ANALISIS PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEJAHATAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH MASSA (Studi Pada Wilayah Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEJAHATAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH MASSA (Studi Pada Wilayah Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

Oleh

Tri Anggoro Harimurti

Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu timbul dan tenggelam sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan keadaan-keadaan masyarakat dengan terjadinya kejahatan kekerasan seperti faktor kemiskinanan, kesenjangan ekonomi, sosial budaya, perubahan masyarakat dan sebagainya. Tindakan anarkis yang dilakukan oleh masyarakat merupakan fenomena yang berdampak sangat luas, terutama menghambat program pembangunan dalam pelaksanaanya dan memberi pengaruh pula pada bidang ekonomi, keamanan, penegakan hukum, citra aparatur dan institusi penegak hukum. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang?. Bagaimanakah pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang?.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan empiris yang menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui studi lapangan. Dan data sekunder diperoleh melalui cara analisis kualitatif dan pengambilan sampel secara purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah 2 orang Jaksa di Kejaksaan Negeri Lampung, 2 Orang penyidik Kepolisian Poltabes di Bandar Lampung, dan 2 Orang hakim di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Penulis menyimpulkan bahwa latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa terdiri


(2)

dari faktor lingkungan, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, faktor sosial, faktor kebudayaan, dana faktor ekonomi serta faktor yang timbul dari diri sendiri yang mendorong kita untuk melakukan tindakan kekerasan. Dikarenakan ketidakpercayaan kepada penegak hukum dan pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa yang berdasarkan pada Pasal 170 KUHP, Pasal 55 KUHP dan Pasal 358 KUHP.

Pada akhir penelitian ini Penulis memberikan saran yaitu mengharapkan kepada aparat penegak hukum agar dapat menerapkan dan menegakkan peraturan dan menghukum para pelaku tindak pidana kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa dengan seadil-adilnya dan membuat para pelaku jera. Tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh massa ini dapat diminimalisir dan hendaknya aparat penegak hukum dapat meningkatkan upaya pencegahan (preventif) terhadap terjadinya suatu tindak pidana dengan kekerasan oleh massa dengan cara melakukan patroli secara rutin terhadap daerah yang rawan terjadinya suatu tindak pidana, dan memberikan upaya penyadaran hukum kepada masyarakat sebagai upaya pre-emitif.


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulilah puji syukur Penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahNya maka Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEJAHATAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH MASSA (Studi Pada Wilayah Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang). Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan baik dari segi isi maupun format penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat Penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan Penulis mengucapkan penghargaan dan rasa terima kasih yang tulus serta rasa penghormatan kepada:

1. Bapak Adius Semenguk, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H, M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Univeristas lampung.

3. Ibu Diah Gustiniati M, S.H, M.H., selaku Pembimbing I yang telah berkenan membimbing dan memberikan petunjuk serta nasehat-nasehat yang sangat berharga dalam penulis skripsi ini.


(4)

4. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah berkenan membimbing, memberikan saran dan kritikan serta perhatian dan nasehat-nasehat yang sangat berharga dalam penulis skripsi ini.

5. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan kritik dan saran yang dapat membangun pada penulisan skripsi ini.

6. Ibu Rini Fhatonah, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan kritik dan saran yang dapat membangun dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Heni Siswanto, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan motivasinya yang telah diberikan selama Penulis menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Bapak Kompol Ardian Indra Nurinta, S.I.K, selaku Kasatreskrim Poltabes Bandar Lampung yang telah menyediakan waktu untuk diwawancarai sebagai responden dalam penulisan skripsi ini.

9. Bapak Briptu Yudi Rubiansen, S.H., selaku Penyidik Kepolisian di Poltabes Bandar Lampung yang telah menyediakan waktu untuk diwawancarai sebagai responden dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak Adriana, S.H., M.Hum dan Bapak Jumali, S.H., M.Hum, selaku Jaksa Pada Kejaksaan Negeri Tanjung Karang yang telah menyediakan waktu untuk diwawancarai sebagai responden dalam penulisan skripsi ini.

11. Bapak Jesden Purba, S.H. dan Bapak Andreas Suharto, S.H., selaku Hakim Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang yang telah menyediakan waktu untuk diwawancarai sebagai responden dalam penulisan skripsi ini.


(5)

12. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang ilmu hukum kepada Penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

13. Seluruh Staf Akademik dan Staf Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Lampung atas segala bantuannya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan studi Penulis.

