PERANAN PAWANG HUJAN DALAM PELAKSANAAN PESTA PERNIKAHAN PADA ETNIS JAWA DI TINJOWAN KECAMATAN UJUNG PADANG KABUPATEN SIMALUNGUN.

(1)

PERANAN PAWANG HUJAN DALAM PELAKSANAAN PESTA PERNIKAHAN PADA ETNIS JAWA DI TINJOWAN

KECAMATAN UJUNG PADANG KABUPATEN SIMALUNGUN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

EVI JUNALISAH

3121122002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Evi Junalisah, NIM. 3121122002. Tahun 2016. Judul Skripsi :Peranan Pawang Hujan Dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan Pada Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun. Skripsi ini terdiri dari 5 bab dan 79 halaman, 5 daftar tabel dan 17 daftar gambar.

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan bagaimana peranan seorang pawang hujan dengan simbol-simbol yang digunakannya. Fungsi dan arti dari simbol-simbol yang digunakan sebagai tanda atau ciri dari pawang hujan tersebut dalam menjalankan tugasnya. Mengetahui adanya pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh keluarga pengantin ataupun pengantin yang melaksanakan acara pesta pernikahan. Mengetahui bagaimana dampak yang akan ditimbulkan apabila pantangan-pantangan tersebut dilanggar oleh keluarga yang melaksanakan pesta.

Peneliti mengunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Penulis menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan bentuk observasi non partisipan (non partisipan observer). Penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi untuk menghasilkan data yang sesuai dengan realitas dan untuk memperoleh data yang valid mengenai peranan pawang hujan dalam menjalankan tugasnya mencegah turunnya hujan saat pelaksanaan pesta berlangsung. Wawancara (interview) untuk mendapatkan informasi dari narasumber tentang bagaimana peranan pawang hujan tersebut. Dokumentasi untuk penambahan data berupa foto dan rekaman suara.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) Peranan pawang hujan tidak hanya berperan pada saat pelaksanaan pesta saja melainkan sebelum pelaksanaan pesta pawang hujan sudah berperan dalam menentukan tanggal dan hari yang baik dalam pelaksanaan pesta. (2) Etnis Jawa mempercayai tentang hitungan tanggal dan hari baik untuk pelaksanaan pesta. (3) Pawang Hujan dalam menjalankan tugasnya memiliki simbol yang dijadikan sebagai ciri khas dalam menjalankan tugasnya dan memiliki fungsinya masing-masing dari setiap simbol-simbol yang digunakan. (4) Adanya pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh orang tua pengantin maupun pengantin sebagai tanda untuk mencegah agar hujan tidak turun selama pelaksanaan pesta berlangsung.

Kesimpulannya bahwa masyarakat di Tinjowan khususnya etnis Jawa, masih mempercayai tentang perana pawang hujan ketika akan melaksanakan pesta pernikahan. Etnis Jawa di Tinjowan ini juga masih mempercayai tentang hitugan tanggal dan hari baik dalam melaksanakan pesta pernikahan. Pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar ketika melaksanakan pesta pernikahan seperti pantangan tidak boleh mandi ketika hari pelaksanaan pesta pun masih dipercayai oleh masyarakat Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang , Kabupaten Simalungun ini.

Kata Kunci : Peranan Pawang Hujan, Etnis Jawa, dan Pantangan-Pantangan saat Pelaksanaan Pesta


(5)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat yang tidak terhingga, Shalawat berangkaikan salam juga tidak lupa peneliti hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat, semoga kelak mendapatkan syafaat beliau dihari kelak, amin.

Atas iiin Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Pawang Hujan dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan Pada Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun. Tulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat tantangan dan hambatan baik waktu, tenaga, materi, pustaka, pengalaman, pengetahuan dan lain sebagainya. Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berusaha menyajikan dengan baik. Pada proses penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Drs. Waston Malau, MSP selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih atas waktu, saran, kontribusi, dan bantuan Bapak dalam penulisan skripsi ini yang sangat berarti bagi peneliti.


(6)

5. Ibu Dra. Nurjanna, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan penguji I, terima kasih atas arahan, masukan, bimbingan, dan bantuan yang Ibu berikan selama peneliti kuliah.

6. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku dosen penguji II, penulis ucapkan banyak terima kasih buat kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada peneliti.

7. Ibu Sulian Ekomila, MSP selaku dosen penguji III, peneliti ucapkan banyak terima kasih atas kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada peneliti.

8. Seluruh Dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Antropologi yang memberikan bimbingan dan pengajaran kepada penulis selama perkuliahan.

9. Ucapan Terimakasih yang teristimewa kepada orang tuaku Ayahanda SUHADI dan Ibunda POSETIAWATI. Terimakasih yang tak terhingga atas ridho Bapak dan Ibu kepada peneliti sehingga peneliti dapat mencapai gelar sarjana. Tanpa ridho, doa, dan motivasi dari orang tuaku, peneliti tidak mungkin sampai mencapai titik ini, semoga doa bapak dan ibu tetap mengantarkan peneliti menuju kesuksesan dunia akhirat, dan dapat memberikan kebahagiaan dalam keluarga kita. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungi orang tuaku tercinta, Amin.

