan koleksi alat musik tradisional yang didukung oleh perangkat multimedia.
Dalam perancangan Museum Alat Musik Tradisonal Indonesia, benda koleksi yang mempunyai struktur dalam bentuk fisiknya, yang dapat menjadi inspirasi dalam bentuk bangunan interior yang mengikuti fungsinya, sehingga informasi sampai dengan baik kepada pengunjung museum. Berdasarkan hal tersebut, gaya arsitektur neo
(16)
modern sangat mendukung dan menjadi pilihan dalam perancangan ini. Arsitektur neo modern mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan sebagai elemen artistik dan estetik yang dominan. Ciri-ciri arsitektur neo modern adalah memperlihatkan kejelasan struktur dan sainsnya dengan ide-ide yang beralasan dan masuk akal.
Alat musik tradisional merupakan instrumen yang dibuat atau dimodifikasikan untuk tujuan menghasilkan musik, alat musik tradisonal umumnya menghasilkan suara/nada yang didasarkan dengan tangga nada diatonis dan pentatonis, yang dapat menciptakan irama. Diatonis yang terdiri dari 7 buah nada yang berjarak satu dan setengah nada. Tangga nada ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu tangga nada diatonis mayor yang berkesan bahagia dan semangat dan diatonis minor terkesan sedih dan kurang bersemangat. Tangga nada pentatonis terdiri dari lima nada pokok, yang nada-nada dalam tangga nada pentatonis tidak terlihat berdasarkan jarak nada, tetapi berdasarkan urutannya dalam tangga nada. Berdasarkan hal tersebut maka timbul ide untuk merancang Museum Alat musik Tradisional dengan mengunakan konsep Balance in Dynamic Rhythm yang
artinya keseimbangan dalam Irama Yang Dinamis dapat menciptakan keharmonisasian di dalam ruangan museum. Dalam perancangan ini akan melayout dengan story line berdasarkan jenis alat musik
tradisional dengan cara memainkannya yang dilihat dari bentuk fisik benda koleksi, yang ukurannya ada yang terkecil sampai terbesar.
(17)
Sebagian koleksi alat musik tradisional di museum dapat dimanfaatkan untuk menciptakan ruangan unik/khusus, yang pengunjung dapat memainkan alat musik tradisional tanpa menganggu benda koleksi primer.
Memanfaatkan teknologi saat ini berupa fasilitas simulasi multimedia, seperti games simulasi alat musik tradisonal yang diprogam ke media elektronik monitor touch screen sehingga
pengunjung museum dapat memainkan alat musik tradisional tanpa mengganggu benda koleksi di museum. Fasilitas ini merupakan faktor penunjang koleksi agar informasi tersaji lebih interaktif bagi pengunjung museum.
1.3 Fokus Permasalahan
Beberapa pokok permasalahan yang timbul berdasarkan dari latar belakang masalah, yaitu :
1. Sebagian besar benda koleksi bermaterial alam yang kekuatannya sangat tergantung dari kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembaban udara, sehingga diperlukan teknik pendisplayan dalam layout yang dapat mempertahankan keawetan benda-benda koleksi.
2. Banyaknya alat musik tradisional di Indonesia yang dapat dibedakan menjadi golongan berdasarkan cara memainkan, antara lain alat musik pukul, alat musik tiup, alat musik petik, dan alat musik gesek, sehingga akan mempengaruhi
(18)
penggolongan area berdasarkan jenis yang akan berpengaruh terhadap story line dalam perancangan ini.
3. Indonesia memiliki banyak ragam alat musik tradisional baik dari jenis, bentuk dan penyajiannya, sehingga perlu dirancang teknik pendisplayan sesuai dengan kebutuhan.
4. Museum Alat Musik Tradisional Indonesia dirancang dengan fasilitas sistem multimedia interaktif yang artinya desain dengan kombinasi media statis dan dinamis yang memberikan informasi yang lebih interaktif, sehingga tersaji dengan lebih menarik di museum.
5. Museum Alat Musik Tradisional Indonesia dirancang dengan konsep Balance in Dynamic Rhythm yang memiliki makna
kesimbangan dalam irama yang dinamis. Dengan konsep ini dapat menciptakan keharmonisasian di dalam museum, dengan menimbulkan kesan interaksi antara ruang dengan benda pamer.
6. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang terbentang dari sabang sampai marauke, alam yang indah dengan berbagai unsurnya, menginspirasikan masyarakat untuk menciptakan alat musik yang bersumber dari sumber daya alami, seperti bambu, kayu, dan kulit.
1.4 Permasalahan Perancangan
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang dihadapi didalam perancangan ini, yaitu :
(19)
1. Bagaimana merancang sarana yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan di museum terhadap benda pamer yang sebagian besar berbahan alam yang kekuatannya tergantung dari kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembaban udara ?
2. Bagaimana cara merancang interior agar terciptanya story line
di museum yang menarik, berdasarkan jenis alat musik tradisional di Indonesia dengan cara memainkan, antara lain alat musik pukul, alat musik tiup, alat musik petik, dan alat musik gesek?
3. Bagaimana menciptakan teknik pendisplayan terhadap jenis, bentuk dan penyajian alat musik tradisional ?
4. Bagaimana cara menerapkan sistem multi media interaktif sebagai sarana edukasi dan entertainment di museum?
5. Bagaimana memunculkan suasana ruangan/interior dengan konsep Balance in Dynamic Rhythm yang menimbulkan kesan
interaksi antara ruang dengan benda pamer.
6. Bagaimana menciptakan pencitraan Indonesia di dalam museum, yang didasari keadaan alam Indonesia dengan berbagai unsurnya, yang menginspirasikan masyarakat untuk menciptakan alat musik yang bersumber dari suara-suara alam seperti kayu, kulit, dan bambu.
(20)
1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan Maksud Perancangan :
Maksud dari perancangan museum adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang benda kolesi yang bernilai sejarah dan nilai ilmiah (termasuk nilai estetika) khususnya alat musik tradisional Indonesia yang memiliki jenis ragamnya yang dilihat dari bentuk, bunyi, bahan material dan penyajiannya yang pengaruhnya terhadap perubahan zaman ke zaman.
Tujuan Perancangan :
Tujuan perancangan museum adalah memberikan fasilitas yang mendukung agar informasi yang ada dimuseum (benda koleksi) sampai dengan baik kepada pengunjung, sebagai sarana hiburan dan edukasi. Dan memberikan daya tarik di museum terhadap pengunjung agar menimbulkan kesan dan pesan yang menyenangkan di dalam museum.
(21)
BAB II TINJAUAN TEORI DAN DATA 2.1 Tinjauan Umum Museum
2.1.1 Pengertian Museum
Menurut Departemen Pendidikan Kebudayaan Dirjen Kebudayaan (1999), Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap dan tidak mencari keuntungan melayani masyarakat dan perkembangan, terbuka untuk umum, untuk mengumpulkan, merawat, memamerkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, hiburan, dan benda-benda bukti material dengan lingkungannya.
Salah satu tujuan dalam menentukan kebijakan edukasi adalah mempertimbangkan hubungan antara edukasi dengan benda benda koleksi. koleksi museum terdiri dari artefak atau spesimen sejarah alam, benda benda teknik atau bahan bahan arsip. Selanjutnya museum harus bekerja sama dengan karyawan ahli dalam bidang tersebut untuk mengembangkan tujuan edukasi secara relavan. Dengan demikian setelah tujuan ditetapkan, museum dapat merancang program program edukasi di museum untuk pemahaman aspek kuratorial dan pengetahuan dari benda benda koleksi museum tersebut. Peran edukasi (widadi 2010).
Museum bertujuan untuk melestarikan dan memanfaatkan bukti material manusia dan lingkungannya, untuk ikut serta membina dan mengembangkan seni, ilmu dan teknologi dalam rangka peningkatan
(22)
penghayatan nilai budaya dan kecerdasan kehidupan bangsa. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992)
2.1.2 Fungsi Museum
Museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki dua fungsi besar yaitu :
a. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanaan kegiatan sebagi berikut :
Penyimpanan yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.
Perawatan yang meliputi kegiatan mencagah dan menanggulangi kerusakan koleksi.
Pengamanan yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.
b. Sebagai sumber informasi, musem melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian.
Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
(23)
2.1.3 Persyaratan Museum
Untuk mendirikan suatu museum yang baik dituntut persyaratan tertentu yang diharapkan akan menjadi suatu museum yang baru dapat berfungsi dengan baik. Secara fungsional bangunan museum terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang, antara lain:
1. Bangunan pokok terdiri dari: a. Pameran tetap,
b. Pameran temporer, c. Auditorium,
d. Kantor administrasi dan perpustakaan dan ruang rapat, e. Laboratorium konservasi,
f. Studio preparasi, g. Storage
2. Bangunan penunjang terdiri dari: a. Keamanan/pos jaga,
b. Gift shop dan kafetaria,
c. Ticket box dan penitipan barang,
d. Lobby/ruang istirahat,
e. Toilet,
f. Tempat parkir, pertamanan, dan pagar.
(24)
Persyaratan Lokasi Museum
1. Lokasi museum harus strategis yang bearti harus berada dipusat kota atau pusat keramaian kota, melainkan tempat yang musah di jangkau oleh umum.
2. Lokasi museum harus sehat, sehat dalam arti :
Lokasi yang bukan terletak di daerah industri yang Banyak pengotoran udaranya.
Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/tanah rawa atau tanah yang berpasir dan elemen-elemen iklim.
Syarat- syarat pembangunan museum ada dua yaitu : 1. Syarat-syarat umum
a. Bangunan dikelompokan dan dipisahkan menurut :
Fungsi dan aktifitasnya
Ketenangan dan keramaian
Keamanan
b. Pintu masuk utama adalah untuk pengunjung museum.
c. Pintu khusus untuk lalulintas koleksi, bagian pelayanan, pekantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan. d. Area publik/umum
Terdiri dari :
(25)
Audiotorium, keamanan, giftshop, dan kafetarian,ticket box dan penitipan barang , lobby/ruang istirahat, toilet, taman, dan tempat parkir.
e. Area semipublik Terdiri dari :
Bangunan administrasi (termasuk perpustakaan dan ruang rapat)
f. Area private : Terdiri dari :
Laboratorium konservasi
Studio preparasi
Storage dan ruangan studi koleksi 2. Syarat-syarat khusus bangunan
a. Bangunan Utama (pameran tetap dan pameran temporer). b. Bangunan Audiotorium harus :
Mudah dicapai oleh umum.
Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, ceramah. c. Bangunan Khusus :
Terdiri dari : Laboratorium konservasi, studio preparasi, storage dan koleksi harus daerah tenang, mempunyai pintu masuk, memiliki sistem keamanan yang baikyang menyangkut segi-segi kontruksi maupun spesifikasi ruang.
(26)
d. Bangunan Administrasi
Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun terhadap bangunan-bangunan lain.
Mempunyai pintu masuk khusus.
Persyaratan Koleksi Museum
Yang di maksud dengan koleksi museum adalah sekumpulan benda-benda baik material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan satu atau berbagai budang atau cabang ilmu pengetahuan.
Persyaratan koleksi yaitu :
a. Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah.
b. Dapat diindentifikasikan mengenal wujudnya. c. Harus dapat dijadikan dokumen.
d. Dapat dijadikan suatu monument atau bakal jadi munumen.
f. Benda asli, replica atau reproduksi yang syah menurut persyaratan museum.
Persyaratan Peralatan Museum
Setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi dan teknis permuseuman secara garis besar peralatan museum dapat dibagi menjadi 2 yaitu peralatan kantor dan teknis. Suatu museum tidak dapat berfungsi dengan baik apabila dalam operasionalnya tidak
(27)
didukung dengan peralatan yang lengkap baik peralatan kantornya maupun peralatan teknis.
2.1.4 Cara Mendirikan Museum
Menurut koleksinya jenis museum dapat dibagi dalam beberapa atau banyak jenis, tetapi secara garis besarnya dapat di bagi dalam 2 bagian yaitu musem umum dan museum khusus.
Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan teknologi.
Museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau suatu cabang teknlogi.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992:26)
Museum berdasarkan kedudukannya dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Museum nasional, yaitu museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
2. Museum provinsi, yaitu museum yang koleksinya berasal dari wilayah provinsi dimana museum tersebut berada.
(28)
3. Museum lokal, yaitu museum yang koleksinya dari wilayah kabupaten atau kota dimana museum tersebut berada. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)
Menurut penyelengaraan, museum dapat dibagi 2 yaitu :
a. Museum pemerintah yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi dalam museum yang dikelola oleh pemerintah pusat dan yang dikelola oleh pemerintah daerah.
b. Museum swasta, ialah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.
Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum
Pada umumnya dalam dunia permuseuman diketahui dua unsur utama penyelenggaraan museum yaitu unsur pemerintah dan swasta. Dari setiap masing-masing mempunyai struktur dan cara kerjanya masing-masing.
(29)
Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Bagan A
(Sumber Pedoman Pendirian Museum 1995)
Petugas Administrasi membidangi Petugas Teknis Membidagi 1.Administrasi perkantoran 1.Kuratorial/penelitian koleksi 2.Keuangan 2.Konservasi + prestasi 3.Kepegawaian 3.Bimbingan Edukatif 4.Urusan rumah tangga 4.Perpustakaan 5.pengamanan
Bagan 2.2 Bagan B
(Sumber Pedoman Pendirian Museum 1995)
Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi
Kelompok Tenaga Fungsional Preperasi/konservasi
Kelompok Tenaga FUngsional Kepala Museum
Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Museum
(30)
Di Negara modern di dunia ini semua kegiatan museum sudah mengarah pada pentingnya peranan museum dalam mencerdaskan masyarakat, dan untuk itu pengelola museum sebelum melaksanakan serta merencanakan pameran harus membuat satu desain pameran yang harus di dasarkan pada prinsip-prinsip umum untuk penataan.
Prinsip-prinsip umum yang dipergunakan adalah : a. Faktor Cerita
Meseum merupakan salah satu infra struktur media informasi seperti tv, radio, surat kabar dan perpustakaan. Informasi dari museum merupakan ajang komunikasi dari benda yang dipamerkan dengan masyarakat pengunjung museum. Agar benda dapat berkomunikasi dengan masyarakat harus dibuatnya suatu sinopsis atau cerita yang akan disajikan daru awal masuk samapi pintu keluar.
b. Faktor koleksi
Cerita yang disajikan harus mempunyai konsepsi yang detail atau sistimatika, yang bermaksud agar detail konsep ini menjelaskan dengan pasti semua kolesi yang diperlukan dalam menunjang jalannya cerita pameran.
c. Faktor Sarana dan Biaya
Faktor sarana dan biaya merupakan faktor yang berkaitan satu dengan lainnya, karena akan menyajikan cerita di museum
(31)
harus memerlukan sarana baik sarana dasar berupa bangunan lengkap dengan ruangan pamerannya, vitril, panil, ruang evokatif, serta dilengkapi dengan tata lingkungan dan pertamanan menarik.
d. Faktor Teknik Penyajian dan Metode Penyajian
Dalam hal penataan dalam museum harus memegang standar dari teknik penyajian yang tidak tergantung pada selera satu orang saja. Standar tertentu dari teknik penyajian ini meliputi:
Ukuran minimal dari vitrine dan panil
Tata cahaya
Tata warna
Tata letak
Tata pengamanan
Tata suara
Labelling
Foto-foto penunjang
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)
Metode-metode penyajian sebagai berikut :
1. Metode penyajian artisik, dimana memamerkan benda-benda diutamakan yang mengandung keindahan.
(32)
benda ini sendiri seperti urutan proses terjadinya benda tersebut sampai pada cara pengunaan dan fungsinya.
3. Metode penyajian Romantik atau Evokatif, dimana benda yang dipamerkan harus disertakan dengan memanerkan semua unsur lingkungan dimana benda-benda tersebut berada.
Metode yang dianggap baik adalah metode berdasarkan motivasi pengunjung museum. Metode ini merupakan hasil penelitian dari beberapa museum di Eropa yang akhirnya dari berbagai motivasi pengunjung untuk melihat museum dapat diambil 3 kelompok besar.
Motivasi pengunjung ini dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Motivasi pengunjung untuk melihat keindahan dari benda-benda yang dipamerkan.
2. Motivasi pengunjung museum untuk menambah pengetahuannya setelah melihat benda-benda yang dipamerkan.
3. Motivasi pengunjung museum untuk melihat serta meraskan suatu suasana tertentu pada pameran museum.
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)
2.1.5 Sarana Pameran di Museum
Sarana pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1. Sarana pokok pameran, berupa panel, vitrin, pedestal, dan diorama.
