PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA(KETERAMPILAN PROSESSAINS)DI SMANEGERI1HINAI.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP HASILBELAJARSISWA (KETERAMPILAN
PROSESSAINS)DI SMANEGERI 1HINAI

Oleh :
Ramadhani Mulia
NIM 4121121022
Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i

PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA (KETERAMPILAN PROSES
SAINS SISWA) DI SMAN 1 HINAI
Ramadhani Mulia (4121121022)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan keterampilan proses sains siswa
yang diterapkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dan mengetahui pengaruh
model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains fisika
siswa.
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Hinai pada tahun pelajaran
2015/2016. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X. Sampel kelas
diambil dengan metode cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 5
kelas secara acak yaitu kelas X-1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 28
orang dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 26 orang. Instrumen
yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar adalah tes hasil belajar dalam
bentuk essay dengan jumlah 7 soal. Aktivitas keterampilan proses sains siswa
dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer.
Berdasarkan analisa data, nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 16,78 dan
kelas kontrol 17,30. Pada pengujian normalitas untuk pretes pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data kedua kelas
berdistribusi normal. Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung< Ftabel , maka kedua
sampel berasal dari kelompok yang homogen. Kemudian diberikan perlakuan
yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry training dan
kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan
perlakuan pada masing-masing kelas, nilai rata-rata postes kelas eksperimen 67,85
dan kelas kontrol 60,57. Aktivitas siswa kelas eksperimen dari tiap pertemuan
mengalami peningkatan, dari kategori kurang aktif hingga kategori aktif. Hasil uji
t diperoleh t hitung = 2,34 dan ttabel = 1,67 sehingga thitung > ttabel maka Ha diterima,
yang berarti ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran inquiry training
terhadap hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis di kelas X semester II
SMA Negeri 1 Hinai T.P 2015/2016.
Kata kunci :Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini semaksimal mungkin dan sesuai waktu yang telah direncanakan.

Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL INQUIRY

TRAINING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (KETERAMPILAN PROSES
SAINS SISWA) DI SMAN 1 HINAI” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd, Bapak Muhammad
Kadri, M.Sc, dan Bapak Drs. Abdul Hakim S, M.Si selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai
penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Rahmatsyah,
M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji yang telah
membimbing dan memotivasi serta membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Alkhafi Maas Siregar, M.Si

selaku Ketua Jurusan Fisika dan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku
Dekan FMIPA Unimed. Serta ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen
serta Staf Pegawai Jurusan Fisika, terkhusus Ibu Hafiana, SE yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Enni Arnalis, S.Pd,
M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Hinai dan Bapak Drs. Junaidi selaku
guru bidang studi Fisika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis
selama penelitian dan para guru serta staf administrasi yang telah memberikan
kesempatan dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

v

Teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda Ponan
Mulia dan Almarhuma Ibu Legiyem yang telah mendidik, mendo’akan disetiap
sujudnya dan memberikan motivasi yang tidak terkira besarnya baik secara moril
maupun materi, beserta kakak dan abang (Leli Mulia, Heri Mulia, Tumiatik, S.Pd,
Marlia Sastro, M.Hum, Lina Mulia, S.Pd, Sudarma J. A, S.Pd, Lusi Tutur Mulia,
S.H, Lela Mulia, S.Pd, dan Ariandi serta sanak saudara) yang telah memberikan
motivasi dan dukungan moril maupun materi kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan studi di Unimed ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terdekat
penulis, terutama Fitrah Yani Pasaribu, Nurhalimah Sirait, Rahma Khairani Putri
Retno Utami, Siti Annisa, Sitty Sugma Aldila, dan Utami Putri. Terima kasih juga
penulis ucapkan terima kepada teman-teman seperjuangan, Fisika Dik B 2012
yang telah memberikan ide-ide selama perkuliahan. Selain itu, penulis ucapkan
terima kasih kepada ibu kos Fida Nasution beserta saudara satu kos (kak
Rasyidah, M.Pd, Nolawati Matondang, Anis, Ayu, dan Dinda Sinaga) yang telah
banyak memotivasi, memberikan masukan-masukan serta nasehat kepada penulis.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan dunia pendidikan.