14. Kedua orangtuaku yang tercinta, Mbak Putri, Mas Heri, Mas Diki, Mbak Evi, Hendro, Dani, dan keponakan-keponakanku yang baik dan lucu-lucu Anggi, Seno, Ambar, Nares, Ozy, Diva, Rafi dan Kayla yang telah memberikan doa, perhatian, kasih sayang, dan dukungan selama ini dan seterusnya.

15. Seluruh keluargaku dan Mas Wawan serta keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Seseorang yang telah menjadi inspirasiku dan motivasiku.. “Reni Hutapea”.. yang telah menemani dan menyanyangiku serta memberikan doa dan dukungan yang terbaik.

17. My friends Hukum’04 Angga Wahyu Effendi, S.H, Ferdi S.E, Taufik “Kekew” Akbar, Marta Satria Subing, S.H., Arista Wijaya, Therik, Paul, Dani Radit Bob, Loverianda, Christian, Riqi, Tiara, Robin, Ujank, Beni, Aris, dan yang lainnya yang tidak tersebutkan satu persatu.

18. Biliard friends Feri, Oot, Wanda, ucok (Andreas P), Tiara,Angga dan Oki, Bombom, Ari (Onyong) dan lainnya.


(6)

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2010 Penulis,


(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu berubah sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan keadaan-keadaan masyarakat dengan terjadinya kejahatan kekerasan seperti faktor kemiskinanan, kesenjangan ekonomi, sosial budaya, perubahan masyarakat dan sebagainya. Tindakan anarkis yang dilakukan oleh masyarakat berdampak sangat luas, terutama menghambat program pembangunan dalam pelaksanaanya dan memberi pengaruh pula pada bidang ekonomi, keamanan, penegakan hukum, citra aparatur dan institusi penegak hukum.

Kejahatan atau tindak pidana sebagai salah satu bentuk dan perilaku menyimpang, bukanlah merupakan sikap bawaan sejak lahir (hereditas) atau karena warisan biologis seseorang, tetapi kejahatan dapat timbul karena banyak sebab. Salah satunya adalah dampak negatif dari reformasi yang ditafsirkan secara keliru oleh masyarakat. Bentuk kejahatan yang banyak terjadi pada saat ini salah satunya adalah kejahatan dengan kekerasan (violence} yang dilakukan secara beramai-ramai (massa). Kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa mengesankan bahwa tidak ada lagi aturan atau perbuatan kejahatan kekerasan


(8)

yang dilakukan oleh massa, dapat terjadi dalam beberapa contoh kasus di mana kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa seringkali dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang tertangkap tangan pelaku tindak pidana pencurian, perampokan dan sebagainya dengan jalan menganiaya pelaku sampai mati atau bahkan pelaku tersebut dibakar hidup-hidup.

Berdasarkan fenomena persoalan hukum dan penegakannya, hukum seolah-olah tidak berfungsi dan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum. Hal tersebut dapat terjadi karena masyarakat merasa tidak puas dengan proses penegakan hukum yang terjadi, ketidakpuasan bermuara pada kinerja penegak hukum di dalam menjalankan fungsi dan peran penegakan hukum yang tidak memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat tertentu. Berkaitan hal ini masyarakat dapat memberikan penilaian contoh kasus dalam tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat yang mempunyai dukungan publik atau organisasi politik penegakan hukumnya sangat berbeda apabila pelaku tindak pidananya adalah orang biasa pada umumnya.

Tindak pidana berupa kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa, apabila tidak dilakukan upaya penanggulangannya secara baik dan benar, kejahatan ini akan terus meningkat dan menjadi mode/cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memaksakan kehendaknya. Hal tersebut sangat berdampak negatif dalam proses penegakan hukum, seolah-olah hukum dan penegakannya tidak berfungsi. Tidak berfungsinya hukum dan penegakannya menjadikan masyarakat semakin tidak percaya terhadap, hukum dan lembaga atau pranata hukumnya, sehingga hal tersebut akan mengaburkan rasa kepastian hukum.


(9)

Kepolisian Republik Indonesia (selanjutnya disingkat dengan POLRI) sebagai aparat penegak hukum dan Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), mempunyai posisi kunci, karena dalam penegakan hukum dan pembinaan Kamtibmas POLRI sebagai garda terdepan yang pertama kali dan berhadapan langsung dengan masyarakat pelanggar hukum (pelaku kejahatan).

