TATA CARA PENETAPAN TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK

BAB III DASAR PENGENAAN PAJAK DAN TARIF PAJAK

Pasal 4 1 Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai jual Sarang Burung Walet. 2 Nilai jual Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum Sarang Burung Walet yang berlaku dengan volume hasil Sarang Burung Walet . Pasal 5 Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10 sepuluh persen.

BAB IV WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK

Pasal 6 Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan danatau pengusahaan Sarang Burung Walet. Pasal 7 Besaran pokok pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana di maksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1.

BAB V MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERHUTANG

Pasal 8 Masa Pajak adalah jangka waktu 3 tiga bulan kalender yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. Pasal 9 Pajak terutang terjadi pada saat kegiatan pengambilan Sarang Burung Walet.

BAB VI TATA CARA PENETAPAN

Pasal 10 Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Pasal 11 Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB danatau SKPDKBT. Pasal 12 1 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD. 2 SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya. 3 SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, harus disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15 lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak. 4 Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VII TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK

Pasal 13 1 Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan: a. SKPDKB dalam hal: 1. jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar; 2. jika SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran; 3. jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan. b. SKPDKBT jika ditemukan data baru danatau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang. c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 2 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 1 dan angka 2 dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. 3 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah kekurangan pajak tersebut. 4 Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. 5 Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a angka 3 dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa denda sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

BAB VIII TATA CARA PEMBAYARAN