• Ishak Iwan Alim Saputra, Pengaruh Aktivitas Penduduk …
55 Bentuk desa yang memanjang searah jalur jalan, membuat
perkembangan wilayah ini tumbuh pesat. Hal ini dibuktikan dengan kepadatan jumlah penduduk yang mencapai 108 jiwaKm
2
. Konsekuensi pertambahan populasi tersebut berimplikasi langsung
dengan perubahan penggunaan lahannya, dimana terjadi perubahan yang cukup signifikan terutama peruntukan lahan terbangun dan
budidaya perikanan ataupun pertanian. Kedekatan dengan akses jalan serta ditunjang dengan kondisi fisik wilayah yang mendukung,
menjadikan daerah ini mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam hal pertanian dan perikanan. Hal ini diidentifikasi
dengan meningkatnya konversi lahan Desa Lalombi dalam empat tahun terakhir yang diperuntukkan dalam sektor pertanian dan
perikanan. Namun, pengelolaan lahan budidaya baik pertanian dan perikanan di Desa Lalombi memunculkan masalah tersendiri, karena
sebagian besar wilayahnya berupa mangrove. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana aktivitas penduduk dalam pengelolaan hutan mangrove di Desa Lalombi Kecamatan Banawa
Selatan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas penduduk yang berpengaruh terhadap kerusakan hutan mangrove di
Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan.
II. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Penelitian ini menggunakan
metode survei. Data primer yang digunakan terdiri dari identitas penduduk, selain itu digunakan data sekunder terdiri dari kondisi
luas hutan mangrove dari beberapa instansi terkait.
Daerah penelitian mempunyai populasi kepala keluarga sebanyak 444 jiwa Monografi Desa Lalombi: 2014. Dari jumlah
tersebut ditentukan sampel secara acak sederhana, sebanyak 15 dari jumlah populasi yaitu sebanyak 44 kepala keluarga Arikunto,
2006. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terstruktur dengan alat bantu kuisioner daftar pertanyaan dan
observasi langsung di daerah penelitian.
Pengumpulan data sekunder bersumber dari instansi - instansi yang mendukung seperti
Kecamatan Banawa Selatan, Dinas PU Donggala, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Donggala dan Provinsi Sulawesi Tengah,
Jurnal GeoTadulako Vol. 3 No. 6 Juli - Desember 2015____
•
56 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala, Bappeda
Provinsi Sulawesi Tengah. Pengolahan data hasil penelitian dari lapangan dilakukan
dengan memindahkan dan informasi dari kuisioner ke dalam tebal tematik tabulating, menggunakan cara kuantifikasi data. Cara ini
digunakan untuk mempermudah dalam proses analisis data. Selanjutnya proses analisis analyzing untuk mengetahui peran serta
penduduk terhadap kerusakan hutan mangrove, dianalisis dari hubungan variabel aktivitas penduduk dengan kerusakan hutan
mangrove. Hubungan ini diuji menggunakan analisis statistik inferensial dan uji koefisien korelasi pearson product moment.
III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Perubahan Luas Hutan Mangrove di Desa Lalombi
Kondisi hutan mangrove yang terdapat di Desa Lalombi menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi
Tengah Serta Dinas PU Bidang Tata Ruang mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan perubahan luas hutan
mangrove di Desa Lalombi dari tahun 2010 sampai 2014 yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perubahan Luas Hutan Mangrove Ha di Desa Lalombi No.
Pengunaan Lahan Luas Ha
Perubahan Luas Ha
2010 2014
1 Hutan Mangrove
71 30
2,41 41
2 Pemukiman
21,2 23,2
1,65 2
3 Tambak
249,3 285,3
20,3 36
4 Hutan
419 419
29,81 5
Semak Belukar 7
7 0,49
6 Kebun
528 531
37,78 3
7 Sawah Irigasi
110 110
7,83 1405,5
1405,5 100
Sumber: Olah Data Sekunder, 2014 Luas hutan mangrove yang ada di Desa Lalombi pada tahun
2010 ± 71 Ha sebesar 5,05 dari luas wilayah Desa Lalombi, tahun 2014 berkurang menjadi ± 30 Ha sebesar 2,14 dari luas wilayah
Desa Lalombi. Ini berarti bahwa luasan hutan mangrove mengalami
• Ishak Iwan Alim Saputra, Pengaruh Aktivitas Penduduk …
57 penurunan sekitar 41 Ha. Kondisi tersebut dikategorikan rusak
karena telah dialihfungsikan sebagai lahan budidaya oleh penduduk sekitar. Perubahan luas hutan mangrove tersebut terdiri dari
konversi untuk pemukiman menjadi ± 2 Ha dan konversi terbanyak untuk perikanan dan pertanian ± 39 Ha lihat gambar 2 dan 3.
