Kebijakan Konservasi Hutan APP

2. LAPORAN KEMAJUAN

2.1. APP GRUP

1 TRIWULAN KEDUA KEBIJAKAN KONSERVASI HUTAN YANG BARU INI ADALAH KEBIJAKAN YANG DIRANCANG UNTUK MELINDUNGI SEMUA HUTAN ALAM DALAM RANTAI PASOKAN APP. Berdasarkan kebijakan tersebut, hutan alam dideinisikan sebagai hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi, termasuk hutan gambut, dan atau hutan Stok Karbon Tinggi. APP memajukan batas akhir bagi pemasoknya untuk mengadopsi prinsip HCVF sebanyak 2 tahun. APP dan seluruh pemasoknya hanya akan mengembangkan area yang bukan merupakan lahan hutan, sesuai dengan hasil identiikasi dalam penilaian HCVF dan HCS secara independen. Sejak 1 Februari 2013, seluruh pembukaan hutan alam telah dihentikan sementara hingga selesainya penilaian HCVF dan HCS. APP telah melakukan penilaian awal terhadap keseluruhan rantai pasokannya. APP telah memprioritaskan penilaian HCVHCS pada daerah-daerah konsesi yang hingga sekarang masih memasok kayu alam kepada perusahaan. Hal-hal penting dalam komitmen kebijakan pertama meliputi: HUTAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI HCVF DAN HUTAN STOK KARBON TINGGI HCS I.

