PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN FISIKA.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh :
Jumlia Syaulani Rizki Dalimunthe
NIM 4121121015
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Jumlia Syaulani Rizki Dalimunthe dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Mei 1994. Ayah
bernama Drs. Mara Lampung Dalimunthe dan Ibu bernama Ir. Sopna Harahap dan
merupakan anak Pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2006, penulis lulus dari SD
Swasta Permatasari Tembung . Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di MTs Negeri
2 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di MAN
3 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan dan lulus tahun 2017.
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA PEMBELAJARAN FISIKA
Jumlia Syaulani Rizki Dalimunthe (4121121015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa
yang diterapkan dengan model pembelajaran inquiry training, pembelajaran
konvensional serta untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experimental)
dengan desain penelitian Two Group Pretes – Posttes design. Sampel kelas
diambil dengan metode cluster random sampling. Sampel penelitian adalah kelas
X-A sebagai kelas eksperimen dan kelas X-C sebagai kelas kontrol di sekolah
MAS Al Wasliyah 22 Tembung. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah tes hasil belajar keterampilan proses sains dalam bentuk essay dengan
jumlah soal 10 buah. Berdasarkan hasil analisis data pretes di peroleh rata-rata
kelas eksperimen 37,5 dengan standar deviasi 6,93 dan rata-rata kelas kontrol 36,8
dengan standar deviasi 7,10. Ini menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua
kelas sama. Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, kelas
eksperimen dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol dengan
model pembelajaran konvensional. Hasil yang diperoleh rata-rata postes kelas
eksperimen 74,83 dan kelas kontrol 69,07. Kedua kelompok berdistribusi normal
dan varians kedua kelas homogen. Hal ini menunjukkan ada perbedaan akibat
pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains
pada pembelajaran fisika.
Kata kunci : Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kekuatan kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul. “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika”, disusun untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak
Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai
dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Dr. Betty M. Turnip, M.Pd, dan Bapak Drs. Ratelit Tarigan,
M.Pd, dan Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd selaku dosen pembanding yang
telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Derlina,
M.Si, selaku dosen pembimbing Akademik dan bapak Alkhafi Maas Siregar,
M.Si selaku ketua jurusan Fisika dan bapak Drs. J.B. Sinuraya, M.Pd selaku ketua
prodi pendidikan Fisika, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen beserta staf dan
pegawai jurusan fisika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dr. Asrin
Lubis, M.Pd, selaku dekan FMIPA Unimed. Terima kasih juga kepada Ibu Duma
Sari Harahap selaku guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis selama penelitian dan Ibu
kepala sekolah MAS Al
Wasliyah 22 Tembung atas ijin penelitian yang diberikan.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayah Drs. Mara
Lampung Dalimunthe dan ibu Ir. Sopna Harahap dan keluarga tercinta adikadikku Chefty Thermaylina Dalimunthe, Nahklatul Mar’a Dalimunthe, dan Yusuf
Hasan Amin Nauli Dalimunthe yang tak henti mengukir doa dan terus motivasi
v
penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan. Juga teristimewa
saya ucapkan terima kasih kepada Evitamala Siregar, Khoirul Ikhsan Pane,
Nurjanna Lubis, Rahimah Ulfah, Rizki Fadilah Pulungan , Rani Nurjaini Harahap
dan Zulviana O Saragi yang selalu setia mendampingi dan selalu memberi
semangat serta dukungannya kepada saya mulai dari penyusunan sampai dengan
selesainya skripsi ini. Kepada rekan-rekan seperjuangan Dik B 2012 terimakasih
untuk masukan dan motivasinya juga untuk teman-teman yang tidak sempat
disebutkan namanya.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata
bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bagi pembaca dan dunia
pendidikan.
Medan,
Penulis,
Pebruari 2017
Jumlia Syaulani Rizki
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
4
1.3. Batasan Masalah
5
1.4. Rumusan Masalah
5
1.5. Tujuan Penelitian
5
1.6. Manfaat Penelitian
6
1.7. Definisi Operasional
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1. Tinjauan Pustaka
7
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran
7
2.1.1.1. Orientasi Model Pembelajaran Inquiry Training
8
2.1.1.2. Sturuktur Model Pembelajaran Inquiry Training
10
2.1.1.3. Sistem Sosial Model Pembelajaran Inquiry Training
12
2.1.1.4. Peran/Tugas Guru dalam Model Inquiry Training
12
2.1.1.5. Dampak Intruksional dan Pengiring Inquiry Training
13
2.1.1.6. Teori Belajar yang Mendukung Model Inquiry Training
13
2.1.2. Keterampilan Proses Sains
15
vii
2.1.2.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains
15
2.1.2.2. Indikator Keterampilan Proses Sains
16
2.1.3. Hasil Penelitian yang Relevan
16
2.1.4. Materi Pembelajaran
19
2.1.5. Kerangka Konseptual
22
2.1.6. Hipotesis Penelitian
24
BAB III METODE PENELITIAN
25
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
25
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
25
3.2.1 . Populasi Penelitian
25
3.2.2. Sampel Penelitian
25
3.3. Variabel Penelitian
25
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
26
3.4.1. Jenis Penelitian
26
3.4.2. Desain Penelitian
26
3.5. Prosedur Penelitian
27
3.6. Instrumen Penelitian
30
3.6.1. Instrumen Keterampilan Proses Sains
30
3.6.2. Validitas Tes
31
3.6.2.1. Reliabilitas Tes
31
3.7 Teknik Analisis Data
32
3.7.1. Uji Normalitas Data
32
3.7.2. Uji Homogenitas
33
3.7.3. Uji Hipotesis
34
3.7.3.1. Uji Kemampuan Pretest
34
3.7.3.2. Uji Kemampuan Posttest