Medan, September 2016
Penulis,

Ramadhani Mulia
NIM. 4121121022

vi


DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN

i

RIWAYAT HIDUP

ii

ABSTRAK

iii

KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI


vi

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR LAMPIRAN

xi

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang Masalah


1

1.2 Identifikasi Masalah

7

1.3 Batasan Masalah

8

1.4 Rumusan Masalah

8

1.5 Tujuan Penelitian

8

1.6 Manfaat Penelitian


9

1.7 Definisi Operasional

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10

2.1 Kerangka Teoritis

10

2.1.1

10

Model Pembelajaran


2.1.1.1 Model Pembelajaran Inquiry Training

11

2.1.1.2 Orientasi Model Pembelajaran Inquiry Training

11

2.1.1.3 Struktur Model Pembelajaran Inquiry Training

13

2.1.1.4 Sistem Sosial Model Pembelajaran Inquiry Training

16

2.1.1.5 Peran / Tugas Guru dalam Model Pembelajaran Inquiry Training 17
2.1.1.6 Dampak Intruksional dan Pengiring Inquiry Training


17

2.1.1.7 Teori Belajar Yang Mendukung Inquiry Training

18

vii

2.1.2

Keterampilan Proses Sains

19

2.1.2.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains

19

2.1.2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains

20

2.1.3

Pembelajaran Konvensional

24

2.1.4

Hasil Penelitian Relevan

25

2.2 Kerangka Konseptual

28

2.3 Hipotesis Penelitian

31

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

32

3.2.1

Populasi Penelitian

32

3.2.2

Sampel Penelitian

32

3.3 Variabel Penelitian

32

3.4 Jenis dan Desain Penelitian

33

3.4.1

Jenis Penelitian

33

3.4.2

Desain Penelitian

33

3.5 Prosedur Penelitian

34

3.6 . Instrumen Penelitian

36

3.6.1

Tes Kemampuan Keterampilan Proses Sains

36

3.6.2

Validitas Tes

37

3.6.2.1 Validitas Isi

37

3.6.2.2 Validitas Ramalan

38

3.6.2.3 Realibilitas Tes

39

3.6.2.4 Tingkat Kesukaran Tes

40

3.6.2.5 Daya Pembeda

41

3.7 Teknik Analisis Data

42

3.7.1

Uji Normalitas

42

3.7.2

Uji Homogenitas

43

3.7.3

Pengujian Hipotesis ( Uji t )

44

3.7.3.1 Uji Kemampuan Pretes

44

viii

3.7.3.2 Uji Kemampuan Postes

45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian

46

4.1.1

46

Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1.1 Hasil Analisis Butir Soal Keterampilan proses sains

46

4.1.1.2 Deskripsi Skor Pretest Kelas Konrol dan Eksperimen

47

4.1.1.3 Uji Normalitas Data

50

4.1.1.4 Uji Homogenitas Varians

50

4.1.1.5 Uji Beda Rata-rata Kelas Kontrol dan Eksperimen

51

4.1.2

51

Analisis Hasil Postest

4.1.2.1 Deskripsi Skor Postest Kelas Konrol dan Eksperimen

52

4.1.2.2 Uji Hipotesis

55

4.1.3

N-gain Hasil Belajar

56

4.1.4

Hubungan Nilai Hasil Belajar terhadap Model Pembelajaran

56

4.1.5

Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian

57

4.1.6

Hubungan Pretest, Aktivitas Belajar, dan Postest

60

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

67

5.1. Saran

67

DAFTAR PUSTAKA

69

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring Inquiry Training

18

2.2 Bagan Perbedaan Model Pembelajaran Inquiry Training dengan
Pembelajarn Konvensional

31

3.1 Skema Rencana Penelitian

35

4.1 Diagram Batang Frekuensi Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen

47

4.2 Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains siswa Pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol Tiap Indikator
49
4.3 Diagram Batang Frekuensi Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen

52

4.4 Hasil Postest Keterampilan Proses Sains siswa Pada Kelas Eksperimen
dan Kontrol Tiap Indikator Soal Keterampilan Proses Sains
54
4.5 Hubungan Nilai Hasil Belajar terhadap Model Pembelajaran

57

4.6 Rerata Observasi Keterampilan Proses Sains pada setiap pertemuan

59

4.7 Perbandingan Pengamatan Keterampilan Proses Sains pada
Pertemuan I, II, dan III

61

x

DAFTAR TABEL
2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training

Halaman
15

2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains

22

3.1 Two Group Pretes – Posttes Design

33

3.2 Spesifikasi Tes Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains

36

3.3 Perhitungan Validitas Ramalan

38

3.4 Hasil Perhitungan Realibilitas Tes

39

3.5 Tingkat Kesukaran Tes

40

3.6 Perhitungan Daya Pembeda

41

4.1 Deskripsi Skor Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen

47

4.2 Nilai rerata pretes tiap kategori soal Indikator keterampilan
proses sains kelas kontrol dan kelas eksperimen

48

4.3 Persentase siswa yang menjawab benar per indikator
keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol

49

4.4 Hasil post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

50

4.5 Nilai rerata postes kategori butir soal Indikator keterampilan
proses sains kelas kontrol dan kelas eksperimen

50

4.6 Persentase siswa yang menjawab benar per indikator
keterampilan proses sains kelas eksperimen dan kelas kontrol

51

4.7 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

52

4.8 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

53

4.9 Hasil Uji Hipotesis Pretes Siswa

53

4.10

Hasil Uji Hipotesis Postes Siswa

55

4.11

Aktivitas Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen
Pada Pertemuan I, II, dan III

58

4.12 Rekapitulasi data pretest, aktivitas dan posttest

60

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Ekperimen

Halaman
72

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa

106

Lampiran 3. Bahan Ajar

119

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

133

Lampiran 5. Soal Pretest dan Postest

145

Lampiran 6.Instrumen Penilaian Soal Pretest dan Postest

148

Lampiran 7. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains dan Rubrik

151

Lampiran 8. Dafta Nama Siswa sebagai Sampel

154

Lampiran 9. Validitas Ramalan

155

Lampiran 10. Realibilitas Tes

158

Lampiran 11. Tingkat Kesukaran Tes

161

Lampiran 12. Daya Pembeda

164

Lampiran 13. Tabulasi Pretest Kelas Eksperimen

166

Lampiran 14. Tabulasi Pretest Kelas Kontrol

168

Lampiran 15. Tabulasi Postes Kelas Eksperimen

170

Lampiran 16. Tabulasi Postes Kelas Kontrol

172

Lampiran 17. Perhitungan Rata-Rata, Varians Dan Standar Deviasi

174

Lampiran 18. Uji Normalitas

177

Lampiran 19. Uji Homogenitas

181

Lampiran 20. Uji Hipotesis

185

Lampiran 21. Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

190

Lampiran 22.Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol

191

Lampiran 23.Tabulasi Nilai Aktivitas Keterampilan Proses Sains

192

xii

Lampiran 24. Peningkatan Aktivitas Keterampilan Proses Sain
Pada Pertemuan I, II, dan III

198

Lampiran 22.Rekapitulasi Penilaian Penilaian Aktivitas Keterampilan
Proses Sains

199

Lampiran 23. Hubungan Pretest, Aktivitas, dan Postest

201

Lampiran 27. Peningkatan Nilai Tes Hasil Belajar Berdasarkan Indikator
Pada Kelas eksperimen dan kontrol
203
Lampiran 28. Daftar Nilai Kritis untuk Uji Lilifors