Menurut Satjipto Rahardjo, hukum akan mengalami perwujudannya, terutama hubungannya dengan hukum pidana. Akan tetapi perlu disadari pula bahwa POLRI dalam melakukan upaya penegakan hukum juga mempunyai keterbatasan. tetapi bagaimanapun juga peranan POLRI sangat mengemuka dalam upaya penanggulangan kejahatan, karena hal tersebut menyangkut tugas, fungsi dan peranannya dalam menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa yang kemudian dituangkan dalam bentuk penelitian skripsi dengan judul "Analisis Penjatuhan Pidana Terhadap Pelaku Kejahatan Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Massa (Studi pada Wilayah Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)"

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :


(10)

1. Bagaimanakah latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang?

2. Bagaimanakah pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas, maka yang akan menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang?

2. Bagaimankah pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang?

C. Tujuan dan Kcgunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang.


(11)

2. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang teori-teori yang berhubungan dengan tindakan yang dikategorikan pelanggaran kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dalam rangka pengembangan teori-teori ilmu hukum, khususnya hukum pidana mengenai penanggulangan kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa.

2. Secara Praktis

a. Memberikan sumbangan (rekomendasi) kepada masyarakat dan pemerintah khususnya Kepolisian dalam penanggulangan kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa serta memahami tugas-tugas yang diemban oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.

b. Memberikan kepastian kriteria kepada masyarakat dan kepolisian tentang apa yang dimaksud dengan perbuatan yang dikategorikan pelanggaran kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa.


(12)

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Menurut Soerjono Soekanto (1999: 73), kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana adalah sebagai berikut :

a) Faktor Internal

1. Kejiwaan Pelaku Kejahatan Yang Tidak Sehat

Kejiwaan pelaku yang kurang sehat cenderung mereka berperilaku yang yang tidak sehat pula dengan melakukan kejahatan kekerasan yang melawan hukum. Kondisi ini disebabkan oleh konflik mental yang berlebihan. Selain itu juga daya emosional pelaku kejahatan kekerasan yang tidak stabil, sehingga mendorongnya untuk melakukan kejahatan kekerasan.

2. Rendahnya Pendidikan Formal dan Kurangnya Pengetahuan Pelaku Kejahatan.

Rendahnya pendidikan formal pelaku kejahatan kekerasan membuatnya tidak berpikir panjang dalam melakukan kejahatan kekerasan sehingga cenderung hidup semaunya tanpa memikirkan keamanan orang lain.


(13)

3. Minimnya Pendidikan Agama

Seseorang yang kurang mendapatkan pendidikan agama secara baik dan benar akan berpotensi untuk melakukan kejahatan kekerasan yang sifatnya melanggar hukum. Karena pelaku kejahatan kekerasan tersebut tidak memiliki landasan yang kokoh dalam membentengi perilakunya dalam tindakan.

b) Faktor Eksternal

1. Faktor Orangtua

Salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan adalah kurangnya kontrol orang tua yang berpotensi menjadi pelaku kejahatan kekerasan. Hal ini dapat memberikan peluang kepada para pelaku kejahatan secara leluasa berbuat jahat. Selain itu pada masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau terbelakang, faktor pengetahuan yang rendah tentang penegakan hukum juga menjadi pendukung terjadinya kejahatan kekerasan yang dilakukan massa.

2. Faktor Masyarakat dan Lingkungan

Masyarakat menjadi faktor pendukung terjadinya kejahatan kekerasan karena mengenai hal-hal rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana dan kepada siapa mencari perlindungan hukum, ajakan teman-teman pelaku yang sifatnya merasa kebersamaan untuk melakukan kejahatan kekerasan. Kehidupan yang keras dengan perekonomian yang sulit sekarang ini juga sangat memacu untuk ikut-ikutan melakukan


(14)

kejahatan kekerasan . Kurangnya sosialisasi khusus pada masyarakat terpencil dan perekonomian yang rendah.

3. Faktor Penegak Hukum

Penegak hukum menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan kekerasan, hal ini dapat dilihat kurang maksimalnya aparat penegak hukum bekerja menjaga keamanan disetiap titik daerah yang kurang aman. Penegak hukum juga kurang mensosialisasikan Pasal 170 KUHP (Barang Siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan). Penegak hukum pun sering terjadi pembelaan yang tidak adil terhadap masyarakat kecil. Sehingga fungsi penegak hukum/pengadilan bukan lagi tempat untuk mencari keadilan.

Dalam hal menjawab permasalahan ke-2 yang dijadikan teori pasal 170 KUHP yang berbunyi :

(1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan.