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1
Data Hasil Pretes
37
37
37
viii
4.2 Pengujian Analisis Data Pretes
38
4.2.1
Uji Normalitas
38
4.2.2
Uji Homogenitas
41
4.2.3
Pengujian Hipotesis
42
4.2.3.1 Uji Kemampuan Awal / Pretes Siswa (uji t dua pihak)
42
4.3 Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian
43
4.4 Data Nilai Postes
46
4.5 Pengujian Analisis Data Postes
47
4.5.1
Uji Normalitas
48
4.5.2
Uji Homogenitas
50
4.5.3
Uji Kemampuan Postes Siswa (uji t satu pihak)
51
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
57
5.1 Kesimpulan
57
5.2 Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
61
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Rencana Penelitian
29
Gambar.4.1. Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
38
Gambar.4.2. Observasi KPS tiap pertemuan
45
Gambar.4.3. Perbandingan pengamatan KPS tiap pertemuan
45
Gambar.4.4. Data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
47
Gambar .4.5.Hubungan model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
52
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Ekperimen
61
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa
82
Lampiran 3. Bahan Ajar
92
Lampiran 4. Evaluasi
97
Lampiran 5. Tabel Spesifikasi Hasil Belajar Hukum Newton
102
Lampiran 6. Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains
111
Lampiran 7. Penilaian sikap KPS
123
Lampiran 8. Pretest Kelas Eksperimen
120
Lampiran 9. Pretest Kelas Kontrol
126
Lampiran 10. Posttest Kelas Eksperimen
130
Lampiran 11. Posttest Kelas kontrol
132
Lampiran 12. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi
134
Lampiran 13. Uji Normalitas
136
Lampiran 14. Uji homogenitas
140
Lampiran 15. Uji Hipotesis
142
Lampiran 16. Data Pretes Dan Postes Kelas Eksperimen
146
Lampiran 17. Data Pretes Dan Postes Kelas Kontrol
148
xii
Lampiran 18. Daftar Nilai Kritis untuk Uji Lilifors
150
Lampiran 19. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
151
Lampiran 20. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke z
152
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian
153
Lampiran 22. Surat Persetujuan Dosen PS
156
Lampiran 23. Surat Penelitian
157
Lampiran 24. Surat Balasan Penelitian
158
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sains, khususnya mata pelajaran Fisika, masih didominasi
oleh penggunaan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran fisika lebih
menekankan pada pembelajaran langsung untuk meningkatkan kompetensi siswa
agar mampu berpikir kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika,
sehingga siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang fisika. Namun, fakta
dilapangan menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pelajaran fisika masih
sangat kurang, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh
siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di MAS Al Wasliyah
22 Tembung, dan dari angket tersebut didapati 17 % siswa menyatakan bahwa
pelajaran fisika mudah dan menyenangkan, 70% siswa mengatakan fisika itu sulit
dan kurang menarik, 7 % siswa mengatakan bahwa pelajaran fisika biasa saja, dan
6 % siswa mengatakan bahwa pelajaran fisika membosankan.
Selain angket, peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak guru,.
Guru tersebut mengatakan siswa memilki kecenderungan tidak aktif bertanya
ketika mereka tidak mengerti akan materi yang di jelaskan sehingga menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi kaku.
Ketidaksiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran fisika memicu
rendahnya aktivitas siswa dalam mempelajari pelajaran fisika akibatnya siswa
seringkali mengalami kebingungan dalam menyelesaikan soal-soal fisika.
Kebingungan yang dialami siswa terjadi ketika pemberian soal yang sama dengan
contoh
dengan
pengubahan
sedikit
angka
tetapi
mereka
tidak
dapat
menyelesaikannya.
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran seperti tidak
adanya laboratorium dan media juga menjadi kendala yang di hadapi guru di
sekolah tersebut. Sekolah tersebut tidak memiliki laboratorium, ini di karenakan
2
tidak adanya ruangan untuk menjadi tempat laboratorium. Namun, ketika ada
suatu eksperimen sederhana, maka eksperimen tersebut cenderung dilakukan di
dalam kelas dengan inisiatif guru fisika itu sendiri.
Hal ini juga mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses belajar
mengajar khususnya mata pelajaran fisika yang masih belum mencapai KKM.
Diperoleh data hasil belajar fisika siswa yang pada umumnya masih rendah yaitu
rata-rata 55. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang akan dicapai
adalah 75.
Sehingga pada akhirnya pembelajaran yang selalu dilakukan di kelas adalah
model pembelajaran yang masih cenderung
berpusat pada guru (teacher-
centered), sehingga membuat siswa menjadi cenderung pasif karena selama
proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan dan setelah itu
mengerjakan soal-soal. Kurangnya variasi dalam model pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar juga diakui guru fisika tersebut sebagai
suatu hal yang membuat siswa menjadi selalu terlihat bosan dan kurang tertarik
dengan pembahasan materi fisika.
Untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar fisika siswa maka
diperlukan usaha yang serius salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran inquiry training dimana model
pembelajaran
ini
dapat
membantu membentuk konsep dan menyelesaikan masalah-masalah dalam
pembelajaran. Menurut Joyce et al (2003) model ini fokus terhadap kemampuan
siswa untuk mengamati, menyusun data, memahami informasi, membentuk konsep,
menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal dan menyelesaikan masalah
masalah.( Hidayat,M.I., Harahap,M.B.,2015: 27 )
Tujuan umum model pembelajaran inquiry training adalah membantu siswa
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan untuk meningkatkan
pertanyaan – pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa
keingintahuan siswa (Joyce et al., 2011: 200 ).
