PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

ASI EKSKLUSIF DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: RIYA SABRINA

20120320076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: RIYA SABRINA

20120320076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii

Muhammadiyah Yogyakarta. Nama : Riya Sabrina NIM : 20120320076

Judul : Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Asi Eksklusif Di

Perkotaan dan Pedesaan

Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author.

Demikian harap maklum.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Pembimbing

Sri Sumaryani, S.kep.,Ns.,M.Kep,Sp.Mat.,HNC

Mahasiswa


(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELTIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Riya Sabrina

NIM : 20120320076

Program studi : Ilmu keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang tercantum dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan


(6)

v

dari proses kuliah dan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Karya Tulis ini saya persembahkan:

Untuk Kedua Orang tua saya, Bapak Sabli dan Ibu Rumiyati yang selalu mendoakan, memotivasi dan memberikan nasehat-nasehat selama proses kuliah dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk Abang Rully Saputra dan ke2 adik saya Rika Suryana dan Ridha Sakbania yang selalu

memotivasi dan mendoakan saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini serta menjadi pendengar setia ketika saya mengeluh.

Untuk Ahmad Saiful yang selalu dengan sabar menemani semasa proses kuliah ini, selalu menjadi panutan dan selalu memotivasi untuk menyelesaikan perkuliahan ini.

Untuk teman-teman bimbingan Ibu Sri Sumaryani : Omen, Husnul dan Ruswanto yang selalu sabar dalam mengejar impian dan selalu memberi semangat satu sama lain.

Untuk para pejuang SKRIPSI, Sri Fajriani, Nurul Maulidah, Husnul Khomsiah, Ariffah Apriana, Chris Shandy, dan Nurhikmatul Maula yang selalu membantu menyelesaikan KTI ini. Terimakasih untuk

semangat, doa dan keceriaannya. Kalian teman seperjuangan skripsi yang selalu ada di setiap langkah mengerjakan skripsi ini,

Untuk Tim SUKSES yang selalu mendoakan dari jauh. Meiry, Dewi dan Hani terimakasih sudah memberikan semangat walau jarak memisahkan. Kelak kita akan bertemu dipuncak kesuksesan. Untuk teman-teman seperantauan Astry yang selalu menyediakan tempat untuk saya mengungsi ketika jenuh, mbak ser yang selalu ad aide untuk ngetrip dan Sita teman 1 kos yang selalu membantu

dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Untuk teman-teman angkatan 2012 terimakasih atas kebersamaannya selama 4 tahun ini dan terimakasih selalu memberi semangat untuk menyelesaikan semuanya.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulilahhirabbal’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat kesehatan, kesabaran, Ilmu pengetahuan dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

yang berjudul “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di Daerah Perkotaan dan Pedesaan”. Dalam penyusunan KTI ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya Proposal ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan KTI ini.

2. dr.H. Ardi Pranomo, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani., S.Kep., Ns, M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memacu semangat penulis untuk tetap kompeten dibidang keperawatan dan sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu,


(8)

vii

Tulis Ilmiah (KTI) Program Studi Ilmu Keperawatan 2012 yang telah memberikan pengarahan dan motivasi guna terlaksananya penyusunan KTI ini.

5. Dewi Puspita, S.Kp., M.Sc selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk sidang KTI ini.

6. Teman-teman PSIK 2012 UMY dan semua pihak yang membantu dalam kelancaran penyusunan KTI ini.

Penulis menyadari bahwa KTI ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, sehingga penulis mengaharapkan kritik, saran dan masukan dari pembaca yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan KTI ini. Akhirnya penulis berharap KTI ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Yogyakarta, 18 Agustus 2016


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL DAN SKEMA ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah... 5

C. Tujuan penelitian ... 6

D. Manfaat penelitian ... 6

E. Keaslian penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi pengetahuan ... 9


(10)

ix

a. Pengertian ASI ... 13

b. Manfaat ASI eksklusif ... 14

c. Jenis ASI ... 18

d. Komposisi ASI ... 19

e. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ... 21

3. Karakteristik Penduduk Kota dan Desa a. Kota ... 25

b. Desa ... 27

B. Kerangka Konsep ... 28

C. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 30

B. Tempat dan waktu penelitian ... 30

C. Populasi dan sampel penelitian ... 31

D. Variabel penelitian ... 33

E. Definisi operasional ... 33

F. Instrumen penelitian ... 34

G. Tahap pengumpulan data ... 35

H. Uji validitas dan reliabilitas ... 36

I. Pengolahan dan analisa data ... 38


(11)

x BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian . ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

C. Pembahasan ... 46

D. Kekuatan Penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

xi

Tabel 1.1 : Penelitian terkait ... 7

Tabel 3.1 : Definisi Operasional ... 33

Tabel 3.2 : Instrumen Penelitian ... 34

Tabel 3.3 : Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 42

Tabel 4.1 : Distribusi frekuensi responden menurut usia dan pendidikan ... 44

Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi menurut tingkat pengetahuan ... 45

Tabel 4.3 : Hasil uji Mann-Whitney ... 45

Daftar Skema Skema 2.1 : Kerangka Konsep ... 28


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin uji validitas Puskesmas Umbulharjo 1 Yogyakarta Lampiran 2 : Surat izin uji validitas Puskesmas Wonosari I Gunungkidul, Lampiran 3 : Hasil uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Lampiran 7 : Surat Etik Penelitian

Lampiran 8 : Surat izin penelitian Puskesmas Pakualaman

Lampiran 9 : Surat Izin penelitian Puskesmas Wonosari 2 Gunungkidul Lampiran 10 : Surat izin penelitian Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lampiran 11 : Surat izin penelitian Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Lampiran 12 : Surat izin penelitian KPMPT Gunungkidul


(14)

xiii

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang : Cakupan ASI eksklusif rendah pada kota Yogyakarta terdapat pada wilayah kerja puskesmas Pakualaman 10,9% dan pada kabupaten Gunungkidul terdapat pada wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 sebesar 27,6% (DINKES DIY, 2014). Data tersebut jika dibandingkan dengan target capaian cakupan prevalensi pemberian ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan oleh KEMENKES sebesar 80% masih jauh dari target tersebut. Pengetahuan tinggi yang dimiliki ibu tentang ASI eksklusif akan menjadi motivasi untuk ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Rendahnya angka cakupan ASI eksklusif tersebut sehingga perlu diketahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di daerah perkotaan dan pedesaan.

Metode Penelitian : non-eksperimental menggunakan desain penelitian deskriptif komparasi. Sampel penelitian sebanyak 45 ibu – ibu yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Pakualaman dan 83 ibu-ibu yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 dengan teknik random sampling. Analisa data penelitian menggunakan analisa univariat yaitu frekuensi distribusi dan analisa bivariat yaitu uji Mann-Whitney.

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di kota memiliki pengetahuan baik sebanyak 42 responden (93,3%) dan memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 responden (6,7%) sedangkan di desa memiliki pengetahuan baik sebanyak 71 responden (85,5%) dan memiliki pengetahuan cukup 12 responden (14,5%). Uji Mann-Whitney didapatkan hasil p=0,306 (p>0,05).

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan.


(15)

xiv

THE DIFFERENCES BETWEEN THE MOTHER’S KNOWLEDGE ON EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN URBAN AND RURAL

Riya Sabrina1, Sri Sumaryani2

Student of Nursing Science1, Supervisor Lecturer2 Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: The low prevalence of Exclusive Breastfeeding in Yogyakarta City is found in the working area of Public Health Center Pakualaman that is 10,9% and in Gunungkidul Regency, it is found in the working area of Public Health Center Wonosari 2 that is 27,6% (DINKES DIY, 2014). The related data is still low if it is compared to the prevalence goal target which is set by The Ministry of Health that the cover of the Exclusive Breastfeeding to 0-6 month babies should be 80%. The high knowledge of the mothers on Exclusive Breastfeeding will motivate the mothers to give Exclusive Breastfeeding to their babies. Due to the low number of Exclusive Breastfeeding, the differences between the mother’s knowledge on Exclusive in Urban and Rural are needed to find. This research

aims to find out the differences between the mother’s knowledge on Exclusive

Breastfeeding in Urban and Rural.

