Studi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Tambak Di Desa Lalombi Dusun 3 Baturoko Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala | Kalsum | GeoTadulako 5808 19225 1 PB

(1)

STUDI TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI TAMBAK DI DESA LALOMBI DUSUN 3 BATUROKO

KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

KALSUM

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2016


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Studi tentang kehidupan sosial ekonomi petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.

Penulis : Kalsum Nomor Stambuk : A 351 10 057

Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Juraid, M. Hum Dr. Samuel Sanda Patampang, M. Si

NIP. 19581130 198503 1 004 NIP. 19560527 198303 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Koordinator Program Studi

Pendidikan IPS FKIP UNTAD Pendidikan Geografi

Drs. Charles Kapile, M.Hum Nurvita, S.Pd., M.Pd


(3)

ABSTRAK

Kalsum. (2015). Studi Tentang Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Tambak Di Desa Lalombi Dusun 3 Baturoko Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas tadulako. Pembimbing : (1) H. Juraid. dan Pembing: (2). Samuel Sanda Patampang.

Penelitian ini membahas beberapa masalah sebagai berikut, (1) bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko, (2) Bagaimana prospek usaha petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko. Penelitian ini didasarkan pada tujuan untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani tambak dan untuk mengetahui prospe k usaha petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko. Metode penelitian digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 kepala keluarga yang berprofesi sebagai petani tambak yang ada di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket, teknik analisis data menggunakan presentase melalui tiga tahap yaitu Pemeriksaan data/editing, koding dan Tabulasi data. Hasil penelitian ini adalah bahwa hubungan sosial antar petani tambak berlangsung dengan baik. Penghasilan dari budidaya ikan dan udang pada petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko mencapai Rp 5.000.000->20.000.000 untuk setiap kali panen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Lalombi dusun tiga Baturoko sebelum menjadi petani tambak relatif sederhana, setelah menjadi petani tambak dapat terlihat adanya kehidupan sosial ekonomi pada masyarakat Desa lalombi dusun 3 Baturoko telah mencapai tingkat kesejahteraan.


(4)

ABSTRACT

Kalsum. (2015). A study of the socio-economic life of fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko Banawa Southern districts Donggala. Thesis, Study Program Geography Education, Majoring in Social Science Education, teacher training and Education Science Faculty, Tadulako. Supervisor : (1) H. Juraid and supervisor : (2) Samuel Sanda Patampang.

This Study discusses the following issues : (1) how the socio-economic life of fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko, (2) how the business prospects of fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko. This reseach is based on the aim to determine the sicio-econimic life farms and farming communities to know the business prospects of pond fish farmes in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko. The research method used is descritive qualitative. Population in this Study were 30 heads of families who work as fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko. Tecnical data collection was done trrough interviews and questionnaires, data analysis technigues using percentage trough three stages, the data checking/editing, koding and tabulation of data. The results of this research is that social relationships between fish farmers going well. Income from fish farming and shrimp at fish farmers in the village hamlet Lalombi 3 Baturoko reached USD 5,000,000 to 20,000,000 million or more for each harvest.the results showed that the social Economics life of rural communities Lalombi hamlet 3 Baturoko, before becoming fish farmers are relatively simple, after becoming fish farmers can be seen the social and Economic life of rural communities Lalombi hamlet 3 Baturoko has achieved prosperity.


(5)

I PENDAHULUAN

Salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bumi Indonesia adalah tersedianya sumber daya alam kelautan dan pesisir, karena indonesia terdiri dari gugusan pulau besar dan kecil. Penduduk Indonesia di antaranya hidup dan bermukim di sekitar wilayah pesisir. Sebagian besar di antaranya menggantungkan hidup kepada keberadaan sumberdaya alam pesisir dan lautan, sehingga tidaklah mengherankan jika sebagian besar kegiatan dan aktivitas masyarakat selalu berkaitan dengan keberadaan sumber daya di sekitarnya.

Wilayah pesisir memiliki arti Strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan di intergrasikan secara terpadu. Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi yang mempunyai tingkat pendapatan ekonomi rendah.

Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami maupun buatan. Ekositem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah: terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir, dan formasi-formasi rumput laut. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan agroindustri dan kawasan pemukiman. (Soermarno, 2012 : 1).

Wilayah pesisir Indonesia yang luas sangat mendukung apabila digunakan untuk usaha di bidang perikanan, terutama budidaya ikan dan udang dalam tambak. Menurut perkiraan Direktorat Jenderal Perikanan, potensi daerah pantai yang dapat dikembangkan

untuk budidaya air payau berkisar antara 415.100 – 830.000 Ha. Dengan perhitungan 10% -

20% dari hutan bakau di Indonesia dapat dibuka untuk tambak tanpa menggangu kelestariannya (sumber : Departemen Pertanian, 1992 : 2). Memanfaatkan tambak untuk ikan bandeng dan udang merupakan salah satu cara memanfaatkan lahan tepi pantai, karena tanahnya tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian tanaman pangan.

Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara


(6)

yang sangat kaya. Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, kearah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut dan kearah laut meliputi daerah paparan benua. Secara normatif, kekayaan sumberdaya pesisir dikuasai oleh Negara untuk dikelola sedemikian rupa guna mewujutkan kesejahteraan masarakat, memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. (Beatley et al. 1994).