Model pembelajaran inquiry training menuntut siswa untuk memecahkan
sebuah fenomena dalam fisika dengan melakukan eksperimen sehingga siswa
3
lebih aktif dibanding guru. Pada tahap orientasi siswa pada masalah (pertama),
peneliti memotivasi siswa dengan memberikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh siswa dan pada tahap ini peneliti memberikan masalah kepada siswa
dengan menunjukkan peristiwa sederhana yang terjadi di sekitar. Pada tahap
mengorganisasi siswa untuk belajar (kedua), peneliti memberikan materi pelajaran
yang dipelajari kemudian membentuk kelompok-kelompok belajar dan melakukan
percobaan (eksperimen). Pada tahap penyelidikan individual maupun kelompok
(ketiga), peneliti membimbing setiap siswa untuk mengumpulkan informasi untuk
memecahkan masalah, dan melakukan percobaan (eksperimen) sekali lagi. Pada
tahap mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya (keempat), peneliti
membantu setiap kelompok menyelesaikan dan menjawab semua permasalahan
yang ada, serta mempersentasikan hasil diskusi kelompok yang sudah disiapkan,
kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan memberikan pendapat atau
masukan. Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
(kelima), peneliti membantu siswa dalam mengkaji ulang pemecahan masalah
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memberikan penguatan pada pemecahan
masalah tersebut dan pada tahap ini peneliti membuat tes evaluasi untuk
mengetahui pemahaman siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu seperti yang di teliti
oleh Siddiqui (2013) menyatakan bahwa model inquiry training dapat membuat
siswa
menjadi
aktif
mengembangkan
pemikiran
logis
dan
ketekunan,meningkatkan keterampilan proses sains. Hakim,A dan Derlina (2012),
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model inquiry training dengan model pembelajaran
konvensional. Serta Hutahean, J (2016) juga menyatakan model pembelajaran
inquiry training
membuat pengaruh yang signifikan di bandingkan model
pembelajaran konvensional. Demikian pula Dara (2016), dalam penelitiannya
kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa menggunakan model
pembelajaran inquiry training lebih baik jika di bandingkan dengan kemampuan
keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran konvensional.
4
Menurut Hosnan (2014), keterampilan proses sains adalah proses belajar
mengajar yang menekankan kepada keterampilan memperoleh pengetahuan, dan
mengkomunikasikan perolehannya itu. Keterampilan proses berarti pula sebagai
perlakuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan daya
pikir dan kreasi secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan. Tujuan dari
keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar
sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuankemampuannya.
Dari uraian permasalahan diatas, maka peneliti berkeinginan untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika. “
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka diambil pokok -
pokok masalah sebagai berikut :
1.
Siswa memiliki kecenderungan untuk tidak aktif bertanya apabila
menemui kesulitan dalam proses pembelajaran.
2.
Siswa merasa kesulitan apabila di berikan soal-soal dengan tipe yang
berbeda dengan contoh.
3.
Hasil belajar fisika siswa kurang maksimal dibanding mata pelajaran
lain.
4.
Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran
seperti tidak adanya laboratorium dan media .
5.
Model yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak variatif. Guru
lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak
terlibat aktif dan kegiatan pembelajaran berpusat pada guru.
5
1.3
Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini
di fokuskan pada siswa kelas X di MAS Al Wasliyah 22 Tembung tahun ajaran
2016/2017 :
1.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal dengan
tipe yang berbeda dari contoh.
2.
Penelitian dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa
dalam melakukan eksperimen.
3.
Model pembelajaran yang di gunakan adalah model pembelajaran
Inquiry Training.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah
penelitian di MAS Al Wasliyah 22 Tembung pada kelas X pada materi pokok
Hukum Newton tahun 2016/2017 :
1.
Bagaimana
keterampilan
proses
sains
siswa
yang
diajarkan
yang
diajarkan
menggunakan model pembelajaran inquiry training?
2.
Bagaimana
keterampilan
proses
sains
siswa
menggunakan pembelajaran konvensional?
3.
Apakah ada perbedaan antara keterampilan proses sains siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan dengan
pembelajaran konvensional?
1.5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di jelaskan diatas, maka tujuan
penelitian di MAS Al Wasliyah 22 Tembung pada kelas X pada materi pokok
Hukum Newton tahun 2016/2017 :
1.
Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran inquiry training.
2.
Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran konvensional.
6
3.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara keterampilan proses
sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training
dan dengan pembelajaran konvensional.
1.6
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan :
1.
Sebagai pedoman bagi peneliti sebagai calon guru memperoleh
pengalaman
langsung
dalam
menerapkan
suatu
pendekatan
pembelajaran.
2.
Memberikan suatu pengetahuan mengenai model atau pendekatan
pembelajaran yang dapat di gunakan dalam kegiatan eksperimen.
3.
Memberikan suasana pembelajaran yang berbeda bagi siswa dalam
proses pembelajaran fisika.
4.
1.7
Meningkatkan keterampilan proses sains bagi siswa.
Definisi Operasional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat
suatu defenisi operasional sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran Inquiry Training merupakan model pembelajaran
yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori
yang
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam
proses ilmiah melalui latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah
tersebut ke dalam periode waktu yang singkat (Joyce et al, 2011: 200 ).
2.
Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah mengobservasi,
mengumpulkan, dan mengorganisasi data, mengidentifikasi dan
mengontrol variabel-variabel, merumuskan dan menguji hipotesis dan
penjelasan, dan menarik kesimpulan (Joyce et al. 2011: 210 ).
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di MAS Al Wasliyah 22
Tembung maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di MAS Al Wasliyah 22 Tembung
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil belajar dengan menggunakan model inquiry training pada
keterampilan proses sains dapat melewati nilai KKM dengan kriteria
tuntas individu (18 siswa) dan kriteria tuntas kelas ( 66,7 % ).