(33)
a. Panil, digunakan untuk menggantung atau menempelkan koleksi, terutama yang bersifat dua dimensi dan cukup dilihat dari sisi depan, digunakan pula untuk menempelkan label atau koleksi penunjang lain seperti peta, grafik, dan lain sebagainya. b. Vitrin, digunakan sebagai tempat meletakkan benda-benda
koleksi yang umumnya tiga dimensi, dan relatif bernilai tinggi serta mudah dipindahkan.
c. Pedestal atau alas koleksi, merupakan tempat meletakkan koleksi berbentuk tiga dimensi.
d. Diorama merupakan suatu peristiwa yang disajikan dengan menggunakan perspektif secara tiga dimensi dengan ukuran yang sebenarnya.
2. Sarana penunjang pameran, berupa label, koleksi penunjang (peta, foto, miniatur, patung peraga, dan sebagainya), sarana pengamanan, sarana publikasi, sarana pengaturan cahaya, sarana pengaturan warna, sarana pengaturan udara, sarana audiovisual, sarana angkutan dalam ruang, dekorasi ruangan (taman dalam ruang, tempat sampah, dan tempat duduk).
a. Label, merupakan bentuk informasi verbal, bisa singkat dan panjang sesuai dengan kedudukannya.
b. Koleksi penunjang, biasanya dibuat untuk memudahkan pengunjung memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan jelas tentang hal yang berkaitan dengan keberadaan koleksi
(34)
c. Sarana pengamanan, ada yang berbentuk sederhana seperti pagar pemabatas, rambu-rambu petunjuk dan larangan dalam pameran, namun dapat juga berupa peralatan canggih yang berupa kamera pengawas, alarm, dan lain-lain.
d. Sarana publikasi, adalah benda-benda yang dibuat khusus untuk memberi keterangan kepada masyarakat.
e. Sarana audiovisual, digunakan untuk menambah informasi tentang benda-benda koleksi yang dipamerkan. Sarana ini membuat pengunjung semakin mudah menangkap informasi pameran, bahkan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat menambah semaraknya suasana pameran.
f. Sarana angkutan dalam ruang, diperlukan terutama untuk mengangkut koleksi yang mudah pecah. Sarana ini berupa rak dorong.
g. Dekorasi ruangan, termasuk sarana penunjang karena secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenyamanan dan kebersihan ruang pameran. (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1993)
2.2 Tinjauan Umum Alat Musik Tradisonal
Indonesia memiliki alam yang indah dengan berbagai unsurnya. Hal itu mengispirasi masyarakat untuk menciptakan alat musik yang bersumber dari suara-suara alam. Sebagai contoh, suara alam dapat berasal dar rumpun bambu yang beradu ketika tertiup
(35)
angin. Indonesia memiliki berbagai jenis alat musik tradisional yang gunakan untuk mengisi musik khas daerah.
Alat musik tradisional merupakan salah satu sarana untuk menampilkan suatu kesenian daerah. Cangkupannya tidak terbatas hanya untuk seni musik saja. Akan tetapi, alat musik tradisional dapat mengiringi kesenian lainnya, seperti seni drama, tari pewayangan, dan seni bela diri. Tanah air kita kaya dengan berbagai jenis alat musik tradisional setiap daerah di Indonesia memiliki alat musik yang khas. Alat musik tradisional daerah tersebut diciptakan oleh nenek moyang kita sejak ratusan tahun silam.
Alat musik tradisional dapat dibedakan menjadi golongan yaitu :
Alat musik pukul
Alat musik dipukul mengunakan tangan, namun ada juga yang dipukul dengan mengunakan alat. Beberapa alat musik tradisional yang dimainkan dengan dipukul antara lain gamelan, kolintang, tifa, kendang, talempong, dan rebana.
Alat musik tiup
Alat musik tiup memiliki beragam jenis. Salah satu di antaranya seruling. Seruling termasuk alat musik yang terbuat dari bambu . cara memainkannya ditiup sambil kedua tangan menutup lubang-lubang pada
(36)
Alat musik petik
Alat musik tradisional dapat dimainkan dengan cara dipetik. Kecapi, sasando, dan sampek merupakan beberapa alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik.
Alat musik gesek
Alat musik tradisonal yang dimainkan dengan cara digesek. Tehyang termasuk salah satu di antaranya. Tehyang dimainkan untuk mengiringi musik-musik daerah betawi.
Usaha Melestarikan Alat Musik Tradisional yaitu :
Di era globalisasi ini, kita harus melestarikan budaya Indonesia. Apalagi di zaman sekarang ini banyak generasi muda yang tidak perduli dengan kebudayan Indonesia. Agar budaya Indonesia tetap lestari ada cara-cara yang bisa kita lakukan seperti,
a. Memberikan pengertian kepada generasi muda betapa pentignya budaya Indonesia untuk dilestarikan.
b. Mengajarkan anak-anak untuk bermain alat musik tradisional.
c. Menetapkan hak paten agar kebudayaan Indonesia tidak diklaim negara lain.
d. Sering menampilkan budaya Indonesia di acara-acara kenegaraan. f. Membuat sarana untuk melestarikan alat musik tradisonal seperti
(37)
2.2.1 Jenis-jenis Alat Musik Tradisional A. Jenis Aeriphone
Alat musik aerophone ini sejenis alat musik yang ditiup antaranya seperti :
Puput Kayu
Alat musik ini bentuknya menyerupai seruling, terbuat dari kayu, mempunyai dua buah lobang nada (letaknya diatas) dan lobang interval 1 buah (letaknya dibawah). Bagian ujungnya untuk meniup(tempat mulut) terbuat dari bambu yang dijepit dengan lempengan kuningan.
Gambar 2.1 Puput Kayu
(Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org)
Terompet
Alat msuik tiup ini terbuat dari tembaga. Terdiri dari corong, bagian dalamnya berlobang dan bagian ujungnya untuk meniup (tempat mulut) terbuat dari kuningan.
(38)
Gambar 2.2 Terompet
(Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org) B. Jenis Chardophone
Jenis intrumen musik Chardphone dalah jenis alat musik yang memiliki dawai/senar, bunyi musik dihasilkan dari petikan/gesekan pada dawai di antaranya seperti :
Gambus
Alat musik tersebut senarnya berjumlah tujuh buah. Alat musik ini terbuat dari kayu pada bagian atas ditempelkan sebentuk kayu untuk tempat mengikat atau menyetel senar begitu juga dengan bagian permukaan dibuat rongga-rongga kecil.
Gambar 2.3 Gambus
(39)
Kecapi
Termasuk juga salah satu alat musik gesek/petik terbuat bahan kayu, bagian pangkalnya lebih besar dari bagian ujung. Sebahagian permukaan diukir motif salur-saluran dan motif kepada burung. Terdapat dua buah lobang tempat cuping untuk mengikat tali/dawai.
Gambar 2.4 Kecapi
( Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org)
Bas. Tongkang
Alat musik petik ini terbuat dari kayu bentuknya menyerupai alat musik guitar, hanya ukurannya lebih besar, bagian depan terdapat empat buah tali senar, sedangkan bagian penyetelan tali senar dibentuk agak melengkung.
Gambar 2.5 Bas. Tongkang
(40)
C. Jenis Chardophone
Jenis instrumen musik idiophone adalah jenis alat music pukul, bunyi musik dihasilkan dari ketukan atau pukulan pada badan alat musik tersebut. Yang termasuk alat musik ini adalah:
Kulintang Kayu
Alat musik terbuat dari kayu, membunyikan dengan memukul. Berbentuk persegi panjang, kayu yang dibentuk sebagai nada berjumlah enam buah (enam aktaf, disusun diatas sebuah yang telah dibentuk sesuai dengan ukuran balok nada tersebut.
Gambar 2.6 Kulintang Kayu
( Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org)
Gendang Bambu
Alat ini terbuat dari seruas bambu, senar /dawainya langsung dari bambu itu sendiri dengan mencukul sembilu selebar 1cm sepanjang ruas bambu, sebanyak dua buah. Untuk mengakat sembilu tersebut diberi penyangga pada kedua ujungnya hingga dapat dibunyikan. Membunyikannya dengan memakai alat pukul.
(41)
Gambar 2.7 Gendang bambu
( Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org)
Kulintang
Kulintang ini terdiri dari gong kecil yang terbuat dari kuniangan dicampur tembaga. Ataupun menyerupai canang namun lebih kecil dari canang. Gong-gong kecil ini disusun diatas box/kotak dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk menyusun alat dimaksud diatasnya. Kulintang terdiri dari enam buah gong kecil.