Research Method: this research is non-experimental using descriptive comparative research design. The research samples are 45 mothers living in the working area of Public Health Center Pakualaman and 83 mothers living in the working area of Public Health Center Wonosari 2. The sampling technique is a random sampling. The research data analysis uses univariate analysis thet is the distribution frequency and bivariate analysis that is Mann-Whitney test.

Research Result: In cities, there are 42 respondents (93,3%) who have high knowledge level on exclusive breastfeeding and 3 respondents (6,7%) who have moderate knowledge level on Exclusive Breastfeeding. Meanwhile in Rural, there are 71 respondents (85,5%) who have high knowledge level on Exclusive Breastfeeding and 12 respondents (14,5%) who have moderate knowledge level on Exclusive Breastfeeding. Mann-Whitney test shows the result of p=0,306 (p>0,05).

Conclusion: there is no difference between the mother’s knowledge on Exclusive

Breastfeeding in Urban and Rural


(16)

(17)

i

Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif di Perkotaan dan Pedesaan

Riya Sabrina1, Sri Sumaryani.2

Mahasiswa Ilmu Keperawatan1, Dosen Pembimbing2 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang : Cakupan ASI eksklusif rendah pada kota Yogyakarta terdapat pada wilayah kerja puskesmas Pakualaman 10,9% dan pada kabupaten Gunungkidul terdapat pada wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 sebesar 27,6% (DINKES DIY, 2014). Data tersebut jika dibandingkan dengan target capaian cakupan prevalensi pemberian ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan oleh KEMENKES sebesar 80% masih jauh dari target tersebut. Pengetahuan tinggi yang dimiliki ibu tentang ASI eksklusif akan menjadi motivasi untuk ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Rendahnya angka cakupan ASI eksklusif tersebut sehingga perlu diketahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di daerah perkotaan dan pedesaan.

Metode Penelitian : non-eksperimental menggunakan desain penelitian deskriptif komparasi. Sampel penelitian sebanyak 45 ibu – ibu yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Pakualaman dan 83 ibu-ibu yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 dengan teknik random sampling. Analisa data penelitian menggunakan analisa univariat yaitu frekuensi distribusi dan analisa bivariat yaitu uji Mann-Whitney.

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di kota memiliki pengetahuan baik sebanyak 42 responden (93,3%) dan memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 responden (6,7%) sedangkan di desa memiliki pengetahuan baik sebanyak 71 responden (85,5%) dan memiliki pengetahuan cukup 12 responden (14,5%). Uji Mann-Whitney didapatkan hasil p=0,306 (p>0,05).

Kesimpulan : Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan.


(18)

ii

Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: The low prevalence of Exclusive Breastfeeding in Yogyakarta City is found in the working area of Public Health Center Pakualaman that is 10,9% and in Gunungkidul Regency, it is found in the working area of Public Health Center Wonosari 2 that is 27,6% (DINKES DIY, 2014). The related data is still low if it is compared to the prevalence goal target which is set by The Ministry of Health that the cover of the Exclusive Breastfeeding to 0-6 month babies should be 80%. The high knowledge of the mothers on Exclusive Breastfeeding will motivate the mothers to give Exclusive Breastfeeding to their babies. Due to the

low number of Exclusive Breastfeeding, the differences between the mother’s

knowledge on Exclusive in Urban and Rural are needed to find. This research

aims to find out the differences between the mother’s knowledge on Exclusive

Breastfeeding in Urban and Rural.

Research Method: this research is non-experimental using descriptive comparative research design. The research samples are 45 mothers living in the working area of Public Health Center Pakualaman and 83 mothers living in the working area of Public Health Center Wonosari 2. The sampling technique is a random sampling. The research data analysis uses univariate analysis thet is the distribution frequency and bivariate analysis that is Mann-Whitney test.

Research Result: In cities, there are 42 respondents (93,3%) who have high knowledge level on exclusive breastfeeding and 3 respondents (6,7%) who have moderate knowledge level on Exclusive Breastfeeding. Meanwhile in Rural, there are 71 respondents (85,5%) who have high knowledge level on Exclusive Breastfeeding and 12 respondents (14,5%) who have moderate knowledge level on Exclusive Breastfeeding. Mann-Whitney test shows the result of p=0,306 (p>0,05).

Conclusion: there is no difference between the mother’s knowledge on Exclusive

Breastfeeding in Urban and Rural


(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan yang berarti bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu tanpa tambahan cairan atau makanan padat lain (WHO, 2006). ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia 0-6 bulan tanpa tambahan makanan atau minuman kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral. WHO dan United Nation Childerens Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang dibutuhkan pada anak usia tersebut (Infodatin, 2014).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian ASI eksklusif di Indonesia tanggal 7 April 2004 telah menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama enam bulan dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 69,84%, sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 20,57% (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Menurut Laporan Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013 persentase pemberian ASI eksklusif mengalami peningkatan menjadi


(20)

54,3%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79.7%, sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah pada Provinsi Maluku 25,2% (Infodatin, 2014).

Manfaat ASI eksklusif bagi bayi yaitu ASI mempunyai gizi yang dibutuhkan oleh bayi pada usia 0-6 bulan seperti kolostrum yang mengandung protein whey-casein yang tinggi sehingga mudah diserap oleh bayi, ASI sebagai imunologik karena mengandung IgA, laktoferin, lysozym dan tiga jenis leukosit yaitu Brochus-Asociated Lympocite Tissue (BALT), Gut-Asociated Lympocyte Tissue (GALT), Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) serta faktor bifidus (Firmansyah & Mahmudah, 2012). Aspek psikologis pemberian ASI eksklusif dapat membuat ikatan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Aspek neurologis bayi yang menghisap payudara akan membuat koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas menjadi lebih sempurna pada bayi baru lahir (Sudaryanto, 2014).

Bayi yang diberikan ASI eksklusif mempunyai IQ 3-5 kali lebih tinggi dibandingkan anak yang mendapat susu formula karena ASI mengandung lemak yang merupakan salah satu makronutrien terdiri dari arachidonic acid (AA) dan docosahexanoid acid (DHA). AA dan DHA penting dalam optimalisasi perkembangan otak terutama dalam proses sinaptogenesis dan mielinisasi sel-sel saraf yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi (Ambelina dkk, 2014). Pemberian ASI eksklusif dapat melindungi bayi dari sindrom kematian bayi secara mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS) (Firmansyah & Mahmudah, 2012).


(21)

3

Manfaat untuk ibu yang menyusui adalah isapan bayi yang menyusu akan menstimulasi produksi air susu ibu dan membantu sekresi hormon oxytocyn yang membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan pada masa nifas. Memberikan ASI eksklusif pada bayi akan merangsang hormon prolaktin yang menekan terjadinya ovulasi sehingga akan menunda kehamilan (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menghemat biaya karena ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli susu formula dan menghemat biaya pengobatan karena bayi yang diberi susu formula daya tahan tubuhnya tidak akan terbentuk dengan sempurna sehingga bayi akan mudah sakit (Sudaryanto, 2014).

Kemajuan teknologi, perubahan sosial budaya dan tingginya pendidikan seorang wanita yang tinggal diperkotaan yang umumnya memilih untuk bekerja atau menjadi wanita karir dan semakin lama semakin meningkat wanita yang bekerja diluar rumah sehingga semakin banyak wanita yang harus meninggalkan bayinya sebelum berusia empat bulan setelah habis cuti bersalin akibatnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi tidak terpenuhi (Widiyanto dkk, 2012). Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif dan cara pemberian ASI eksklusif ketika bekerja menjadi penyebab lain ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian Oktora (2013) diperoleh ibu yang bekerja sebanyak 18 responden (16,82%) dan tidak bekerja sebanyak 89 responden (83,18%). Dari total ibu bekerja diperoleh 4 responden (22,22%) ibu yang memberikan ASI eksklusif dan 14 responden (77,78%) tidak memberikan ASI eksklusif.