Pada dasarnya kegiatan perikanan di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam: yaitu perikanan penangkapan dan perikanan budidaya. Perikanan penangkapan dilakukan di perairan umum sedangkan perikanan budidaya dilakukan di daerah perairan darat. Salah satu jenis perikanan bididaya adalah pemeliharaan ikan di tambak air payau. Guna mendapatkan hasil yang optimal, pemanfaatan lahan di tepi pantai untuk tambak

harus memperhatikan faktor – faktor geografis, hidrologis, serta flora dan fauna yang ada di

daerah tambak.

Tambak merupakan salah satu alternatif untuk mencari pemanfaatan lahan di tepi pantai, karena tambak merupakan perikanan darat yang hanya dapat dilakukan pada daerah yang didukung kemudahan dalam memperoleh air laut sebagai sarana hidup ikan dan udang. Salah satu bididaya yang diusahakan di tambak adalah ikan bandeng dan udang windu.

Provinsi Sulawesi Tengah adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam laut dan pesisir yang sangat kaya. Kabupaten Donggala misalnya memiliki panjang pantai 445 km memanjang dari arah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Utara sulawesi

barat sampai ke utara yang berbatasan dengan kabupaten toli – toli provinsi sulawesi

Tengah. Wilayah laut merupakan aset yang potensial dalam mendukung perekonomian. Potensi perikanan laut di antaranya adalah: cakalang, tuna, lajang, rumput laut, teripang dan nener.

Secara umum profil usaha budidaya tambak di Kabupaten Donggala. Masih diusahakan dengan cara tradisional, baik pada usaha budidaya kolam maupaun tambak. Di Kecamatan Banawa Selatan terdapat salah satu Desa yang dikenal memiliki usaha budidaya tambak, yaitu desa lalombi. Di Desa ini memiliki satuan dusun yang dikenal dengan sebutan dusun 3 Baturoko. Dusun 3 Baturoko ini cukup dikenal di daerah Kabupaten Donggala


(7)

yang memiliki areal tambak. Tentu akan warga masyarakat setempat 75% hidup dari usaha budidaya tambak.

Keberadaan usaha budidaya tambak itu sendiri membawa dampak yang sangat positif bagi para petani tambak. Petani tambak sendiri sangat mengharapkan keuntungan yang di peroleh dapat memberikan kehidupan bagi keluarga. Dampak yang dimaksud adalah perubahan yang mengarah pada peningkatan kehidupan sosial ekonomi keluarganya. Melalui observasi dapat diketahui bahwa, petani tambak di dusun 3 Baturoko ini rata-rata lebih dari 10 (sepuluh) tahun lamanya berusaha membuka lahan tambak. Kehidupan sosial dan ekonomi petani tambak diinginkan pada usaha untuk memperoleh keuntungan dari hasil panen ikan bandeng dan udang windu dari tambak mereka. Inilah aspek utama yang menarik perhatian penulis untuk mengetahui melalui penelitian ini.

II METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif, menurut Tika (2005: 8-12) Penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu mengolah dan menggambarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan sesuai dengan kenyataan yang di dapatkan di lokasi penelitian. Sedangkan data yang diperoleh dari pemberian kuesioner dianalisis menggunakan analisis statistik dan diperhitungkan dengan menggunakan rumus presentase (Sudjana, 1991:131) Sebagai berikut :

P= X 100

Ket : P : bilangan yang akan di cari F : jumlah frekuensi jawaban N : banyak responden

Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasi data tersebut dan kemudian di analisis. Data yang telah didapatkan dilapangan akan dianalisa secara kualitatif, dengan mengacu kepada pokok


(8)

permaslahan. Analisis data yang dimaksud adalah analisis deskriptif, yaitu teknik yang di pakai untuk memberikan gambaran secara terperinci tentang obyek penelitian.

adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam analisis data yaitu:

1. Pemeriksaan data (Editing), menurut Misran Safar (2007:203) merupakan proses

meneliti kembali catatan pencari data untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan segera dapat disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Editing dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan mutu (reabilitas dan validitas) data yang hendak diolah dan dianalisis. Data yang diolah dalam proses editing adalah data kuisioner,

catatan hasil wawancara dan observasi selama penelitian di lapangan. Hal –hal yang

diperhatikan dalam proses editng adalah lengkapnya pengisisan kuisioner, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, kesesuaian jawaban satu sama lainnya, relevansi jawaban, dan keseragaman kesatuan data.

2. Koding,

menurut Misran Safar (2007:203) koding adalah usaha mengklasifikasi

jawaban-jawaban responden menurut macamnya, dengan menandai masing-masing jawaban-jawaban itu dengan tanda kode tertentu.

3. Tabulasi,

dalam jurnal Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (2008:24) Pekerjaan tabulasi data dilakukan, jika semua masalah editing dan coding diselesaikan. Artinya tidak ada lagi permasalahan yang timbul dalam editing dan coding atau semuanya telah selesai. Yang perlu disiapkan adalah tabel-tabel kerja sesuai dengan variabel-variabel pertanyaan dan item-itemnya.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kondisi Geografis Desa Lalombi merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah dengan luas wilayah 3.975 Ha yang terdiri dari 4 (empat) dusun, dusun 1, dusun 2, dusun 3, dusun 1V.