Gambar 2.8 Kulintang
( Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org)
D. Jenis Membraphone
Intrumen musik membraphone yang menghasilkan bunyi musik dari selaput yang bergetar. Alat musik ini antaranya adalah :
(42)
Arkodion
Alat musik yang menghasilkan bunyi dari getaran selaput / membrane, terbuat dari sejenis kain dan kayu, bentuknya persegi empat. Kedua sisinya terdapat beberapa buah tuts nada. Memainkannya dengan merenggangkan dan merapatkan kembali sambil menekan tutsnya. Biasanya disandarkan didada dipemain.
Gambar 2.9 Arkodion
( Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org)
Rebana
Rebana adalah sejenis alat musik pukul, terbuat dari bahan kulit dan kayu. Kayu dibuat sebagai tempat kulit yang digunakan sebagai bunyi. Kayu dibentuk seperti mangkok namun tidak ada dasarnya, atau berlobang, pada sisi yang lebar inilah diikat kulit dengan rotan. Permukaan inilah yang berfungsi sebagi alat nada.
(43)
Gambar 2.10 Rebana
( Sumber http://asosiasimuseumindonesia.org)
2.3 Penggayaan Arsitektur Neo-Modern Dalam Perancangan Interior Museum Alat Musik Tradisional Indonesia
Aliran neo-modern muncul pada masa antara tahun 1980 seiring dengan perkembangan zaman sejak dinyatakan kematian arsitektur modern (1975) dan kemudian ditandai munculnya bangunan-bangunan baru postmodern. Neo-Modern juga berkembang bersamaan dengan aliran Dekonstruksi di mana arsitek-arsitek besar pada masa itu seperti Frank Gehry, Peter Eisenman, Rem Koolhaas, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Fumihiko Maki dan lain-lain yang dapat menghasilkan karya-karya neo modern. Arsitektur neo=modern sangat bertentangan dengan sifat klasik.
Ciri-ciri yang mendasar pada bangunan-bangunan postmodern yaitu memiliki konsep yang spesifik seperti bangunan-bangunan postmodern aliran lainnya pada umumnya. Dapat bersifat abstrak tetapi juga merepresentasikan sesuatu, tidak hanya sebagai stilasi dari suatu bentukan tertentu. Ciri-ciri ini merupakan ciri-ciri umum yang dapat terlihat secara visual dari bangunan postmodern menuju
(44)
Neo-Modern. Untuk mengungkapnya, para arsitek Neo-Modern memanfaatkan bentuk, penggunaan material dan warna serta struktur dan teknologi yang membuat Neo-Modern berkembang juga menjadi beberapa aliran seperti plastism, suprematism, hight-tech dan lain-lain.
Ciri-ciri yang mendasar pada bangunan-bangunan Neo-Modern yaitu :
1. Masih memperlihatkan kejelasan struktur dan sainsnya dengan ide-ide yang inovatif, beralasan dan masuk akal.
2. Pertimbangan yang sangat mendasar terhadap karakter bangunan dengan tetap memperhatikan segi manusia yang mengunakan. 3. Pada umumnya merupakan pengembangan / lanjutan dari
bentukan-bentukan sederhana melalui konsep-konsep dan rekayasa baik secara karakter bangunan maupun fungsi serta sains dengan pemikiran yang mendalam.
4. Keseragaman dan keserasian pada fasade bangunan lebih diutamakan dengan penggunaan bahan dan warna terkadang bersifat mononton namun inovatif.
5. Memadukan unsur-unsur yang berkesan mungkin dan yang tidak mungkin.
(45)
Gambar 2.11 Arsitektur Neo Modern (Sumberhttp://www.google.com/imgres?imgurl) 2.4 Studi Ergonomi dan Antropometri
Persyaratan ruangan sebagai fungsi utama dari museum. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer sebagai berikut :
2.4.1 Studi Ergonomi
Ergonomi berkenan dengan optimasi, efisien, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia dalam beraktifitas. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem manusia, fasilitas dan lingkungannya yang saling berinteraksi
Pameran Museum tata penyajian koleksi yang merupakan suatu kegiatan teknik penataan koleksi pada ruangan tetap maupun tidak tetap yang diatur menurut suatu sistem tertentu, sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis, komunikatif, informatif, dan edukatif. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)
(46)
Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan informasi, membantu pengunjung mamahami koleksi yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada alur cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.
Gambar2.12 Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer (Sumber http://library.binus.ac.id/)
Pencahayaan dan Penghawaan
Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan adalah 50% dengan suhu 20°C-26°C. Indentitas cahay yang disarankan sebesar 50 lux dengan meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut :
(47)
Gambar 2.13 Penggunaan Cahaya Alami Pada Museum (SumberNeufert, Data Arsitek, 2000)
Arah Pencahayaan
Secara garis besar arah pencahayaan dapat dibagi menjadi:
Pencahayaan ke bawah (downlight).
Arah pencahayaan datang dari atas dan menyinari obyek yang ada di bawahnya, sifat pencahayaannya merata.
Pencahayaan ke atas (Uplight)
Arah cahaya dari bawah ke atas, di mana posisi lampu dihadapkan ke atas, efek yang ditimbulkan yaitu kesan megah dan memunculkan dimensi
Pencahayaan dari belakang (Backlight)
Cahaya berasal dari belakang obyek, kesan yang akan muncul yaitu membuat bentuk obyek lebih jelas terlihat, memberi aksentuasi pada obyek
Pencahayaan samping (Sidelight)
Arah cahaya dari samping untuk memberikan penekanan pada elemen-elemen dari obyek tertentu yang menjadi aksen
(48)
Pencahayaan dari depan (Frontlight)
Cahaya datang dari depan obyek, memberi kesan natural dan apa adanya.
Macam – macam penerangan dalam ruang bagian dalam menurut Ernst Neufert, yaitu: Penerangan simetris langsung, diutamakan untuk penerangan umum ruang kerja, rapat, lalu lintas publik dan zona sirkulasi. Beberapa jenis lampu pada penerangan simetris langsung:
1. Lampu sorot – lampu raster:
Dipasang pada dinding untuk penerangan yang merata. 2. Lampu sorot dengan rel:
Penerangan dinding yang merata dengan bagian ruang. Kuat penerangan mencapai 500 lux. Contohnya lampu pijar halogen. 3. Lampu sorot untuk instalasi langit – langit:
Mengarah langsung ke arah dinding, contohnya lampu halogen dan lampu pijar.
4. Lampu sorot terarah cahaya mengarah ke bawah:
Lampu yang dapat digunakan adalah lampu pijar halogen, terutama lampu halogen voltase rendah.
(49)
Gambar 2.14 Jenis – jenis Penerangan Langsung (Sumber Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 1, Jakarta: Erlangga)
Penerangan tidak langsung
Beberapa jenis lampu yang umumnya digunakan dalam sistem penerangan tidak langsung:
1. Lampu sorot langit – langit, lampu sorot lantai:
Untuk penerangan bidang langit – langit atau bidang lantai. 2. Lampu dinding:
Untuk penerangan dinding dekorasi, dapat juga untuk penerangan langit – langit atau lantai.
3. Lampu sorot dinding – rel aliran:
Merupakan lampu yang umumnya dipasang di ruang pameran dan museum. Tingkat penerangan vertikal sebesar 50 lux, 150 lux dan 300 lux, contoh lampu yang umumnya digunakan adalah lampu pijar.
(50)
Gambar 2.15 Jenis – jenis Penerangan Tidak Langsung (Sumber Neufert, Ernst. Data Arsitek Jilid 1, Jakarta: Erlangga)
2.4.2 Studi Antopometri
Sudut Pandang Mata Manusia
Untuk mempermudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan menapresiasikan koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut berperan. Secara otomatis memusatkan mata tersebut atas display pada jarak yang dibutuhkan.jarak minimal dari seseorang pengamat hinga ke display sebesar antara 13 sampai dengan 16 inci atau 33 sampai dengan 40,6 cm; jarak optimal antara 18 sampai dengan 22 inci atau 45,7 sampai dengan 55,9 cm; dan jarak maksimal sampai dengan28 sampai 29 inci atau 71,1 sampai 73,7 cm.