(22)

Penduduk Indonesia yang tinggal di desa hampir 50 % memiliki pendidikan rendah, sehingga pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif sangat rendah (Widiyanto dkk, 2012). Hasil penelitian Astuti (2013) diperoleh data pengetahuan ibu dan perilaku pemberian ASI eksklusif sebanyak 18,6% ibu yang memberikan ASI eksklusif mempunyai pengetahuan yang tinggi sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil analisis adalah pengetahuan ibu yang tinggi mempunyai peluang 5,94 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang mempunyai pengetahuan yang rendah.

Menurut Wahyudi (2010) tingkat pengetahuan yang tidak tinggi akan mempengaruhi tidak kuatnya motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena semakin ibu tahu yang terbaik untuk anaknya maka ibu akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hasil penelitian Sriningsih tahun 2011 yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan responden tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif karena pengetahuan yang baik akan membuat seseorang untuk merubah perilaku termasuk dalam praktek menyusui dimana pengetahuan menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang dalam mengambil keputusan. Pengetahuan yang tinggi dan pengalaman yang dimiliki individu akan mendorong seseorang untuk memiliki perilaku kesehatan yang lebih baik. Seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Perilaku yang baik dari seorang ibu tentang ASI eksklusif dapat diperoleh dari berbagai informasi yang diperoleh dari penyuluhan kesehatan, media masa, pengalaman orang tua sendiri atau bisa juga dari orang lain yang berada dilingkungan sekitarnya (Pernanda, 2014).


(23)

5

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan (DINKES) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2014 didapatkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu Kota Yogyakarta 54,9%, Kabupaten Gunungkidul 59,5%, Kabupaten Bantul 72,0%, Kabupaten Kulonprogo 74,1 %, dan Kabupaten Sleman 81,2%. Data tersebut jika dibandingkan dengan target capaian cakupan prevalensi pemberian ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan oleh KEMENKES sebesar 80% hanya kabupaten Sleman yang memenuhi target. Cakupan ASI eksklusif rendah pada kota Yogyakarta terdapat pada wilayah kerja puskesmas Pakualaman 10,9% dan pada kabupaten Gunungkidul terdapat pada wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 sebesar 27,6%, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas Pakualaman dan Puskesmas Wonosari 2.

B. Rumusan Masalah

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Beberapa hasil penelitian mengatakan faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif di perkotaan karena tingginya tingkat pendidikan ibu sehingga ibu lebih memilih untuk bekerja diluar rumah sedangkan diperdesaan dikarenakan kurangnya tingkat pendidikaan ibu sehingga pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif rendah. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

“Bagaimanakah perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di Perkotaan dan Pedesaan?”


(24)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di daerah perkotaan dan pedesaan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di wilayah perkotaan

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di wilayah pedesaan

c. Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di wilayah perkotaan dan pedesaan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sehingga instansi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan yang dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman nyata dilapangan mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

4. Bagi Responden


(25)

1 E. Penelitian Terkait

Peneliti Judul Karya Ilmiah Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

Sriningsih (2011)

Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif

Metode observasional dengan pendekatan

cross sectional

Mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang tentang ASI. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu, tingkat penghasilan keluarga dan pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif

- Jenis penelitian menggunakan kuantitatif - Menggunakan

instrument kuesioner

- Variabel yang diteliti adalah Tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan perdesaan

- Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparasi

- Tempat penelitian di Pakualaman,

Yogyakarta dan desa Payeman, Wonosari

Wahyudi (2010)

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Terhadap Motivasi Ibu Untuk

Memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta

Korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuisoner

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif terhadap motivasi ibu dalam pemberian ASI eksklusif

- Penelitian non-eksperimen menggunakan kuantitatif - Menggunakan

instrumen kuesioner

- Variabel yang diteliti adalah Tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan perdesaan

- Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif


(26)

54

Peneliti Judul Karya Ilmiah Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

komparasi - Uji normalitas

menggunakan uji t-test

Pernanda (2014)

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Depok I Sleman Yogyakarta

Penelitian analitik dengan desain cross-sectional

Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI di Puskesmas Depok I Sleman Yogyakarta

- Penelitian non-ekperimental - Instrument yang

digunakan adalah kuesioner dan pernyataan yang digunakan adalah pernyataan favorable

dan unfavorable

- Uji validitas menggunakan

person product moment

- Variabel yang diteliti adalah Tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan perdesaan

- Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparasi

-Tempat penelitian di Pakualaman,

Yogyakarta dan desa Payeman, Wonosari -Uji reliabilitas

menggunakan KR-20

-Variabel dianalisis menggunakan uji parametris t-test


(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).


(28)

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan meliputi:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin capat menerima dan memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011). 2) Informasi/ Media Massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,


(29)

11

Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

3) Sosial, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.


(30)

4) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.

5) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman

seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.

6) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah.

d. Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang ditetapkan menurut hal-hal berikut :


(31)

13

1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.

2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

3) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Menurut Arikunto (2006) terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :

1) Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.

2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74% 3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum, yaitu :

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%

2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%

2. Air Susu Ibu (ASI)

a. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu (Estiwidani, 2014). ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Hani, 2014).


(32)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan atau minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apapun kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi yang baik dari ASI (Yuliarti, 2010).

WHO dan UNICEF merekomendasikan ibu untuk memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan sebagai berikut (Dewi & Sunarsih, 2011):

1) Inisiasi menyusu dini (IMD) selama 1 jam pertama setelah bayi lahir

2) ASI eksklusif diberikan pada bayi yaitu hanya ASI saja yang diberikan tanpa makanan atau minuman tambahan

3) ASI diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi

4) ASI diberikan tidak menggunakan botol maupun dot. b. Manfaat ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif mempunyai banyak manfaat bagi bayi dan ibu.

1) Manfaat ASI Eksklusif Bagi Bayi a) ASI sebagai nutrisi

ASI adalah sumber gizi yang sangat ideal dan seimbang yang komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan untuk masa pertumbuhan bayi. ASI sebagai makanan tunggal mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi hingga usia enam bulan (Roesli, 2012).


(33)

15

b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Dalam ASI terdapat berbagai zat-zat protektif seperti lactobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, Imunoglobin dan faktor-faktor antialergi (Dewi & Sunarsih, 2011). Lactobasilus bifidus mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat yang memberikan sifat asam pada pencernaan sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat (Dewi & Sunarsih, 2011). Laktoferin berfungsi mengikat zat besi untuk membantu menghambat pertumbuhan bakteri. Kadar laktoferin yang terdapat dalam ASI adalah 1-6 mg/ml dan paling tinggi terdapat dalam kolostrum (Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2008).

Lisozim yaitu enzim yang menghancurkan bakteri dan antiinflamasi yang bersama peroksida dan askorbat menghancurkan E.coli dan Salmonella (Dewi & Sunarsih, 2011). ASI mengandung 300 kali lebih banyak mengandung lisozim per satuan volume yang sama dibandingkan dengan susu formula (Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2008).

Imunoglobulin yang terdapat dalam ASI adalah IgG, IgM, IgA, IgD dan IgA berfungsi melindungi permukaan mukosa dari masuknya bakteri patogen dan virus. IgG dimiliki bayi melalui transfer plasenta. IgM melindungi bayi dari E.coli dan polio.