10.Terimaksih buat saudara kandungku Kakanda Mardiana, Abangda Darma Suheri, Kakanda Dewi Kurniawati S.Pdi. Terimakasih juga buat saudara iparku Abangda Syamsudi, Kakanda Yanti, dan Abangda Nakri atas dukungan doa, materi dan semangat yang kalian berikan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita selalu menjadi kelurga yang saling menyayangi.

11.Keponakan peneliti yang selalu menghibur dan memberi semangat baru kepada peneliti ketika penat melanda selama menyelesaikan tugas akhir skripsi ini


(7)

Muhammad Ikhsan Trisnadi, Asifa Nur Azlina, Eliza Hasan, Hafiza Salsabila, Ziah, Irhan Badri, dan Ghali Aufa Hisyam. Rajin-rajin belajar ya nak, semoga kalian bisa mencapai tingkat pendidikan seperti Ibu dan bahkan bisa mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, amin. Ibu sayang kalian semua.

12.Terimakasih buat abangda Ino yang telah menjadi teman yang menemani selama kurang lebih 6 tahun ini, semoga menjadi teman seumur hidup bagi peneliti,amin.Terimakasih juga atas dukungan, doa, dan bantuan kepada peneliti selama proses penulisan skripsi ini.

13.Terimakasih buat keluarga besar dari Alm. Kakek Slamet dan Alm. Nenek Painem yaitu pak lek Buang dan Ibu Tina yang telah memberi tempat tinggal kepada peneliti diawal perkuliahan peneliti saat semester satu, Kepada Pak Lek Joko Santoso dan Ibu Sisop yang telah memberikan tempat tinggal kepada peneliti saat pengurusan berkas skirpsi. Terimakasih juga kepada Ibu Sri Mistiawati dan Pak lek Wagiran yang telah memberi dukungan materi dan tenaga kepada keluarga peneliti dan juga peneliti yang selalu siap membantu disaat apapun. Terimakasih juga kepada sepupu-sepupu peneliti yang telah memberi bantuan baik moril maupun materil kepada peneliti yaitu Imam Santoso, Ayu, Sukma Pranoto Santoso dan Sukma Santoso.

14.Terimakasih telah menjadi teman terbaik bagi peneliti selama masa SD, SMP, SMA dan kuliah yaitu Novita Sari, Amelia Miranti, Sapitri dan Sarah Alvina S.Pd. Terimakasih juga kepada Marwijayati S.Pd dan Ibunda nya yang juga telah membantu peneliti dalam melaksanakan tugas penelitian. Dan Terimaksaih yang sama juga peneliti ucapkan kepada teman SMA juga teman satu fakultas Siti Mada Yudistina Lubis yang selalu ramah bertanya tentang kabar peneliti selama mengerjakan tugas skripsi ini.


(8)

15.Ucapan Terimakasih kepada Keluarga Baroqah, rumah kontrakan Gg. Maninjau no.6 yang telah menemani hari-hari peneliti selama kulih dari semester 2 yaitu Kak Eva Susanti Nasution S.Pdi, Kak Qiky, Azizah Nur Rangkuti, Siti Maryam, dan Risqa Fatimah. Semoga rasa kekeluargaan ini tetap terjalin selalu.

16.Teristimewa teman-teman perkuliah peneliti yang menjadi saudara dan teman seperjuangan untuk mendapatkan gelar S. Pd bagi peneliti selama duduk dibangku perkulihan Leli Fitria S.Pd, Tri Hardianti Hamdiah S.Pd, Robiahtul Adawiyah S.Pd, Donna Sari Nasution, Nurhalimah Sipahutar, Risqa Mulia Sari, Aulia Hidayah S.Pd, Nurhamidah Rangkuti, dan Novalita Sandy S.Pd. Buat teman seperjuangan saat Seminar Proposal yaitu Erika Handayani, Daniel Ohara Lumban Tobing S.Pd, dan Sri Rizki Ananda S.Pd. Dan juga buat teman seperjuangan sidang Leli Fitria S.Pd, Ira Gusnita Pakpahan S.Pd, Daniel Ohara Lumban Tobing S.Pd, dan Kak Siti Fadilah S.Pd. Dan tak lupa juga kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan Antropologi stambuk 2012 Konsentrasi Antropologi dan Konsentrasi Sosiologi.

17.Terimakasih kepada keluarga yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian diacara pesta pernikahan anak dari keluarga Pak Warsap, Pak Laksono dan keluarga bu Misem. Dan tak lupa pula ucapan terimakasih kepada pengantin Erlina dan Rais, Sika Wati dan Irvan, dan pasangan pengantin Sri Wahyuni dan suami.

18.Terimakasih juga kepada bapak Ghali, bapak A.R Sucipta dan bapak Laksamana yang telah membagi ilmu kepada peneliti tentang peranan pawang hujan dalam pesta pernikahan.