Letak geografis desa Lalombi dusun 3 Baturoko ditinjau dari bentuk permukaan tanah, memiliki daratan sebanyak 50 %, perbukitan 25 % dan pegunungan 25 %. Desa


(9)

Lalombi dudun 3 Baturoko terletak 13 m diatas permukaan laut. Batas-batas wilayah Desa Lalombi dusun 3 Baturoko dirincikan sebagai berikut :

 Desa Lalombi berbatasan dengan sebelah utara Selat Makassar

 Sebelah timur Desa Salusumpu dan Desa Lumbulama

 Sebelah Selatan Desa Mbuwu dan Desa Watatu

 Sebelah barat Desa Surumana

Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Tambak Desa Lalombi Dusun 3 Baturoko.

Petani tambak Desa Lalombi dusun 3 Baturoko merupakan profesi yang digeluti sebagai bagian dari usaha untuk memperoleh kehidupan yang layak. Keuntungan hasil tambak jelas merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi biaya kehidupan keluarga. Dilihat dari aspek sosial pekerjaan ini dapat meningkatkan status sosial melalui keuntungan ekonomis yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier.

Warga Desa Lalombi dusun 3 Baturoko merupakan perpaduan suku dan budaya yang berbeda karena masyarakat Lolombi terdiri beberapa suku yakni mayoritas suku kaili sebagai masyarakat lokal dan kelompok mayoritas suku bugis dan mandar sebagian besar merupakan masarakat pendatang.

Dalam perkembangannya para petani tambak sudah berbaur denagan masyarakat Desa Lalombi memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada dikawasan tersebut sebagai peluang untuk mengembangkan usaha budidaya tambak yang kini menjadi salah satu mata pencaharian yang digeluti penduduk selain bekerja sebagai petani dan nelayan.

peneliti menggambarkan pekerjaan yang ditekuni masyarakat Desa lalombi dusun 3 Baturoko sebelum beralih profesi sebagai petani tambak dalam bentuk tabel berikut : Tabel 4.4. Deskripsi pekerjaan masyarakat Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sebelum


(10)

Alternatif jawaban F (%) Petani sawah Nelayan Petani ladang Pedagang Lain-lainnya 3 9 4 7 7 10 30 13,4 23,3 23,3

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (angket No 1), 2015-09-27

Berdasarkan tabel 4.4, jumlah masyarakat yang mendominasi pekerjaan sebagai petani sawah relatif sedikit dari pekerjaan yang lain. Dari 30 responden sebagai sampel, ada 3 orang yang berprofesi sebagai petani sawah atau 10 %, 9 orang berprofesi sebagai nelayan atau 30%, 4 orang berprofesi sebagai petani ladang atau 13,4%, 7 orang berprofesi sebagai pedagang atau 23,3%, dan ada pula jumlah anggota responden yang berprofesi lain dari penjelasan di atas sebayak 7 orang atau 23,3%.

Tabel 4.5.Kelompok responden yang menjawab berapa lama jangka waktu bapak/ibu hasil tambaknya dipanen.

Alternatif jawaban F (%)

1-2 bulan 3-5 bulan 6-7 bulan 8 bulan 9 bulan 0 17 9 4 0 0 56,6 30 13,4 0

Jumlah 30 100

Hasil data olahan( angket no 2), 2015

Tabel 4.5, menjelaskan bahwa 17 responden atau dengan persentase (56,6%) yang menjawab 3-5 bulan hasil tambak dipanen. 9 responden atau dengan persentase (30%) yang menjawab 6-7 bulan hasil tambak di panen, dan 4 responden atau dengan persentase (13,4%) yang menjawab 8 bulan hasil panen tambak dipanen.


(11)

Sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam stuktur masyarakat. Adapun keadaan perekonomian masyarakat Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko sebelum menjadi petani tambak seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6. Perekonomian Responden Sebelum Menjadi Petani Tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat sejahtera sejahtera

Cukup sejahtera Kurang sejahtera Tidak sejahtera

0 1 8 18

3

0 3,3 26,7

60 10

Jumlah 30 100

Sumber hasil olahan data (angket No 3), 2015

Tabel 4.13, Menjelaskan tentang keadaan perekonomian masyarakat Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko sebelum menjadi petani tambak. 30 orang sebagai sampel, 1 orang yang mengatakan bahwa perekonomian keluarganya sudah mencapai kesejahteraan atau 3,3%, 8 orang yang mengatakan bahwa keadaan perekonomian keluarganya cukup sejahtera atau 26,7%, 18 orang mengatakan bahwa keadaan perekonomian keluarganya kurang sejahtera atau 60%, dan ada pula masyarakat Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko yang mengatakan masih tergolong belum sejahtera sebanyak 3 orang atau 10%.

a. Lamanya menekuni profesi sebagai petani tambak

Petani tambak merupakan pekerjaan yang tidak terlalu banyak ditekuni di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko saat ini, lamanya suatu pekerjaan dapat mempengaruhi hasil yang mereka dapatkan dan membuat para petani tambak belajar dari pengalaman dalam pemeliharaan bibit ikan bandeng/udang. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah seberapa lama masyarakat Desa Lalombi dusun 3 (tiga Baturoko menekuni Pekerjaannya.