(34)

IgD hanya sedikit terdapat dalam ASI (Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2008).

c) ASI meningkatkan kecerdasan anak

Salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan adalah nutrisi saat bayi yaitu ASI. ASI terdiri dari berbagai makronutrien dan mikronutrien yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Lemak adalah salah satu makronutrien utama yang terdapat dalam ASI terdiri dari AA dan DHA yang merupakan penyusun 60% dari komposisi otak manusia. AA dan DHA sangat penting dalam mengoptimalisasi perkembangan otak terutama dalam proses sinaptogenesis dan mielinisasi sel - sel saraf yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi (Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2008).

d) Mengurangi kejadian karies dentis

Bayi yang mendapatkan susu formula dan biasa menyusu menggunakan botol atau dot kejadian karies dentisnya jauh lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat ASI (Dewi & Sunarsih, 2011).

e) Pertumbuhan dan perkembangan bayi baik

Bayi yang mendapat ASI ekslusif tumbuh dengan cepat pada dua sampai tiga bulan pertama kehidupan. Bayi yang mendapatkan susu formula umumnya memiliki berat badan yang berlebih dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI dan pada anak-anak yang mendapat ASI pada masa bayinya lebih


(35)

17

tinggi dibandingkan anak-anak yang mendapat susu formula pada masa bayinya (Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta, 2008).

f) Efek psikologis yang baik untuk bayi

Ibu yang sedang memberikan ASI pada bayi ada kontak kulit antara bayi dan ibunya yang akan menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi bayi (Dewi & Sunarsih, 2011).. Perasaan aman dan nyaman akan meningkatkan rasa kepercayaan diri anak (Murdiningsih dkk, 2013)

2) Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu

Ibu yang menyusui bayinya saat pertama kali akan membuat uterus berkontraksi, plasenta keluar dengan cepat dan mengurangi terjadinya perdarahan (UNICEF, 2010). Isapan bayi dapat meningkatkan kadar oksitosin yang berfungsi untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan setelah melahirkan akan lebih cepat berhenti (Dewi & Sunarsih, 2011).

Berat badan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya akan menurunkan berat badan yang disebabkan oleh kehamilan. Produksi ASI membutuhkan energi 500 kkal/hari. Energi tersebut diperoleh dari asupan nutrisi dan sisanya diambil dari simpanan lemak selama hamil yang disiapkan tubuh untuk menyusui. Energi yang diambil dari simpanan lemak sekitar 170 kkal/hari sehingga berat badan ibu bisa terkontrol (Kristiyanti, 2013).


(36)

Pemberian ASI eksklusif dapat menunda kehamilan karena hormon prolaktin pada ibu yang menyusui akan meningkat sehingga menekan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah kehamilan (Sitopu, 2013).

c. Jenis ASI

Menurut Departemen Kesehatan (2014) ada 3 jenis ASI, yaitu:

1) Kolostrum adalah cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan, dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Kolostrum mengandung protein tinggi yang berfungsi untuk daya tubuh dan rendah lemak dan laktosa. Volume kolostrum 150-300 ml/24 jam ( Roesli, 2007).

2) ASI Transisi adalah ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur yang di produksi pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 masa laktasi (Bahiyatun, 2009). Susu transisi ini terdapat immunoglobulin, protein dan laktosa dengan konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum tetapi konsentrasi lemak dan jumlah kalori lebih tinggi, vitamin larut lemak berkurang, vitamin larut air meningkat. Berwarna lebih putih dari kolostrum.

3) ASI Matur adalah susu yang keluar setelah hari ke-10. Berwarna putih kental. Komposisi ASI yang keluar pada isapan-isapan pertama (foremilk) mengandung lebih rendah lemak tapi tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. ASI yang keluar pada isapan-isapan terakhir (hindmilk) mengandung lemak dan karbohidrat yang tinggi.


(37)

19

d. Komposisi ASI

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (2008) ASI memiliki komposisi sebagai berikut :

1) Karbohidrat

ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi daripada susu formula yaitu 6.5-7 gram%. Karbohidrat utama yang terdapat dalam ASI adalah laktosa yang akan diubah menjadi galaktosa. Galaktosa membetuk galaktolipid yang berperan penting dalam perkembangan otak bayi (Bahiyatun, 2009).

2) Lemak

Lemak yang terdapat dalam ASI terdiri dari trigliserida, fosfolipid, kolesterol dan asam lemak esensial. Pada kolostrum konsentrasi kolesterol sangat tinggi yang penting dalam proses pembentukan myelin. Myelin adalah zat yang mengelilingi sel saraf otak dan akson yang berfungsi melindungi dari rangsangan yang merusak.

Lemak pada ASI mudah diserap oleh bayi karena adanya enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida (Purwanti, 2014).

3) Asam lemak esensial arachidonic acid (AA) dan docosahexanoid acid (DHA)

Kandungan AA dan DHA adalah asam lemak tak jenuh yang mempunyai rantai panjang (polyunsaturated fatty acid) yang diperlukan bayi untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal


(38)

(Yuliarti, 2010). Otak bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan DHA lebih tinggi dari pada bayi yang mendapat susu formula. AA dan DHA berfungsi dalam proses penerimaan rangsang dan penghantaran listrik di sel-sel saraf.

4) Protein dan asam amino

Asam amino berperan dalam perkembangan otak yaitu taurin, tirosin dan triptofan. Taurin adalah asam amino bebas yang jumlahnya sangat besar di jaringan saraf, jaringan otak yang sedang berkembang dan saraf mata. Taurin berperan sebagai neurotransmitter, mengatur aktivitas sel saraf, menstabilkan dinding sel saraf dan antioksidan (Yuliarti, 2010).

Noradrenalin dan dopamine dibentuk oleh tirosin sedangkan serotonin dan melatonin adalah neurotransmitter yang dibentuk triptofan. Noradrenalin berfungsi mengatur pola tidur-bangun, memori dan proses belajar. Dopamin berfungsi untuk mengontrol gerakan, respon emosi, persepsi sakit dan senang, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Serotonin untuk mengontrol nafsu makan, pola tidur, memori dan proses belajar.

5) Mineral

ASI mempunyai kandungan mineral yang konstan selama laktasi. Fa dan Ca tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Garam organic yang ada dalam ASI yaitu kalsium, kalium dan natrium. Kalsium berfungsi dalam pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Kadar kalsium dalam ASI


(39)

21

lebih rendah dibandingkan dengan susu formula tapi lebih mudah diserap dibandingkan susu formula.

6) Vitamin

Vitamin lengkap terdapat dalam ASI. Vitamin A yang terdapat dalam ASI yaitu 280 IU sedangkan dalam kolostrum dua kali lipat dari itu. Vitamin D pada bayi 2/3 dari kadar vitamin D ibu yang bisa didapatkan melalui plasenta dan sedikit dalam ASI. Vitamin K berfungsi sebagai faktor pembekuan darah. Vitamin E berfungsi untuk pembentukan sel darah merah. Kadar vitamin K dalam ASI sangat sedikit sehingga ketika bayi baru lahir diberikan vitamin K dalam bentuk suntikan atau oral untuk mengurangi resiko perdarahan (Purwanti, 2014).

7) Air

ASI mengandung 88% air sehingga ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi. ASI dengan kandungan air yang tinggi keluar pada hari ketiga atau keempat (Yuliarti, 2010).

e. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu: 1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang meliputi pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Semakin rendah pendidikan ibu maka semakin rendah kemampuan dasar ibu dalam berfikir untuk mengambil


(40)

keputusan khususnya dalam pemberian susu formula atau ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan (Widiyanto dkk, 2012).

2) Pengetahuan

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat diperoleh ibu dari hasil pendidikan informal seperti penyuluhan – penyuluhan, brosur, dan pemberian informasi dari tenaga kesehatan ketika kunjungan posyandu (Widiyanto dkk, 2012). Pengetahuan ibu tentang ASI juga mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI, hal ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif dalam pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2012). Pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI eksklusif akan menyebabkan gagalnya pemberian ASI eksklusif karena ibu tidak mempunyai motivasi untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Astuti, 2013).