Oleh karena kejahatan kekerasan yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa maka digunakan juga teori yang terdapat dalam pasal 55 KUHP, adapun isinya dalam pasal 55 adalah :


(15)

1) Dipidana sebagai pembuat delik

a) Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan

b) Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

2. Konseptual

Menurut Soerjono Soekanto (1999: 112), konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka peneliti akan melakukan analisis pokok-pokok bahasan dalam penelitian ini dan memberikan batasan pengertian yang berhubungan dengan penulisan skripsi. Adapun batasan istilah yang digunakan sebagai berikut :

1. Analisis adalah proses penginterprestasian untuk mengungkapkan suatu masalah agar menemukan titik pemecahan permasalahan tersebut ( Gunawan Adi Saputa 152 : 2006)

2. Penjatuhan pidana adalah suatu tindakan yang dijatuhkan kepada orang yang melakukan kejahatan atau kesalahan (Kamus Bahasa Indonesia 119 : 2004)


(16)

3. Pelaku adalah mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan ( Pasal 55 KUHP )

4. Kejahatan dan kekerasan adalah Barang Siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan ( Pasal 170 KUHP).

5. Massa adalah sekelompok orang yang saling beraktivitas satu sama lain (Awaloedin Djamin : 121 : 2004)

6. Pengadilan Tinggi Negeri adalah pengadilan tingkat pertama, selanjutnya adalah pengadilan tinggi atau pengadilan tingkat banding, dan Mahkamah Agung (Satjipto Rahardjo : 187 : 2008)

E. Sistematika Penulisan

Dalam upaya memudahkan maksud dari penelitian ini serta dapat dipahami, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam V (lima) Bab secara berurutan dan saling berhubungan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan penelitian dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konsepsional dan sistematika penulisan.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini dikemukakan tentang pengertian pidana dan jenis-jenis pidana, pengertian tindak pidana dan jenis-jenis tindak pidana, pengertian penegakan hukum tentang kejahatan kekerasan dan kebijakan kriminal.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan langkah-langkah atau cara yang dilakukan dalam penelitian yang meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisa data

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan hasil penelitian permasalahan latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa, pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa dan upaya hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan disertai saran-saran sebagai alternatif pemecahan masalah dan perbaikan yang dianggap perlu di masa yang akan datang.


(18)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa antara lain terdiri dari : faktor lingkungan, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, faktor kebudayaan, dan faktor ekonomi, serta fakor yang timbul dari dirinya sendiri yang mendorong kita melakukan tindakan kejahatan kekerasan akibat ketidakpercayaan kepada penegak hukum.

2. Pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa berdasarkan pada Pasal 170 dan Pasal 358 KUHP. Pasal 170 KUHP berbunyi :

1) Barangsiapa dengan terang-terangan - dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.


(19)

2) Yang bersalah diancam :

a) Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;

b) Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat;

c) Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

3. Pasal 89 tidak diterapkan.

Sedangkan Pasal 358 berbunyi :

Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di mana terlibat beberapa orang, selain bertanggung jawab masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya diancam : Kesatu, dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan jika akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka. Kedua, dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati. Untuk memenuhi rumusan pasal ini, maka keikutsertaan dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan dengan sengaja. Pelaku harus menghendaki untuk terlibat dalam penyerangan, dan bukan karena ia tersangkut secara kebetulan.


(20)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai alternatif penyelesaian permasalahan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :

1. Mengharapkan kepada aparat penegak hukum agar dapat menerapkan dan menegakkan peraturan dan menghukum para pelaku tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh orang banyak yang seadil-adilnya dan membuat para pelaku akan jera dan tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama dapat diminimalisir.

2. Hendaknya aparat penegak hukum dapat fneningkatkan upaya pencegahan (preventif) terhadap terjadinya suatu tindak pittana dengan kekerasan misalnya dengan melakukan patroli secara rutin terhadap daerah yang rawan terjadinya suatu tindak pidana, memberikan upaya penyadaran hukum kepada masyarakat sebagai upaya pre-emtif.