Jurnal GeoTadulako Vol. 3 No. 6 Juli - Desember 2015____
•
58
• Ishak Iwan Alim Saputra, Pengaruh Aktivitas Penduduk …
59 Perubahan luasan hutan mangrove di Desa Lalombi tidak
terlepas dari hasil aktivitas penduduk sekitarnya. Hubn ini kemudian dituangkan dalam hipotesis hubungan antara aktivitas penduduk
terhadap kerusakan hutan mangrove. Hasilnya tingkat signifikansi dan besarnya kontribusi aktivitas penduduk terhadap kerusakan
hutan mangrove di Desa Lalombi, hasil uji t dua fihak dengan dan dk 42 menunjukkan t
hitung
t
tabel
25,63 2,021, dengan demikian aktivitas penduduk berpengaruh signifikan terhadap kerusakan
hutan mangrove di Desa Lalombi. Besarnya pengaruh aktivitas penduduk terhadap kerusakan hutan mangrove terjadi sangat besar
94, hal ini setelah di uji dengan koefisien determinan. Kerusakan hutan mangrove di Desa Lalombi diakibatkan oleh bentuk aktivitas
penduduk sebagai berikut.
3.2. Konversi untuk Pemukiman Konversi hutan mangrove menjadi lahan pemukiman di Desa
Lalombi dimana luas wilayah pemukiman pada tahun 2010 sekitar 21,2 Ha dan tahun 2014 menjadi 23,2 Ha, meningkat sekitar 2 Ha,
dikarenakan oleh faktor penambahan jumlah penduduk sehingga meningkatkan kebutuhan lahan semakin meningkat. Berdasarkan
data penduduk Desa Lalombi, pertumbuhan penduduk Desa Lalombi mengalami peningkatan sekitar 0,12 tiap tahunnya, serta
banyaknya perkawinan usia muda, sehingga memerlukan suatu lahan untuk pemukiman baru sehingga menyebabkan pembukaan
lahan baru untuk membangun rumah disekitar hutan mangrove.
3.3. Konversi untuk Perikanan dan Pertanian Konversi hutan mangrove untuk perikanan tambak dan
pertanian kebun sudah berlangsung cukup lama di Desa Lalombi. Konversi hutan mangrove menjadi tambak merupakan salah satu
faktor utama penyebab kerusakan hutan mangrove di Desa Lalombi, tambak merupakan pemandangan umum, baik tambak udang,
kepiting maupun ikan bandeng. Perubahan hutan mangrove yang terjadi di Desa Lalombi cukup Signifikan dimana pada tahun 2010
luas tambak 249,3 Ha sekitar 17,74 dari luas wilayah Desa Lalombi, kemudian pada tahun 2014 luas tambak menjadi 285,3 Ha sekitar
20,3 dari total luas wilayah Desa Lalombi atau luas tambak bertambah sekitar 36 Ha dalam kurun empat tahun terakhir.
Konversi hutan mangrove untuk pembuatan tambak yang terjadi di Desa Lalombi, tidak lagi dilakukan secara tradisional melainkan
Jurnal GeoTadulako Vol. 3 No. 6 Juli - Desember 2015____
•
60 menggunakan alat berat escavator, sehingga mengakibatkan
pembukaan lahan mangrove menjadi tambak terjadi secara intensif sampai saat ini. Pertambakan rakyat yang terjadi di Desa Lalombi
secara nyata mempengaruhi keberadaan hutan mangrove di sekitarnya.
Selain konversi untuk tambak, konversi hutan mangrove untuk lahan pertanian kebun juga terjadi di Desa Lalombi. Pembukaan
hutan mangrove untuk lahan pertanian seperti kebun kelapa sawit dan kebun kelapa, berdasarkan data perubahan penggunaan lahan
hasil analisis, luas kebun pada tahun 2010 di Desa Lalombi sekitar 528 Ha dan tahun 2014 berubah menjadi sekita 531 Ha bertambah
sekitar 3 Ha, diperuntukkan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit maupun kebun kelapa. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah
daerah untuk mengolah lahan yang tidak dimanfaatkan menjadi lahan pertanian kebun kelapa sawit dan kelapa. Namun karena
kubutuhan lahan pertanian dan pertambakan semakin meningkat, maka hutan mangrove dianggap masyarakat sebagai lahan alternatif.
3.4. Penebangan Hutan Kerusakan sebagian hutan mangrove di Desa Lalombi
diakibatkan adanya aktivitas dari penduduk yaitu penebangan hutan untuk bahan bangunan dan pengambilan kayu bakar. Penebangan
untuk bahan bangunan seperti tiang rumah pagar banyak dilakukan oleh penduduk. Khusus untuk tiang rumah biasanya masyarakat
menebang mangrove 15-30 panggal kayu mangrove dengan panjang berkisar 3-5 meter. Pengambilan kayu bakar oleh penduduk Desa
Lalombi dilakukan secara rutin hampir setiap bulan atau dua kali dalam sebulan. Pengambilan kayu bakar ini menjadi salah satu
penyebab penurunan luas hutan mangrove. Penduduk pada umumnya mengambil kayu mangrove untuk kayu bakar dengan cara
menebang mangrove yang masih hidup. Proses pengambilan kayu cukup rutin, karena selain dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri
juga melayani permintaan dari pembeli diluar Desa Lalombi terhadap kayu mangrove yang cukup besar.
IV. Kesimpulan