20 c. asap las
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,1-10 ɥm. Apabila
pengelasan dengan gas CO
2
menggunakan kawat padat dan elektroda terbungkus ilmenit oksida besi dan titanium, maka unsur utama asapnya
adalah oksidasi besi, tetapi asap las pada umumnya bergantung pada kandungan material pembungkus dan kawat las. Jika sejumlah besar volume
asap dihisap maka akan menimbulkan penyakit akut yang disebut demam logam.
d. Bahaya letupan dan terak Letupan las yang disebabkan oleh percikan selama pengelasan dan terak
yang ditimbulkan oleh alat potong las, yang kesemuanya mempunyai resiko antara lain cedera mata, luka bakar, dan percikan.
6. Kompetensi Pengelasan
Berdasarkan penjabaran tentang kompetensi dan pengelasan maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pengelasan adalah suatu kemampuan kerja,
keterampilan, dan sikap kerjas siswa dalam bidang pengelasan yang langsung berpengaruh pada hasil sesuai yang dipersyaratkan. Berdasarkan UKK
Pengelasan SMK 1 Sedayu: 2014, Kompetensi pengelasan diukur dengan cara siswa harus mampu:
a. Mampu mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk proses
pengelasan. b.
Mampu melakukan pengelasan SMAW posisi 3G Grove Jalur Vertikal, baik menggunakan ayunan vertikal up ataupun vertikal down.
c. Mampu membuat spesimen uji pengelasan.
21 d.
Mampu menguji hasil pengelasan menggunakan metode uji Destruktif Test, dengan uji lengkung pada spesimen yang telah disiapkan.
7. Tinjauan Hubungan Antara Praktik Kerja Lapangan terhadap Minat berwirausaha
Praktik Kerja lapangan atau dalam dunia pendidikan disebut sebagai pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh
melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat profesional tertentu Made wena, 1996:16. Pada Kegiatan praktik kerja
lapangan seorang siswa akan memperoleh ilmu baru yang tidak didapatkan sewaktu kegiatan belajar disekolah berupa pengalaman, baik pengalaman
bernuansa bisnis maupun pengalaman kerja, menurut crow and crow menyatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong
seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, ataupun pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri H. Djaali, 2008:
121. Pengalaman yang diperoleh individu selama praktik kerja lapangan akan
menumbuhkan suatu minat tersebut. Karena secara fungsional minat juga diperoleh karena adanya pengalaman yang kemudian dihubungkan dengan
perhatian terhadap suatu objek sehingga mempunyai minat terhadap objek tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Drever Bangsaku, 2008 yang
meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya, yaitu sebagai berikut: Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman
perasaan yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek tertentu. Sementara secara struktural minat merupakan
suatu elemen dalam diri individu baik bawaan maupun yang diperoleh
22 lewat
proses belajar,
yang menyebabkan
seseorang merasa
mendapatkan manfaat terhadap suatu objek tertentu atau merasa yang berhubungan dengan objek tertentu atau terhadap suatu pengetahuan
tertentu. Dapat disimpulkan bahwa minat diperoleh dari hasil belajar dan semakin
banyak pengalaman yang didapat ketika melaksanakan pembelajaran praktik kerja lapangan dimungkinkan akan merangsang tumbuhnya minat siswa untuk
berwirausaha, sehingga dapat diketahui bahwa adanya suatu hubungan antara praktik kerja lapangan terhadap minat berwirausaha.
8. Tinjauan Hubungan Antara Penguasaan Kompetensi Pengelasan terhadap Minat Berwirausaha