PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA VAR. ASCALONICUM L.).
PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH
(Allium cepa var. ascalonicum L.)
Oleh :
Siska Boru Panjaitan
4123220027
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Dumai Provinsi Riau, 11 Pebruari 1995 yang
bernama Siska Boru Panjaitan. Ibu bernama T. br Manalu dan Ayah bernama D.B.
Panjaitan, dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 2000
penulis memulai pendidikan pertamanya di SD Negeri 008 Dumai, dan lulus pada
tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Santo
Tarcisius Dumai, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Santo Tarcisius Dumai, dan lulus pada tahun
2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Biologi Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan dan lulus ujian pada tanggal ... Selama kuliah penulis pernah aktif di
organisasi Ikatan Keluarga Besar Kristen Biologi (IKBKB) Universitas Negeri
Medan.
iii
PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH
(Allium cepa var. ascalonicum L.)
Siska Boru Panjaitan (4123220027)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas yang tahan akan lingkungan
kering dengan melihat pengaruh perlakuan yang diberikan, yang dilaksanakan
pada Desember 2015 sampai Pebruari 2016, di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Sisingamangaraja XII, Medan. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah varietas Samosir, Bangkok, dan
Vietnam. Metode dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan dua faktor yaitu varietas dan frekuensi penyiraman. Parameter
yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah helaian daun (helai), jumlah
anakan (buah), umur panen (hari), bobot umbi basah per rumpun (gr) dan bobot
umbi kering ekonomi (gr). Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis
varians dan bila nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNt/LSD (Least
Significant Difference) pada taraf 0,01 dan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa interaksi varietas Vietnam pada frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4)
dengan tinggi tanaman tertinggi 31,12 cm, dan varietas Samosir pada frekuensi
penyiraman 1x1 hari (V1W1) dengan tinggi tanaman terendah 17,88 cm. Interaksi
varietas Vietnam pada frekuensi pernyiraman 1x7 hari (V3W4) dengan jumlah
helaian daun tertinggi 17 helai, dan interaksi varietas Samosir pada frekuensi
penyiraman 1x1 hari (V1W1) dengan jumlah helaian daun terendah 10 helai.
Interaksi varietas Vietnam pada frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4) dengan
jumlah anakan tertinggi 17 buah, dan interaksi varietas Bangkok pada frekuensi
penyiraman 1x7 hari (V2W4) 8 buah. Varietas Vietnam dipanen dengan umur
panen terpendek 65 hari, dan varietas Samosir dipanen dengan umur panen
terpanjang 70 hari. Bobot umbi basah per rumpun tertinggi dihasilkan oleh
varietas Vietnam yaitu 14,90 gr, dan varietas Samosir menghasilkan bobot umbi
basah per rumpun 9,14 gr. Bobot umbi kering ekonomi tertinggi dihasilkan oleh
varietas Vietnam 11,42 gr, dan varietas Samosir menghasilkan bobot umbi kering
ekonomi terendah 6,58 gr.
Kata Kunci : bawang merah, varietas, frekuensi penyiraman
iv
WATERING FREQUENCY EFFECT ON THE GROWTH AND
PRODUCTION OF THREE ONION VARIETY
(Allium cepa var. ascalonicum L.)
Siska Boru Panjaitan (4123220027)
ABSTRACT
This study aims to obtain varieties that will withstand dry environment to see the
effect of a given treatment, which was held on December 2015 until February
2016, at the Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Sisingamangaraja
XII, Medan. The materials used in this study are varieties of onion bulbs Samosir,
Bangkok, and Vietnam. The method used in this study is a randomized block
design (RAK) Factorial with two factors: the variety and frequency of watering.
Parameters measured were plant height (cm), the number of leaf blade (blade), the
number of tillers (pieces), harvesting (today), wet weight of tuber per hill (g) and
the weight of dried bulbs economy (gr). The data obtained were processed using
analysis of variance and if the very real tangible or followed by BNt / LSD (Least
Significant Difference) at the level of 0.01 and 0.05. The results showed that the
interaction of Vietnam on the frequency of watering varieties 1x7 day (V3W4)
with the highest plant height of 31.12 cm, and Samosir on the frequency of
watering varieties 1x1 days (V1W1) with the lowest plant height of 17.88 cm.
Interaction varieties of Vietnam on the 1x7 watering frequency (V3W4) with the
highest number of 17 pieces of the leaf blade, and interaction on the frequency of
watering varieties Samosir 1x1 days (V1W1) with the lowest amount of the leaf
blade 10 strands. Interaction varieties of Vietnam on the frequency of watering
1x7 (V3W4) with the highest number of tillers 17 pieces, and the interaction of
varieties of Bangkok on a day watering frequency 1x7 (V2W4) 8 pieces. Vietnam
varieties harvested by harvesting the shortest 65 days, and Samosir varieties
harvested by harvesting the longest 70 days. Wet weight of tuber per hill top
varieties produced by Vietnam is 14.90 grams and Samosir varieties produce wet
weight of tuber per clump 9.14 gr. The highest economic weight of dried bulbs
produced by Vietnam 11.42 g varieties, and varieties of dried bulbs Samosir
produce the lowest economic weight 6.58 gr.
Keywords: shallot, variety, frequency of watering
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya dengan baik.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang berjudul “Pengaruh
Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produski Tiga Varietas Bawang
Merah (Allium cepa var. ascalonicum L.). Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
Desember 2015 sampai Pebruari 2016 di Kebun Percobaan Universitas
Sisingamangaraja XII, Jalan Jamin Ginting Km. 10,5 Medan Tuntungan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah memperoleh banyak
saran, nasehat, serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Tumiur Gultom, S.P., M.P.
selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia untuk membimbing dan
memberikan nasehat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Dr. Melva Silitonga, MS., Ibu Endang Sulistyarini Gultom, S.Si.,
M.Si., Apt dan Bapak Ir. Herkules Abdullah, MS selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan banyak saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini. Terimakasih
kepada Ibu Dra. Cicik Suryani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
membimbing dan memotivasi penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Hasruddin, M.Pd. selaku Ketua
Jurusan Biologi, Ibu Dr. Melva Silitonga, MS., selaku Ketua Program Studi
Biologi Non Kependidikan serta kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen dan pegawai di
Jurusan Biologi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa ucapan terimakasih untuk keluarga besar penulis yang selalu
setia mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu
Ayahanda D.B. Panjaitan dan Ibunda T. br Manalu serta ketiga abang-abang
penulis, Bang Cuwandi Panjaitan, Bang Kusmawadi Panjaitan, dan Bang Boy
Panjaitan serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa dan,
vi
kasih sayang, perhatian, serta dukungannya yang tiada henti kepada penulis baik
secara moril dan materil.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman terkasih penulis
di Biologi Nondik A dan B 2012 buat kebersamaan yang boleh terjalin hingga
saat ini, terkhusus untuk Quistina Sinaga, Siti Sekar Wangi, dan Agus Handoko
yang telah membantu dan memotivasi penulis selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi. Dan kepada NHKBP Pardamean Medan dan teman-teman
kost, Kak Yasni Tampubolon, Kak Novi Tampubolon, Kak Melva Sirait dan Tina
Sitompul, terimakasih sudah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada
penulis selama pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,, penulis berharap kesediaan pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penyempurnaan
kedepannya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta aplikasi dalam kehidupan
nyata bermasyarakat.