Tabel 4.8. Lamanya Menekuni Profesi sebagai Petani Tambak


(12)

1-2 tahun yang lalu 3-5 tahun yang lalu 6-8 tahun yang lalu 9-10 tahun yang lalu >10 tahun yang lalu

0 10 11 4 5

0 33,3 36,7 13,7 16,7

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (Angket No 4) 2015

Berdasarkan tabel 4.15, dijelaskan bahwa sebanyak 10 orang atau 33,3% responden yang telah menekuni pekerjaan ini selama 3-5 tahun yang lalu, dan yang menekuni pekerjaan ini sudah sekitar 6-8 tahun yang lalu sebanyak 11 responden atau 36,7%, adapula yang menekuni pekerjaan ini selama 9-10 tahun yang lalu sebanyak 4 responden atau 13,7%, dan yang paling lama menekuni pekerjaan ini sudah lebih dari 10 tahun yang lalu berjumlah 5 orang atau 16,7%.

b. Luas lahan tambak

Luas lahan tambak yang dimiliki petani mempengaruhi besarnya penghasilan yang didapatkan. Untuk luas lahan tambak Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko dapat dilihat pada tabel dibawah in.

Tabel 4.9. Luas Lahan Tambak Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko

Alternatif jawaban F (%)

1-2 ha 1- 4 ha 1-5 ha 1-7 ha 1-10 ha

5 13

2 2 8

16,7 43,3 6,7 6,7 26,6


(13)

Jumlah 30 100 Sumber olahan data (Angket No 5), 2015

Tabel 4.16,menjelaskan bahwa ada 5 petani tambak atau16,7% yang memiliki lahan tambak seluas 1-2 ha, 13 petani tambak atau 43,3% yang mempunyai lahan 1-4 ha, 2 petani tambak atau 6,7% yang memiliki lahan seluas 1-5 ha, dan 2 petani tambak atau 6,7% yang mempunya lahan 1-7 ha, dan adapula 8 orang yang mempunyai lahan tambak atau 26,6% ha.

c. Besarnya penghasilan tiap kali panen

Penghasilan yang diterima setiap petani pada dasarnya berbeda-beda, begitupula petani tambak yang ada di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko. Besarnya penghasilan petani tambak dipengaruhi oleh luasya lahan tambak yang dimiliki petani itu sendiri. Besarnya penghasilan tiap kali panen petani tambak Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko diuraikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10. besarnya penghasilan tiap kali panen

Alternatif jawaban F (%)

Rp 1.000.000-2.000.000 Rp 2.000.000-4.000.000 Rp 4.000.000-6.000.000 Rp 6.000.000-8.000.000 >Rp 10.000.000

0 1 4 8 17

0 3,3 13,3 26,7 56,7

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (Angket No 6), 2015

Pendapatan tiap kali panen petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko terlihat jelas pada tabel 4.17, bahwa dari 30 petani tambak sebagai responden, ada 17 petani atau 56,7% yang mempunyai penghasilan lebih dari Rp. 10.000.000, Rp. 6.000.000-8.000.000 sebanyak 8 petani tambak atau 26,7%, Rp. 4.000.000-6.000.000 sebanyak 4 responden atau 13,3%, dan ada 1 petani tambak atau 3,3% yang mempunyai penghasilan Rp. 2.000.000-4.000.000.


(14)

d. Besarnya Pengeluaran Setiap Bulan

Pengeluaran tiap keluarga petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko untuk setiap bulannya bervareasi. Besarnya pengeluaran keluarga petani tambak dalam kurun waktu satu bulan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12. Besarnya Pengeluaran Keluarga Petani Tambak Setiap Bulan

Alternatif Jawaban F (%)

Rp. 500.000

Rp. 500.000 – 1.000.000

Rp. 1.000.000 – 2.000.000

Rp. 2.000.000 – 3.000.000

>Rp. 3.000.000

2 11 15 1 1

6,7 36,7

50 3,3 3,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Olahan Data (Angket No. 7), 2015

Berdasarkan tabel 4.12, dapat dijelaskan bahwa pengeluaran setiap bulan petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko yaitu sebayak 2 responden atau 6,7% mempunyai pengeluaran kurang lebih Rp. 5000.000, 11 responden atau 36,7% mempunyai pengeluaran berkisar Rp. 500.000-1.000.000, 15 responden atau 50% mempunyai pengeluaran berkisar Rp.1.000.000-2.000.000, 1 responden atau 3,3% mempunyai pengeluaran berkisar Rp. 2.000.000-3.000.000, dan 1 responden atau 3,3% mempunyai pengeluaran di atas Rp. 3.000.000.

e. Total Kekayaan Keluarga Berdasarkan Kepemilihan Barang Petani Tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko

Total kekayaan keluarga berdasarkan kepemilikan barang dapat diketahui dengan menjumlahkan seluruh total barang dimiiki oleh petani. Hasil penelitian ini dapat disajikan dalam tabel.

Tabel 4.13. Total Kekayaan Berdasarkan Kepemilikan Barang.


(15)

<Rp. 10.000.000

Rp. 10.000.000 - 25.000.000

Rp. 25.000.000 – 35.000.000

Rp. 35.000.000 – 50.000.000

>Rp. 50.000.000

0 5 6 9 10

0 16,7

20 30 33,3

Jumlah 30 100

Sumber: hasil Olahan Data (Angket No. 8), 2015

Tabel 4.13. menjelaskan tentang total kekayaan keluarga petani tambak secara keseluruhan berdasarkan jumlah barang yang dimiliki keluarga tiap responden, dimana kekayaan tersebut telah dikuantifikasikan dalam satuan rupiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki kekayaan total kekayaan sebanyak

Rp. 10.000.000 – 25.000.000 yaitu sebanyak 5 responden atau 16,7%, 6 responden atau

20% memiliki kekayaan sebanyak Rp. 25.000.000 – 35.000.000, 9 petani tambak atau 30%

memiliki kekayaan sebanyak Rp. 35.000.000 – 50.000.000, dan 10 petani tambak atau

33,3% memiliki kekayaan lebih dari Rp. 50.000.000.