3) Pendapatan Keluarga dan Pekerjaan

Tingkat pendapatan keluarga yang tinggi cenderung tidak memberikan ASI eksklusif melainkan susu formula. Ibu yang mempunyai penghasilan rendah lebih mungkin untuk memberikan ASI eksklusif (Sriningsih, 2011). Tingginya jumlah pekerja wanita diberbagai sektor pekerjaan mengakibatkan semakin banyak ibu yang harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan ketika habis masa cuti bersalin Ibu yang kembali bekerja penuh sebelum bayi berusia enam bulam menyebabkan pemberian ASI eksklusif terhambat ditambah dengan keadan fisik dan mental ibu yang


(41)

23

lelah karena bekerja akan mengakibatkan produksi ASI tidak lancar (Astuti, 2013). Memberikan ASI secara langsung bagi ibu yang bekerja tidak memungkinkan karena tidak adanya waktu atau tempat khusus untuk menyusui atau memerah ASI (Margawati & Josefa, 2011).

4) Usia

Ibu yang melahirkan saat berusia lebih dari 30 tahun secara fisiologis mengalami laktogenesis yang tertunda daripada ibu yang berusia kurang dari 30 tahun. Ibu yang mengalami laktogenesis tertunda sering kehilangan rasa percaya diri untuk menyusui dan sering menyatakan ASI tidak cukup untuk bayi sehingga bayi sering diberikan makanan tambahan (Felix, 2013).

5) Jumlah anak

Jumlah anak yang banyak membuat kebiasaan ibu untuk menyusui semakin tinggi tetapi kualitas dan frekuensi pemberian ASI berkurang (Merdekawati, dkk. 2006). Ibu multipara lebih sering untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena lebih menguasai teknik menyusui selain itu secara fisiologis ibu multipara memiliki onset laktogenesis II yang lebih cepat yang cenderung menjalani persalinan lebih singkat dan penggunaan obat analgesik yang sedikit daripada ibu primipara sehingga laktogenesis lebih cepat terjadi. Ibu multipara yang melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) memproduksi ASI lebih banyak daripada ibu primipara yang juga melakukan IMD (Felix, 2013).


(42)

6) Dukungan Suami dan Keluarga

Dukungan suami dan keluarga terdekat sangat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Suami dan keluarga harus memberikan dukungan moral seperti memberikan pujian, memberikan kata – kata semangat kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Suami tidak boleh mengkritik bentuk tubuh istri agar istri tidak merasa risih atau minder dengan bentuk tubuhnya atau bentuk payudaranya sehingga kemauan istri memberikan ASI eksklusif tidak berkurang karena kritikan yang disampaikan suami (Abidjulu dkk, 2015)

7) Psikologis ibu

Ibu yang merasakan cemas, stress dan tidak percaya diri akan mengurangi atau menghilangkan sekresi susu karena akan mempengaruhi produksi hormon yang berperan dalam proses menyusui (Margawati & Josefa, 2011).

8) Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan berperan sangat penting untuk mendukung ibu tetap menyusui tidak hanya dengan memberikan obat atau menyarankan makanan tertentu, tetapi juga harus menjelaskan kepada ibu-ibu bahwa dengan rangsangan isapan bayi yang terus menerus akan memicu produksi ASI semakin banyak (Margawati & Josefa, 2011). Petugas kesehatan yang membantu saat persalinan mempunyai peran yang sangat dominan pada 30 menit pertama setelah bayi lahir sehingga seharusnya ibu difasilitasi


(43)

25

untuk segera memeluk bayinya yang diharapkan interaksi bayi dan ibu segera terjadi. Pemberian ASI segera atau IMD akan membuat ibu semakin percaya diri untuk memberikan ASI eksklusif (Oktora, 2013).

3. Karakteristik Penduduk Kota dan Desa

a. Kota

Menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2014, kota adalah daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar pertanian.

Ciri-ciri pada masyarakat kota, yaitu :

1) Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. kehidupan masyarakat di kota

mempunyai kecenderungan kearah keduniawian, bila

dibandingkan dengan kehidupan warga masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan.

2) Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Di perkotaan kehidupan keluarga sering sulit untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan sebagainya.


(44)

3) Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Misalnya seorang pegawai negeri lebih banyak bergaul dengan rekan-rekannya daripada tukang becak, tukang kelontong atau pedagang kaki lima lainnya. Seorang sarjana ekonomi akan lebih banyak bergaul dengan rekannya dengan latar belakang pendidikan dalam ilmu ekonomi daripada dengan sarjana-sarjana ilmu politik, sejarah, atau yang lainnya. Begitu pula dalam lingkungan mahasiswa yang lebih senang bergaul dengan sesamanya daripada dengan mahasiswa yang tingkatannya lebih tinggi atau rendah.

4) Kemungkinan mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa. Pekerjaan para warga desa lebih bersifat seragam, terutama bidang bertani. Masyarakat desa tidak banyak dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian. Di kota, pembagian kerja sudah meluas, sudah ada macam-macam kegiatan industri, sehingga tidak hanya terbatas pada satu sektor pekerjaan dan sesuai bidangnya.

5) Jalan pikiran rasional umumnya dianut masyarakat perkotaan, sehingga interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.

6) Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota, sebab di kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena itu, golongan muda yang


(45)

27

belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya lebih sering mengikuti pola-pola baru dalam kehidupannya.

b. Desa

Menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ciri-ciri masyarakat desa, yaitu:

1) Afektifitas : perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya berupa sikap dan perbuatan tolong menolong, simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolong tanpa pamrih.

2) Orientasi kolektif : mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat sehingga semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan. 3) Askripsi : sifat khusus yang sudah menjadi kebiasaan atau

keturunan.

4) Diffuseness : sesuatu yang tidak jelas dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung untuk menunjukan sesuatu. Ciri ini dapat terlihat pada desa-desa yang masyarakatnya masih primitif.


(46)

B. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti :

Gambar 2.2. Kerangka konsep pengukuran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan perdesaan

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di

wilayah Perkotaan

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan : 1. Pendidikan

2. Informasi/ media massa 3. Social budaya dan

ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia

Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di

wilayah Perdesaan

Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan : 1. Pendidikan

2. Informasi/ media massa 3. Social budaya dan

ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia

Baik

Cukup


(47)

29

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas,

maka hipotesis yang diajukan penulis adalah: “Ada perbedaan tingkat pegetahuan


(48)

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental yang menggunakan desain penelitian deskriptif komparasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan persamaan atau perbadaan dari suatu variabel tertentu (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Pakualaman dan puskesmas Wonosari 2. Wilayah kerja puskesmas Pakualaman terdapat dua kelurahan yaitu Kelurahan Purwokinanti dan Kelurahan Gunung Ketur. Wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 meliputi desa Baleharjo, desa Selang, desa Wonosari, desa Kepek, desa Piyaman, desa Karangtengah dan desa Gari. Tempat penelitian ditentukan berdasarkan data cakupan ASI eksklusif terendah di Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan yang dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2016.


(49)

31

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh subjek yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk penelitian ( Nursalam 2013). Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja puskesmas Pakualaman berjumlah 81 dan wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 berjumlah 149 sehingga total populasi adalah 230. Data populasi adalah data yang diperoleh bulan Desember 2015.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2013). Penentuan besar sampel bisa menggunakan beberapa rumus, salah satunya menggunakan rumus yang telah ditentukan yaitu jika besar populasi , maka sampel bisa diambil 20-50% dari jumlah populasi (Nursalam, 2013). Jumlah sampel penelitian ini yang diambil adalah 50% dari jumlah populasi.