2.1.1. Kebijakan Konservasi Hutan APP

Dalam implementasi roadmap APP di triwulan kedua, APP menerbitkan kebijakan baru yang sekarang menjadi bagian dari Sustainability Roadmap Visi 2020. • • 1. APP Grup mengacu pada APP Indonesia and APP China Kebijakan Konservasi Hutan ini mempunyai 4 komitmen yang mencakup: Hutan Bernilai Konservasi Tinggi HCVF dan hutan Stok Karbon Tinggi HCS Praktek terbaik manajemen gambut Keterlibatan Sosial dan Masyarakat Pemasok kayu lainnya 1. 2. 3. 4. 3 4. Berdasarkan pengumuman ini, semua hutan alam, yang akan diidentiikasikan melalui penilaian HCV dan HCS, di seluruh rantai pasokan APP akan disisihkan. APP bekerja sama dengan TFT dalam melakukan komitmen ini. Untuk mengidentiikasi kawasan hutan, APP akan menggunakan kombinasi data dari analisa pemetaan satelit dan kunjungan lapangan. APP berkomitmen untuk melindungi hutan gambut diseluruh rantai pasokannya. APP akan mendukung strategi dan target Pemerintah Indonesia untuk pengembangan rendah emisi dan penurunan gas rumah kaca. PRAKTEK TERBAIK MANAJEMEN GAMBUT II. Memastikan bahwa hutan lahan gambut dilindungi sebagai bagian dari komitmennya untuk melindungi hutan bernilai konservasi tinggi dan hutan dengan stok karbon tinggi. Melakukan praktek manajemen terbaik untuk mengurangi dan menghindari emisi gas rumah kaca dalam lanskap lahan gambut. Sebagai bagian dalam usaha mencapai hal ini, tidak akan ada aktiitas pembangunan kanal atau infrastruktur di area konsesi lahan gambut tidak berhutan yang belum dikembangkan, hingga proses penilaian HCVF, termasuk masukan dari ahli gambut, telah selesai dilakukan. Hal ini akan dicapai dengan cara: • • • Penilaian HCS telah dimulai dengan mengidentiikasi area dan kualitas dari tutupan hutan. Analisa satelit, didukung dengan pekerjaan di lapangan, akan mengidentiikasi area yang akan dilindungi dan juga area dengan stok karbon rendah yang dapat dikembangkan menjadi hutan tanaman industri. Setiap pengembangan hutan tanaman industri hanya akan dilakukan setelah penilaian HCVHCS diselesaikan, dan hanya di daerah yang diidentiikasi sebagai bukan hutan. • • 5. 6. APP akan berkonsultasi dengan LSM dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan bahwa protocol dan prosedur FPIC dan pemecahan konlik sesuai dengan praktek terbaik internasional. KETERLIBATAN SOSIAL DAN MASYARAKAT III. Dalam pemecahan konlik sosial pada seluruh rantai pasokan, APP akan secara aktif meminta dan mengikut sertakan saran dan masukan dari berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat sipil, untuk menerapkan prinsip-prinsip berikut: Free, Prior and Informed Consent FPIC dari masyarakat asli dan komunitas lokal Penanganan keluhan yang bertanggung jawab Pemecahan konlik yang bertanggung jawab Dialog yang terbuka dan konstruktif dengan para pemangku kepentingan lokal, nasional dan internasional Pemberdayaan masyarakat Penghormatan terhadap hak asasi manusia Mengakui dan menghormati hak-hak karyawannya Kepatuhan terhadap hukum, prinsip dan criteria sertiikasi bertaraf internasional yang relevan. • • • • • • • • Dimana ada pengajuan Hutan Tanaman Industri HTI yang baru, APP akan menghormati hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal, termasuk juga pengakuan terhadap hak atas tanah adat. APP telah berkomitmen terhadap penilaian HCVF yang independen sebagai bagian dari komitmen ini dan dengan konsultasi dengan para pemangku kepentingan, akan mengembangkan langkah-langkah lanjutan untuk menerapkan FPIC. 7. 8. Sumber serat kayu APP datang dari seluruh penjuru dunia dan saat ini APP sedang mengembangkan prosedur untuk memastikan bahwa pasokan ini mendukung prinsip manajemen hutan yang bertanggung jawab. PEMASOK KAYU LAINNYA IV. Kebijakan Hutan Konservasi yang baru ini memberikan panduan menyeluruh terhadap praktek pemasok kayu APP di Indonesia. APP juga memasok serat dari seluruh dunia, dan para pemasok ini juga diwajibkan untuk mematuhi kebijakan APP untuk memasok bahan baku dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab. KEBIJAKAN YANG DIUMUMKAN APP HARI INI JUGA AKAN DITERAPKAN PADA SELURUH EKSPANSI DI MASA DATANG. Gambar 1. Target APP Grup untuk menurunkan konsumsi serat hutan alam Kayu campuran MTH hanya dapat diterima dari: Area yang dikonversi sebelum tanggal 1 Februari 2013 Kayu yang sudah diveriikasi sebagai non-HCVF dan non-HCS Kayu impor yang bersertiikasi Serat daur ulang • • • • APP Indonesia China - Penggunaan Kayu Campuran MTH 2011 2 4 6 8 10 12 14 2012 2013 2014 2015 Realisasi per Des 2012 Target 9. 10. Bisnis Jangka Panjang yang Berkelanjutan 2.1.2. Untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang dari operasi APP, penilaian independen telah dilakukan untuk memastikan ketersediaan bahan baku untuk proyeksi kebutuhan jangka panjang pabrik-pabrik APP. Penilaian difokuskan pada pertumbuhan dan hasil tanaman pemasok kayu APP. Selain penilaian internal perusahaan, dua penilaian tambahan dilakukan. Penilaian pertama telah dilakukan oleh The Forest Trust TFT, dan penilaian kedua telah dilakukan oleh ahli independen yang mempunyai spesialisasi dalam inventarisasi hutan, modelling pertumbuhan dan hasil tanaman, serta proyeksi pasokan kayu. Semua proyeksi menunjukkan bahwa APP akan mempunyai akses yang cukup kepada serat hutan tanaman untuk memenuhi komitmen konservasi hutannya, bahkan dengan kapasitas rencana ekspansi. APP menggunakan proyeksi pertumbuhan dan hasil tanaman yang paling konservatif dalam perencanaannya. APP terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut dengan para pemangku kepentingan yang ingin mendengar lebih lanjut mengenai metodologi yang digunakan untuk menilai pertumbuhan dan hasil tanaman tersebut. 11. 12.

2.1.3. Forest Conservation Policy