Setiap orang memiliki jumlah penghasilan dan kekayaan yang berbeda-beda, begitu juga keinginan atau kemauan petani tambak atas kepemilikan barang di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko. Hasil penelitian ini dapat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.14. Keinginan Petani Tambak Atas Kepemilikan Barang

Alternatif jawaban F (%)

Mobil pribadi Mobil truk Naik haji

5 3 12

16,7 10 40


(16)

Perhiasan Lain-lainnya

9 1

30 3,3

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Olahan Data (Angket N0. 10), 2015

Berdasarkan tabel 4.14. dapat dijelaskan bahwa, 5 petani tambak atau 16,3%

yang ingin memiliki kendaraan mobil pribadi, 3 petani tambak atau 10% yang ingin memiliki kendaraan mobil truk, 12 petani tambak atau 40% yang ingin naik haji, 9 petani tambak atau 30% yang ingin memiliki perhiasan, dan adapula jumlah petani yang ingin memiliki barang lebih dari penjelasan di atas sebanyak 1 petani tambak atau 3,3%.

f. Hubungan Sosial Antara Sesama Petani Tambak

Hubungan sosial sesama petani tambak yang ada di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko bisa dikatakan sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.15. Hubungan Sosial Sesama Petani Tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat baik Baik Tidak baik Kurang baik Sangat tidak baik

19 11 0 0 0

63,3 36,7 0 0 0

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Olahan Data (Angket No 11), 2015

Berdasarkan tabel 4.15, menjelaskan bahwa, dari 30 petani tambak sebagai sampel, 19 responden atau 63,3% mengatakan bahwa hubungan sosial sesama petani tambak sangat


(17)

baik, dan adapula mengatakan hubungan sosial sesama petani tambak yang menjawab baik adalah 11 responden atau 36,7%.

g. Keadaan Status Sosial Dan Perekonomian Setelah Menjadi Petani Tambak

Kehidupan ekonomi petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko ini sudah bisa dikatan cukup baik karena selama menjadi petani tambak, mereka telah merasakan hasil dari penghasilan tambak yang telah mereka kelolah selama ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.16. Setatus Sosial dan Perekonomian Setelah Menjadi Petani Tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik

22 5 3 0 0

73.3 16.7 10

0 0

Jumlah 30 100

Sumber: Hasil Olahan Data (Angket No 13), 2015

Tabel 4.16, menjelaskan bahwa keadaan status sosial dan perekonomian petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko suda sangat baik atau dapat dikatakan sudah menduduki status sosial lapisan menengah atas, 15 petani tambak atau 50% mengatakan hal tersebut, 12 petani tambak atau 40% mengatakan keadaan perekonomian dan status sosialnya baik atau menduduki status sosial lapinsan menengah, dan 3 petani tambak atau 10% mengatakan perekonomian dan status sosial mereka cukup baik dan atau dapat dikatakan masih tergolong dalam lapisan menengah kebawah.


(18)

h. Prospek Petani Tambak Desa Lalombi

Tabel 4.17, modal salah satu penghambat dalam mengelola tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat mempengaruhi Mempengaruhi

Cukup mempengaruhi Kurang berpengaruh Sangat kurang berpengaruh

11 18 1 0 0

36,7 60 3,3 0 0

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (anget No. 14), 2015

Berdasarkan tabel 4.18, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa modal merupakan faktor penghambat dalam mengelolah tambak, dari 30 petani tambak sebagai responden 11 petani tambak atau 36,7% mengatakan sangat mempengaruhi proses pengelolaan tambak, 18 petani tambak atau 60% mengatakan mempengaruhi proes pengelolaan tambak, dan 1 petani tambak atau 3,3% mengatakan cukup mempengaruhi dalam proses pengelolaan tambak.

Tabel 4.18. lahan yang sempit menjadi kendala dalam bertani tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat mempengaruhi Mempengaruhi

Cukup mempengaruhi Tidak mempengaruhi Sangat tidak mempengaruhi

12 10 8 0 0

40 33,3 26,7 0 0


(19)

Jumlah 30 100 Sumber: hasil olahan data (angket No 15), 2015

Berdasarkan tabel 4.18, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa lahan merupakan salah satu kendala dalam proses budidaya ikan/udang, dari 30 petani tambak, 12 petani tambak atau 40% mengatakan lahan sangat mempengaruhi prosese budidaya tambak, 10 petani tambak atau 33,3% mengatakan lahan mempengaruhi proses budidaya tambak, dan 8 petani tambak atau 26,7% mengatakan cukup mempengaruhi proses budidaya tambak.

Tabel 4.19. Musim Kemarau Mempengeruhi Kondisi Budidaya Tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat mempengaruhi Mempengaruhi Cukup mempengaruhi Kurang berpengaruh Sangat kurang berpengaruh

5 16

9 0 0

16,7 53,3 30

0 0

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (angket No. 16), 2015

berdasarkan tabel 4.20, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa musim kemarau sangat mempengaruhi kondisi budidaya tambak, dari 30 petani tambak sebagai sampel, 5 petani tambak atau 16,7% mengatakan sangat mempengaruhi kondisi budidaya tambak, 16 responden atau 53,3% mengatakan mempengaruhi kondisi budidaya tambak, dan adapula mengatakan cukup mempengaruhi kondisi budidaya tambak sebanyak 9 responden atau 30%.