(51)
Gambar 2.16 Sudut Pandang Manusia
(Sumber Panero & Zelnik, Dimensi Manusia & Ruang Interior, 2003)
Pergerakan kepala manusia
Gerakan kepala pada bidang transversal atau horisontal. secara antropometrik, gerakkan ini disebut sebagai “rotasi leher” dengan rentang 45 derajat kearah kiri atau kanan tanpa menimbulkan ketegangan atau ketidaknyamanan bagi sebagian orang. Rotasi tiga arah yang sederhana dari seorang pembaca akan menunjukan peningkatan yang besar dalam area tersebut, yang dapat ditandai dari sebuah lokasi tunggal yang sudah ditetapkan. Gerakan kepala pada bidang vertikal, rentang mulai o derajat sampai dengan 30 derajat pada arah yang lain dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Secara antropometri, gerakan ini disebut sebagai “fleksi leher”.
(52)
Gambar 2.17 Pergerakan Kepala Dalam Bidang Horizontal dan vertikal (SumberPanero & Zelnik, Dimensi Manusia & Ruang Interior, 2003 )
2.5 Studi Banding dan Studi Lapangan
Museum Alat Musik Tradisional Indonesia yang bersifat fiktif pada perancangan ini memerlukan studi banding dan studi lapangan untuk pengumpulan data.
2.5.1 Studi Banding Museum Kain
Museum Kain terletak di kawasan pantai kuta,bali, yang didirikan dengan sentuhan teknologi multimedia yang interaktif. Strategi ini mengkombinasikan gerak motorik dan sensorik dari pengunjung. Visualisasi tradisi kain yang dinamis dibuat dengan teknologi 3D. Gambar 3D kain batik beraneka corak tampil di layar putih yang terbuat dari batik putih. Menjadi corporate indentity dari museum yang di sebut floating foax. Museum pertama yang didirikan oleh Josephine Komara yang lebih dikenal sebagai obin pemilik BINhouse.
Pengunjung berhadapan dengan deretan kain-kain yang mewakili setiap tahap pembuatan batik. Di bawah setiap kain terdapat
(53)
video yang memperlihatkan proses pembuatan. Di area inilah pengunjung bisa menyentuh kain batik, dengan menyentuh dan meraba kain dari tiap tahapan-tahapan pembuatannya. Pengunjung bisa mengetahui bagaimana handfeel kain dalam setiap tahapan
pembuatannya.
Gambar 2.18 Museum Kain Dengan Media Layar Sentuh (Sumberhttp://nationalgeographic.co.id/)
Permainan lewat layar sentuh tranparan yang mengunakan teknologi layar sentuh, permainan di beri judul how to make Batik. Puzzle game yang memperlihatkan tahap-tahap pembuatan batik dan video yang berkaitan dengan setiap tahap, yang mengajak pengunjung berinteraksi dengan dunia batik.
Gambar 2.19 Permainan Game Layar Sentuh Membuat Batik (Sumberhttp://nationalgeographic.co.id/)
(54)
2.5.2 Studi Banding Litelatur Koleksi Alat Musik Tradisional Museum Jambi
Nama Museum : Museum Negri Propinsi Jambi
Lokasi : Jambi
Sumber : Dokumen Museum Jambi
Data Koleksi Museum jambi
Jenis koleksi : 4 Jenis Alat Musik Tradisonal
Bentuk : 2 dimensi & 3 dimensi
Ukuran Terkecil : Puput kayu, asal
Asal didapat : Muara bungo (propinsi Jambi)
Ukuran : P. 39 Cm
Ukuran Terbesar : Bas. Tongkang
: Asal didapat : Kel.Lebak Bandung Kodya Jambi
: Ukuran : P.132 Cm L. 66Cm
2.5.3 Studi Lapangan Museum Sri Baduga
Tinggalan kebudayaan yang bernilai tinggi banyak tersebar di kawasan Jawa barat, baik yang hampir punah maupun yang masih berkembang hingga kini. Perkembangan kebudayaan berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasangsurut pola kehidupan. Dengan perkembangan tidak sedikit pengaruh budaya luar yang masuk. Hal ini
(55)
disebabkan karena wilayah Jawa Barat pada posisi strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses kepunahan budaya asli Jawa Barat, Maka pemerintah mengambil kebijakan untuk mendirikan Museum Negri Jawa Barat. Pembangunan dimulai sejak tahun 1974 dengan lokasi mengunkan gedung pemerintah, yaitu bekas Kawedanaan Tegallega. Sebagian dari bangunan asli tersebut tetap dipelihara kelestariannya dan digunakan sebagai kantor administrasi.
Peresmian penggunaan Museum Negri Jawa Barat baru dilaksanakan pada tanggal 5 juni 1980 oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI , Dr DAUD JOESOEF didampingi oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1 April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama “Sri Baduga” Raja yang memerintah di PAjajaran Pada era Otonomi Daerah (OTDA) berdasarkan PErda No.5 Tahun 2001 sebagai unit Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propinsi Jawa Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga hingga sekarang.
Tugas Pokok dan Fungsi
Melaksanakan pengumpulan, perawatan, penelitian, penyajian dan bimbingan edukatif.
(56)
Visi
Museum sebagai pisat dokumentasi, informasi dan media pembelajar serta objek wisata budaya ungulan jawa barat
Misi
1. Mengumpulkan, meneliti, melestarikan dan mengkomunikasikan benda tinggalan budaya Jawa Barat kepada masyarakat.
2. Mengembangkan/memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai lihur budaya daerah.
3. Meningkatkan fungsi museum sebagai laboratorium budaya daerah dan filter terhadap pengaruh buruk budaya global.
4. Menanamkan nilai-nilai luhur budaya daerah.
5. Menata museum sebagai salah satu aset wisata budaya.
Data koleksi alat musik tradisional Museum Sri Baduga yaitu :
Jumlah Koleksi : 14 alat musik tradisional 2 jenis gamelan
Tipe Bentuk : 2 dimendi dan 3 dimensi Ukuran Terbesar : Kerinding 10x2
(57)
Fasilitas Museum Sri Baduga
Fasilitas yang ada di Museum Sri baduga yaitu :
1. Tempat Parkir : Halaman Museum yang dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan daya tamping sampai dengan 20 buah bus. 2. Ruang Perpustakaan : Selain mengunjungi ruang pameran
museum pengunjung dapat melihat koleksi buku perpustakaan. Perpustakaan dibuka pada hari senin sampai dengan jumat pukul 08.00-15.30 WIB.
3. Ruang Audiotorium : Digunakan sebagai ruang audio visual, dan pertunjukan berbagai kesenian Jawa Barat baik tradisional maupun yang sedang berkembang sekarang. Selain itu pada ruangan digunakan sebagai tempat untuk penerimaan rombingan pengunjung yang datangke museum untuk mendapatkan informasi pendahuluan sebelum masuk keruang pameran.
4. Ruang Pameran Khusus: Digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan pameran khusus yang diselenggarakan oleh museum sendiri maupun untuk disewakan.
5. Ruang Seminar: Digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan seminar, saresehan ceramah dan kegiatan rapat yang diselenggarakan oleh museum maupun untuk disewakan.
(58)
Denah
Bangunan yang terdiri dari tiga lantai yang setiap lantainya mengoleksi benda pamer dengan kiteria tertentu antara lain
Lantai 1
BAtuan (geologi), Flora, Fauna, Manusia Puba (homo Erectus) dan Prasejarah (homo Spesies), Cengkungan Danau Bandung Purba. Religi masyarakat dari masa Prasejarah sampai Hindu-Budha.
Lantai 2
Religi masyarakat (masa islam, Kong Hu Cu, Teoisme dan Kristen), Sistem pengetahuan, Bahsa, Peralatan Hidup.
Lantai 3
Mata Pencaharian, Teknologi, Kesenian, Pojok Sejarah Perjuangan Bangsa, pojok Wawasan Nusantara dan Pojok Bandung Tempo Dulu.
Struktur Organisasi Museum Sri Baduga
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Museum Sri Baduga (Sumberhttp://www.sribadugamuseum.com/)
(59)
Posisi dan Jabatan :
Kepala Museum
Memimpin mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengetahuan museum.
Subag Tata Usaha
Melaksanakan penyusuanrencana kerja pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, umum dan pelaporan.
Kelompok Jafung
Adalah pegawai museum yang diberi tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pembinaan kebudayaan.
Seksi Perlindungan
Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, penyimpanan dan pengamanan koleksi.
Seksi Pemanfaatan
Melaksanakan penyusunan rencana peningkatan promosi museum.
