2
1. Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran di kelas terdapat interaksi melibatkan antara guru dan siswa dimana materi pelajaran merupakan perantara yang mengharuskan
siswa lebih aktif dari pendidik. Dalam hal ini terdapat masalah yang mempengaruhi peserta didik terhadap proses tersebut. Pembelajaran konvensional
cenderung berfokus terhadap guru dikelas, yang pada umumnya guru didalam kelas lebih mendominasi untuk memaparkan materi dari awal higga akhir.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observasi di SMK Negeri 1 Pablean kelas XI RPL 1, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang.
Guru masih menggunakan pembelajaran biasa atau konvensional. Proses dalam kegiatan belajar respon, perhatian dan kedisiplinan siswa dalam belajar dikelas
rendah, sebab guru masih menggunakan model pembelajaran biasa yang hanya fokus terhadap pemaparan materi berdasarkan buku LKS kemudian memberikan
tugas kepada siswa. Pembelajaran ini mengakibatkan guru menjadi pusat kegiatan belajar, sehingga pembelajaran
cenderung membosankan. Guru tidak
menggunakan pembelajaran yang bervariasi, sehingga pembelajaran menjadi cenderung pasif. Siswa tidak dibiasakan secara sengaja untuk berpartisipasi dalam
seluruh rangkaian pembelajaran. Hasil belajar yang optimal hanya mungkin dicapai apabila guru dan siswa melakukan keaktifan yang direncanakan secara
sengaja [1].
Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya
dengan model pembelajaran kooperatif Think Pairs Share
TPS
. Model pembelajaran
TPS
ini memfasilitasi siswa bisa untuk bekerja berdua Pair. Keuntunngannya adalah siswa bisa sharing dengan teman lebih efektif jika pada
model lain siswa berkelompok, sharingnya terlalu luas. Sehingga kesempatan untuk mencoba lebih sedikit. Apalagi jika ada siswa yang sifatnya mendominasi
kelompok maka akan ada siswa yang pasif dalam kelompok tersebut, dalam
TPS
siswa bisa mengemukakan pendapat atau unjuk kerja dengan lebih efektif. Pendekatan
SAVI
juga menuntut siswa mengoptimalkan panca indra yang dimiliki.
SAVI
berarti somatis S yang bermakna gerakan tubuh, auditori A yang bermakna bahwa belajar harus berbicara dan mendengar, visual V yang berarti
belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan intelektual I belajar dengan memecahkan masalah. Pengertian ini menekankan bahwa pendekatan
SAVI
harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa [2]. Namun, menurut
Wijayanti et al[3], pendekatan
SAVI
masih memiliki kekurangan yaitu kurang mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dalam penelitian tersebut sikap sosial
belum terlihat sehingga perlu dikemas dalam model pembelajaran kooperatif. Dengan penerapan model pembelajaran
TPS
dengan Pendekatan
SAVI
diharapkan bisa meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga siswa bisa mendalami materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru sehingga akan menjadi suatu proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa yang nantinya bisa membuat peningkatan hasil belajar siswa.
3
2. Tinjauan Pustaka