19.Teman-teman PPL SMK Negeri 1 Meranti 2015 khususnya Novalita Sandy, Chandar Arliani, Diah Mutiara Putria S.Pd, Erlina Simanjuntak, Hanna Siagian, Juni Siburian, Feby Angelin Sinurat, Sri Yulianti, Ivany Sijabat, Wikey, Rizki, Irvansyah, Syahri,


(9)

Riki Siregar,Yansen, dan Hendra semoga kebersamaan kita akan menjadi kenangan yang terindah.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum begitu sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan serta pengetahuan pembaca.

Medan, 22 Juni 2016 Penulis,

Evi Junalisah NIM. 3121122002


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Pembatasan Masalah ... 6

1.4.Rumusan Masalah ... 6

1.5. Tujuan Penelitian ... 6

1.6. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Kajian Pustaka ... 8

2.2. Kerangka Teori ... 10

2.2.1. Teori Status dan Peran ... 10

2.2.2. Teori Ilmu Gaib dan Religi ... 12

2.2.3.Teori Simbol ... 13

2.3. Kerangka Konseptual ... 15

2.3.1. Peran ... 15

2.3.2. Pawang Hujan ... 15

2.3.3. Pesta Pernikahan ... 16

2.3.4. Etnis Jawa ... 17


(11)

BAB III METODE PENELITIAN... ... 19

3.1. Jenis Penelitian ... 19

3.2. Lokasi Penelitian ... 20

3.3. Subjek Dan Objek Penelitian ... 21

3.3.1. Subjek Penelitian ... 21

3.3.2. Objek Penelitian ... 22

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

3.4.1. Observasi... 23

3.4.2. Wawancara ... 24

3.4.3. Studi Pustaka (Literatur) ... 25

3.5. Teknik Analisis Data... 26

3.5.1. Mengelompokkan Data ... 26

3.5.2. Menginterprestasikan Data ... 26

3.5.3. Menganalisis Data ... 27

3.5.4. Membuat Kesimpulan ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 28

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

4.1.1. Letak Geografis Kecamatan Ujung Padang ... 29

4.1.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Ujung Padang ... 30

4.1.3. FasilitasmPendidikan Kecamatan Ujung Padang ... 31

4.1.4. Pertanian Sumber Mata Pencaharian Masyarakat Kecamatan Ujung Padang... ... 32

4.2. Peranan Pawang Hujan dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan pada Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun... 32

4.3.1. Menentukan Tanggal dan Hari Pelaksanaan Pesta Pernikahan... 34

4.3.2. Peranan Pawang Hujan dengan Simbol-Simbol yang digunakan 48 4.3.3. Arti Simbol-Simbol yang digunakan Pawang Hujan ... 70

4.4. Pantangan-Pantangan yang tidak boleh dilanggar saat Pelaksanaan Pesta dan Dampak yang akan ditimbulkan saat pantangan dilanggar ... 75


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... ... 80 5.1. KESIMPULAN... ... 80 5.2. SARAN... ... 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fasilitas Pendidikan Kecamatan Ujung Padang Tahun Ajaran 2015/2016... 32 Tabel 2. Dino Pitu (Hari yang Tujuh)... 36 Tabel 3. Pasaran Limo (Hari yang Lima)... 37


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir... 20

Gambar 2. Kalender April 2016... 45

Gambar 3. Hari Pertama Mendirikan tratak atau tarup... 50

Gambar 4. Takir yang berisikan Sesajen... 52

Gambar 5. Sesajen di Pendaringan... 52

Gambar 6. Janur Kuning diatas Pintu Pertengahan Rumah... 53

Gambar 7. Tratak atau Tarup yang digunakan memasak Dodol (Jenang)... 55

Gambar 8. Ritual membuat Syarat atau Penangkal... 56

Gambar 9. Tumbak Sewu yang digantungkan di Trup atau Tratak... 57

Gambar 10. Syarat atau Penangkal yang diletakkan ditempat beras... 58

Gambar 11. Teh Tubruk, Kopi Tubrok, dan Air Bening... 60

Gambar 12. Ritual Mempersiapkan Sesajen... 62

Gambar 13. Sesajen yang diletakkan di Pendaringan... 62

Gambar 14. Sesajen yang akan diberikan kepada orang yang Rewang... 63

Gambar 15. Takir yang berisi Sesajen... 64

Gambar 16. Janur Kuning... 65


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut James Danandjaja (1997:52), terdapat fakta dan data yang ditemukan dalam masyarakat Indonesia yang masih memiliki kepercayaan terdapat mitos-mitos yang berkaitan dengan terjadinya alam semesta (cosmogony), mitos kesaktian yang dimiliki seseorang tokoh, dunia dewata (pantheon) dan roh-roh halus .

Salah satu masyarakat Indonesia yang mempercayai akan kepercayaan mitos-mitos tersebut adalah etnis Jawa. Etnis Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Diantara tradisi dan budaya ini terkadang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Tradisi dan budaya Jawa ini sangat di junjung tinggi oleh etnis Jawa terutama yang abangan.