Tabel 4.20. Prospek Keinginan Petani Tambak


(20)

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat tidak baik

17 10 3 0 0

56,7 33,3 10

0 0

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (angket No. 17), 2015

Berdasarkan tabel 4.21, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa keinginan petani tambak kedepannya yang ada di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko, dari 30 petani tambak sebagai responden, ada 17 petani tambak atau 56,7% yang berharap prospek kedepannya sangat baik, 10 petani tambak atau 33,3% yang berharap prospek petani tambak kedepannya baik, dan 3 petani tambak atau 10% yang berharapa prospek petani tambak kedepannya cukup baik.

Pembahasan

Pekerjaan masyarakat Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sebagian besar adalah berprofesi sebagai nelayan, pedagang, dan petani sawah. Penghasilan yang diperoleh setiap hari dan setiap bulannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari atau bisa dibilang pas-pasan untuk kebutuhan keluarga setiap harinya, petani setempat tidak mau kehidupan mereka tidak ada perubahan sama sekali atau tidak berubahnya stuatus sosial yang dimiliki baik itu berupa ekonomi maupun berubahnya bagunan fisik yang dimiliki dengan kata lain adanya tempat tinggal yang lebih layak untuk ditinggali, dan mereka juga berkeinginan untuk memberikan pendidikan yang cukup bagi keturunan, akan tetapi penghasilan tidak cukup untuk hal itu, maka mereka berinisiatif untuk beralih profesi senagai petani tambak dan tidak meninggalkan pekerjaan yang semula.

Proses keberhasilan petani tambak untuk mencapai jenjang status sosial yang lebih tinggi atau proses kegagalan seseorang hingga jatuh kekelas lebih rendah tergantung pada keberhasilan yang diperoleh dan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk bisa merubah status yang dimiliki.


(21)

Pekerjaan masyarakat yang ada di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko, penulis mengambarkan pada tabel 4.10, mengenai pekerjaan yang dilakukan sebelum menjadi petani tambak, tingkat pendapatan yang diperoleh menurut salah seorang responden tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga masyarakat yang ada di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko beralih sebagai petani tambak dan tidak meninggalkan pekerjaannya yang semula.

Setelah beralih profesi menjadi petani tambak, status sosial dan tingkat perekonomian petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sudah sangat baik.

IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. hasil wawancara menunjukkan bahwa hubungan sosial antar petani tambak Berlangsung

dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya kerja sama di antara Mereka dalam pkangelola tambak. Para petani tambak saling membantu dalam pengelola tambak. Tambak ikan yang dimiliki oleh responden berkisar pada 2 ha-10 ha. Tambak diisi oleh ikan bandeng dan udang windu dengan tenggat waktu pemeliharaan hingga panenan selama hingga 3 hingga 6 bulan. Penghasilan dari budidaya ikan dan udang pada petani

tambak di desa lalombi ini mencapai Rp.5.000.000 – Rp. 20.000.000 untuk setiap kali

panenan.

2. petani tambak desa lalombi mengeluhkan kurangnya modal untuk sarana produksi. Kurang pupuk, kurang pakan , kurang obat- obatan, dan sikap petani yang enggan merespon dan menerapkan teknologi baru yang lebih menguntungkan. Masalah ini membuat prospek petani tambak untuk saat ini belum bengitu menjanjikan. Dari analisis lingkungan internal dan eksternal yang meliputi pendidikan , produktivitas, modal, pengalaman berusaha petani tambak,kelembangaan dan pemasaran maka prospek petani tambak untuk saat ini masih belum menunjukkanpeningkatan kerena berbagai hambatan

yang dialami. Petani tambak menyadari bahwa hambatan – hambatan seperti masalah


(22)

yang belum menguntungkan telah menghambat prospek petani tambak ke depan menjadi lebih baik dan menguntungkan.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya , saran yang dapat disampaikan dalam peningkatan kehidupan sosial ekonomi petani garam di desa lalombi adalah :

1. Pemerintahan daera perlu melakukan perbaikan prasarana dan sarana transportasi untuk

mempermudah aksesbilitaskeluar masuk desa, agar kegiatan jual beli hasil produk dan input produksi tambak terutama ketersediaan benih dapat berjalan lebih lancar. Dinas kelautan dan perikanan kabupaten donggala khususnya bidang budidaya tambak diharapkan melakukan pendampingan dan memfasilitasi kelompok pembudidaya ikan dalam pelaksanaan program intensifikasi dengan penyerapan tenologi budidaya agar peningkatkan produktivitas dapat tercapai.

2. Perlu dikaji lebih lanjut tentang penggunaan input produksi secara optimal agar

pengembangan usaha ikan bandeng dan udang windudapat memberikan keuntungan maksimal. Pengembangan lembanga ekonomi formal yang dapat membantu permodalan dan pemasaran produk ikan bandeng dan udang windu sehingga dapat meningkatkan pengelolah usaha lebih efisien dan menguntungkan bagi para petani tambak yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat lokal.

3. Petani tambak harus mampu melihat peluang peluang pemasaran yang berpotensi

mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Informasi kebutuhan ikan dan udang dari

jasa –jasa perhotelan sesunggunya dapat menjadi peluang bagi pemasaran hasil

produksi tambak. Dengan demikian petani tambak harus mampu menerobos peluang tersebut.