Medan,
April 2015
Penulis
Siska Boru Panjaitan
NIM. 4123220027
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Batasan Masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
1.6. Definisi Operasional
1
1
3
3
4
4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Bawang Merah(Allium cepavar. ascalonicumL.)
2.2. Morfologi Bawang Merah (Allium cepavar. ascalonicumL.)
2.2.1. Akar
2.2.2. Batang
2.2.3. Daun
2.2.4. Bunga
2.2.5. Biji
2.2.6. Umbi
2.3. Budidaya Bawang Merah (Allium cepavar. ascalonicumL.)
2.3.1. Iklim
2.3.2. Tanah
2.3.3. Benih
2.3.4. Air
2.4. Varietas Bawang Merah
2.5. Frekuensi Penyiraman
2.5. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
6
6
7
7
7
8
8
8
8
9
9
9
10
10
10
11
12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Prosedur Penelitian
13
13
13
13
13
viii
3.5. Rancangan Percobaan Penelitian
3.6. Pengamatan
3.7. Teknik Analisis Data
16
18
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
4.1.2. Jumlah Helaian Daun (helai)
4.1.3. Jumlah Anakan (umbi)
4.1.4. Umur Panen (hari)
4.1.5. Bobot Umbi Basah (gr)
4.1.6. Bobot Umbi Kering Ekonomi (gr)
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Perlakuan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Bawang Merah
4.2.2. Pengaruh Perlakuan Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Bawang Merah
4.2.3. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah
21
21
21
23
26
27
29
30
33
33
35
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
38
38
38
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar3.1.Tata letak tanaman di lapangan
16
Gambar 4.1. Diagram Batang Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 2-6
MST berdasarkan Varietas
21
Gambar 4.2. Diagram Batang Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 2-6
MST berdasarkan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
22
Gambar 4.3. Diagram Batang Jumlah Helaian Daun (helai) pada Umur
2-3 MST berdasarkan Varietas
23
Gambar 4.4.Diagram Batang Jumlah Helaian Daun (helai) pada Umur
2-6 MST berdasarkan Varietas dan Frekeunsi Penyiraman
24
Gambar 4.5. Diagram Batang Jumlah Anakan (umbi) pada Umur 3,5-6
MST berdasarkan Varietas
26
Gambar 4.6. Diagram Batang Jumlah Anakan (umbi) pada Umur 3,5-6
MST berdasarkan Varietas
27
Gambar 4.7. Diagram Batang Umur Panen (hari) pada berdasarkan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman
28
Gambar 4.8. Diagram Batang Bobot Umbi Basah (gr) pada berdasarkan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman
30
Gambar 4.9. Diagram Batang Bobot Umbi Kering Ekonomi berdasarkan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman
31
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Analisis Varians (ANAVA)
18
Tabel 4.1. Raatan Tinggi Tanaman Umur 2-6 MST pada Perlakuan
Varietas terhadap Tanaman Bawang Merah
20
Tabel 4.2. Rataan Tinggi Tanaman Umur 2 MST pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
21
Tabel 4.3. Rataan Jumlah Helaian Daun Umur 3 MST pada Perlakuan
Varietasterhadap Tanaman Bawang Merah
23
Tabel 4.4. Rataan Jumlah Helaian Daun Umur 3 MST pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
24
Tabel 4.5. Rataan Jumlah Anakan (umbi) Umur 3,5-6 MST pada
Perlakuan Varietas terhadap Tanaman Bawang Merah
25
Tabel 4.6. Rataan Jumlah Anakan (umbi) Ummur 3 MST pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
26
Tabel 4.7. Rataan Bobot Umur Panen (hari) pada Kombinasi Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman Bawang
Merah
28
Tabel 4.8. Rataan Bobot Umbi Basah (gr) pada Kombinasi Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman Bawang
Merah
29
Tabel 4.9. Rataan Bobot Umbi Kering Ekonomi (gr) pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
31
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Tata Letak Tanaman di Lapangan
42
Lampiran 2.
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST
padaPerlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
43
Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST pada
PerlakuanVarietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
43
Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 2
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
44
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST
padaPerlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
45
Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
45
Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
46
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 4
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
47
Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
47
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10. Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 4
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
48
Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
49
Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 5 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
49
Lampiran 13. Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
xii
terhadap Tanaman Bawang Merah
50
Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 6 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
51
Lampiran 15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 6 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
51
Lampiran 16. Data Uji BNt/LSD Untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
52
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 2
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
53
Lampiran 18. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 2 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
53
Lampiran 19. Data Uji BNt/LSD untuk Jumlah Helaian Daun (helai)
Umur 2 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah
54
Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
55
Lampiran 21. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
55
Lampiran 22. Data Uji BNt/LSD Untuk Helaian Daun (helai) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
56
Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 4
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
57
Lampiran 24. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 4 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
57
Lampiran 25. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Helaian Daun (helai)
Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah
58
Lampiran 26. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
59
xiii
Lampiran 27. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 5 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
59
Lampiran 28. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Helaian Daun (helai)
Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah
60
Lampiran 29. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
61
Lampiran 30. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 6 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
61
Lampiran 31. Data Uji BNt/LSD Untuk Helaian Daun (helai) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
62
Lampiran 32. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 3 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
63
Lampiran 33. Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 3 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
63
Lampiran 34. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
64
Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 4 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
65
Lampiran 36. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 4 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
65
Lampiran 37. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 5 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
66
Lampiran 38. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 5 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
66
Lampiran 39. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
67
xiv
Lampiran 40. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 6 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
68
Lampiran 41. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 6 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
68
Lampiran 42. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
69
Lampiran 43. Data Pengamatan Umur Panen (hari) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
70
Lampiran 44. Sidik Ragam Umur Panen (hari) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
70
Lampiran 45. Data Uji BNt/LSD untuk Umur Panen (hari) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
71
Lampiran 46. Data Pengamatan Berat Umbi Basah (gr) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
72
Lampiran 47. Sidik Ragam Berat Umbi Basah (gr) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
72
Lampiran 48. Data Uji BNt/LSD Untuk Berat Umbi Basah (gr) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
73
Lampiran 49. Data Pengamatan Berat Umbi Kering Ekonomi (gr) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
74
Lampiran 50. Sidik Ragam Berat Umbi Kering Ekonomi (gr) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
74
Lampiran 51. Data Uji BNt/LSD Untuk Berat Umbi Kering Ekonomi (gr)
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
75
Lampiran 52. Dokumentasi Penelitian
76
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Bawang merah adalah salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah
di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan
beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti
kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta
penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung
kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).