(1)

9 1) Dipidana sebagai pembuat delik

a) Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan

b) Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

2. Konseptual

Menurut Soerjono Soekanto (1999: 112), konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka peneliti akan melakukan analisis pokok-pokok bahasan dalam penelitian ini dan memberikan batasan pengertian yang berhubungan dengan penulisan skripsi. Adapun batasan istilah yang digunakan sebagai berikut :

1. Analisis adalah proses penginterprestasian untuk mengungkapkan suatu masalah agar menemukan titik pemecahan permasalahan tersebut ( Gunawan Adi Saputa 152 : 2006)

2. Penjatuhan pidana adalah suatu tindakan yang dijatuhkan kepada orang yang melakukan kejahatan atau kesalahan (Kamus Bahasa Indonesia 119 : 2004)


(2)

3. Pelaku adalah mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan ( Pasal 55 KUHP )

4. Kejahatan dan kekerasan adalah Barang Siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan ( Pasal 170 KUHP).

5. Massa adalah sekelompok orang yang saling beraktivitas satu sama lain (Awaloedin Djamin : 121 : 2004)

6. Pengadilan Tinggi Negeri adalah pengadilan tingkat pertama, selanjutnya adalah pengadilan tinggi atau pengadilan tingkat banding, dan Mahkamah Agung (Satjipto Rahardjo : 187 : 2008)

E. Sistematika Penulisan

Dalam upaya memudahkan maksud dari penelitian ini serta dapat dipahami, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam V (lima) Bab secara berurutan dan saling berhubungan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan penelitian dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konsepsional dan sistematika penulisan.


(3)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini dikemukakan tentang pengertian pidana dan jenis-jenis pidana, pengertian tindak pidana dan jenis-jenis tindak pidana, pengertian penegakan hukum tentang kejahatan kekerasan dan kebijakan kriminal.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan langkah-langkah atau cara yang dilakukan dalam penelitian yang meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisa data

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan hasil penelitian permasalahan latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa, pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa dan upaya hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan disertai saran-saran sebagai alternatif pemecahan masalah dan perbaikan yang dianggap perlu di masa yang akan datang.


(4)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa antara lain terdiri dari : faktor lingkungan, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, faktor kebudayaan, dan faktor ekonomi, serta fakor yang timbul dari dirinya sendiri yang mendorong kita melakukan tindakan kejahatan kekerasan akibat ketidakpercayaan kepada penegak hukum.

2. Pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa berdasarkan pada Pasal 170 dan Pasal 358 KUHP. Pasal 170 KUHP berbunyi :

1) Barangsiapa dengan terang-terangan - dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.


(5)

51 2) Yang bersalah diancam :

a) Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;

b) Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat;

c) Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

3. Pasal 89 tidak diterapkan. Sedangkan Pasal 358 berbunyi :

Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di mana terlibat beberapa orang, selain bertanggung jawab masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya diancam : Kesatu, dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan jika akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka. Kedua, dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang mati. Untuk memenuhi rumusan pasal ini, maka keikutsertaan dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan dengan sengaja. Pelaku harus menghendaki untuk terlibat dalam penyerangan, dan bukan karena ia tersangkut secara kebetulan.


(6)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai alternatif penyelesaian permasalahan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut :

1. Mengharapkan kepada aparat penegak hukum agar dapat menerapkan dan menegakkan peraturan dan menghukum para pelaku tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh orang banyak yang seadil-adilnya dan membuat para pelaku akan jera dan tindak pidana kekerasan yang dilakukan secara bersama-sama dapat diminimalisir.

2. Hendaknya aparat penegak hukum dapat fneningkatkan upaya pencegahan (preventif) terhadap terjadinya suatu tindak pittana dengan kekerasan misalnya dengan melakukan patroli secara rutin terhadap daerah yang rawan terjadinya suatu tindak pidana, memberikan upaya penyadaran hukum kepada masyarakat sebagai upaya pre-emtif.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEJAHATAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH MASSA (Studi Pada Wilayah Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 3 12

ANALISIS PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEJAHATAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH MASSA (Studi Pada Wilayah Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 3 6

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK (Studi di Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang)

0 5 2

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK (Studi di Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang)

0 16 19

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN DOKUMEN PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 7 55

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNG KARANG TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 46/Pid.B(A)/2012/PN.T.K.)

0 45 52

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus Perkara Nomor 383/Pid.B/2012 PN.TK di Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 18 40

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PIDANA REHABILITASI SEBAGAI IMPLEMENTASI PEMBAHARUAN PIDANA BAGI PENGGUNA NARKOTIKA (Studi pada Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)

0 7 52

PENJATUHAN PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI PAINAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKAWINAN ANTARA KORBAN DAN PELAKU.

0 0 11

Denda Adat dalam Penjatuhan Pidana (Studi Kasus Kejahatan Kekerasan Di Pengadilan Negeri Merauke-Papua)

0 0 11