2.6 Alat Musik Tradisional yang diasumsikan
Benda koleksi museum alat musik tradisional berdasarkan daftar alat musik tradisional yang terdapat dalam buku Kitab Budaya Nusantara yang akan di amsumsikan ke museum alat musik tradisional Indonesia.
(60)
2.7 Studi Koleksi
Daftar Alat Musik Tradisional Berdasarkan Buku Kitab Budaya Nusantara
No
Alat Musik Tradisional Yang diasumsikan di Museum Alat Muduk Tradisional Indonesia Alat Musik Tiup Propinsi Asal Daerah Asal Dimensi 1 Serunai kalee Aceh Pidie,Aceh Utara 30cmx7cm
2 Bereguh Aceh Pidie,Aceh Utara 10cmx77,5cm
3 Saluang Sumatra Barat MinangKabau 40cmx2cm
4 Bansi Sumatra Barat Minangkabau 36cmx3 cm
5 Serangko Jambi Kabupaten Kerinci 10cm
6 Serdam Jambi Kabupaten Kerinci 25,5cmx1cm
7 Sekdu Jambi Kabupaten Kerinci 20cmx1,5cm
8 Genggong Bali Gianyar Bali 10cmx3 cm
9 Puput Kayu Jambi Muaro Bungo 39cm
10 Karinding Jawa Barat Tasikmalaya 10cmx2cm
11 Suling Jawa Barat Cimahi 40cmx2cm
12 Terompet Reog Jawa Timur ponorogo 25cmx3cm 13 pereret Pengasih asih Bali Jembrana Bali 29.2cmx3cm
14 Muri NTB Bima 35cmx5cm
15 Sarone NTB NTB 30cmx7cm
16 Foy Doa NTT Ngada 12,5cmx2cm
17 Foy Pay NTT Pulau Rote 10cmx2cm
18 Suling Balawung Kalimantan Tengah Danau Malawen 40cmx2cm 19 Seruling Bambu Sulawesi Tenggara Toraja 40cmx2cm
20 Korno Maluku Gorontalo
21 Pikon Papua Wamena 10cmx2cm
22 Keledik Kalimantan Barat Suku Dayak Iban 30cmx2,5cm
23 fu Maluku Utara Maluku Utara
Tabel 2.1 Daftar Alat musik Tradisional Tiup ( Sumber Kitab Budaya Nusantara )
(61)
Tabel 2.2 Daftar Alat Musik Tradisional Pukul ( Sumber Kitab Budaya Nusantara )
Memukul Dengan Di pukul Dengan Tangan Alat
1 Rapai NAD Aceh 30mx30cm
2 Geundrang v v NAD Aceh 50cmx30cm
3 Tambo v NAD Aceh 50cmx30cm
4 Taktok Trieng v NAD Aceh 75cmx40cm
5 Canang v NAD Aceh 20cmx50cm
6 Calempong v NAD NAD 75cmx40cm
7 Panggora v Sumatra Utara Suku Mandailing 30mx30cm 8 Gonrang v Sumatra Utara Tapanuli 50cmx50cm 9 Fatitia v Sumatra Utara Tapanuli 30mx30cm 10 Talempong v Sumatra Barat Sumatra Barat 30mx30cm 11 Gandang Tabuik v Sumatra Barat Sumatra Barat 40cmx430cm 12 Rebana Ubi v Riau Pangkal Pinang 30mx30cm
13 Gendang v Riau Riau 50cmx30cm
14 Marawis v Riau Riau 30mx30cm
15 Rebana Sike v Riau Riau 30mx30cm 16 Kompangan v Riau Bengkalis 30mx30cm 17 Cangor v Riau Pekan Baru 30mx30cm 18 Kelintang Kayu v Riau Riau 60cmx50cm 19 Gamolan v Lampung Lampung 60cmx50cm 20 Kompang v Lampung Lampung 30mx30cm 21 Dol v Bengkulu Bengkulu 70cmx70cm 22 Gambang v DKI Jakarta Jakarta 70cmx50cm 23 Gendang v DKI Jakarta Jakarta 50cmx30cm 24 Kempul dan Gong v Jakarta
25 Bonang v Jawa Timur Jawa Timur 70cmx30cm 26 Kollatung v Kalimantan Barat Kalimantan Barat 41cmx25cm 27 Terah Umat v Kalimantan Barat Kalimantan Barat 30cmx50cm 28 Gerantung v Kalimantan Tengah Palangkaraya 40cmx40cm 29 Gendang Tabuik v Kalimantan Tengah Palangkaraya 50cmx30cm 30 Ketipung v Kalimantan Timur Kalimantan Timur 50cmx30cm 31 Gendang v Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah 30cmx40cm 32 Gendang v Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah 50cmx30cm 33 Gong v Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara 50cmx35cm 35 Kenong v Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan 60cmx40cm
36 Tifa v Maluku Maluku 20cmx25cm
37 Arubu v Maluku Maluku 25cmx30cm
38 Tifa v Papua Papua 20cmx25cm
39 Calung v Jawa Barat Sunda 65cmx10cm 40 Gendang Beleq v NTB NTB 50cmx30cm 41 Calong v Sulawesi Barat Sulawesi Barat 65cmx10cm 43 Rambi Wuna v Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara 80cmx50cm Dimensi NO
Alat Musik Tradisional Yang diasumsikan di Museum Alat Muduk Tradisional Indonesia Propinsi Asal Daerah Asal Alat Musik pukul
(62)
Tabel 2.3 Daftar Alat Musik Tradisional Gesek (Sumber Kitab Budaya Nusantara)
Tabel 2.4 Daftar Alat Musik Tradisional Petik (Sumber Kitab Budaya Nusantara)
Tabel 2.5 Daftar Alat Musik Tradisional Sentuh (Sumber Kitab Budaya Nusantara)
1 Arbab Aceh Pidie 75cmx20cm
2 Rahab Sumatra Barat Bukit Tinggi 75cmx20cm
3 Tehyan Jakarta Tenggara 70cmx20cm
4 Tarawangsa Jawa Barat Sumedang 65cmx20cm
5 Rebab Jawa Barat Jawa Barat 70cmx20cm
6 Rebab Jogjakarta DIJ 70cmx20cm
7 Heo NTT Pulau Rote 12,5cmc20cm
Propinsi Asal Daerah Asal Dimensi
No Alat Musik Gesek
1 Hapetan Sumatra Utara Tapanuli 37cmx6cm
2 Gambus Riau Pangkal Minang 80cmx23cm
3 Jentreng Jawa Barat Tasik Malaya 75cmx30cm
4 Kecapi Jawa Barat Daearah Sunda 75cmx30cm
5 Idiokordo NTB NTB 70cmx25cm
6 Sasando NTT Pulau Rote 60cmx45cm
7 Sapek Kalimantan Barat Suku Dayak 80cmx35cm
8 Balikan Kalimantan Barat Suku Dayak 100x35cm
9 Panting Kalimantan Selatan Tapin 60cmx45cm
10 Sampe Kalimantan Selatan Dayak Kenyah 70cmx25cm
11 Salude Sulawesi Utara Sangihe-Talaud 65cmx45cm
No Alat Musik Petik Propinsi Asal Daerah Asal Dimensi
Alat Musik Setuh Dengan digoyangkan
1 Angklung Jawa Barat Jawa Barat
2 Gelang Balian Kalimantan Tengah Palangkaraya
3 Kecrek Jakarta Jakarta
4 Buhun Banten Lebak
(63)
Tabel 2.6 Total Alat Musik Tradisional Yang Diasumsikan (Sumber Kitab Budaya Nusantara)
no Jenis Gamelan Instrument Gamelan
1 Gamelan Jawa
Kendang,Bonang,Bonang
Penerus,Demung,SaronPeking ,Kenong &
Kethuk,Slenthem,Gender,Gong,Gamban g,Rebab,Siter,Suling,Kempul
2 Gamelan Gong Suling
2 (dua) buah kendang1 (satu) buah kajar, 1 (satu) buah kemong,1 (satu) buah ceng-ceng kecek,1 (satu) buah gong pulu,1 (satu) buah kempur,2 (dua) buah suling berukuran kecil,4 (empat) buah suling berukuran sedang 2 (dua) buah suling berukuran besar.2 (dua) buah kendang,
3 Gamenlan banjar versi karaton
babun,gendangdua,rebab,gambang,sent em,ketuk1,dawu,sarun1,sarun2,sarun3se ruling,kanung,kangsi,gong besar,gong kecil 2 (dua) buah suling berukuran besar.2 (dua) buah kendang, 4 Gamelan Banjar versi rakyat
babun,dawu,sarun,sarantam,kanung,kan gsi,gong besar,gong kecil
5 Gamelan Wayah Angklung, belaganjur, bebonangan, caruk, gambang
6
Gamelan Madya
Batel barong, bebarongan, joged pingitan, penggambuhan, gong gede, pelegongan, semar pengulingan
7 Gamelan Anyar
adi merdangga, bumbung gebyong, bumbang, geguntangan, genta pinara pitu,gong kebyar,jenger,joged
Tabel 2.7 Jenis Gamelan Yang Diasumsikan (Sumber Kitab Budaya Nusantara)
Tiup Pukul Gesek Petik Sentuh Total
23 43 7 11 3 87
(64)
2.8 Tinjauan Multimedia Interaktif
Pengertian Multimedia
Menurut Hofsetetter (2001), multimedia adalah penggunaan komputer untuk menampilkan informasi yang merupakan gabungan dari teks, grafik, audio, dan video sehingga membuat pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi dengan komputer.