Tanaman bawang merah membutuhkan kondisi air tanah yang baik, yaitu
air tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab, tetapi tidak becek) sejak
tumbuh hingga pembentukan umbi dan perkembangan umbinya. Kekeringan pada
saat pertumbuhan vegetatif dapat menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan
kekeringan pada saat pembentukan umbi dapat menggagalkan panen. Sebaliknya,
tanah yang becek akan memudahkan berjangkitnya penyakit busuk umbi (Botritys
allii) (Rukmana, R. 2007).
Adanya pemanasan global mengakibatkan terjadinya perubahan iklim
yang tidak menentu beberapa tahun belakangan ini. Hal ini merupakan ancaman
yang dihadapi dalam usaha pengembangan usaha budidaya bawang merah. Musim
kemarau yang berkepanjangan menimbulkan adanya kekeringan di banyak lahan
pertanian yang yang berujung pada gagal panen akibat kekurangan air.
Berubahnya waktu musim hujan juga menyulitkan petani untuk menentukan masa
tanam yang tepat. Demikian juga adanya perubahan cuaca yang eksterm
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga menimbulkan dampak
menurunnya kualitas dan produktivitas lahan (Santoso, D.J., 2013). Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan varietas yang tahan akan
kondisi lingkungan yang kering, dikarenakan daerah-daerah sentra bawang merah
merupakan daerah yang kering seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Sulawesi.
1
2
Untuk mencapai hasil dan pertumbuhan yang maksimal, selain ditentukan
oleh faktor genetik, juga dipengaruhi seberapa baik tanaman mampu beradaptasi
dengan kondisi lingkungan dimana tanaman tumbuh. Umumnya tanaman bawang
merah ditanam di musim kemarau. Namun di beberapa sentra produksi bawang
merah, penanaman bawang merah tidak mengenal musim dan dapat ditanam
kapan saja dengan sistem budidaya yang intensif. Masalah utama usaha tani
bawang merah bila penanaman di luar musim adalah tingginya resiko kegagalan
panen. Tingginya resiko kegagalan panen tersebut disebabkan karena faktor
pembatas yang berkaitan dengan lingkungan tumbuh yang kurang menguntungkan.
Terjadinya keterbatasan air dapat disebabkan oleh rendahnya curah hujan
terutama pada awal musim kemarau dan akhir musim hujan. Cekaman kekeringan
pada lahan kering disebabkan oleh kadar lengas tanah yang rendah. Kekurangan
air dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman karena selain
menghambat proses fotosintesis juga dapat menghambat proses penyerapan unsur
hara dari dalam tanah oleh akar tanaman (Muis, A., Indradewa, D., dan Widada,
J., 2013).
Kebutuhan air tanaman ditentukan berdasarkan nilai kandungan air (%)
pada keadaan kapasitas lapang (pF 2,54) dan nilai kandungan air (%) pada
keadaan titik layu permanen (pF 4,2). Kapasitas lapang adalah jumlah air
maksimum yang mampu ditahan oleh tanah. Sedangkan titik layu permanen
adalah kandungan air tanah saat tanaman yang berada di atasnya mengalami layu
permanen atau tanaman sulit hidup kembali meski telah ditambahkan sejumlah air
yang mencukupi. Selisih antara kadar air tanah pada kapasitas lapang dan titik
layu permanen disebut air tersedia (Marsha, D,N., Aini, N., dan Sumarni, T.
2014).
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah produksi bawang merah tahun
2013 sebesar 1,011 juta ton atau terjadi kenaikan jumlah produksi bila
dibandingkan tahun 2012 sebesar 4,83%, yaitu 964,22 ribu ton. Untuk jumlah
produksi bawang merah berdasarkan triwulan tahun 2013 maka pada triwulan I
sebesar 242.929 ribu ton, triwulan II 237.753 ribu ton, triwulan III sebesar
3
299.299 ribu ton, dan triwulan IV 230.792 ribu ton. Pada tahun 2013 produksi
bawang merah 1.010.773 ton dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebanyak
22,08 % yaitu 1.233.983 ton. Provinsi yang mengalami perkembangan produksi
bawang merah tertinggi pada tahun 2013 terjadi di Sumatera Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan NTT. Sedangkan, penurunan cukup drastis
terjadi di Sumatera Utara, Jambi, Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Tengah (BPS, 2015).
Menurut Gultom (2014) pasar bawang merah di Sumatera Utara sudah
sangat didominasi oleh bawang merah impor, seperti yang berasal dari India,
Srilanka, Philippina, Peking, Pakistan, dan Thailand. Sedangkan untuk bawang
merah (Allium cepa var. Ascalonicum) lokal yang berasal dari Samosir ditemukan
tidak sebanyak varietas impor yang ada. Hal ini tentu saja kurang menguntungkan
bagi para petani bawang merah lokal. Di Paropo dan Tongging, Sumatera Utara,
para petani sudah melakukan penanaman bawang merah varietas impor seperti
Thailand, Philippina, dan Srilanka di daerah mereka, namun hanya sedikit yang
menanam varietas Samosir.
Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
diuraikan
diatas,
untuk
mendapatkan varietas yang tahan kering maka perlu dilakukan penelitian terhadap
Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produksi 3 (Tiga)
Varietas Bawang Merah (Allium cepa var. Ascalonicum L.).
1.2.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, ruang lingkup permasalahan dibatasi pada pengaruh
frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas
bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok,
Samosir, dan Vietnam yang ditanam di Kota Medan.
1.3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
4
1. Bagaimana pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?
2. Bagaimana pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?
3. Bagaimana interaksi antara varietas dan frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.
2. Mengetahui pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.
3. Bagaimana interaksi antara varietas dan frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.
1.5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :
1. Sebagai sumber informasi pengaruh frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum).
2. Sebagai sumber referensi pengaruh frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum L.) bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut.
5
1.6.
Definisi Operasional
1. Frekuensi Penyiraman : Banyaknya penyiraman yang dilakukan per satuan
waktu.
2. Pertumbuhan
: Proses pertambahan ukuran, volume dan massa
yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel
dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel.
3. Produksi
: Proses mengeluarkan hasil.