2. Hasil belajar dengan menggunakan model konvensional pada keterampilan
proses sains tidak dapat melewati nilai KKM dengan kriteria tidak tuntas
individu ( 21 orang ) dan Kriteria tidak tuntas kelas (42,8 %).
3. Terdapat perbedaan keterampilan proses sains yang diajarkan dengan
model pembelajaran inquiry training dengan keterampilan proses sains
yang diajarkan dengan model konvensional. Perbedaan diakibatkan adanya
pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan
proses sains. Model inquiry training menjadikan siswa lebih aktif dalam
menemukan dan mencari solusi dari suatu permasalahan, sedangkan model
konvensional cenderung menjadikan siswa lebih pasif dalam pembelajaran.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh di MAS Al Wasliyah 22 Tembung, maka peneliti
memberikan saran :
1.
Implementasi penerapan model pembelajaran inquiry training menambah
wawasan guru dan menambah kepustakaan pribadinya.
2.
Dalam penerapan model inquiry training, melatih siswa dalam melakukan
pemecahan masalah sehingga siswa lebih bersemangat , antusias dan aktif
dalam proses pembelajaran.
3.
Pekerjaan siswa dalam melakukan praktikum lebih aktif sehingga waktu
yang menurut mereka lama menjadi terasa lebih cepat.
58
4.
Pada saat presentasi kelompok masih ada siswa yang tidak mendengar dan
menyimak. Bagi guru atau peneliti sebelum melakukan presentasi proses
harus di jelaskan secara jelas dan menunjuk moderator pada setiap
kelompok,
sehingga
moderator
dapat
bertanggung
jawab
pada
kelompoknya.
5.
Pada saat melakukan demonstrasi masih ada beberapa siswa yang tidak
memahami
dan
memperhatikan.
Guru
atau
peneliti
disarankan
menjelaskan terlebih dahulu prosedur atau langkah-langkah dalam
melakukan demonstrasi tersebut.
6.
Selama kegiatan belajar mengajar seharusnya guru atau peneliti
menjelaskan model atau langkah-langkah model agar siswa dapat
memahaminya. Sehingga siswa dapat melakukan proses pembelajaran
secara benar.
59
DAFTAR PUSTAKA
Sani, A. R., (2012), Pengembangan Laboratorium Fisika, Unimed Press, Medan.
Arends, R. I., (2008), Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar, Pustaka
Belajar, Yogyakarta.
Azizah, N., Indrawati., (2014), Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X-C MAN JEMBER, 3(3), 235-241.
Dara, F., (2016), Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Interaksi
Model Inquiry Training Menggunakan Mind Mapping, 2(1),38-45.
Dimyati., Mudjiono., (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Hakim,A., Derlina., (2012), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Dibelajarkan
dengan Model Inquiry Training dan Konvensional pada Materi Pokok
Gaya dan Hukum Newton di Kelas VIII SMP N 17 MEDAN,1(1),8-16.
Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar,Bumi Aksara,Jakarta.
Hidayat,M.I., Harahap,M.B., (2015), Efek Model Inquiry Training Berbasis
Multimedia Lectora dan Kemampuan Berpikir Formal Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa,4(1),25-32.
Hosnan, (2014), Pendekatan Scientifik dan Konstektual dalam Pembelajaran
Abad 21, Bogor.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Joyce, B., Weil, M., and Calhoun, E., (2009), Model’s of Teaching Edisi Delapan,
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Kanginan, M., (2013), Fisika Untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta.
Khalid, A., Azeem, M., (2012), Constructivist VS Traditional: Effective
Instructional Approach In Teacher Education, International Journal Of
Humanities and Social Science. Lahore-Pakistan, 2(5)170-177.
Khan, M., Iqbal, Muhammad Zafar., (2011), Effect of Inquiry Lab Teaching
Method on the Development of Scientific Skills Through the Teaching of
Biology in Pakistan, Language in India, 11(1),169-178.
60
Pandey,A., Nanda, G.K., Ranjan,V., (2011), Effectivieness of Inquiry Training
Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievment of
Science Students In India, Journal of Innovative Research In Education,1
(1), 7-20.
Ratna, T., Turnip,B.,
Medan.
(2013), Evaluasi Hasil Belajar Fisika, Unimed Press,
Sanjaya,W., (2011), Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media,Jakarta.
Sardiman, (2011), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja
Persada, Jakarta.
Grafindo
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2009), Metoda Statistika, Tarsito,Bandung.
Suparmi, S., Windha., (2013), Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek,
Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar
Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9,28-34.
Toenas,S.J.I., Suharno,W., Sajidan., (2012), Online Physics Module: Penerapan
Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle di
Tinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan
Memori,Jurnal Pasca UNS, 1(3),2252-7893.
Trianto, (2010), Model-Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta .
Wenning, C.J., (2010), Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science, Journal of Physics Teacher Education Online,
5(4), 11-19.
Widayanto,(2009), Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa
Kelas X Melalui KIT Optik, 5, 1-7.
Wiyanto, Y. Subagyo., (2009), Pembelajaran dan Pendekatan Keterampilan
Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan
Pemuaian, Jurnal Pendidikan Fisika 5 ,42-46.
Yulianti, (2011), Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa, 7,106-110.