Perhitungan sampel:

orang

Untuk mengantisipasi tidak terpenuhinya jumlah responden ketika pengambilan data, maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel yang dihitung. Cara yang digunakan adalah dengan menambahkan jumlah subjek dengan rumus sebagai berikut (Satroasmoro & Ismael, 2008) :


(50)

Keterangan:

n’ = ukuran sampel setelah direvisi

n = ukuran sampel asli

1-f = perkiraan proporsi drop out, yang diperkirakan 10% (f=0,1) Maka sampel yang dibutuhkan adalah:

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Jumlah sampel penelitian sebesar 128 orang. Sampel yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu 45 orang ibu-ibu yang tinggal di Pakualaman dengan rincian kelurahan Gunung Ketur 30 orang dan kelurahan Purwokinanti 15 orang dan 83 orang ibu-ibu yang tinggal di Wonosari dengan rincian desa Baleharjo 10 orang, desa Selang 12 orang, desa Wonosari 16 orang, desa Kepek 11 orang, desa Piyaman 12 orang, desa Karangtengah 14 orang dan desa Gari 8 orang.

a. Kriteria inklusi

1) Ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan 2) Ibu yang tinggal di desa dan kota

3) Ibu menyusui dengan pendidikan terakhir SD sampai SMA b. Kriteria ekslusi

1) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden 2) Ibu dengan anak yang sedang sakit


(51)

33

D. Variabel

Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda pada sesuatu dan merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk mengukur atau memanipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2013). Variabel pada penelitian ini adalah variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di daerah Perkotaan dan Pedesaan

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur dan Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Tingkat Pengetahuan tentang ASI Eksklusif di wilayah

perkotaan

Pengetahuan ibu terkait informasi yang diperoleh ibu tentang ASI Eksklusif di perkotaan meliputi definisi ASI eksklusif, manfaat ASI, jenis ASI, dan komposisi ASI yang di nilai menggunakan skor Cara ukur: responden mengisi kuesioner yang terdiri dari 18 pernyataan dengan pilihan jawaban “B” (benar)=1 “S” (salah)=0 Alat ukur: Kuesioner

Pengetahuan diukur dari jawaban yang benar dengan kategori : 1. Tinggi jika jawaban benar ≥ 14 2. Cukup jika jawaban benar 10-13 3. Rendah jika jawaban benar ≤ 9

Interval

2 Tingkat Pengetahuan tentang ASI Eksklusif di wilayah

pedesaan

Pengetahuan ibu terkait informasi yang diperoleh ibu tentang ASI Eksklusif di perdesaan meliputi definisi ASI eksklusif, manfaat ASI, jenis ASI, dan komposisi ASI yang di nilai menggunakan skor


(52)

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data agar pekerjaan peneliti lebih mudah dan hasil penelitian lebih baik (Arikunto,2013). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner adopsi dari Sapriyudi (2009) yang berisi dua alternatif jawaban, yaitu benar atau salah menggunakan skala Guttman. Pertanyaan dibuat dalam dua tipe yaitu favourable dan unfavourable. Metode penilaian tingkat pengetahuan yaitu:

a. Sifat Favorable merupakan sikap positif dari pertanyaan alternatif Benar (b) bernilai 1

Salah (s) bernilai 0

b. Sifat Unfavorable merupakan sifat negatif dari pertanyaan alternatif jawaban yang diberikan adalah:

Benar (b) bernilai 0 Salah (s) bernilai 1

Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

No Pertanyaan Nomor

Favorable Unfavorable

1 Cara pemberian ASI

Eksklusif

2, 4, 11, 12 1, 3, 18

2 Komposisi ASI 6, 16 5, 7, 17

3 Manfaat Pemberian ASI

Eksklusif


(53)

35

Interpretasi skor untuk penilaian tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif adalah dengan menjumlahkan alternative jawaban pada setiap item soal kemudian dibandingkan dengan jumlah item dikalikan 100%. Hasil berupa persentase untuk menilai data tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Menggunakan rumus:

Keterangan: P = Persentase

X = Skor yang didapat N = Jumlah soal

Menurut Arikunto (2006) terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan dari 18 pernyataan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :

1) Tingkat Pengetahuan kategori Tinggi jika nilainya ≥ 75% atau skor ≥ 14

2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74% atau skor 10-13

3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55% atau skor ≤ 9

G. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2013). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang didapat dari subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dengan mengisi kuesioner.


(54)

1. Tahap persiapan

a. Mengurus surat izin survei pendahuluan

b. Melakukan survei pendahuluan ke Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta

c. Menentukan tempat untuk melakukan penelitian yaitu di wilayah kerja puskesmas Pakualaman dan puskesmas Wonosari 2.

d. Menentukan sampel yang telah berjumlah 128 orang untuk menjadi responden

e. Melihat data ibu-ibu menyusui di puskesmas Pakualaman dan puskesmas Wonosari 2

f. Mengurus surat izin etik penelitian dan izin penelitian g. Mengurus perizinan uji validitas dan reliabilitas h. Melakukan uji validitas dan reliabilitas

i. Ketika surat izin etik penelitian dan izin penelitian keluar dilanjutkan dengan mengurus izin penelitian di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dan Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

j. Mengurus izin di puskesmas Pakualaman dan Wonosari 2

k. Mendiskusikan teknik pengambilan data dan tempat pengambilan data. Pada puskesmas Pakualaman dilakukan pengambilan data pada saat kegiatan imunisasi yang dilaksanakan hari selasa setiap minggunya dan diacara posyandu sedangkan di puskesmas Wonosari 2 pengambilan data dilakukan hanya pada saat acara posyandu


(55)

37

l. Mengikuti acara pertemuan kader-kader desa di wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 untuk perkenalan dan menyampaikan teknis pengambilan data

2. Tahap pelaksanaan

a. Mengikuti acara posyandu di wilayah kerja puskesmas Pakualaman dan Wonosari 2 dan serta mengikuti acara imunisasi yang dilakasanakan setiap hari Selasa di Puskesmas Pakualaman

b. Responden dipilih sesuai dengan kriteria inklusi ketika mendaftar dan pada nomor urutan ganjil di kota maupun di desa

c. Peneliti menanyakan kepada calon respoden apakah bersedia menjadi responden penelitian

d. Beberapa calon responden menolak menjadi responden karena buru-buru atau anaknya rewel

e. Calon responden yang bersedia menjadi responden kemudian diberikan lembar informed consent atau lembar persetujuan kepada responden

f. Peneliti memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden dan responden didampingi oleh peneliti atau asisten peneliti dalam mengisi kuesioner serta membantu memantau anaknya agar responden bisa mengisi kuesioner dengan tenang

g. Peneliti mengumpulkan kuesioner kemudian menganalisis data yang sudah didapatkan


(56)

 

2 

 

2 

2

Y) X)( ( -XY N Y X X N

H. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan suatu instrument (Budiman & Riyanto, 2013). Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada bulan April 2016 dengan jumlah responden 30 orang yaitu 15 orang di kota dan 15 orang di desa yang memiliki kemiripan dengan kriteria inklusi dan memiliki ciri-ciri hampir mirip dengan karakteristik responden penelitian sebenarnya. Sampel uji validitas dan reliabilitas adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan di puskesmas Umbulharjo untuk mewakili kota dan di puskesmas Wonosari 1 untuk mewakili desa. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas akan diolah secara manual dengan perhitungan rumus dan menggunakan nilai signifikansi p < 0,05.

1. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan “Pearson Product

Moment” dengan rumus sebagai berikut : Rumus Pearson Product Moment :

Keterangan:

: Koefisien korelasi antar variabel X dan Y

NΣXY : Jumlah perkalian X dan Y

Σx : Jumlah skor item (X)

Σy : Jumlah skor total item (Y)


(57)

39

Uji validitas dibantu dengan menggunakan program komputer dengan hasil r dibandingan r tabel pada nilai kesalahan 5 %, bila rxy lebih

kecil dari r tabel maka item soal tidak valid sehingga item soal tersebut harus diganti atau dibuang, sedangkan bila rxy lebih besar dari r tabel

maka item soal dianggap valid (Arikunto, 2010). Nilai r tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,361 (Sugiyono, 2014).