4. Varietas
: Suatu peringkat taksonomi sekunder di bawah
spesies.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang telah dilakukan
maka diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Pengaruh varietas nyata pengaruhnya pada parameter pengamatan jumlah
anakan pada umur 3 MST.
2. Pengaruh frekuensi penyiraman tidak nyata pengaruhnya pada seluruh
parameter pengamatan.
3. Interaksi varietas Vietnam dengan frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4)
dengan tinggi tanaman, jumlah helaian daun, jumlah anakan, dan bobot umbi
kering ekonomi terbaik. Sedangkan bobot umbi basah terbaik diperoleh pada
interaksi varietas Vietnam dengan frekuensi penyiraman 1x5 hari (V3W3).
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada varietas bawang merah yang
lainnya dengan menggunakan perlakuan yang sama.
38
DAFTAR PUSTAKA
Abdirahman, M.M., Shamsuddin, J., Teh, Boon, SC., Megat, WPE., Ali, PQ,
(2014), Effect of drip Irrigation Frequency, Fertilizer Source, and Their
Interaction and Dry Metter and Yield Componen of Sweet Corn, Aust, J, of
Crop Sci 8,2: 223-231.
Badan Pusat Statistik dan Dirjen Hortikultura Sumatera Utara, (2015), Produksi
dan Impor Bawang Merah di Sumatera Utara, diakses
darihttp://www.bpsu.go.id [26 September 2015].
Baihaki, A., (2002), Review Pemuliaan Tanaman dalam Industri Perbenihan di
Indonesia, Hlm, 1-6 Dalam E, Murniati, dkk, (ed.), Industri Benih di
Indonesia: Aspek Penunjang Pengembangan. Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih BDP, Faperta IPB, Bogor, 291 p.
Cheema, K.L., Saeed, A., dan Habib, M., (2003), Effect of Sowing Date on Set
Size in Various Cultivar of Onion (Allium cepa L.), Int, J, Agri, Biol., 5(2):
185-187.
Deptan, (2010), Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah,
Departemen Pertanian, Bogor, http://www.litbang.deptan.go.id [26
September 2015].
Dewi, P., dan Jumini, (2012), Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tomat Akibat
Perlakuan Jenis Pupuk, Jurnal Floratek 7: 76-84.
Erythrina, (2013), Perbenihan dan Budidaya Bawang Merah, Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan dan
Swasembada Beras Berkelanjutan di Sulawesi Utara, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Gultom, T., (2014)., Sumber Benih Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum
Group) yang Diperdagangkan dan Ditanam di Sumatera Utara, Seminar
Nasional Inovasi dan Teknologi Informasi 2014 (SNITI), halaman 10-15.
Guslim, (2011), Agroklimatologi, USU Press, Medan.
Hadiati, S., (2010), Pendugaan Jarak Genetik dan Hubungan Kekerabatn Nanas
Berdasarkan Analisis Isozim, Balai Penelitian Tanaman Buah Solok,
Jurnal Hortikultura 13(2): 87-94.
39
40
Hermiati, (2000), Pengantar Pemuliaan Tanaman, Universitas Padjadjaran.
Irawan, D., (2010), Bawang Merah dan Pestisida, Badan Ketahanan Pangan
Sumatera Utara, Medan, http://www.bahanpangan.sumutprov.go.id[26
September 2015].
Makmur, A., (2003), Pemuliaan Tanaman Bagi Lingkungan Spesifik, IPB, Bogor.
Marsha, D,N., Aini, N., dan Sumarni, T., (2014), Pengaruh Frekuensi dan Volume
Pemberian Air pada Pertumbuhan Tanaman Crotalaria mucronata Desv,
Jurnal Produksi Tanaman 2:673-678
Muis, A., Indradewa, D., dan Widada, J., (2013), Pengaruh Inokulasi Mikoriza
Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (glycine max (l.)
Merrill) pada Berbagai Interval Penyiraman. Jurnal Vegetalika 2. 7-20.
Praba, M.L., Cairns, J.E., Babu, R.C., Lafitte, H.R., (2009), Identification of
Physiological Traits Underlying Cultivar Differences in Drought
Tolerance in Rice and Wheat, J, Agro Crop Sci, 195 : 30-46
Pinheiro, C., dan Chaves, M., (2011), Photosynthesis and Drought ; can we make
Metabolic Connection from Available Data, J, Exp, Bot, 62:869-882.
Pitojo, S., (2005), Benih Tomat, Kanisius, Yogyakarta.
Quadratullah, M. F., (2014), Statistika Terapan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rahayu, E., dan Berlian N. V. A., (2007), Bawang Merah, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rukmana, R., (2007), Bawang Merah Dari Biji, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang.
Santoso, D. J., (2013), Strategi Pengembangan Bawang Merah dalam Rangka
Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Nganjuk, Jurnal Manajemen
Agribisnis, Vol 13, No.2.
Sarawa, (2009), Fisiologi Tanaman : Pendekatan Praktis, Unhalu Press.
41
Sriwijaya, B., dan Haryanto, Didiek., (2013), Kajian Volume dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Vertisol,
Jurnal AgriSains 4 : 2086-7719
Suhaeni, N., (2007), Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah, Jembar,
Bandung.
Susanto, S., Hartanti B., Khumaida N., (2010), Pertumbuhan Vegetatif dan
Generatif Stroberi pada Sistem Fertigasi Yang Berbeda, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB, Kumpulan Makalah Seminar
Ilmiah Perhoti, ISBN: 978-979-25-1262-5, 460-471
Sweeney, D.W., J.H. Long, and M.B. Kirkham, (2003), A Single Irrigation to
Improve Early Maturing Soybean Yield and Quality, Soil Sci, Soc, Am, J,
67: 235-240
Tim Bina Karya Tani, (2008), Pedoman Bertanam Bawang Merah, Yrama Widia,
Bandung.
Wibowo, S., (2009), Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay, Penebar
Swadaya, Jakarta.
DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH
(Allium cepa var. ascalonicum L.)
Oleh :
Siska Boru Panjaitan
4123220027
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Dumai Provinsi Riau, 11 Pebruari 1995 yang
bernama Siska Boru Panjaitan. Ibu bernama T. br Manalu dan Ayah bernama D.B.
Panjaitan, dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pada tahun 2000
penulis memulai pendidikan pertamanya di SD Negeri 008 Dumai, dan lulus pada
tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Santo
Tarcisius Dumai, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Santo Tarcisius Dumai, dan lulus pada tahun
2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Biologi Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Medan dan lulus ujian pada tanggal ... Selama kuliah penulis pernah aktif di
organisasi Ikatan Keluarga Besar Kristen Biologi (IKBKB) Universitas Negeri
Medan.
iii
PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS BAWANG MERAH
(Allium cepa var. ascalonicum L.)