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh :
Jumlia Syaulani Rizki Dalimunthe
NIM 4121121015
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Jumlia Syaulani Rizki Dalimunthe dilahirkan di Medan, pada tanggal 24 Mei 1994. Ayah
bernama Drs. Mara Lampung Dalimunthe dan Ibu bernama Ir. Sopna Harahap dan
merupakan anak Pertama dari empat bersaudara. Pada tahun 2006, penulis lulus dari SD
Swasta Permatasari Tembung . Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di MTs Negeri
2 Medan dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di MAN
3 Medan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan dan lulus tahun 2017.
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA PEMBELAJARAN FISIKA
Jumlia Syaulani Rizki Dalimunthe (4121121015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa
yang diterapkan dengan model pembelajaran inquiry training, pembelajaran
konvensional serta untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experimental)
dengan desain penelitian Two Group Pretes – Posttes design. Sampel kelas
diambil dengan metode cluster random sampling. Sampel penelitian adalah kelas
X-A sebagai kelas eksperimen dan kelas X-C sebagai kelas kontrol di sekolah
MAS Al Wasliyah 22 Tembung. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah tes hasil belajar keterampilan proses sains dalam bentuk essay dengan
jumlah soal 10 buah. Berdasarkan hasil analisis data pretes di peroleh rata-rata
kelas eksperimen 37,5 dengan standar deviasi 6,93 dan rata-rata kelas kontrol 36,8
dengan standar deviasi 7,10. Ini menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua
kelas sama. Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, kelas
eksperimen dengan model pembelajaran inquiry training dan kelas kontrol dengan
model pembelajaran konvensional. Hasil yang diperoleh rata-rata postes kelas
eksperimen 74,83 dan kelas kontrol 69,07. Kedua kelompok berdistribusi normal
dan varians kedua kelas homogen. Hal ini menunjukkan ada perbedaan akibat
pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan proses sains
pada pembelajaran fisika.
Kata kunci : Inquiry Training, Keterampilan Proses Sains
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kekuatan kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang direncanakan.
Skripsi berjudul. “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika”, disusun untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di jurusan fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak
Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai
dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Dr. Betty M. Turnip, M.Pd, dan Bapak Drs. Ratelit Tarigan,
M.Pd, dan Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd selaku dosen pembanding yang
telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Derlina,
M.Si, selaku dosen pembimbing Akademik dan bapak Alkhafi Maas Siregar,
M.Si selaku ketua jurusan Fisika dan bapak Drs. J.B. Sinuraya, M.Pd selaku ketua
prodi pendidikan Fisika, juga kepada seluruh bapak dan ibu dosen beserta staf dan
pegawai jurusan fisika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Selanjutnya ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dr. Asrin
Lubis, M.Pd, selaku dekan FMIPA Unimed. Terima kasih juga kepada Ibu Duma
Sari Harahap selaku guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis selama penelitian dan Ibu
kepala sekolah MAS Al
Wasliyah 22 Tembung atas ijin penelitian yang diberikan.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayah Drs. Mara
Lampung Dalimunthe dan ibu Ir. Sopna Harahap dan keluarga tercinta adikadikku Chefty Thermaylina Dalimunthe, Nahklatul Mar’a Dalimunthe, dan Yusuf
Hasan Amin Nauli Dalimunthe yang tak henti mengukir doa dan terus motivasi
v
penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan. Juga teristimewa
saya ucapkan terima kasih kepada Evitamala Siregar, Khoirul Ikhsan Pane,
Nurjanna Lubis, Rahimah Ulfah, Rizki Fadilah Pulungan , Rani Nurjaini Harahap
dan Zulviana O Saragi yang selalu setia mendampingi dan selalu memberi
semangat serta dukungannya kepada saya mulai dari penyusunan sampai dengan
selesainya skripsi ini. Kepada rekan-rekan seperjuangan Dik B 2012 terimakasih
untuk masukan dan motivasinya juga untuk teman-teman yang tidak sempat
disebutkan namanya.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi maupun tata
bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini bagi pembaca dan dunia
pendidikan.
Medan,
Penulis,
Pebruari 2017
Jumlia Syaulani Rizki
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
4
1.3. Batasan Masalah
5
1.4. Rumusan Masalah
5
1.5. Tujuan Penelitian
5
1.6. Manfaat Penelitian
6
1.7. Definisi Operasional
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1. Tinjauan Pustaka
7
2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran
7
2.1.1.1. Orientasi Model Pembelajaran Inquiry Training
8
2.1.1.2. Sturuktur Model Pembelajaran Inquiry Training
10
2.1.1.3. Sistem Sosial Model Pembelajaran Inquiry Training
12
2.1.1.4. Peran/Tugas Guru dalam Model Inquiry Training
12
2.1.1.5. Dampak Intruksional dan Pengiring Inquiry Training
13
2.1.1.6. Teori Belajar yang Mendukung Model Inquiry Training
13
2.1.2. Keterampilan Proses Sains
15
vii
2.1.2.1. Pengertian Keterampilan Proses Sains
15
2.1.2.2. Indikator Keterampilan Proses Sains
16
2.1.3. Hasil Penelitian yang Relevan
16
2.1.4. Materi Pembelajaran
19
2.1.5. Kerangka Konseptual
22
2.1.6. Hipotesis Penelitian
24
BAB III METODE PENELITIAN
25
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
25
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
25
3.2.1 . Populasi Penelitian
25
3.2.2. Sampel Penelitian
25
3.3. Variabel Penelitian
25
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
26
3.4.1. Jenis Penelitian
26
3.4.2. Desain Penelitian
26
3.5. Prosedur Penelitian
27
3.6. Instrumen Penelitian
30
3.6.1. Instrumen Keterampilan Proses Sains
30
3.6.2. Validitas Tes
31
3.6.2.1. Reliabilitas Tes
31
3.7 Teknik Analisis Data
32
3.7.1. Uji Normalitas Data
32
3.7.2. Uji Homogenitas
33
3.7.3. Uji Hipotesis
34