Menurut Clifford Geertz (1983:6-8) tradisi keagaman abangan, yang terutama sekali terdiri dari pesta keupacaraan yang disebut slametan, kepercayaan yang kompleks dan rumit terhadap makhluk halus, dan seluruh rangakaian teori dan praktek pengobatan, sihir dan magi, adalah subvarian pertama dalam sistem keagamaan etnis Jawa yang umum. Abangan yang mewakili suatu titik berat pada aspek animisme dari sinkretisme itu umumnya dihubungkan dengan elemen petani.

Menurut Heny Gustini dan Muhammad Alfan (2013:172) Pola hidup etnis Jawa yang kebanyakan telah terbentuk oleh pemahaman mistis, yaitu animisme


(16)

dan dinamisme, sering menjadikan simbol sebagai satu-satunya media yang digunakan untuk memahami alam agar dapat menyatu dengan Tuhan. Oleh karena itu, setiap individu berbeda-beda dalam memahami simbol, bergantung pada latar belakang kemampuan seseorang dalam memahami simbol tersebut.

Berkaitan dengan kepercayaan mitos-mitos pada etnis Jawa, peneliti melihat bahwa salah satu etnis Jawa yang masih mempercayai hal berupa mitos-mitos ini terdapat di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, dimana etnis Jawa di Tinjowan ini masih mempercayai mitos-mitos, salah satu mitos yang masih mereka percayai yaitu ketika akan melaksanakan sebuah acara pesta pernikahan mereka harus melakukan beberapa rangkaian tradisi yang wajib dilakukan sebelum melaksanakan acara pesta pernikahan, sebagai usaha ketika melaksanakan pesta dijauhkan dari hal-hal yang dapat mengganggu berlangsungnya acara pesta pernikahan tersebut.

Ketika mereka akan melaksanakan acara pesta biasanya rangkaian tradisi yang masih mereka lakukan sebelum acara pesta berlangsung adalah ziarah kubur kepada para leluhur mereka yang telah meninggal sebagai tanda penghormatan

untuk meminta “ijin atau doa” agar tidak ada halangan apapun yang terjadi ketika

acara pesta berlangsung maupun menjalankan kehidupan kedepannya.

Selain itu sebelum melaksanakan acara pesta mereka terlebih dahulu menentukan tanggal dan hari baik untuk melaksanakan pesta. Biasanya untuk menentukan tanggal dan hari baik ini mereka menanyakan kepada orang yang dianggap tahu tentang tanggal dan hari baik untuk melaksanakan pesta tersebut. Hal ini diperlukan karena ada beberapa alasan mengapa mereka harus menentukan tanggal dan hari baik, alasannya adalah mereka masih mempercayai mitos bahwa


(17)

tanggal dimana tepat meninggalnya salah satu keluarga mereka dianggap sebagai hari yang tidak baik untuk melaksanakan pesta, karena mereka takut akan hal-hal yang tidak mereka harapkan terjadi pada keluarga yang akan pesta, apabila mereka tetap melaksakan pesta ditanggal yang tidak baik menurut mereka tersebut.

Selanjutnya agar pada saat acara pesta berlangsung tidak turun hujan biasanya diperlukan peranan seorang yang dianggap mampu mencegah turunnya hujan, yaitu seorang pawang hujan. Etnis Jawa di Tinjowan sendiri juga mempercayai seseorang yang dianggap memiliki kekuatan untuk mencegah agar hujan tidak turun. Jasa mereka sangat diperlukan ketika pelaksanaan pesta akan berlangsung. Tidak hanya berperan mencegah agar hujan tidak turun, ketika pesta berlangsung pawang hujan juga dapat mencegah agar para tamu-tamu yang datang tidak terlalu berselera untuk makan, biasanya untuk hal ini permintaan dari keluarga yang melaksanakan pesta.

Menurut KBBI yang dikutip dari sumber internet (www.kamusbesar.com) pawang hujan adalah orang yang pandai menolak hujan. Pawang hujan adalah orang yang dianggap mampu menangkal atau memindahkan agar hujan tidak turun ketika pelaksanaan pesta berlangsung. Mereka memiliki kekuatan supranatural yang merupakan ilmu gaib. Mereka mendapatkan ilmu tersebut biasanya secara turun temurun ataupun mereka sendiri yang mencari atau belajar tentang kekuatan ilmu gaib.