Siska Boru Panjaitan (4123220027)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas yang tahan akan lingkungan
kering dengan melihat pengaruh perlakuan yang diberikan, yang dilaksanakan
pada Desember 2015 sampai Pebruari 2016, di Kebun Percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Sisingamangaraja XII, Medan. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah varietas Samosir, Bangkok, dan
Vietnam. Metode dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial dengan dua faktor yaitu varietas dan frekuensi penyiraman. Parameter
yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah helaian daun (helai), jumlah
anakan (buah), umur panen (hari), bobot umbi basah per rumpun (gr) dan bobot
umbi kering ekonomi (gr). Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis
varians dan bila nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNt/LSD (Least
Significant Difference) pada taraf 0,01 dan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa interaksi varietas Vietnam pada frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4)
dengan tinggi tanaman tertinggi 31,12 cm, dan varietas Samosir pada frekuensi
penyiraman 1x1 hari (V1W1) dengan tinggi tanaman terendah 17,88 cm. Interaksi
varietas Vietnam pada frekuensi pernyiraman 1x7 hari (V3W4) dengan jumlah
helaian daun tertinggi 17 helai, dan interaksi varietas Samosir pada frekuensi
penyiraman 1x1 hari (V1W1) dengan jumlah helaian daun terendah 10 helai.
Interaksi varietas Vietnam pada frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4) dengan
jumlah anakan tertinggi 17 buah, dan interaksi varietas Bangkok pada frekuensi
penyiraman 1x7 hari (V2W4) 8 buah. Varietas Vietnam dipanen dengan umur
panen terpendek 65 hari, dan varietas Samosir dipanen dengan umur panen
terpanjang 70 hari. Bobot umbi basah per rumpun tertinggi dihasilkan oleh
varietas Vietnam yaitu 14,90 gr, dan varietas Samosir menghasilkan bobot umbi
basah per rumpun 9,14 gr. Bobot umbi kering ekonomi tertinggi dihasilkan oleh
varietas Vietnam 11,42 gr, dan varietas Samosir menghasilkan bobot umbi kering
ekonomi terendah 6,58 gr.
Kata Kunci : bawang merah, varietas, frekuensi penyiraman
iv
WATERING FREQUENCY EFFECT ON THE GROWTH AND
PRODUCTION OF THREE ONION VARIETY
(Allium cepa var. ascalonicum L.)
Siska Boru Panjaitan (4123220027)
ABSTRACT
This study aims to obtain varieties that will withstand dry environment to see the
effect of a given treatment, which was held on December 2015 until February
2016, at the Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Sisingamangaraja
XII, Medan. The materials used in this study are varieties of onion bulbs Samosir,
Bangkok, and Vietnam. The method used in this study is a randomized block
design (RAK) Factorial with two factors: the variety and frequency of watering.
Parameters measured were plant height (cm), the number of leaf blade (blade), the
number of tillers (pieces), harvesting (today), wet weight of tuber per hill (g) and
the weight of dried bulbs economy (gr). The data obtained were processed using
analysis of variance and if the very real tangible or followed by BNt / LSD (Least
Significant Difference) at the level of 0.01 and 0.05. The results showed that the
interaction of Vietnam on the frequency of watering varieties 1x7 day (V3W4)
with the highest plant height of 31.12 cm, and Samosir on the frequency of
watering varieties 1x1 days (V1W1) with the lowest plant height of 17.88 cm.
Interaction varieties of Vietnam on the 1x7 watering frequency (V3W4) with the
highest number of 17 pieces of the leaf blade, and interaction on the frequency of
watering varieties Samosir 1x1 days (V1W1) with the lowest amount of the leaf
blade 10 strands. Interaction varieties of Vietnam on the frequency of watering
1x7 (V3W4) with the highest number of tillers 17 pieces, and the interaction of
varieties of Bangkok on a day watering frequency 1x7 (V2W4) 8 pieces. Vietnam
varieties harvested by harvesting the shortest 65 days, and Samosir varieties
harvested by harvesting the longest 70 days. Wet weight of tuber per hill top
varieties produced by Vietnam is 14.90 grams and Samosir varieties produce wet
weight of tuber per clump 9.14 gr. The highest economic weight of dried bulbs
produced by Vietnam 11.42 g varieties, and varieties of dried bulbs Samosir
produce the lowest economic weight 6.58 gr.
Keywords: shallot, variety, frequency of watering
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya dengan baik.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis yang berjudul “Pengaruh
Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produski Tiga Varietas Bawang
Merah (Allium cepa var. ascalonicum L.). Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
Desember 2015 sampai Pebruari 2016 di Kebun Percobaan Universitas
Sisingamangaraja XII, Jalan Jamin Ginting Km. 10,5 Medan Tuntungan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah memperoleh banyak
saran, nasehat, serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Tumiur Gultom, S.P., M.P.
selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang bersedia untuk membimbing dan
memberikan nasehat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Dr. Melva Silitonga, MS., Ibu Endang Sulistyarini Gultom, S.Si.,
M.Si., Apt dan Bapak Ir. Herkules Abdullah, MS selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan banyak saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini. Terimakasih
kepada Ibu Dra. Cicik Suryani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
membimbing dan memotivasi penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Hasruddin, M.Pd. selaku Ketua
Jurusan Biologi, Ibu Dr. Melva Silitonga, MS., selaku Ketua Program Studi
Biologi Non Kependidikan serta kepada seluruh Bapak/Ibu Dosen dan pegawai di
Jurusan Biologi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teristimewa ucapan terimakasih untuk keluarga besar penulis yang selalu
setia mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu
Ayahanda D.B. Panjaitan dan Ibunda T. br Manalu serta ketiga abang-abang
penulis, Bang Cuwandi Panjaitan, Bang Kusmawadi Panjaitan, dan Bang Boy
Panjaitan serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa dan,
vi
kasih sayang, perhatian, serta dukungannya yang tiada henti kepada penulis baik
secara moril dan materil.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman terkasih penulis
di Biologi Nondik A dan B 2012 buat kebersamaan yang boleh terjalin hingga
saat ini, terkhusus untuk Quistina Sinaga, Siti Sekar Wangi, dan Agus Handoko
yang telah membantu dan memotivasi penulis selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi. Dan kepada NHKBP Pardamean Medan dan teman-teman
kost, Kak Yasni Tampubolon, Kak Novi Tampubolon, Kak Melva Sirait dan Tina
Sitompul, terimakasih sudah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada
penulis selama pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu,, penulis berharap kesediaan pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penyempurnaan
kedepannya. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta aplikasi dalam kehidupan
nyata bermasyarakat.