Hasil uji validitas dari 18 pernyataan yang terdiri dari 7 butir pernyataan cara pemberian ASI eksklusif, 5 butir pernyataan komposisi ASI dan 6 butir pernyataan manfaat pemberian ASI eksklusif semuanya valid karena nilai korelasi < 0,05.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya (Notoadmodjo, 2012). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach (Arikunto, 2013) yaitu:

Keterangan:

Σ : Mean kuadrat kesalahan : Varians total

k : Mean kuadrat antar subyek

Secara umum, keadaan kurang dari 0,60 dianggap buruk, keadaan dalam kisaran 0,70 bisa diterima, sedangkan untuk keadaaan lebih dari


(58)

0,80 adalah baik (Arikunto, 2013). Hasil uji reliabilitas menunjukan hasil 0,898 yang berarti kuesioner ini dinyatakan reliabel.

I. Pengolahan dan Analisa data

1. Metode Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) data yang diperoleh dari kuesioner akan dilakukan pengolahan sebagai berikut :

a. Editing

Penelitian ini dilakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan yang dilakukan di lapangan.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi data angka. Pengkodean pada penelitian ini adalah untuk tingkat pengetahuan kategori tinggi diberi kode 1, kategori cukup diberi kode 2 dan kategori rendah diberi kode 3, untuk kota dan desa diberi kode 1 untuk kota dan 2 untuk desa, untuk pernyataan favorable benar diberi kode 1 salah diberi kode 0 serta untuk pernyataan unfavorable benar diberi kode 0 salah diberi kode 1.

c. Scoring

Pertanyaan yang dijawab diberi skor atau nilai sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Setelah diberi kode selanjutnya menilai sesuai jumlah soal yang dijawab dengan benar.


(59)

41

a. Tinggi jika skor ≥ 75%atau ≥ 14 pernyataan yang benar

b. Cukup jika skor 56%-74% atau 10 – 13 pernyataan yang benar

c. Rendah jika skor ≤56%atau ≥ 10 pernyataan yang benar

d. Entry

Merupakan suatu proses memasukkan data kedalam komputer yang selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program computer spss 16.

e. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Melakukan penataan data, kemudian menyusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2010).

2. Analisa Data Penelitian a. Analisa univariat

Analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari hasil variabel. (Notoadmojo, 2012). Analisa univariat pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan.

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk membandingkan persamaan atau perbedaan antara dua variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji Non Parametris yaitu uji Mann-Whitney dengan nilai p<0,05. Analisa yang seharusnya digunakan


(60)

pada penelitian ini adalah uji Parametris yaitu uji t-test tapi karena data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka digunakan uji non parametris yaitu uji Mann-Whitney. Syarat variabel dinyatakan berdistribusi normal apabila p>0,05. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Hasil uji normalitas Kolmogorof-Smirnov tahun 2016 (n=128)

Variabel p Keterangan 1. Tingkat pengetahuan ibu tentang

ASI eksklusif di kota

2. Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di desa

0,000

0,000 Tidak normal

Sumber: Data primer 2016

Hasil uji normalitas variabel penelitian dari tabel 4.3. dapat diketahui

bahwa variabel tingkat pengetahuan ibu di kota dan desa sama-sama

mempunyai nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dapat dinyatakan hasil

pada variabel tersebut adalah berdistribusi tidak normal.


(61)

43

J. Etika Penelitian

Etika penelitian menjadi hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian dikarenakan penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji etik dan mengurus izin dari komisi etik penelitian di bagian Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Etika penelitian yang harus dilaksanakan pada penelitian ini yang sesuai dengan prinsip-prinsip etik dalam penelitian antara lain (Hidayat, 2009) : 1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan agar responden mengerti maksud, tujuan penelitian dan menegtahuai dampaknya. Peneliti harus menghormati hak responden yang tidak menyetujui atau tidak bersedia.

2. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity merupakan jaminan dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak mmberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur atau kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentialy (kerahasiaan)

Merupakan jaminan kerahasiaan dari hasil penelitian. Seluruh informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan disebarluaskan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.


(62)

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Pakualaman merupakan puskesmas yang terletak di jalan jayeng prawiran nomor 13 Kota Yogyakarta. Pusat manajemen puskesmas Pakualaman berada dibawah pimpinan kepala puskesmas Pakualaman, Kepala bagian Tata Usaha (TU) berada langsung dibawah kepala Puskesmas dan bertanggung jawab atas berbagai urusan administrasi dan pemeliharaan puskesmas. Kepala TU membawahi beberapa sub-bagian TU dan unit-unit pelayanan. Unit-unit pelayanan puskesmas Pakualaman meliputi Balai Pelayanan Umum (BPU), Balai Pelayanan Gigi (BPG), Kesehataan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB), Konsultasi Psikologi dan Gizi. Wilayah kerja puskesmas Pakualaman meliputi kelurahan Purwokinanti dan Kelurahan Gunung Ketur. Jenis-jenis pelayanan puskesmas Pakualaman meliputi Rekam Medis, Badan Pelayanan Umum (BPU), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Klinik Psikologi, Unit Gawat Darurat (UGD), Klinik Gigi, Laboratorium, Farmasi, Klinik Gizi dan Sanitasi.

Puskesmas Wonosari 2 adalah salah satu puskesmas dari 30 puskesmas di Kabupaten Gunungkidul yang beralamat di jalan Pramuka nomor 24, Kecamatan Wonosari. Batas wilayah puskesmas wonosari 2 sebelah utara kecamatan Nglipar, sebelah selatan desa Siraman, sebelah barat kecamatan Playen dan sebelah timur kecamatan Karangmojo serta kecamatan Semanu.Wilayah kerja puskesmas Wonosari 2 meliputi desa Wonosari, Desa Baleharjo, desa Selang, desa Kepek, desa Piyaman, desa Karangtengah dan desa Gari. Setiap desa


(63)

44

memiliki masing-masing 1 puskesmas pembantu kecuali pada desa Gari memiliki 2 puskesmas pembantu. Jenis pelayanan Puskesmas Wonosari 2 meliputi Poli Pemeriksaan Umum, Poli Gigi, Poli KIA, Gizi, Apotek, Laboratorium (Hematologi dan Bakteriologi).

B. Hasil Penelitian

1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi responden menurut usia dan pendidikan tahun 2016 (n=128)

Karakteristik Responden

Kota (n) Persentase (%)

Desa (n) Persentase (%) Umur 18-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 7 37 1 15,6% 82,2% 2,2% 29 42 12 34,9% 50,6% 64,8% Jumlah 45 100% 83 100% Pendidikan SD SMP SMA 0 8 37 0% 17,8% 82,2% 18 41 24 21,7% 49,4% 28,9% Jumlah 45 100% 83 100%

Sumber: Data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa proporsi umur responden terbesar di kota dan desa adalah kelompok umur 26-35 tahun, yaitu di kota berjumlah 37 responden (82,2%) dan di desa berjumlah 42 responden (50,6%). Proporsi tingkat pendidikan responden terbesar di kota adalah SMA yaitu berjumlah 37 responden (82,2%) dan di desa adalah SMP yaitu berjumlah 41 responden (49,4%).


(64)

2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Table 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di Perkotaan dan Pedesaan tahun 2016 (n=128)

Tingkat Pengetahun Kota (n) Persentase (%)

Desa (n) Persentase (%) Pengetahuan Baik 42 93,3 71 85,5 Pengetahuan Cukup 3 6,7 12 14,5

Jumlah 45 100% 83 100%

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI Eksklusif yaitu 42 responden (93,3%) di kota dan 71 responden (85,5%) di desa dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang.

3. Perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di Perkotaan dan Pedesaan

Tabel 4.4. Hasil uji Mann-Whitney tahun 2016 (n=128)

Tingkat Pengetahuan

Mann-Whitney p-value Kesimpulan

Kota

1,666 0,306 Tidak ada perbedaan Desa

Sumber : Data primer 2016

Hasil tabel 4.4 diperoleh nilai Mann-Whitney sebesar 1,666 dengan nilai p-value 0,306. Nilai p-value lebih besar dari 0,05 yaitu 0,306 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu di kota maupun di desa.


(1)

11 banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.