Pada saat melaksanakan tugasnya sebagai seorang pawang hujan, cara yang dilakukan untuk menangkal agar hujan tidak turun biasanya ada beberapa peralatan atau benda yang diperlukan saat menjalankan tugasnya. Beberapa


(18)

peralatan atau benda yang sering digunakan untuk menangkal agar hujan tidak turun yaitu berupa bumbu-bumbu dapur yang biasa di tancapkan di daerah-daerah tertentu pada lokasi pesta akan berlangsung. Seperti cabe merah, bawang merah yang ditusuk menjadi satu kemudian ditancapkan di daerah-daerah tertentu yang menjadi simbol bahwa pawang hujan sedang berperan melaksanakan tugasnya untuk mencegah agar hujan tidak turun.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh James Dananjaja (1997:165) Untuk mencegah agar tidak turun hujan diantara orang Betawi keturunan China memiliki kebiasaan untuk menusukkan sebutir bawang merah dan sebutir cabai merah pada tusuk sate yang kemudian ditancapkan pada pagar rumah untuk mencegah agar pada pesta pernikahan tidak turun hujan, orang Jawa Timur keturunan China mencegahnya dengan melarang mandi pada para calon mempelai sejak kemarin petang.

Selain itu juga ada pantangan-pantangan bagi keluarga yang akan melaksanakan acara pesta, salah satu pantangan yang sering dilakukan sebagai syarat agar hujan tidak turun adalah dilarang mandi selama 3 hari saat pelaksanaan pesta akan berlangsung sampai acara pesta berakhir.

Mitos-mitos tersebut masih berlaku dalam etnis Jawa, sehingga mereka selalu mempercayakan dan mengikuti segala sesuatu untuk hal-hal yang menjadi pantangan dan anjuran yang diberikan oleh pawang hujan demi kelancaran pesta yang akan berlangsung dan mereka terhindari dari hal-hal yang tidak mereka harapkan seperti hujan maupun hal-hal yang tidak diharapkan terjadi dikemudian hari.


(19)

Praktek pawang seperti ini dapat kita lihat di daerah Tinjowan, kecamatan Ujung Padang, kabupaten Simalungun. Daerah ini mayoritas masyarakatnya adalah etnis Jawa yang beragama Islam tetapi masih mempercayai hal-hal yang bersifat mitos-mitos kepercayaan yang diturun kan oleh para leluhur mereka sejak dahulu.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Pawang Hujan Dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan Pada Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun”.

1.2. Identifikasi Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, adapun masalah yang ditemukan antara lain :

a. Peranan penting seorang pawang hujan dalam pelaksanaan pesta pernikahan pada etnis Jawa

b. Menentuan hari dan tanggal yang baik untuk melaksanakan acara pesta c. Adanya simbol-simbol berupa bumbu dapur yang dijadikan penangkal

turunnya hujan

d. Pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh keluarga yang melaksanakan pesta

e. Makna pantangan-pantangan dan anjuran yang diberikan oleh pawang hujan


(20)

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan terarah maka peneliti membatasi masalah penelitian yang akan diteliti yaitu pada “Peranan Pawang Hujan dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan pada Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun”.

1.4.Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan pawang hujan dengan simbol-simbol yang digunakan? 2. Apa saja yang menjadi pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar

oleh keluarga yang melaksanakan pesta agar tidak turun hujan?

3. Bagaimana dampak yang akan ditimbulkan apabila pantangan-pantangan tersebut dilanggar oleh keluarga yang melaksanakan pesta?

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana peranan pawang hujan dengan simbol-simbol yang digunakannya.

2. Mengetahui pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh keluarga pengantin yang akan melaksanakan pesta.

3. Mengetahui bagaimana dampak yang akan ditimbulkan apabila pantangan-pantangan tersebut dilanggar oleh keluarga yang melaksanakan pesta.


(21)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Kegunaan teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah penelitian yang mampu memperkaya khasanah keilmuan di bidang Antropologi khusunya mengenai etnis Jawa yang mempercayai peranan seorang pawang hujan dalam mencegah turunya hujan pada saat pelaksanaan acara pesta.

2. Kegunaan praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada para akademisi yang bermaksud mengadakan penelitian lebih lanjut tentang “ Peranan Pawang Hujan Dalam Pesta Pernikahan Pada Etnis Jawa”.


(22)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, pendekatan fenomenologi dengan analisis deskriptif didukung oleh hasil observasi dan wawancara dengan subjek yang mengetahui dan memahami tentang Peranan Pawang Hujan dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan pada Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, maka peneliti mendapatkan kesimpulan yaitu :

1. Peranan pawang hujan tidak hanya berperan disaat pelaksanaan acara pesta berlangsung, tetapi dari awal rencana untuk mengadakan pesta pun seorang pawang hujan sudah berperan, yaitu ketika menentukan tanggal dan hari yang baik untuk pelaksanaan pesta. Seorang pawang hujan dalam menjalankan tugasnya membuat syarat atau penangkal agar hujan tidak turun ketika acara pesta berlangsung, menggunakan bahan-bahan yang dijadikan simbol dalam menjalankan tugasnya, bahan-bahan tersebut berupa sesajen yang memiliki arti dan fungsi masing-masing sesuai dengan maksud yang ditujukkan oleh pawang hujan itu sendiri.

2. Secara umum tidak ada pantangan yang khusus bagi orang tua pengantin maupun pengantin saat pelaksanaan acara pesta. Tetapi ada salah satu pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh keluarga yang mengadakan pesta adalah tidak boleh mandi disaat hari pelaksanaan pesta yaitu hari ketiga. Biasanya hari ketiga pelaksanaan pesta saja yang tidak boleh mandi


(23)

baik itu orang tua pengantin maupun pengantin. Karena jika salah satu dari orang tua atau pengantin mandi, diibaratkan seperti mengundang air hujan turun.