Medan,
April 2015
Penulis
Siska Boru Panjaitan
NIM. 4123220027
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Batasan Masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
1.6. Definisi Operasional
1
1
3
3
4
4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Bawang Merah(Allium cepavar. ascalonicumL.)
2.2. Morfologi Bawang Merah (Allium cepavar. ascalonicumL.)
2.2.1. Akar
2.2.2. Batang
2.2.3. Daun
2.2.4. Bunga
2.2.5. Biji
2.2.6. Umbi
2.3. Budidaya Bawang Merah (Allium cepavar. ascalonicumL.)
2.3.1. Iklim
2.3.2. Tanah
2.3.3. Benih
2.3.4. Air
2.4. Varietas Bawang Merah
2.5. Frekuensi Penyiraman
2.5. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
6
6
7
7
7
8
8
8
8
9
9
9
10
10
10
11
12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Prosedur Penelitian
13
13
13
13
13
viii
3.5. Rancangan Percobaan Penelitian
3.6. Pengamatan
3.7. Teknik Analisis Data
16
18
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Tanaman (cm)
4.1.2. Jumlah Helaian Daun (helai)
4.1.3. Jumlah Anakan (umbi)
4.1.4. Umur Panen (hari)
4.1.5. Bobot Umbi Basah (gr)
4.1.6. Bobot Umbi Kering Ekonomi (gr)
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Perlakuan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Bawang Merah
4.2.2. Pengaruh Perlakuan Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Bawang Merah
4.2.3. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah
21
21
21
23
26
27
29
30
33
33
35
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
38
38
38
DAFTAR PUSTAKA
39
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar3.1.Tata letak tanaman di lapangan
16
Gambar 4.1. Diagram Batang Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 2-6
MST berdasarkan Varietas
21
Gambar 4.2. Diagram Batang Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 2-6
MST berdasarkan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
22
Gambar 4.3. Diagram Batang Jumlah Helaian Daun (helai) pada Umur
2-3 MST berdasarkan Varietas
23
Gambar 4.4.Diagram Batang Jumlah Helaian Daun (helai) pada Umur
2-6 MST berdasarkan Varietas dan Frekeunsi Penyiraman
24
Gambar 4.5. Diagram Batang Jumlah Anakan (umbi) pada Umur 3,5-6
MST berdasarkan Varietas
26
Gambar 4.6. Diagram Batang Jumlah Anakan (umbi) pada Umur 3,5-6
MST berdasarkan Varietas
27
Gambar 4.7. Diagram Batang Umur Panen (hari) pada berdasarkan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman
28
Gambar 4.8. Diagram Batang Bobot Umbi Basah (gr) pada berdasarkan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman
30
Gambar 4.9. Diagram Batang Bobot Umbi Kering Ekonomi berdasarkan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman
31
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Analisis Varians (ANAVA)
18
Tabel 4.1. Raatan Tinggi Tanaman Umur 2-6 MST pada Perlakuan
Varietas terhadap Tanaman Bawang Merah
20
Tabel 4.2. Rataan Tinggi Tanaman Umur 2 MST pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
21
Tabel 4.3. Rataan Jumlah Helaian Daun Umur 3 MST pada Perlakuan
Varietasterhadap Tanaman Bawang Merah
23
Tabel 4.4. Rataan Jumlah Helaian Daun Umur 3 MST pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
24
Tabel 4.5. Rataan Jumlah Anakan (umbi) Umur 3,5-6 MST pada
Perlakuan Varietas terhadap Tanaman Bawang Merah
25
Tabel 4.6. Rataan Jumlah Anakan (umbi) Ummur 3 MST pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
26
Tabel 4.7. Rataan Bobot Umur Panen (hari) pada Kombinasi Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman Bawang
Merah
28
Tabel 4.8. Rataan Bobot Umbi Basah (gr) pada Kombinasi Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman Bawang
Merah
29
Tabel 4.9. Rataan Bobot Umbi Kering Ekonomi (gr) pada Kombinasi
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
31
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Tata Letak Tanaman di Lapangan
42
Lampiran 2.
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST
padaPerlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
43
Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST pada
PerlakuanVarietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
43
Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 2
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
44
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST
padaPerlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
45
Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
45
Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
46
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 4
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
47
Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
47
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10. Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 4
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
48
Lampiran 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
49
Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 5 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
49
Lampiran 13. Data Uji BNt/LSD untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
xii
terhadap Tanaman Bawang Merah
50
Lampiran 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 6 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
51
Lampiran 15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm) Umur 6 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
51
Lampiran 16. Data Uji BNt/LSD Untuk Tinggi Tanaman (cm) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
52
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 2
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
53
Lampiran 18. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 2 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
53
Lampiran 19. Data Uji BNt/LSD untuk Jumlah Helaian Daun (helai)
Umur 2 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah
54
Lampiran 20. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
55
Lampiran 21. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 3 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
55
Lampiran 22. Data Uji BNt/LSD Untuk Helaian Daun (helai) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
56
Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 4
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
57
Lampiran 24. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 4 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
57
Lampiran 25. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Helaian Daun (helai)
Umur 4 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah
58
Lampiran 26. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
59
xiii
Lampiran 27. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 5 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
59
Lampiran 28. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Helaian Daun (helai)
Umur 5 MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Tanaman Bawang Merah
60
Lampiran 29. Data Pengamatan Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
61
Lampiran 30. Sidik Ragam Jumlah Helaian Daun (helai) Umur 6 MST
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
61
Lampiran 31. Data Uji BNt/LSD Untuk Helaian Daun (helai) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
62
Lampiran 32. Data Pengamatan Jumlah Anakan Umur 3 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
63
Lampiran 33. Sidik Ragam Jumlah Anakan Umur 3 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
63
Lampiran 34. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 3
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
64
Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 4 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
65
Lampiran 36. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 4 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
65
Lampiran 37. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 5 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
66
Lampiran 38. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 5 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
66
Lampiran 39. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 5
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
67
xiv
Lampiran 40. Data Pengamatan Jumlah Anakan (buah) Umur 6 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
68
Lampiran 41. Sidik Ragam Jumlah Anakan (buah) Umur 6 MST pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
68
Lampiran 42. Data Uji BNt/LSD Untuk Jumlah Anakan (buah) Umur 6
MST pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
69
Lampiran 43. Data Pengamatan Umur Panen (hari) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
70
Lampiran 44. Sidik Ragam Umur Panen (hari) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
70
Lampiran 45. Data Uji BNt/LSD untuk Umur Panen (hari) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
71
Lampiran 46. Data Pengamatan Berat Umbi Basah (gr) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
72
Lampiran 47. Sidik Ragam Berat Umbi Basah (gr) pada Perlakuan
Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap Tanaman
Bawang Merah
72
Lampiran 48. Data Uji BNt/LSD Untuk Berat Umbi Basah (gr) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
73
Lampiran 49. Data Pengamatan Berat Umbi Kering Ekonomi (gr) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
74
Lampiran 50. Sidik Ragam Berat Umbi Kering Ekonomi (gr) pada
Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Tanaman Bawang Merah
74
Lampiran 51. Data Uji BNt/LSD Untuk Berat Umbi Kering Ekonomi (gr)
pada Perlakuan Varietas dan Frekuensi Penyiraman
terhadap Tanaman Bawang Merah
75
Lampiran 52. Dokumentasi Penelitian
76
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Bawang merah adalah salah satu komoditas unggulan di beberapa daerah
di Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan
beberapa zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti
kanker dan pengganti antibiotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta
penurunan kadar gula darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung
kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).