Seseorang yang memiliki pendidikan rendah tidak berarti mutlak mempunyai pengetahuan yang rendah pula (Yuliana.dkk, 2014). Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif bisa diperoleh ibu dari hasil pendidikan formal tapi dari pendidikan informal juga bisa seperti penyuluhan-penyuluhan, brosur dan informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan ketika kunjungan posyandu (Widiyanto.dkk, 2012).

b. Perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan

Hasil uji Mann-Whitney menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan dengan p-value = 0,306 (p>α, α=0,05). Tidak adanya perbedaan dari hasil penelitian ini

bisa disebabkan oleh banyaknya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pihak puskesmas tentang ASI eksklusif untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang menyusui. Kegiatan posyandu yang dilakukan rutin setiap bulan merupakan salah satu cara untuk menjembatani ibu-ibu dalam menjawab keingintahuan mereka tentang ASI eksklusif dan mendapatkan dukungan untuk memberikan ASI eksklusif melalui kader-kader posyandu. Semakin banyak informasi yang didapat maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Budiman & Riyadi, 2013).

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif juga bisa didapat dari media massa seperti televisi, radio dan gadget. Tingginya kesadaran ibu tentang pentingnya ASI eksklusif menimbulkan keinginan


(2)

12 untuk mencari informasi lebih melalui media sosial selain itu mudahnya akses ibu untuk mencari informasi melalui internet di kota dan di desa membuat tingkat pengetahuan ibu menjadi tinggi dan sama.

Mayoritas pendidikan ibu di kota adalah tinggi sehingga ibu banyak yang bekerja diluar rumah. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka ibu tersebut akan bekerja pada jenjang yang relatif tinggi sehingga ibu-ibu di kota jarang mengikuti kegiatan posyandu (Sriningsih, 2011). Mudahnya akses internet dan banyaknya media massa yang mengiklankan ASI eksklusif saat ini membuat ibu-ibu yang bekerja tetap bisa mendapatkan informasi terkait ASI

dengan mudah sehingga

pengetahuan yang dimilikinya manjadi tinggi.

Ibu-ibu yang tinggal di desa mayoritas mempunyai tingkat pendidikan SMP. Tingkat pndidikan menengah atau rendah cendrung kurang mendapat kesempatan untuk bekerja sehingga ibu-ibu tersebut akan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga (Estuti, 2012). Ibu rumah tangga lebih sering mengikuti acara posyandu rutin sehingga mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan tentang ASI eksklusif dari kader-kader desa dan tenaga kesehatan puskesmas. Hasil penelitian Mahardani (2011) terdapat hubungan antara keterpaparan informasi dengan pengetahuan ibu yang mendapat informasi mempunyai 6,21 kali berpengetahuan baik daripada yang tidak terpapar informasi.

Informasi dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal sehingga memberikan


(3)

13 pengaruh jangka pendek dan menghasilkan perubahan serta peningkatan pengetahuan. Alatas dan Linuwih (2013) menyatakan jika seseorang sering mendapatkan informasi mengenai suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi maka tidak akan menambah pengetahuan dan wawasan yang ada pada dirinya.

Faktor lain yang

mempengaruhi pengetahuan ibu di kota dan desa adalah lingkungan, pengalaman, sosial budaya dan ekonomi. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan karena adanya interaksi sosial yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Budiman & Riyanto, 2013). Alatas dan Linuwih (2013) menyatakan lingkungan akan

mempengaruhi pengetahuan, jika lingkungan disekitar baik maka pengetahuan yang didapat akan berdampak positif sebaliknya jika lingkungan disekitar kita kurang baik maka pengetahuan yang didapat akan berdampak negatif bagi kita.

Pengalaman seorang tentang berbagai hal biasanya didapat dari lingkungan kehidupan sehari-hari dalam proses perkembangannya (Niswah & Aisyaroh, 2010). Pengalaman ibu-ibu terhadap ASI eksklusif yang diperoleh dari mengikuti kegiatan penyuluhan-penyuluhan di posyandu, mengikuti seminar dan pelatihan tentang ASI maka akan meningkatkan pengetahuan ibu. Seseorang bisa menguasai pengetahuan tertentu melalui pengalaman baik yang merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran terhadap


(4)

14 pengetahuan yang dimilikinya (Niswah & Aisyaroh, 2010).

Motto, Masloman dkk. (2013) menyatakan pengalaman akan mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang telah mempunyai pengalaman terhadap suatu permasalahan, maka dia akan mengetahui bagaimana cara meyelesaikan permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang dialami bisa dijadikan sebagai pengetahauan untuk kedepannya jika dia mempunyai permasalahan yang sama. Di kota maupun di desa sebagian besar ibu memiliki

pengalaman melahirkan

sebelumnya sehingga pengalaman ini akan menambah pemahaman ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada anak selain itu pengalaman orang tua sendiri atau pengalaman orang lain yang berada dilingkungan sekitar yang

kemudian diceritakan akan menjadi sumber informasi serta dapat meningkatkan pengetahuan (Pernanda, 2014).

Mayoritas pendidikan ibu di kota adalah tinggi sehingga ibu banyak yang bekerja diluar rumah. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka ibu tersebut akan bekerja pada jenjang yang relatif tinggi sehingga ibu-ibu di kota jarang mengikuti kegiatan posyandu (Sriningsih, 2011). Bekerjanya ibu-ibu tersebut membuat


(5)

15 D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a) Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di puskesmas Pakualaman, Yogyakarta adalah baik yaitu 42 orang (93,3%).

b) Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di puskesmas Wonosari 2, Gunungkidul adalah baik yaitu 71 orang (85,5%).

c) Tidak terdapat perbedaan pada tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di perkotaan dan pedasaan dengan nilai signifikansi p=0,306 (p>α) α=0,05

2. Saran

a) Bagi responden

Responden diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu tentang ASI eksklusif dikehidupan sehari-hari.

b) Bagi peneliti selanjutnya

Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan peneliti selanjutnya bisa melakukan penelitian terkait perilaku ibu terhadap ASI eksklusif di kota dan desa. c) Bagi instansi kesehatan

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan instansi kesehatan dapat melakukan evaluasi lebih lanjut terkait ASI eksklusif. Daftar Pustaka

Alatas,S.S.,S.,. & Sri, L.2013. Hubungan tingkat pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis dengan karakteristik demografi santri pesantren X, Jakarta timur. Vol.1,No.1, April 2013. http://journal.ui.ac.id.

Budiman dan Riyanto, Agus. (2013).

Kapita Selekta Kuesioner

Pengetahuan dan Sikap dalam

Penelitian Kesehatan, Jakarta :

Salemba Medika.

Firmansyah, Nurhuda dan Mahmudah. (2012). Pengaruh Karakteristik (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan Dan Sikap Ibu


(6)

16 menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif di Kabupaten Tuban.

Jurnal Biometrika dan

Kependudukan, Volume 1 Nomor

1, Agustus 2012.

download.portalgaruda.org/article. php?article=17860&val=1099. Diakses 21 Desember 2015.

Hanifah, Maryam. (2010). Hubungan Usia dan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun tentang Periksa Payudara

Sendiri (SADARI). UIN Jakarta.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan. Ed 2. Jakarta:

EGC.

Motto,S.Y., Nurhayati,M. & Jaeannete.C.M.2013. Tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada anak di Puskesmas Bahu Manado.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi

Kesehatan Teori dan Aplikasinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sudaryanto, G. (2014). MPASI Super

Lengkap. Jakarta: Penebar Swadaya

Group.

Widiyanto, Subur., Aviyanti, Dian., Tyas, Merry. (2012). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

tentang ASI Eksklusif dengan Sikap terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kedokteran

Muhammadiyah. Volume 1, Nomor

1, Tahun 2012.

www.jurnal.unimus.ac.id. Diakses 30 November 2015.

Yuliana, Woro Wahyu., Safitri, Wahyuningsih., Fitriana, rufaida Nur. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Ibu yang Mempunyai Anak Usia Prasekolah dalam Membawa Anak Ke Posyandu Wilayah Kerja Desa Giriroto.