205

Lampiran 29. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke z

206

Lampiran 30. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F

207

Lampiran 31. Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t

208

Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian

210

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sains pada hakekatnya dipandang sebagai produk dan sebagai proses.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003)
bahwa sains sebagai produk berarti dalam sains terdapat fakta-fakta, hukumhukum, teori-teori yang sudah diterima kebenarannya dan sains sebagai proses
berarti seluruh kegiatan dan sikap untuk mendapatkan dan mengembangkan
pengetahuan.
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah
dalam prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan
hanya memahami konsep-konsep fisika semata, melainkan juga mengajar
siswa berpikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains,
sehingga pemahaman siswa terhadap hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai
proses maupun sebagai produk.
Berdasarkan uraian di atas, seharusnya proses pembelajaran fisika
berisi kegiatan-kegiatan yang membuat siswa dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Kegiatankegiatan tersebut diantaranya dengan merumuskan masalah, mengajukan dan
menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen,
mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Permendiknas
No. 22 tahun 2006).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan pengalaman lapangan yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Hinai, model pembelajaran yang digunakan guru
fisika selama ini cenderung menggunakan pembelajaran konvensional dengan
urutan ceramah, Tanya jawab, dan penugasan. Hal ini terlihat pada hasil
angket yang disebarkan kepada 50 orang siswa, 60% siswa menyatakan dalam
proses pembelajaran fisika guru melakukan pembelajaran dengan mencatat
dan penugasan. Dengan metode ini siswa hanya memperoleh informasi yang
bersumber dari guru saja. Terjadinya komunikasi yang satu arah ini

2

mengakibatkan siswa lebih banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk
menemukan sendiri konsep-konsep fisika. Guru lebih banyak berbuat,
sementara siswa hanya menunggu informasi yang disampaikan. Kondisi
seperti ini mengakibatkan suasana belajar yang kurang interaktif sehingga
siswa menjadi pasif.
Permasalahan lain yang terjadi dalam proses pembelajaran fisika
adalah tidak terlaksananya kegiatan laboratorium di sekolah. Berdasarkan
hasil angket, 69% siswa menyatakan bahwa kegiatan di laboratorium tidak
dilaksanakan, dan 31% siswa menyatakan jarang melakukan kegiatan
praktikum di laboratorium. Hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa
hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana laboratorium yang tidak
mendukung, dalam arti tidak semua alat dan bahan untuk semua materi fisika
tersedia. Padahal kegiatan laboratorium memiliki peran penting dalam
pendidikan sains, karena dapat memberikan metode ilmiah siswa. Siswa
dilatih untuk membaca data secara objektif dan dari data yang diperoleh
berupa fakta-fakta, maka dapat diambil suatu kesimpulan. Melalui percobaanpercobaan dalam kegiatan laboratorium siswa akan melaksanakan proses
belajar aktif, memperoleh pengalaman langsung sehingga siswa dapat
mengembangkan berbagai keterampilan psikomotorik yang sebenarnya sudah
ada dalam diri siswa. Dalam kegiatan laboratorium siswa dapat membangun
pengetahuan atau pemahaman konsep sesuai data dan fakta yang diperoleh
melalui kegiatan percobaan yang dilakukan.
Proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis
ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan
keterampilan proses Mundilarto (2002) di kutip Widiyanto (2009).
Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki siswa karena sebagai
persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam
masyarakat sebab siswa dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan
masalah.
Keterampilan proses sains akan lebih berhasil jika diterapkan dengan
model pembelajaran yang sesuai dan dapat membuat siswa mencari,

3

menemukan, dan memahami fisika itu sendiri sehingga siswa dapat
membangun konsep-konsep fisika atas dasar nalarnya sendiri yang kemudian
dikembangkan atau mungkin diperbaiki oleh guru yang mengajar. Model yang
cocok untuk pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat meningkatkan
keterampilan proses sains adalah model pembelajaran inquiry training.
Menurut Joyce (2011) model pembelajaran inquiry training dirancang
untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam
periode

waktu

yang

singkat.