Tanaman bawang merah membutuhkan kondisi air tanah yang baik, yaitu
air tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab, tetapi tidak becek) sejak
tumbuh hingga pembentukan umbi dan perkembangan umbinya. Kekeringan pada
saat pertumbuhan vegetatif dapat menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan
kekeringan pada saat pembentukan umbi dapat menggagalkan panen. Sebaliknya,
tanah yang becek akan memudahkan berjangkitnya penyakit busuk umbi (Botritys
allii) (Rukmana, R. 2007).
Adanya pemanasan global mengakibatkan terjadinya perubahan iklim
yang tidak menentu beberapa tahun belakangan ini. Hal ini merupakan ancaman
yang dihadapi dalam usaha pengembangan usaha budidaya bawang merah. Musim
kemarau yang berkepanjangan menimbulkan adanya kekeringan di banyak lahan
pertanian yang yang berujung pada gagal panen akibat kekurangan air.
Berubahnya waktu musim hujan juga menyulitkan petani untuk menentukan masa
tanam yang tepat. Demikian juga adanya perubahan cuaca yang eksterm
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga menimbulkan dampak
menurunnya kualitas dan produktivitas lahan (Santoso, D.J., 2013). Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan varietas yang tahan akan
kondisi lingkungan yang kering, dikarenakan daerah-daerah sentra bawang merah
merupakan daerah yang kering seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Sulawesi.
1
2
Untuk mencapai hasil dan pertumbuhan yang maksimal, selain ditentukan
oleh faktor genetik, juga dipengaruhi seberapa baik tanaman mampu beradaptasi
dengan kondisi lingkungan dimana tanaman tumbuh. Umumnya tanaman bawang
merah ditanam di musim kemarau. Namun di beberapa sentra produksi bawang
merah, penanaman bawang merah tidak mengenal musim dan dapat ditanam
kapan saja dengan sistem budidaya yang intensif. Masalah utama usaha tani
bawang merah bila penanaman di luar musim adalah tingginya resiko kegagalan
panen. Tingginya resiko kegagalan panen tersebut disebabkan karena faktor
pembatas yang berkaitan dengan lingkungan tumbuh yang kurang menguntungkan.
Terjadinya keterbatasan air dapat disebabkan oleh rendahnya curah hujan
terutama pada awal musim kemarau dan akhir musim hujan. Cekaman kekeringan
pada lahan kering disebabkan oleh kadar lengas tanah yang rendah. Kekurangan
air dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman karena selain
menghambat proses fotosintesis juga dapat menghambat proses penyerapan unsur
hara dari dalam tanah oleh akar tanaman (Muis, A., Indradewa, D., dan Widada,
J., 2013).
Kebutuhan air tanaman ditentukan berdasarkan nilai kandungan air (%)
pada keadaan kapasitas lapang (pF 2,54) dan nilai kandungan air (%) pada
keadaan titik layu permanen (pF 4,2). Kapasitas lapang adalah jumlah air
maksimum yang mampu ditahan oleh tanah. Sedangkan titik layu permanen
adalah kandungan air tanah saat tanaman yang berada di atasnya mengalami layu
permanen atau tanaman sulit hidup kembali meski telah ditambahkan sejumlah air
yang mencukupi. Selisih antara kadar air tanah pada kapasitas lapang dan titik
layu permanen disebut air tersedia (Marsha, D,N., Aini, N., dan Sumarni, T.
2014).
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah produksi bawang merah tahun
2013 sebesar 1,011 juta ton atau terjadi kenaikan jumlah produksi bila
dibandingkan tahun 2012 sebesar 4,83%, yaitu 964,22 ribu ton. Untuk jumlah
produksi bawang merah berdasarkan triwulan tahun 2013 maka pada triwulan I
sebesar 242.929 ribu ton, triwulan II 237.753 ribu ton, triwulan III sebesar
3
299.299 ribu ton, dan triwulan IV 230.792 ribu ton. Pada tahun 2013 produksi
bawang merah 1.010.773 ton dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebanyak
22,08 % yaitu 1.233.983 ton. Provinsi yang mengalami perkembangan produksi
bawang merah tertinggi pada tahun 2013 terjadi di Sumatera Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan NTT. Sedangkan, penurunan cukup drastis
terjadi di Sumatera Utara, Jambi, Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi
Tengah (BPS, 2015).
Menurut Gultom (2014) pasar bawang merah di Sumatera Utara sudah
sangat didominasi oleh bawang merah impor, seperti yang berasal dari India,
Srilanka, Philippina, Peking, Pakistan, dan Thailand. Sedangkan untuk bawang
merah (Allium cepa var. Ascalonicum) lokal yang berasal dari Samosir ditemukan
tidak sebanyak varietas impor yang ada. Hal ini tentu saja kurang menguntungkan
bagi para petani bawang merah lokal. Di Paropo dan Tongging, Sumatera Utara,
para petani sudah melakukan penanaman bawang merah varietas impor seperti
Thailand, Philippina, dan Srilanka di daerah mereka, namun hanya sedikit yang
menanam varietas Samosir.
Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
diuraikan
diatas,
untuk
mendapatkan varietas yang tahan kering maka perlu dilakukan penelitian terhadap
Pengaruh Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produksi 3 (Tiga)
Varietas Bawang Merah (Allium cepa var. Ascalonicum L.).
1.2.
Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, ruang lingkup permasalahan dibatasi pada pengaruh
frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas
bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok,
Samosir, dan Vietnam yang ditanam di Kota Medan.
1.3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
4
1. Bagaimana pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?
2. Bagaimana pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?
3. Bagaimana interaksi antara varietas dan frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam?
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh perbedaan varietas terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.
2. Mengetahui pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan
produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum
L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.