Selain kombinasi dari objek-objek multimedia tersebut, terdapat juga 4 komponen yang penting lainnya, yaitu :
Adanya komputer untuk mengatur apa yang akan dilihat dan didengar, dan apa yang akan berinteraksi dengan penggunanya.
Adanya link-link yan menghubungkan informasi-informasi yang tersedia.
Adanya peralatan navigasi bagi pengguna adar dapat menggunakan informasi yang tersedia.
Adanya prosedur bagi pengguna untuk mengumpulkan, memproses dan menyampaikan informasi dan ide-idenya.
Menurut hofstetter(2001) komponen multimedia terbagi atas lima jenis Yaitu :
(65)
a. Teks
Teks merupakan elemen multimedia yang menjadi dasar untuk menyampaikan infomasi, karena teks adalah jenis data yang paling sederhana dan membutuhkan tempat penyimpanan yang paling kecil. Teks merupakan cara yang paling efektif dalam mengemukakan ide-ide kepada pengguna, sehingga penyampaian informasi akan lebih mudah dimengerti oleh masyarakat.
b. Grafik (image)
Grafik bermanfaat yang mengilistrasi informasi yang akan disampikan terutama informasi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Jenis-jenis grafik seperti bitmap yaitu gambar
yang disimpan dalam bentuk kumpulan pixel, yang berkaitan
dengan titik-titik pada layar monitor. Digitized picture adalah
gambar hasil rekaman video atau kamera yang dipindakan ke komputer dan diubah ke dalam bentuk bitmaps hyperpictures,
sama seperti hypertext hanya saja dalam bentuk gambar
c. Audio
Multimedia tidak akan lengkap jika tanpa audio(suara. Audio bisa berupa percakapan, musik atau efek suara
(66)
WAVE
Merupakan format file digital audio yang disimpan dalam bentuk digital dengan eksistensi WAV
MIDI (Musical Instrument Digital Interface)
MIDI memberikan cara yang lebih efisien dalam merekam musik dibandingkan wave, kapasitas data yang dihasilkan juga
lebih kecil. MIDI disimpan dalam bentuk MID. Audio terbagi atas 2, yaitu :
Audio Analog
Audio analog merupakan gelombang suara yang berasal dari suara, instrument, atau sember lain.
Audio Digital
Audio digital merupakan gelombang suara yang telah diubah bentuknya menjadi sinyal digital melalui media digital seperti mikrofon.
d. Video
Video menyediakan sumber yang kaya dan hidup untuk aplikasi multimedia. Dengan video dapat menerangkan hal-hal yang sulit digambarkan lewat kata-kata atau gambar diam dan dapat mengambarkan emosi dan psikologi manusia secara lebih jelas.
(67)
e. Animasi
Animasi adalah simulasi gerakan yang dihasilkan dengan menayangkan rentetan frame ke layar. Frame adalah satu gambar
tunggal pada rentetan gambar yang membentuk animasi Keuntungan penggunaan multimedia dalam suatu aplikasi adalah :
Meningkatkan aliran gagasan informasi.
Merupakan cara yang kaya untuk mengkomunikasikan sesuatu.
Mendorong partisipasi, keterlibatan dan eksplorasi pengguna.
Menstimulasi panca indera.
Memberikan kemudahan pemakaian terutama bagi pengguna awam.
Menarik pengguna untuk mencoba dan mempelajari maupun menggunakan lebih jauh.
2.9 Tinjauan Teori Musik
Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur-unsur musik. Cabang ilmu ini mencangkup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisis maupun mengubah musik, dan keterkaitan antara notasi musik dan pembawaan musik.
(68)
Hal –hal yang dipelajari dalam teori musik adalah : 1. Suara
Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (Ingris: pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara ada), intensitas, dan timbre(warna bunyi).
2. Nada
Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada yang berbeda-beda. Tanga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga. 3. Ritme
Ritme adalah pengatur bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukan jumlah ketukan dalam birama dan notmana yang dihitung dan dianggap sebagai satu ketukan. Nada-nada
(69)
tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan dan perbedaan durasi.
4. Notasi
Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horizontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, di samping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.
5. Melodi
Melodi adalah serangkai nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).
Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada secara horisontal. Unit terkecil dari melodi adalah motif. Motif adalah tiga nada atau lebih yang memiliki maksud atau makna musikal. Gabungan dari motif adalah Semi Frase, dan gabungan dari Semi Frase adalah frase (kalimat). Sebuah melodi yangpaling umum biasanya terdiri dari dua Semi Frase yaitu kalimat tanya (Antisiden) dan kalimat jawab (Konsekuen).
(70)
6. Harmoni
Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kajadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga terjadi bila nada tersebut dibunyikan berurutan. Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.
(71)
BAB III KONSEP PERENCANAAN 3.1 Deskripsi Proyek
Judul Proyek : Museum Alat Musik Tradisional Indonesia
Lokasi : Jl.Taman Fatahillah no.1,Tamansari, Jakarta Barat
Batas wilayah : Utara : Café Batavia, Museum seni rupa dan keramik
Timur : Taman Kota Fatahillah Selatan : Museum Sejarah Jakarta
Barat : Museum Wayang, bangunan Tua
Sifat : Fiktif
Status Kepemilikan : Museum Pemerintah
Pengelola : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Orientasi proyek : Edukasi dan Hiburan
Sasaran pengguna : Wisatawan umum, pelajar, ilmuwan
3.2 Site Plan
Museum Alat Musik Tradisional Indonesia menjadi salah satu tempat sebagai pemeliharaan/sarana dokumentasi jenis ragamnya alat musik tradisional. Di Indonesia sendiri alat musik tradisional masih dimainkan dan dikoleksi di museum-museum daerah, dipamerkan dalam pameran di museum kabupaten/kota yang bersifat tidak tetap.
(72)
Belum ada fasilitas museum yang khusus mengoleksi alat musik tradisional yang bersifat tetap di Indonesia atau yang bersifat non-fiktif.
Museum Alat Musik Tradisional Indonesia dalam perancangan ini berlokasi di Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia. Bangunan Museum di akomodasikan di daerah Jakarta Barat, yang terkenal dengan tempat wisata seperti peninggalan masa kolonial Belanda seperti gedung Balai Kota yang sekarang menjadi Museum Sejarah, Museum Wayang dan Museum Seni Rupa dan Keramik.
Gambar 3.1 Site Plan Museum Alat Musik Tradsional Indonesia (Sumber Dokumen Pribadi)
(73)
3.3 Pengguna Museum
Terdapat dua kategori pengguna dalam sebuah museum, yaitu : a. Pengelola
Pengelola museum adalah petugas yang berada dan melaksanakan tugas museum dan dipimpin oleh seorang kepala museum. Kepala museum membawahkan dua bagian yaitu administrasi dan bagian teknis.
Bagian administrasi
Petugas administrasi mengelola ketenagan, keuangan, surat menyurat, kerumahtanggaan, pengamanan, dan registrasi koleksi.
Bagian teknis
Bagian teknis terdiri dari tenaga pengelola koleksi, tenaga konservasi, tenaga preparasi, tenaga bimbingan dan humas.
Tenaga pengelola koleksi bertugas melakukan inventarisasi dan kajian setiap koleksi museum
Tenaga konservasi bertugas melakukan pemeliharaan dan perawatan koleksi
Tenaga preparasi bertugas menyiapkan sarana dan prasarana serta menata pameran.