4. Peningkatkan pengetahuan dan berbangai informasi mengenai budidaya tambak

hendaknya perlu ditingkatkan demi pencapaian hasil produksi tambak yang lebih baik.

Berbangai buku bacaan atau sumber – sumber lisan maupun tulisa mengenai budidaya


(23)

Asrtid, s. Susanto. (1983). PengantarSosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta Grasindo

Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian . Jakarta: Pt Rineka Cipta

Damsar.MA.(2002).’’Sosiologi Ekonomi.Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada.

Damsar.MA.(2011) Pengantar Sosilogi Ekonomi.Jakarta : Kencana

Fadholi hermanto.(1989). Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya

Kartono.(2006).Perilaku Manusia. Jakarta: ISBN.

Luvi Sofiah. (2009).Seri Panduan Belajar Ekonomi. Jakarta: Grasindo

Mubyarto., (1995). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : pustaka LP3ES

Miles & Hubermas. (1992). Analisis data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Murtidjo. (1988). Tambak Air Payau Budidaya Udang dan Ikan Bandeng. Bandung:

Kanisius

Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kuliatatif. Bandung : Rosdakarya

Piotr Sztompka. (2004). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media Group

Sudjana, N. (1991). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sumatmadja. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan Analisis Keruangan. Bandung :

Alumni.

http://Wikipedia/Pengertian-Sosial Ekonomi , Di Akses 20 Desember 2014 Pukul 07:51


(1)

h. Prospek Petani Tambak Desa Lalombi

Tabel 4.17, modal salah satu penghambat dalam mengelola tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat mempengaruhi Mempengaruhi

Cukup mempengaruhi Kurang berpengaruh Sangat kurang berpengaruh

11 18 1 0 0

36,7 60 3,3 0 0

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (anget No. 14), 2015

Berdasarkan tabel 4.18, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa modal merupakan faktor penghambat dalam mengelolah tambak, dari 30 petani tambak sebagai responden 11 petani tambak atau 36,7% mengatakan sangat mempengaruhi proses pengelolaan tambak, 18 petani tambak atau 60% mengatakan mempengaruhi proes pengelolaan tambak, dan 1 petani tambak atau 3,3% mengatakan cukup mempengaruhi dalam proses pengelolaan tambak.

Tabel 4.18. lahan yang sempit menjadi kendala dalam bertani tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat mempengaruhi Mempengaruhi

Cukup mempengaruhi Tidak mempengaruhi Sangat tidak mempengaruhi

12 10 8 0 0

40 33,3 26,7 0 0


(2)

Jumlah 30 100 Sumber: hasil olahan data (angket No 15), 2015

Berdasarkan tabel 4.18, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa lahan merupakan salah satu kendala dalam proses budidaya ikan/udang, dari 30 petani tambak, 12 petani tambak atau 40% mengatakan lahan sangat mempengaruhi prosese budidaya tambak, 10 petani tambak atau 33,3% mengatakan lahan mempengaruhi proses budidaya tambak, dan 8 petani tambak atau 26,7% mengatakan cukup mempengaruhi proses budidaya tambak.

Tabel 4.19. Musim Kemarau Mempengeruhi Kondisi Budidaya Tambak

Alternatif jawaban F (%)

Sangat mempengaruhi Mempengaruhi Cukup mempengaruhi Kurang berpengaruh Sangat kurang berpengaruh

5 16

9 0 0

16,7 53,3 30

0 0

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (angket No. 16), 2015

berdasarkan tabel 4.20, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa musim kemarau sangat mempengaruhi kondisi budidaya tambak, dari 30 petani tambak sebagai sampel, 5 petani tambak atau 16,7% mengatakan sangat mempengaruhi kondisi budidaya tambak, 16 responden atau 53,3% mengatakan mempengaruhi kondisi budidaya tambak, dan adapula mengatakan cukup mempengaruhi kondisi budidaya tambak sebanyak 9 responden atau 30%.

Tabel 4.20. Prospek Keinginan Petani Tambak


(3)

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat tidak baik

17 10 3 0 0

56,7 33,3 10

0 0

Jumlah 30 100

Sumber: hasil olahan data (angket No. 17), 2015

Berdasarkan tabel 4.21, dari hasil penelitian dijelaskan bahwa keinginan petani tambak kedepannya yang ada di Desa Lalombi dusun 3 (tiga) Baturoko, dari 30 petani tambak sebagai responden, ada 17 petani tambak atau 56,7% yang berharap prospek kedepannya sangat baik, 10 petani tambak atau 33,3% yang berharap prospek petani tambak kedepannya baik, dan 3 petani tambak atau 10% yang berharapa prospek petani tambak kedepannya cukup baik.

Pembahasan

Pekerjaan masyarakat Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sebagian besar adalah berprofesi sebagai nelayan, pedagang, dan petani sawah. Penghasilan yang diperoleh setiap hari dan setiap bulannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari atau bisa dibilang pas-pasan untuk kebutuhan keluarga setiap harinya, petani setempat tidak mau kehidupan mereka tidak ada perubahan sama sekali atau tidak berubahnya stuatus sosial yang dimiliki baik itu berupa ekonomi maupun berubahnya bagunan fisik yang dimiliki dengan kata lain adanya tempat tinggal yang lebih layak untuk ditinggali, dan mereka juga berkeinginan untuk memberikan pendidikan yang cukup bagi keturunan, akan tetapi penghasilan tidak cukup untuk hal itu, maka mereka berinisiatif untuk beralih profesi senagai petani tambak dan tidak meninggalkan pekerjaan yang semula.