Tujuannya

adalah

membantu

siswa

mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang
diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya
berdasarkan rasa ingin tahunya.
Model pembelajaran inquiry training pada hakikatnya merupakan
pembelajaran yang mempersiapkan anak untuk melakukan eksperimen sendiri,
dalam arti ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin
menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri,
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, dan
membandingkan apa yang ditemukan dengan apa yang ditemukan orang lain.
Hasil pembelajaran utama dari inquiry training adalah proses-proses
yang melibatkan aktifitas observasi, mengumpulkan dan mengoganisasi data,
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,
merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. Hal ini sesuai
dengan pencapaian indikator pada keterampilan proses sains.
Salah satu materi fisika yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari
namun sulit dipahami oleh siswa adalah listrik dinamis. Konsep kelistrikan ini
merupakan konsep yang cukup penting dalam kurikulum pembelajaran fisika.
Namun kenyatannya, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan terutama dalam
mengaplikasikan listrik dinamis dalam berbagai permasalahan. Hal ini
dikarenakan dalam pengajarannya di sekolah, siswa tidak dilibatkan secara
langsung dalam menemukan konsep yang tepat, sehingga begitu siswa
dihadapkan pada permasalahan yang membutuhkan analisis, siswa mengalami

4

kesulitan untuk memecahkan dan mencari solusi mengapa sesuatu itu bisa
terjadi.
Sehubungan dengan itu Robert (dalam Hamalik, 2004) mengatakan
penemuan terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa
harus menggunakan segenap kemampuannya, dan bertindak sebagai seorang
ilmuwan yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental
berinquiry yang digambarkan dengan tahapan-tahapan yang dilalui.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran fisika terjadi di
SMA Negeri 1 Hinai. Berdasarkan wawancara, guru menyatakan hanya 75%
siswa tuntas dalam pembelajaran fisika dengan rata-rata 78 dan 25% tidak
tuntas dengan nilai rata-rata 71, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang harus dipenuhi adalah 75. Dari angket yang disebarkan kepada
50 orang siswa, diperoleh hasil bahwa ternyata dalam proses pembelajaran
fisika 46% guru menggunakan media atau alat peraga saat melakukan simulasi
di depan kelas dan dalam proses pembelajaran di kelas guru mendominasi
64% untuk menjelaskan materi dengan menghubungkan terhadap kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut menunjukan bahwa proses pembelajaran berpusat
pada guru (teacher center) yang mengakibatkan kurangnya kesempatan siswa
memiliki pengalaman belajar aktif dan nyata. Sehingga berdampak pada hasil
belajar yang masih di bawah rata-rata dan kemampuan siswa dalam
memahami materi fisika, serta berdampak pada minat siswa terhadap pelajaran
fisika yang terbukti pada hasil angket yang menunjukkan 76% siswa
menyatakan fisika itu pelajaran yang sulit dan kurang menarik.
Hasil belajar pada penelitian ini lebih difokuskan pada karakteristik
keterampilan proses sains siswa. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang
menyatakan untuk mengetahui hasil belajar siswa harus berorientasi pada
karakteristik kompetensi yaitu, ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan model yang dapat
memfasilitasi keterampilan proses dalam belajar. Dalam pembelajaran dengan
penemuan/inquiry, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui

5

keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep–konsep dan prinsip–prinsip
dan mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka
sendiri (Nurhadi, 2003).
Pembelajaran dengan metode inkuiri di laboratorium sangat efektif
dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa sekolah (Khan,
2011). Semua kegiatan inkuiri melibatkan keterampilan proses yang meliputi
keterampilan proses dasar, keterampilan pengukuran dan perhitungan,
keterampilan perencanaan eksperimen, dan keterampilan mengolah serta
menyajikan data (Nur, 2011 di kutip dari Deta dkk 2013). Kegiatan belajar
dengan menggunakan pendekatan inkuiri lebih bersifat aktif karena ada
sejumlah proses mental yang dilakukan siswa, belajar inkuiri lebih kompleks,
banyak menuntut aktivitas berpikir dan tidak jarang pula menuntut aktivitas
fisik seperti tanya jawab, berdiskusi, mengadakan percobaan, bersimulasi,
mengadakan penelitian sederhana, memecahkan masalah, dan sebagainya
(Ibrahim, 2003 di kutip Yulianti dkk, 2012).
Hal ini sejalan dengan berbagai pendapat dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa model inquiry training terbukti dapat membantu
meningkatkan hasil pembelajaran fisika. Menurut Pandey, et al (2011)
pembelajaran fisika dengan menggunakan model inquiry training lebih efektif
dibandingkan