3. Jika terjadi pelanggaran terhadap pantangan yang melarang orang tua pengantin maupun pengantin untuk mandi ketika hari pelaksanaan pesta dampak yang akan ditimbulkan hanya sebatas turunnya hujan ketika hari pelaksanaan pesta berlangsung dan akan berakibat kepada berkurangnya tamu yang datang keacara pesta tersebut.

5.2. SARAN

Setiap etnis memiliki nilai tradisi masing-masing, tradisi merupakan warisan budaya turun terumun dari para leluhur. Tradisi yang menjadi kebiasaan yang tetap dilakukan oleh Etnis Jawa di Tinjowan ini adalah menggunakan sesajen yang dijadikan sebagai simbol bentuk penghargaan kepada para roh-roh leluhur mereka. Penggunaan sesajen ini juga berlaku bagi pawang hujan disaat menjalankan peranannya sebagai seorang yang telah dipercayai membuat syarat atau penangkal dikeluarga yang akan mengadakan pesta. Sesajen tersebut dapat berupa bumbu dapur yang diletakkan disebuat takir atau pun wadah lainnya seperti baskom maupun keranjang. Sesajen ini di jadikan sebagai media menghormati roh-roh leluhur yang dipercayai sebagai penjaga keselamatan selama acara pesta pernikahan berlangsung.

1. Mempertahankan tradisi suatu Etnis merupakan warisan budaya yang patut dipertahankan dan dilestarikan agar ciri dari suatu Etnis tersebut tidak hilang termakan zaman dan anak cucu kita masih mengenal warisan


(24)

budaya yang mereka miliki. Tetapi kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib seperti mempercayai roh-roh leluhur sedikit demi sedikit harus dikikis, karena kita telah menganut agama yang kita percayai sebagai pedoman dalam hidup kita.

2. Sebagai masyarakat yang akan melaksanakan acara pesta pernikahan, demi kelancaraan acara pesta berdoa dan meminta pertolongan kepada Tuhan yang Maha Esa demi kelancaran acara pesta yang akan dilaksanakan dan dijauhkan dari hal-hal yag tidak diharapkan oleh keluarga yang melaksanakan pesta.

3. Keterlibatan peneliti harus secara mendalam untuk melakukan wawancara kepada seseorang yang dijadikan sebagai pawang hujan dalam suatu acara pesta jika ingin mendapatkan data yang lebih akurat lagi dalam hal memahami sesajen yang dijadikan sebagai simbol. Jika pembaca berkenan melakukan penelitian lebih lanjut tentang sesajen yang dilambangkan sebagai simbol peranan pawang hujan.


(25)

Daftar Pustaka

Agus, Bustanuddin. 2007. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Barth, Fredrik. 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI Press

Black, James A. & Dean J. Champion. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Kencana Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafitipers Febyani Saifuddin, Achmad . 2006. Antropologi Kontemporer. Jakarta : Kencana.

Geertz, Clifford. 1983. Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Cv. Pustaka Jaya

1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisus

Gustini, Heny & Alfan. 2013. Studi Budaya di Indonesia. Bandung. Cv: Pustaka Setia

Tjakraningrat, Harya Kanjeng Pangeran. 1980. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna.Yogyakarta. Soemodidjojo Mahadewa.

Iskandar. 2009. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada. Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Dian Rakyat

. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi , Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Soekanto, Soerjono. 1990. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve . 2009. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: Rajawali Pers


(26)

Sugiono.2008.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Alfabeta : Bandung

Sumber Jurnal dan Skripsi

1. Aristina Aprilia Tri. 2011. Deskripsi Cara Kerja Pawang Hujan Pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Bulusari Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu (http:/ /digilib.unila.ac.Id/11863/1/cover.pdf) Diakses pada tanggal 12 Desember 2015. 2. Hidayat Fikri. 2012. Buku Ilustrasi Budaya Lokal Intisari Cerita Tradisi Ritual

Pawang Hujan (http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/700/jbptunikompp-gdl-fikrihiday-34988-8-unikom_f-g.pdf). Diakses pada tanggal 12 Desember 2015.

3. Rahman Latif alfian. 2014. Peranan Gurmo Dalam Tradisi Duwe Gawe Pernikahan dan Khitanan Masyarakat Desa Ngablak Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati (http:/ /journal.unnes. ac.id /sju/ index. php/ solidarity). Diakses pada tanggal 1 Februari 20016.

4. Prasetyo Sulung. 2014. Pawang Hujan Era Modren. ,

(http://jurnalbumi.Wordpress.com/2014/01/24/tmc-pawang-hujan-era-modren/). Diakses 16 Februari 2016.