Proses keberhasilan petani tambak untuk mencapai jenjang status sosial yang lebih tinggi atau proses kegagalan seseorang hingga jatuh kekelas lebih rendah tergantung pada keberhasilan yang diperoleh dan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk bisa merubah status yang dimiliki.


(4)

Pekerjaan masyarakat yang ada di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko, penulis mengambarkan pada tabel 4.10, mengenai pekerjaan yang dilakukan sebelum menjadi petani tambak, tingkat pendapatan yang diperoleh menurut salah seorang responden tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga masyarakat yang ada di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko beralih sebagai petani tambak dan tidak meninggalkan pekerjaannya yang semula.

Setelah beralih profesi menjadi petani tambak, status sosial dan tingkat perekonomian petani tambak di Desa Lalombi dusun 3 Baturoko sudah sangat baik.

IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. hasil wawancara menunjukkan bahwa hubungan sosial antar petani tambak Berlangsung

dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya kerja sama di antara Mereka dalam pkangelola tambak. Para petani tambak saling membantu dalam pengelola tambak. Tambak ikan yang dimiliki oleh responden berkisar pada 2 ha-10 ha. Tambak diisi oleh ikan bandeng dan udang windu dengan tenggat waktu pemeliharaan hingga panenan selama hingga 3 hingga 6 bulan. Penghasilan dari budidaya ikan dan udang pada petani tambak di desa lalombi ini mencapai Rp.5.000.000 – Rp. 20.000.000 untuk setiap kali panenan.

2. petani tambak desa lalombi mengeluhkan kurangnya modal untuk sarana produksi. Kurang pupuk, kurang pakan , kurang obat- obatan, dan sikap petani yang enggan merespon dan menerapkan teknologi baru yang lebih menguntungkan. Masalah ini membuat prospek petani tambak untuk saat ini belum bengitu menjanjikan. Dari analisis lingkungan internal dan eksternal yang meliputi pendidikan , produktivitas, modal, pengalaman berusaha petani tambak,kelembangaan dan pemasaran maka prospek petani tambak untuk saat ini masih belum menunjukkanpeningkatan kerena berbagai hambatan yang dialami. Petani tambak menyadari bahwa hambatan – hambatan seperti masalah modal, pengetahuan yang mininm , tidak adanya parhatian pemerintah, dan pemasaran


(5)

yang belum menguntungkan telah menghambat prospek petani tambak ke depan menjadi lebih baik dan menguntungkan.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya , saran yang dapat disampaikan dalam peningkatan kehidupan sosial ekonomi petani garam di desa lalombi adalah :

1. Pemerintahan daera perlu melakukan perbaikan prasarana dan sarana transportasi untuk mempermudah aksesbilitaskeluar masuk desa, agar kegiatan jual beli hasil produk dan input produksi tambak terutama ketersediaan benih dapat berjalan lebih lancar. Dinas kelautan dan perikanan kabupaten donggala khususnya bidang budidaya tambak diharapkan melakukan pendampingan dan memfasilitasi kelompok pembudidaya ikan dalam pelaksanaan program intensifikasi dengan penyerapan tenologi budidaya agar peningkatkan produktivitas dapat tercapai.

2. Perlu dikaji lebih lanjut tentang penggunaan input produksi secara optimal agar pengembangan usaha ikan bandeng dan udang windudapat memberikan keuntungan maksimal. Pengembangan lembanga ekonomi formal yang dapat membantu permodalan dan pemasaran produk ikan bandeng dan udang windu sehingga dapat meningkatkan pengelolah usaha lebih efisien dan menguntungkan bagi para petani tambak yang dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat lokal.

3. Petani tambak harus mampu melihat peluang peluang pemasaran yang berpotensi mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Informasi kebutuhan ikan dan udang dari jasa –jasa perhotelan sesunggunya dapat menjadi peluang bagi pemasaran hasil produksi tambak. Dengan demikian petani tambak harus mampu menerobos peluang tersebut.

4. Peningkatkan pengetahuan dan berbangai informasi mengenai budidaya tambak hendaknya perlu ditingkatkan demi pencapaian hasil produksi tambak yang lebih baik. Berbangai buku bacaan atau sumber – sumber lisan maupun tulisa mengenai budidaya tambak dapat memanfaatkan untuk pengembangan kualitas hasil panenan.


(6)

Asrtid, s. Susanto. (1983). PengantarSosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta Grasindo Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian . Jakarta: Pt Rineka Cipta

Damsar.MA.(2002).’’Sosiologi Ekonomi.Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada. Damsar.MA.(2011) Pengantar Sosilogi Ekonomi.Jakarta : Kencana Fadholi hermanto.(1989). Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya Kartono.(2006).Perilaku Manusia. Jakarta: ISBN.

Luvi Sofiah. (2009).Seri Panduan Belajar Ekonomi. Jakarta: Grasindo Mubyarto., (1995). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : pustaka LP3ES

Miles & Hubermas. (1992). Analisis data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Murtidjo. (1988). Tambak Air Payau Budidaya Udang dan Ikan Bandeng. Bandung:

Kanisius

Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kuliatatif. Bandung : Rosdakarya

Piotr Sztompka. (2004). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media Group Sudjana, N. (1991). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sumatmadja. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.

http://Wikipedia/Pengertian-Sosial Ekonomi , Di Akses 20 Desember 2014 Pukul 07:51