dengan

pembelajaran

dengan

menggunakan

metode

konvensional. Kemudian pada tahun yang sama Syarifudin (2011) melakukan
penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran Inquiry Training
mampu meningkatkan kerja ilmiah siswa jika dibandingkan dengan siswa
yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran ini. Hal serupa juga
disampaikan oleh Khalid & Azeem (2012) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran inquiry training yang diberikan oleh guru dapat membantu
kegiatan pembelajaran siswa dimana siswa dapat merumuskan dan menguji
ide-ide mereka, menarik kesimpulan dan menyampaikan pengetahuan mereka
dalam lingkungan belajar yang kolaboratif.

6

Berdasarkan hasil penelitian diatas, untuk memudahkan dalam
mewujudkan suatu proses penyelidikan yang berorientasi inquiry, maka
diperlukan kegiatan praktikum yang sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran. Dengan kegiatan praktikum, diharapkan siswa dapat merancang
sendiri praktikum pada materi listrik dinamis melalui petunjuk guru yang
disajikan dalam bentuk lembar kerja siswa. Hal ini dilakukan agar siswa lebih
terampil sehingga dapat membentuk keterampilan proses sains dan pencapaian
hasil belajar siswa meningkat sejalan keterampilan proses yang didapat.
Model pembelajaran inquiry training merupakan salah satu kelompok
model pembelajaran yang dapat diterapkan kurikulum 2013 dan kurikulum
satuan tingkat pendidikan. Karena aktivitas belajar model pembelajaran
inquiry training tidak terlepas dari pengajuan pertanyaan yang terkait dengan
permasalahan, perumusan hipotesis terkait dengan pertanyaan yang diperlukan
untuk melakukan percobaan dalam upaya menjawab pertanyaan yang
diajukan, dan upaya mengolah data yang diperoleh membutuhkan penalaran
berdasarkan konsep yang ada. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan ciri
utama pembelajaran saintifik dan dapat digunakan untuk membentuk
keterampilan inovatif. Meskipun sekolah SMA Negeri 1 Hinai masih
menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, namun penggunaan model
pembelajaran inquiry training dapat diterapkan, karena dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry training dapat membuat pembelajaran berpusat
pada siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan dari kurikulum satuan tingkat
pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diterapkan
model pembelajaran inquiry training.
Pemilihan model pembelajaran terkait dengan karakteristik siswa dan
materi

yang

akan

dipelajari.

Model

pembelajaran inquiry

training

membutuhkan kemampuan berpikir kreatif, sehingga dalam penerapannya
model pembelajaran tersebut membutuhkan siswa-siswa yang mampu berpikir
kreatif dalam menemukan konsep dan menyelesaikan permasalahan.
Berdasarkan pengalaman program pengalaman lapangan, diketahui bahawa

7

siswa kelas X SMA Negeri 1 Hinai potensi kemampuan berpikir kreatif. Oleh
karena itu, peneliti memilih populasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Hinai.
Pertimbangan dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai untuk
materi pelajaran tertentu juga terkait dengan karakteristik materi tersebut.
Listrik dinamis merupakan salah satu materi pokok dalam pembelajaran fisika.
Karakteristik dari materi listrik dinamis adalah permasalahan faktual,
konseptual, dan prosedural. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran
inquiry training yang dapat menyelesaikan permasalahan yang bersifat
konseptual dan prosedural. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipilih materi
listik dinamis yang akan diajarkan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Hinai.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk
melakukan penelitian mengenai model pembelajaran inquiry training untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada meteri Listrik Dinamis,
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap Hasil Belajar
Siswa (Keterampilan Proses Sains) di SMA Negeri 1 Hinai”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Pembelajaran yang digunakan cenderung masih berpusat pada guru (teacher
centered)
2. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan, sehingga keterampilan proses sains
menjadi pasif dan tidak terlihat.
3. Proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan simulasi,
serta pembelajaran yang berlangsung masih konvensional dengan mencatat
dan latihan soal.
4. Salah satu materi fisika yang sulit dipahami oleh siswa adalah Listrik
Dinamis.
5. Hasil belajar siswa masih di bawah KKM yang ditetapkan.