Sumber Internet

www.kamusbesar. Com/55862/pawang-hujan. Diakses 16 Februari 2016 www.kamusbesar.Com/KBBI/Takir. Diakses 15 Mei 2016

https://www.google.com/search?q=data+kabupaten+simalungun+berapa+kecamatan&ie=utf-8&oe=utf-8#q=tentang+kabupaten+simalungun+memiliki. Diakses 2 Mei 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta_Lokasi_Kecamatan_Ujung_Padang_Kabupaten_Si malungun.svg. Diakses 2 Mei 2016

www.primbonbahasajawa.com/2012/12/wetonneptuning-dina-pasaran-bulan-tahun.html?m=1. Diakses 2 Mei 2016


(1)

7 1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Kegunaan teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah penelitian yang mampu memperkaya khasanah keilmuan di bidang Antropologi khusunya mengenai etnis Jawa yang mempercayai peranan seorang pawang hujan dalam mencegah turunya hujan pada saat pelaksanaan acara pesta.

2. Kegunaan praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada para akademisi yang bermaksud mengadakan penelitian lebih lanjut tentang “ Peranan Pawang Hujan Dalam Pesta Pernikahan Pada Etnis Jawa”.


(2)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif, pendekatan fenomenologi dengan analisis deskriptif didukung oleh hasil observasi dan wawancara dengan subjek yang mengetahui dan memahami tentang Peranan Pawang Hujan dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan pada Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, maka peneliti mendapatkan kesimpulan yaitu :

1. Peranan pawang hujan tidak hanya berperan disaat pelaksanaan acara pesta berlangsung, tetapi dari awal rencana untuk mengadakan pesta pun seorang pawang hujan sudah berperan, yaitu ketika menentukan tanggal dan hari yang baik untuk pelaksanaan pesta. Seorang pawang hujan dalam menjalankan tugasnya membuat syarat atau penangkal agar hujan tidak turun ketika acara pesta berlangsung, menggunakan bahan-bahan yang dijadikan simbol dalam menjalankan tugasnya, bahan-bahan tersebut berupa sesajen yang memiliki arti dan fungsi masing-masing sesuai dengan maksud yang ditujukkan oleh pawang hujan itu sendiri.

2. Secara umum tidak ada pantangan yang khusus bagi orang tua pengantin maupun pengantin saat pelaksanaan acara pesta. Tetapi ada salah satu pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh keluarga yang mengadakan pesta adalah tidak boleh mandi disaat hari pelaksanaan pesta yaitu hari ketiga. Biasanya hari ketiga pelaksanaan pesta saja yang tidak boleh mandi


(3)

81

baik itu orang tua pengantin maupun pengantin. Karena jika salah satu dari orang tua atau pengantin mandi, diibaratkan seperti mengundang air hujan turun.

3. Jika terjadi pelanggaran terhadap pantangan yang melarang orang tua pengantin maupun pengantin untuk mandi ketika hari pelaksanaan pesta dampak yang akan ditimbulkan hanya sebatas turunnya hujan ketika hari pelaksanaan pesta berlangsung dan akan berakibat kepada berkurangnya tamu yang datang keacara pesta tersebut.

5.2. SARAN

Setiap etnis memiliki nilai tradisi masing-masing, tradisi merupakan warisan budaya turun terumun dari para leluhur. Tradisi yang menjadi kebiasaan yang tetap dilakukan oleh Etnis Jawa di Tinjowan ini adalah menggunakan sesajen yang dijadikan sebagai simbol bentuk penghargaan kepada para roh-roh leluhur mereka. Penggunaan sesajen ini juga berlaku bagi pawang hujan disaat menjalankan peranannya sebagai seorang yang telah dipercayai membuat syarat atau penangkal dikeluarga yang akan mengadakan pesta. Sesajen tersebut dapat berupa bumbu dapur yang diletakkan disebuat takir atau pun wadah lainnya seperti baskom maupun keranjang. Sesajen ini di jadikan sebagai media menghormati roh-roh leluhur yang dipercayai sebagai penjaga keselamatan selama acara pesta pernikahan berlangsung.

1. Mempertahankan tradisi suatu Etnis merupakan warisan budaya yang patut dipertahankan dan dilestarikan agar ciri dari suatu Etnis tersebut tidak hilang termakan zaman dan anak cucu kita masih mengenal warisan


(4)

82

budaya yang mereka miliki. Tetapi kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib seperti mempercayai roh-roh leluhur sedikit demi sedikit harus dikikis, karena kita telah menganut agama yang kita percayai sebagai pedoman dalam hidup kita.

2. Sebagai masyarakat yang akan melaksanakan acara pesta pernikahan, demi kelancaraan acara pesta berdoa dan meminta pertolongan kepada Tuhan yang Maha Esa demi kelancaran acara pesta yang akan dilaksanakan dan dijauhkan dari hal-hal yag tidak diharapkan oleh keluarga yang melaksanakan pesta.