3. Bagaimana interaksi antara varietas dan frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum L.) yaitu varietas Bangkok, Samosir, dan Vietnam.
1.5.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :
1. Sebagai sumber informasi pengaruh frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum).
2. Sebagai sumber referensi pengaruh frekuensi penyiraman terhadap
pertumbuhan dan produksi 3 (Tiga) varietas bawang merah (Allium cepa
var. ascalonicum L.) bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut.
5
1.6.
Definisi Operasional
1. Frekuensi Penyiraman : Banyaknya penyiraman yang dilakukan per satuan
waktu.
2. Pertumbuhan
: Proses pertambahan ukuran, volume dan massa
yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya pembesaran sel
dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel.
3. Produksi
: Proses mengeluarkan hasil.
4. Varietas
: Suatu peringkat taksonomi sekunder di bawah
spesies.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang telah dilakukan
maka diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Pengaruh varietas nyata pengaruhnya pada parameter pengamatan jumlah
anakan pada umur 3 MST.
2. Pengaruh frekuensi penyiraman tidak nyata pengaruhnya pada seluruh
parameter pengamatan.
3. Interaksi varietas Vietnam dengan frekuensi penyiraman 1x7 hari (V3W4)
dengan tinggi tanaman, jumlah helaian daun, jumlah anakan, dan bobot umbi
kering ekonomi terbaik. Sedangkan bobot umbi basah terbaik diperoleh pada
interaksi varietas Vietnam dengan frekuensi penyiraman 1x5 hari (V3W3).
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada varietas bawang merah yang
lainnya dengan menggunakan perlakuan yang sama.
38
DAFTAR PUSTAKA
Abdirahman, M.M., Shamsuddin, J., Teh, Boon, SC., Megat, WPE., Ali, PQ,
(2014), Effect of drip Irrigation Frequency, Fertilizer Source, and Their
Interaction and Dry Metter and Yield Componen of Sweet Corn, Aust, J, of
Crop Sci 8,2: 223-231.
Badan Pusat Statistik dan Dirjen Hortikultura Sumatera Utara, (2015), Produksi
dan Impor Bawang Merah di Sumatera Utara, diakses
darihttp://www.bpsu.go.id [26 September 2015].
Baihaki, A., (2002), Review Pemuliaan Tanaman dalam Industri Perbenihan di
Indonesia, Hlm, 1-6 Dalam E, Murniati, dkk, (ed.), Industri Benih di
Indonesia: Aspek Penunjang Pengembangan. Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih BDP, Faperta IPB, Bogor, 291 p.
Cheema, K.L., Saeed, A., dan Habib, M., (2003), Effect of Sowing Date on Set
Size in Various Cultivar of Onion (Allium cepa L.), Int, J, Agri, Biol., 5(2):
185-187.
Deptan, (2010), Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah,
Departemen Pertanian, Bogor, http://www.litbang.deptan.go.id [26
September 2015].
Dewi, P., dan Jumini, (2012), Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tomat Akibat
Perlakuan Jenis Pupuk, Jurnal Floratek 7: 76-84.
Erythrina, (2013), Perbenihan dan Budidaya Bawang Merah, Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan dan
Swasembada Beras Berkelanjutan di Sulawesi Utara, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Gultom, T., (2014)., Sumber Benih Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum
Group) yang Diperdagangkan dan Ditanam di Sumatera Utara, Seminar
Nasional Inovasi dan Teknologi Informasi 2014 (SNITI), halaman 10-15.
Guslim, (2011), Agroklimatologi, USU Press, Medan.
Hadiati, S., (2010), Pendugaan Jarak Genetik dan Hubungan Kekerabatn Nanas
Berdasarkan Analisis Isozim, Balai Penelitian Tanaman Buah Solok,
Jurnal Hortikultura 13(2): 87-94.
39
40
Hermiati, (2000), Pengantar Pemuliaan Tanaman, Universitas Padjadjaran.
Irawan, D., (2010), Bawang Merah dan Pestisida, Badan Ketahanan Pangan
Sumatera Utara, Medan, http://www.bahanpangan.sumutprov.go.id[26
September 2015].
Makmur, A., (2003), Pemuliaan Tanaman Bagi Lingkungan Spesifik, IPB, Bogor.
Marsha, D,N., Aini, N., dan Sumarni, T., (2014), Pengaruh Frekuensi dan Volume
Pemberian Air pada Pertumbuhan Tanaman Crotalaria mucronata Desv,
Jurnal Produksi Tanaman 2:673-678
Muis, A., Indradewa, D., dan Widada, J., (2013), Pengaruh Inokulasi Mikoriza
Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (glycine max (l.)
Merrill) pada Berbagai Interval Penyiraman. Jurnal Vegetalika 2. 7-20.
Praba, M.L., Cairns, J.E., Babu, R.C., Lafitte, H.R., (2009), Identification of
Physiological Traits Underlying Cultivar Differences in Drought
Tolerance in Rice and Wheat, J, Agro Crop Sci, 195 : 30-46
Pinheiro, C., dan Chaves, M., (2011), Photosynthesis and Drought ; can we make
Metabolic Connection from Available Data, J, Exp, Bot, 62:869-882.
Pitojo, S., (2005), Benih Tomat, Kanisius, Yogyakarta.
Quadratullah, M. F., (2014), Statistika Terapan, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Rahayu, E., dan Berlian N. V. A., (2007), Bawang Merah, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rukmana, R., (2007), Bawang Merah Dari Biji, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang.
Santoso, D. J., (2013), Strategi Pengembangan Bawang Merah dalam Rangka
Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Nganjuk, Jurnal Manajemen
Agribisnis, Vol 13, No.2.
Sarawa, (2009), Fisiologi Tanaman : Pendekatan Praktis, Unhalu Press.
41
Sriwijaya, B., dan Haryanto, Didiek., (2013), Kajian Volume dan Frekuensi
Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Vertisol,
Jurnal AgriSains 4 : 2086-7719
Suhaeni, N., (2007), Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah, Jembar,
Bandung.
Susanto, S., Hartanti B., Khumaida N., (2010), Pertumbuhan Vegetatif dan
Generatif Stroberi pada Sistem Fertigasi Yang Berbeda, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB, Kumpulan Makalah Seminar
Ilmiah Perhoti, ISBN: 978-979-25-1262-5, 460-471
Sweeney, D.W., J.H. Long, and M.B. Kirkham, (2003), A Single Irrigation to
Improve Early Maturing Soybean Yield and Quality, Soil Sci, Soc, Am, J,
67: 235-240
Tim Bina Karya Tani, (2008), Pedoman Bertanam Bawang Merah, Yrama Widia,
Bandung.
Wibowo, S., (2009), Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay, Penebar
Swadaya, Jakarta.