8

1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini
dan mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia,
maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian di SMA Negeri 1 Hinai
kelas X ini yakni:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Inquiry
Training.
2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses
sains siswa.
3. Materi yang akan diajarkan adalah materi pokok Listrik Dinamis.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian di SMA Negeri 1 Hinai pada materi pokok Listrik Dinamis Kelas X
Semester II T.P. 2015/2016 adalah :
1. Bagaimana keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran inquiry training?
2. Bagaimana keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional?
3. Apakah ada pengaruh akibat penggunaan model pembelajaran inquiry training
terhadap keterampilan proses sains siswa?

1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, didapat tujuan penelitian di SMA Negeri
1 Hinai pada materi pokok Litrik Dinamis Kelas X Semester II T.P.
2015/2016 adalah:
1. Untuk

mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan

menggunakan model pembelajaran inquiry training.
2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran konvensional.

9

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran inquiry
training terhadap keterampilan proses sains siswa.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar fisika berupa keterampilan proses sains
dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi listrik
dinamis.
2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran pada materi
listrik dinamis.

1.7 Definisi Opersional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka
dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Inquiry Training merupakan model pembelajaran yang
melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori yang dirancang
untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam
periode waktu yang singkat (Joyce, 2011).
2. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah mengobservasi,
mengumpulkan, dan mengorganisasi data, mengidentifikasi dan mengontrol
variabel-variabel, merumuskan dan menguji hipotesis dan penjelasan, dan
menarik kesimpulan (Joyce, 2011).

67

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Hinai maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan model berbasis masalah sebelum diberikan perlakuan ratarata pretest sebesar 39,84 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postest siswa
sebesar 72,9.
2. Pembelajaran secara konvensional sebelum diberikan perlakuan rata-rata pretest
sebesar 40,78 dan setelah diberikan perlakuan rata-rata postest siswa sebesar
58,44.
3. Terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar
siswa pada materi Fluida Dinamis di kelas XI semester II SMA Negeri 1 Kisaran,
hasil uji hipotesis thitung > ttabel yaitu 6,47 > 1,67.
1. Terdapat Perbedaan hasil postes keterampilan proses sains siswa yang diberi
pembelajaran dengan model Inquiry training dengan siswa yang diberi
pembelajaran konvensional. Kelas ekperimen memperoleh rata-rata 67,85 dan
kelas kontrol memperoleh rata-rata 60,57. Perbedaan ini disebabkan karena
penerapan model pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran Inquiry
training menjadikan siswa lebih aktif dalam menemukan dan mencari solusi
dari suatu permasalahan, sedangkan pembelajaran konvensional cenderung
menjadikan siswa lebih pasif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan
model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 75 karena
pembelajaran ini hanya berlangsung lebih kurang satu bulan dan hanya pada

67

satu materi, sehingga sangat tidak lazim jika hanya dengan beberapa waktu
dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh di SMA Negeri 1 Hinai, maka peneliti memberikan saran :
1.

Peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih melatih siswa dalam mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena yang didemonstrasikan
kepada siswa dengan aturan model pembelajaran inquiry training. Hal ini
bertujuan agar siswa mampu mendapatkan petunjuk untuk menjawab
penyebab terjadinya fenomena tersebut.

2.

Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan jumlah siswa dalam
pembagian kelompok saat menerapkan model pembelajaran Inquiry Training.
Jumlah siswa yang disarankan peneliti adalah 4 sampai 5 orang setiap
kelompok dengan tujuan agar siswa lebih efektif dalam berkeja di
kelompoknya dan peneliti dapat lebih baik dalam memantau aktifitas siswa.

3.

Peneliti selanjutnya hendaknya terlebih dahulu memotivasi siswa atau
memberikan contoh-contoh pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan
jawaban “ya “ atau “tidak” karena temuan di lapangan siswa masih sulit untuk
membuat pertanyaan dengan jawaban “ya “ atau “tidak”.

69

DAFTAR PUSTAKA

Abungu, Hesbon E., Okere, Mark I.O., and Samuel W. Wachanga. 2014. The
Effect of Science Process Skills Teaching Approach on Secondary School
Students’ Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal of
Educational and Social Research MCSER Publishing, Rome-Italy, 6(4).
Arends, R.I. 2009. Learning to teach. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Cain, S. E and Evans, J. M. 1990. Sciencing An Involvement Approach to
Elementary Science Methods 3rd edition.Columbus: Merrill Pubhlishing.
Company A Bell & Howell Information Company.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
E. Rahayu., Susanto, H., dan D. Yulianti. 2011. Pembelajaran Sains Dengan
Pendekata Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Semarang : Jurusan Fisika FMIPA
UNNES. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (7): 106-110.
Hamalik. 2004. Inovasi Pendidikan: Perwujudannya Dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Bandung: YP. Permindo.
Joyce, B., Weil, M., and Calhoun, E. 2011. Model –Model Pembelajaran, Edisi
Kedelapan. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Khalid, Abida and Azeem, Muhammad. 2012. Constructivist VS Traditional:
Effective Instructional Approach In Teacher Education. International
Journal Of Humanities and Social Science. Lahore-Pakistan, 2(5).
Khan, Muzaffar and Iqbal, Muhammad Zafar. 2011. Effect of Inquiry Lab
Teaching Method on the Development of Scientific Skills Through the
Teaching of Biology in Pakistan. Language in India, 11(1): 169-178.
Hidayat, M.I dan Harahap, M. B.2015. Efek Model Inquirí Training Berbasis
Multimedia Lectora dan Kemampuan Berpikir Formal Terhadap Hasil
Relajar Físika Siswa. Medan : dikfis pascasarjana unimed, 4(1).
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nurhadi dan Agus, G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya Pada KBK. Malang: Universitas Negeri
Malang

70

Pandey, A., Nanda, G.K., and Ranjan, V. 2011. Effectiveness of Inquiry Training
Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of
Scince Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1(1):
7-20.
Rustaman, N. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Sanjaya, W. 2011. Srategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses pendidikan.
Jakarta: Kencana
Sudjana., N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Syarifudin, M. R. 2011. Implementasi Pembelajaran Model Latihan Inkuiri
(Inquiry Training Model) Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah dan Prestasi
Belajar Fisika 6 siswa kelas VIIIE SMPN 18 Malang. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep,
Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trisno, Yusuf Kendek dan Marungkil Pasaribu. Pengaruh Model Pembelajaran
Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor
Siswa SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 1(2) .
U.A. Deta., Suparmi, S., dan Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing
Dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap
Prestasi Belajar Siswa. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (2013) 28-34.
Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Siswa
Kelas X Melalui Kit Optik. Semarang : Jurusan Fisika FMIPA UNNES.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5: 1-7.
Y. Subagyo., Wiyanto., dan P. Marwoto. 2009. Pembelajaran Dengan
Pendekatan KeterampilanProses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep Suhu Dan Pemuaian. Semarang: Jurusan Fisika FMIPA UNNES.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (5 ): 42-46.
Yulianti, H., Widha S., dan Suparni 2012. Pembelajaran Fisika dengan
Pendekatan Keterampilan Proses dengan Metode Eksperimen dan
Demonstrrasi Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis. Jurnal
Inkuiri Universitas Sebelas Maret Surakarta, 1(3) : 207-216.