3. Keterlibatan peneliti harus secara mendalam untuk melakukan wawancara kepada seseorang yang dijadikan sebagai pawang hujan dalam suatu acara pesta jika ingin mendapatkan data yang lebih akurat lagi dalam hal memahami sesajen yang dijadikan sebagai simbol. Jika pembaca berkenan melakukan penelitian lebih lanjut tentang sesajen yang dilambangkan sebagai simbol peranan pawang hujan.


(5)

Daftar Pustaka

Agus, Bustanuddin. 2007. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Barth, Fredrik. 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI Press

Black, James A. & Dean J. Champion. 2009. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Kencana

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafitipers Febyani Saifuddin, Achmad . 2006. Antropologi Kontemporer. Jakarta : Kencana.

Geertz, Clifford. 1983. Abangan Santri Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Cv. Pustaka Jaya

1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisus

Gustini, Heny & Alfan. 2013. Studi Budaya di Indonesia. Bandung. Cv: Pustaka Setia

Tjakraningrat, Harya Kanjeng Pangeran. 1980. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna.Yogyakarta. Soemodidjojo Mahadewa.

Iskandar. 2009. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Dian Rakyat

. 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi , Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Soekanto, Soerjono. 1990. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve


(6)

Sugiono.2008.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Alfabeta : Bandung

Sumber Jurnal dan Skripsi

1. Aristina Aprilia Tri. 2011. Deskripsi Cara Kerja Pawang Hujan Pada Masyarakat Suku Jawa di Desa Bulusari Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu (http:/ /digilib.unila.ac.Id/11863/1/cover.pdf) Diakses pada tanggal 12 Desember 2015. 2. Hidayat Fikri. 2012. Buku Ilustrasi Budaya Lokal Intisari Cerita Tradisi Ritual

Pawang Hujan (http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/700/jbptunikompp-gdl-fikrihiday-34988-8-unikom_f-g.pdf). Diakses pada tanggal 12 Desember 2015.

3. Rahman Latif alfian. 2014. Peranan Gurmo Dalam Tradisi Duwe Gawe Pernikahan dan Khitanan Masyarakat Desa Ngablak Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati (http:/ /journal.unnes. ac.id /sju/ index. php/ solidarity). Diakses pada tanggal 1 Februari 20016.

4. Prasetyo Sulung. 2014. Pawang Hujan Era Modren. , (http://jurnalbumi.Wordpress.com/2014/01/24/tmc-pawang-hujan-era-modren/). Diakses 16 Februari 2016.

Sumber Internet

www.kamusbesar. Com/55862/pawang-hujan. Diakses 16 Februari 2016

www.kamusbesar.Com/KBBI/Takir. Diakses 15 Mei 2016

https://www.google.com/search?q=data+kabupaten+simalungun+berapa+kecamatan&ie=utf-8&oe=utf-8#q=tentang+kabupaten+simalungun+memiliki. Diakses 2 Mei 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta_Lokasi_Kecamatan_Ujung_Padang_Kabupaten_Si malungun.svg. Diakses 2 Mei 2016

www.primbonbahasajawa.com/2012/12/wetonneptuning-dina-pasaran-bulan-tahun.html?m=1. Diakses 2 Mei 2016


Dokumen yang terkait

Komersialisasi Pesta Pernikahan dan Identitas Status Sosial Ekonomi Etnis Jawa di Dusun Purwosari Bawah, Desa Padang Mainu, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun

0 25 129

Karakteristik Sosial Ekonomi Karyawan PTPN IV Tinjowan dan Sikap Mereka Terhadap Manajemen yang Berlaku (StudiKasus: Desa Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun)

2 26 80

PEMBAGIAN HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT SUKU JAWA MUSLIM DI HUTA IV NAGORI SAYUR MATINGGI KECAMATAN UJUNG PADANG KABUPATEN SIMALUNGUN.

0 2 23

PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PTPN IV TINJOWAN DI KECAMATAN UJUNG PADANG KABUPATEN SIMALUNGUN (1996-2012).

5 29 23

Karakteristik Sosial Ekonomi Karyawan PTPN IV Tinjowan dan Sikap Mereka Terhadap Manajemen yang Berlaku (StudiKasus: Desa Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun)

0 0 15

Karakteristik Sosial Ekonomi Karyawan PTPN IV Tinjowan dan Sikap Mereka Terhadap Manajemen yang Berlaku (StudiKasus: Desa Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Karakteristik Sosial Ekonomi Karyawan PTPN IV Tinjowan dan Sikap Mereka Terhadap Manajemen yang Berlaku (StudiKasus: Desa Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun)

0 0 6

Karakteristik Sosial Ekonomi Karyawan PTPN IV Tinjowan dan Sikap Mereka Terhadap Manajemen yang Berlaku (StudiKasus: Desa Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun)

0 0 18

Karakteristik Sosial Ekonomi Karyawan PTPN IV Tinjowan dan Sikap Mereka Terhadap Manajemen yang Berlaku (StudiKasus: Desa Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun)

0 0 2

Karakteristik Sosial Ekonomi Karyawan PTPN IV Tinjowan dan Sikap Mereka Terhadap Manajemen yang Berlaku (StudiKasus: Desa Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun)

0 0 11