3.7.3.1. Uji Kemampuan Pretest
34
3.7.3.2. Uji Kemampuan Posttest
35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1
Data Hasil Pretes
37
37
37
viii
4.2 Pengujian Analisis Data Pretes
38
4.2.1
Uji Normalitas
38
4.2.2
Uji Homogenitas
41
4.2.3
Pengujian Hipotesis
42
4.2.3.1 Uji Kemampuan Awal / Pretes Siswa (uji t dua pihak)
42
4.3 Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian
43
4.4 Data Nilai Postes
46
4.5 Pengujian Analisis Data Postes
47
4.5.1
Uji Normalitas
48
4.5.2
Uji Homogenitas
50
4.5.3
Uji Kemampuan Postes Siswa (uji t satu pihak)
51
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
57
5.1 Kesimpulan
57
5.2 Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
59
LAMPIRAN
61
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Rencana Penelitian
29
Gambar.4.1. Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
38
Gambar.4.2. Observasi KPS tiap pertemuan
45
Gambar.4.3. Perbandingan pengamatan KPS tiap pertemuan
45
Gambar.4.4. Data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
47
Gambar .4.5.Hubungan model pembelajaran terhadap keterampilan proses sains
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
52
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas
Ekperimen
61
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa
82
Lampiran 3. Bahan Ajar
92
Lampiran 4. Evaluasi
97
Lampiran 5. Tabel Spesifikasi Hasil Belajar Hukum Newton
102
Lampiran 6. Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains
111
Lampiran 7. Penilaian sikap KPS
123
Lampiran 8. Pretest Kelas Eksperimen
120
Lampiran 9. Pretest Kelas Kontrol
126
Lampiran 10. Posttest Kelas Eksperimen
130
Lampiran 11. Posttest Kelas kontrol
132
Lampiran 12. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi
134
Lampiran 13. Uji Normalitas
136
Lampiran 14. Uji homogenitas
140
Lampiran 15. Uji Hipotesis
142
Lampiran 16. Data Pretes Dan Postes Kelas Eksperimen
146
Lampiran 17. Data Pretes Dan Postes Kelas Kontrol
148
xii
Lampiran 18. Daftar Nilai Kritis untuk Uji Lilifors
150
Lampiran 19. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
151
Lampiran 20. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke z
152
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian
153
Lampiran 22. Surat Persetujuan Dosen PS
156
Lampiran 23. Surat Penelitian
157
Lampiran 24. Surat Balasan Penelitian
158
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sains, khususnya mata pelajaran Fisika, masih didominasi
oleh penggunaan metode ceramah. Kegiatan pembelajaran fisika lebih
menekankan pada pembelajaran langsung untuk meningkatkan kompetensi siswa
agar mampu berpikir kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika,
sehingga siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang fisika. Namun, fakta
dilapangan menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pelajaran fisika masih
sangat kurang, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh
siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di MAS Al Wasliyah
22 Tembung, dan dari angket tersebut didapati 17 % siswa menyatakan bahwa
pelajaran fisika mudah dan menyenangkan, 70% siswa mengatakan fisika itu sulit
dan kurang menarik, 7 % siswa mengatakan bahwa pelajaran fisika biasa saja, dan
6 % siswa mengatakan bahwa pelajaran fisika membosankan.
Selain angket, peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak guru,.
Guru tersebut mengatakan siswa memilki kecenderungan tidak aktif bertanya
ketika mereka tidak mengerti akan materi yang di jelaskan sehingga menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi kaku.
Ketidaksiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran fisika memicu
rendahnya aktivitas siswa dalam mempelajari pelajaran fisika akibatnya siswa
seringkali mengalami kebingungan dalam menyelesaikan soal-soal fisika.
Kebingungan yang dialami siswa terjadi ketika pemberian soal yang sama dengan
contoh
dengan
pengubahan
sedikit
angka
tetapi
mereka
tidak
dapat
menyelesaikannya.
Kurangnya sarana dan prasarana pendukung pembelajaran seperti tidak
adanya laboratorium dan media juga menjadi kendala yang di hadapi guru di
sekolah tersebut. Sekolah tersebut tidak memiliki laboratorium, ini di karenakan
2
tidak adanya ruangan untuk menjadi tempat laboratorium. Namun, ketika ada
suatu eksperimen sederhana, maka eksperimen tersebut cenderung dilakukan di
dalam kelas dengan inisiatif guru fisika itu sendiri.
Hal ini juga mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses belajar
mengajar khususnya mata pelajaran fisika yang masih belum mencapai KKM.
Diperoleh data hasil belajar fisika siswa yang pada umumnya masih rendah yaitu
rata-rata 55. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang akan dicapai
adalah 75.
Sehingga pada akhirnya pembelajaran yang selalu dilakukan di kelas adalah
model pembelajaran yang masih cenderung
berpusat pada guru (teacher-
centered), sehingga membuat siswa menjadi cenderung pasif karena selama
proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan penjelasan dan setelah itu
mengerjakan soal-soal. Kurangnya variasi dalam model pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar juga diakui guru fisika tersebut sebagai
suatu hal yang membuat siswa menjadi selalu terlihat bosan dan kurang tertarik
dengan pembahasan materi fisika.
Untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar fisika siswa maka
diperlukan usaha yang serius salah satunya dengan menerapkan model
pembelajaran inquiry training dimana model
pembelajaran
ini
dapat
membantu membentuk konsep dan menyelesaikan masalah-masalah dalam
pembelajaran. Menurut Joyce et al (2003) model ini fokus terhadap kemampuan
siswa untuk mengamati, menyusun data, memahami informasi, membentuk konsep,
menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal dan menyelesaikan masalah
masalah.( Hidayat,M.I., Harahap,M.B.,2015: 27 )
Tujuan umum model pembelajaran inquiry training adalah membantu siswa
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan untuk meningkatkan
pertanyaan – pertanyaan dan pencarian jawaban yang terpendam dari rasa
keingintahuan siswa (Joyce et al., 2011: 200 ).