(74)
tenaga bimbingan dan humas bertugas memberikan informasi dan mempublikasikan koleksi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
b. Pengunjung
Berdasarkan intensitas kunjungan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
Kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar.
Kelompok orang yang baru mengunjungi museum. Berdasarkan tujuannya pengunjung dibedakan atas :
Pengunjung pelaku studi
Pengunjung bertujuan tertentu
(75)
3.4 Struktur Organisasi
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Museum (Sumber Documen Pribadi) 3.5 Alur Sirkulasi
Alur Sirkulasi Pengelola
Bagan 3.2 Alur Sirkulasi Pengelola (Sumber Dokumen Pribadi)
Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi
(11 orang)
Kelompok Tenaga Fungsional Preperasi/konservasi (16 Orang) Kelompok Tenaga Fungsional Bimbingan/edukatif (13 orang) Kepala Museum (1 Orang)
Sub Bagian Tata Usaha (3 orang)
Main Enterence Side Enterence
LOBBY Loading Dock R.Administrasi R.Koleksi & Perawatan Kantor Bag. Pameran edukasi RUANG PAMER
Kantor Kepala & wakil Museum GIFT SHOP PERPUSTAKAAN Kafe Kepala Museum (1 Orang)
(76)
Alur Sirkulasi Pengunjung
Bagan 3.3 Alur Sirkulasi Pengunjung (Sumber Dokumen Pribadi)
Side Basement Parkir Enterence Main Enterence
Lobby
GIFT SHOP & Kafe
Introduction Hall Ruang Pamer Instrumen tiup Ruang Pamer Instrumen Pukul Ruang Pamer Instrumen Gesek Ruang Pamer Instrumen Tiup Ruang Pamer Intrumen Sentuh Audiotorium Perpustakaan
Ruang Bermain Alat Musik & Gamelan
3 4
1 2
2
1. Kunjunagn Area Pamer
2.Kunjungan Audiotorium
3.Area Retail
(77)
Alur Sirkulasi Barang Koleksi
Bagan 3.4 Alur Sirkulasi Barang Koleksi (Sumber Dokumen Pribadi
3.6 Benda Koleksi
Benda koleksi Museum Alat Musik Tradisional Indonesia diasumsikan berdasarkan buku Kitab Budaya Nusantara (2011), karena di dalam buku Kitab Budaya Nusantara menjelaskan tentang budaya di 34 propinsi yang ada di Indonesia. Dalam Perancangan Museum Alat Musik Tradisonal Indonesia budaya yang diambil adalah budaya kesenian alat musik tradisional dengan instrument berbeda-beda. Instrumen atau alat musik tradisional diambil dari tiap-tiap Propinsi di Indonesia yang terpopuler di propinsinya, gamelan juga diasumsikan di dalam museum karena alat musik tradisonal di mainkan dengan alat musik tradisonal lainnya.
R.Administrasi
R.Konservasi
R.Penyimpanan
Ruang Pamer Tetap & Temporer Loading Dock
(1)
95 4.9 Konsep Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat
dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik
memungkinkan orang dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Dalam perancangan Museum Alat Musik Tradisonal Indonesia pencahayaan yang dipakai adalah pencahayaan buatan yang diterapkan di dalam ruangan area pamer benda koleksi, dikarenakan sebagian besar benda koleksi bermaterial alam yang kekuatannya sangat tergantung dari kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembaban udara, sehingga diperlukan teknik pencahayaan agar tidak rusak terkena cahaya matahari seperti memakai downlight, hidden lamp dan spot light.
Gambar 4.12 Pencahayaan Buatan
(2)
96
Konsep pencahayaan menerapkan konsep Balance in dinamic rhythm dengan permainan treatment pada ceiling yang terlihat pada gambar dibawah.
Gambar 4.13 Implementasi Pencahayaan (Sumber Dokumen Pribadi )
4.10 Konsep Keamanan
keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram. Keamanan benda pamer sangat dipentingkan karena benda koleksi di Museum Alat Musik Tradisonal Indonesia merupakan warisan dari zaman ke zaman.
Hal-hal yangmenjadi sistem keamanan di museum adalah : 1. Alat pemadam kebakaran
Alat ini digunakan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di dalam museum seperti terjadinya konslet arus listrik. Alat ini diletakan pada area yang mudah terbakar.
(3)
97
2. CCTV
CCTV adalah suatu perangkat peralatan pengawas yang memonitor keadaan di museum agar aktifitas di museum berjalan dengan lancar dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian benda koleksi.
3. Sprinkler
Sprinkler merupakan sistem yang digunakan untuk
memadamkan kebakaran di dalam ruangan bangunan. Sprinkler akan secara otomatis menyala bila ada kebakaran yang terjadi. Sprinkler diterapkan pada ceiling bangunan. Terutama area umum seperti area pamer yang ramai dikunjungi.
Gambar 4.14 Alat Keamanan
(Sumber http://freakfiredioze.blogspot.com/ )
4.11 Konsep Storyline
Kosep storyline dalam perancangan Museum Alat Musik Tradisonal Indonesia akan melayout dengan storyline berdasarkan
(4)
98
jenis alat musik tradisional dengan cara memainkannya. Pengunjung di arahkan agar informasi sampai dengan baik bagi pengunjung. Di mulai dari pengunjung memasuki ruangan pamer sampai dengan keluar dari museum. Pembagian ruangannya antara lain :
1. Ruangan Introduksi
Ruangan yang memperkenal alat musik tradisonal di indonesia dengan media grafik (dua dimensi) dan replika (tiga dimensi) dari alat musik tradisonal yang ada di museum seperti instrument tiup, pukul, gesek, petik, dan sentuh.
2. Area Instrument Tiup
Instrument yang di display berdasarkan dari ukuran instrument dari kecil ke besar sehingga ada hubungan dengan dengan konsep Balance in Dynamic Rhythm. Area Intrument tiup di fasilitasi ruang simulasi interaktif dengan media teknologi modern seperti monitor touchscreen.
3. Area Instrument Pukul
Instrument yang di display berdasarkan dari ukuran instrument dari kecil ke besar sehingga ada hubungan dengan dengan konsep Balance in Dynamic Rhythm. Area Intrument pukul di fasilitasi ruang simulasi interaktif dengan media teknologi modern seperti monitor touchscreen. Di area instrument pukul pengunjung dapat memainkan / mencoba beberapa alat musik
(5)
99
tradisonal yang di sajikan oleh pengelola museum sehingga benda koleksi di museum tidak terganggu.
4. Area Instrument Gesek
Instrument yang di display berdasarkan dari ukuran instrument dari kecil ke besar sehingga ada hubungan dengan dengan konsep Balance in Dynamic Rhythm. Area Intrument gesek di fasilitasi ruang simulasi interaktif dengan media teknologi modern seperti monitor touchscreen. Di area instrument gesek pengunjung dapat memainkan / mencoba beberapa alat musik tradisonal yang di sajikan oleh pengelola museum sehingga benda koleksi di museum tidak terganggu.
5. Area Instrument Petik
Instrument yang di display berdasarkan dari ukuran instrument dari kecil ke besar sehingga ada hubungan dengan dengan konsep Balance in Dynamic Rhythm. Area Intrument Petik di fasilitasi ruang simulasi interaktif dengan media teknologi modern seperti monitor touchscreen. Di area instrument petik pengunjung dapat memainkan / mencoba beberapa alat musik tradisonal yang di sajikan oleh pengelola museum sehingga benda koleksi di museum tidak terganggu.
(6)
100
6. Area Instrument Sentuh
Instrument yang di display berdasarkan dari ukuran instrument dari kecil ke besar sehingga ada hubungan dengan dengan konsep Balance in Dynamic Rhythm. Area Intrument sentuh di fasilitasi ruang simulasi interaktif dengan media teknologi modern seperti monitor touchscreen. Di area instrument sentuh pengunjung dapat memainkan / mencoba beberapa alat musik tradisonal yang di sajikan oleh pengelola museum sehingga benda koleksi di museum tidak terganggu.
7. Area Gamelan
Museum memerkan alat musik tradisonal yang dimainkan secara bersamaan seperti gamelan. Gamelan yang dipamerkan antara lain adalah gamelan jawa, gamelan gong suling, gamelan banjar versi keraton, gamelan banjar versi rakyat, gamelan wayah, gamelan madya, dan gamelan anyar.