Model pembelajaran inquiry training menuntut siswa untuk memecahkan
sebuah fenomena dalam fisika dengan melakukan eksperimen sehingga siswa
3
lebih aktif dibanding guru. Pada tahap orientasi siswa pada masalah (pertama),
peneliti memotivasi siswa dengan memberikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh siswa dan pada tahap ini peneliti memberikan masalah kepada siswa
dengan menunjukkan peristiwa sederhana yang terjadi di sekitar. Pada tahap
mengorganisasi siswa untuk belajar (kedua), peneliti memberikan materi pelajaran
yang dipelajari kemudian membentuk kelompok-kelompok belajar dan melakukan
percobaan (eksperimen). Pada tahap penyelidikan individual maupun kelompok
(ketiga), peneliti membimbing setiap siswa untuk mengumpulkan informasi untuk
memecahkan masalah, dan melakukan percobaan (eksperimen) sekali lagi. Pada
tahap mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya (keempat), peneliti
membantu setiap kelompok menyelesaikan dan menjawab semua permasalahan
yang ada, serta mempersentasikan hasil diskusi kelompok yang sudah disiapkan,
kemudian kelompok yang lain diberikan kesempatan memberikan pendapat atau
masukan. Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
(kelima), peneliti membantu siswa dalam mengkaji ulang pemecahan masalah
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memberikan penguatan pada pemecahan
masalah tersebut dan pada tahap ini peneliti membuat tes evaluasi untuk
mengetahui pemahaman siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu seperti yang di teliti
oleh Siddiqui (2013) menyatakan bahwa model inquiry training dapat membuat
siswa
menjadi
aktif
mengembangkan
pemikiran
logis
dan
ketekunan,meningkatkan keterampilan proses sains. Hakim,A dan Derlina (2012),
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model inquiry training dengan model pembelajaran
konvensional. Serta Hutahean, J (2016) juga menyatakan model pembelajaran
inquiry training
membuat pengaruh yang signifikan di bandingkan model
pembelajaran konvensional. Demikian pula Dara (2016), dalam penelitiannya
kemampuan keterampilan proses sains fisika siswa menggunakan model
pembelajaran inquiry training lebih baik jika di bandingkan dengan kemampuan
keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran konvensional.
4
Menurut Hosnan (2014), keterampilan proses sains adalah proses belajar
mengajar yang menekankan kepada keterampilan memperoleh pengetahuan, dan
mengkomunikasikan perolehannya itu. Keterampilan proses berarti pula sebagai
perlakuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan daya
pikir dan kreasi secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan. Tujuan dari
keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas siswa dalam belajar
sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuankemampuannya.
Dari uraian permasalahan diatas, maka peneliti berkeinginan untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Training Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika. “
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka diambil pokok -
pokok masalah sebagai berikut :
1.
Siswa memiliki kecenderungan untuk tidak aktif bertanya apabila
menemui kesulitan dalam proses pembelajaran.
2.
Siswa merasa kesulitan apabila di berikan soal-soal dengan tipe yang
berbeda dengan contoh.
3.
Hasil belajar fisika siswa kurang maksimal dibanding mata pelajaran
lain.
4.
Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran
seperti tidak adanya laboratorium dan media .
5.
Model yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak variatif. Guru
lebih sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa tidak
terlibat aktif dan kegiatan pembelajaran berpusat pada guru.
5
1.3
Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka penelitian ini
di fokuskan pada siswa kelas X di MAS Al Wasliyah 22 Tembung tahun ajaran
2016/2017 :
1.
Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal dengan
tipe yang berbeda dari contoh.
2.
Penelitian dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa
dalam melakukan eksperimen.
3.
Model pembelajaran yang di gunakan adalah model pembelajaran
Inquiry Training.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah
penelitian di MAS Al Wasliyah 22 Tembung pada kelas X pada materi pokok
Hukum Newton tahun 2016/2017 :
1.
Bagaimana
keterampilan
proses
sains
siswa
yang
diajarkan
yang
diajarkan
menggunakan model pembelajaran inquiry training?
2.
Bagaimana
keterampilan
proses
sains
siswa
menggunakan pembelajaran konvensional?
3.
Apakah ada perbedaan antara keterampilan proses sains siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan dengan
pembelajaran konvensional?
1.5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di jelaskan diatas, maka tujuan
penelitian di MAS Al Wasliyah 22 Tembung pada kelas X pada materi pokok
Hukum Newton tahun 2016/2017 :
1.
Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
menggunakan model pembelajaran inquiry training.
2.
Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran konvensional.
6
3.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara keterampilan proses
sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training
dan dengan pembelajaran konvensional.
1.6
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan :
1.
Sebagai pedoman bagi peneliti sebagai calon guru memperoleh
pengalaman
langsung
dalam
menerapkan
suatu
pendekatan
pembelajaran.
2.
Memberikan suatu pengetahuan mengenai model atau pendekatan
pembelajaran yang dapat di gunakan dalam kegiatan eksperimen.
3.
Memberikan suasana pembelajaran yang berbeda bagi siswa dalam
proses pembelajaran fisika.
4.
1.7
Meningkatkan keterampilan proses sains bagi siswa.
Definisi Operasional
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat
suatu defenisi operasional sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran Inquiry Training merupakan model pembelajaran
yang melatih siswa untuk belajar berangkat dari fakta menuju teori
yang
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam
proses ilmiah melalui latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah
tersebut ke dalam periode waktu yang singkat (Joyce et al, 2011: 200 ).
2.
Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah mengobservasi,
mengumpulkan, dan mengorganisasi data, mengidentifikasi dan
mengontrol variabel-variabel, merumuskan dan menguji hipotesis dan
penjelasan, dan menarik kesimpulan (Joyce et al. 2011: 210 ).
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di MAS Al Wasliyah 22
Tembung maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di MAS Al Wasliyah 22 Tembung
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil belajar dengan menggunakan model inquiry training pada
keterampilan proses sains dapat melewati nilai KKM dengan kriteria
tuntas individu (18 siswa) dan kriteria tuntas kelas ( 66,7 % ).
2. Hasil belajar dengan menggunakan model konvensional pada keterampilan
proses sains tidak dapat melewati nilai KKM dengan kriteria tidak tuntas
individu ( 21 orang ) dan Kriteria tidak tuntas kelas (42,8 %).
3. Terdapat perbedaan keterampilan proses sains yang diajarkan dengan
model pembelajaran inquiry training dengan keterampilan proses sains
yang diajarkan dengan model konvensional. Perbedaan diakibatkan adanya
pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap keterampilan
proses sains. Model inquiry training menjadikan siswa lebih aktif dalam
menemukan dan mencari solusi dari suatu permasalahan, sedangkan model
konvensional cenderung menjadikan siswa lebih pasif dalam pembelajaran.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh di MAS Al Wasliyah 22 Tembung, maka peneliti
memberikan saran :
1.
Implementasi penerapan model pembelajaran inquiry training menambah
wawasan guru dan menambah kepustakaan pribadinya.
2.
Dalam penerapan model inquiry training, melatih siswa dalam melakukan
pemecahan masalah sehingga siswa lebih bersemangat , antusias dan aktif
dalam proses pembelajaran.
3.
Pekerjaan siswa dalam melakukan praktikum lebih aktif sehingga waktu
yang menurut mereka lama menjadi terasa lebih cepat.
58
4.
Pada saat presentasi kelompok masih ada siswa yang tidak mendengar dan
menyimak. Bagi guru atau peneliti sebelum melakukan presentasi proses
harus di jelaskan secara jelas dan menunjuk moderator pada setiap
kelompok,
sehingga
moderator
dapat
bertanggung
jawab
pada
kelompoknya.
5.
Pada saat melakukan demonstrasi masih ada beberapa siswa yang tidak
memahami
dan
memperhatikan.
Guru
atau
peneliti
disarankan
menjelaskan terlebih dahulu prosedur atau langkah-langkah dalam
melakukan demonstrasi tersebut.
6.
Selama kegiatan belajar mengajar seharusnya guru atau peneliti
menjelaskan model atau langkah-langkah model agar siswa dapat
memahaminya. Sehingga siswa dapat melakukan proses pembelajaran
secara benar.
59
DAFTAR PUSTAKA
Sani, A. R., (2012), Pengembangan Laboratorium Fisika, Unimed Press, Medan.
Arends, R. I., (2008), Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar, Pustaka
Belajar, Yogyakarta.
Azizah, N., Indrawati., (2014), Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X-C MAN JEMBER, 3(3), 235-241.
Dara, F., (2016), Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Interaksi
Model Inquiry Training Menggunakan Mind Mapping, 2(1),38-45.
Dimyati., Mudjiono., (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Hakim,A., Derlina., (2012), Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Dibelajarkan
dengan Model Inquiry Training dan Konvensional pada Materi Pokok
Gaya dan Hukum Newton di Kelas VIII SMP N 17 MEDAN,1(1),8-16.
Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar,Bumi Aksara,Jakarta.
Hidayat,M.I., Harahap,M.B., (2015), Efek Model Inquiry Training Berbasis
Multimedia Lectora dan Kemampuan Berpikir Formal Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa,4(1),25-32.
Hosnan, (2014), Pendekatan Scientifik dan Konstektual dalam Pembelajaran
Abad 21, Bogor.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Joyce, B., Weil, M., and Calhoun, E., (2009), Model’s of Teaching Edisi Delapan,
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Kanginan, M., (2013), Fisika Untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta.
Khalid, A., Azeem, M., (2012), Constructivist VS Traditional: Effective
Instructional Approach In Teacher Education, International Journal Of
Humanities and Social Science. Lahore-Pakistan, 2(5)170-177.
Khan, M., Iqbal, Muhammad Zafar., (2011), Effect of Inquiry Lab Teaching
Method on the Development of Scientific Skills Through the Teaching of
Biology in Pakistan, Language in India, 11(1),169-178.
60
Pandey,A., Nanda, G.K., Ranjan,V., (2011), Effectivieness of Inquiry Training
Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievment of
Science Students In India, Journal of Innovative Research In Education,1
(1), 7-20.
Ratna, T., Turnip,B.,
Medan.
(2013), Evaluasi Hasil Belajar Fisika, Unimed Press,
Sanjaya,W., (2011), Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media,Jakarta.
Sardiman, (2011), Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja
Persada, Jakarta.
Grafindo
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2009), Metoda Statistika, Tarsito,Bandung.
Suparmi, S., Windha., (2013), Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek,
Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar
Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9,28-34.
Toenas,S.J.I., Suharno,W., Sajidan., (2012), Online Physics Module: Penerapan
Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle di
Tinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas Belajar dan Kemampuan
Memori,Jurnal Pasca UNS, 1(3),2252-7893.
Trianto, (2010), Model-Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta .
Wenning, C.J., (2010), Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science, Journal of Physics Teacher Education Online,
5(4), 11-19.
Widayanto,(2009), Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa
Kelas X Melalui KIT Optik, 5, 1-7.
Wiyanto, Y. Subagyo., (2009), Pembelajaran dan Pendekatan Keterampilan
Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan
Pemuaian, Jurnal Pendidikan Fisika 5 ,42-46.
Yulianti, (2011), Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa, 7,106-110.