3
2. Tinjauan Pustaka
Hasil peneltian tentang STAD berpendekatan
SAVI
oleh Wijayanti at al di SMP Negeri 14 Surakarta menunjukkan bahwa pengintegrasian antara pendekatan
SAVI
dengan model pembelajaran kooperatif STAD ini memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa karena dalam pendekatan pembelajaran ini telah
mengembangkan panca indra siswa, intelektual dan keterampilan social secara maksimal. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar ranah psikomotor dan afektif
[3].
Hasil penelitian kedua tentang model pembelajaran NHT berbasis
SAVI
dilakukan Kusuma at al Tahun 2008 di SMA N 1 Wirosari menunjukkan bahwa model pembelajaran
NHT
berbasis
SAVI
dapat meningkatkan hasil siswa dalam pembelajaran kimia pokok bahasan laju reaksi. Hasil belajar kognitif siswa siklus
I ke II meningkat 4 sedangkan siklus II ke III mengalami peningkatan 5,73. [4].
Hasil penelitian ketiga tentang model pembelajaran
Think Pair Share
telah dilakukan oleh Istiandaru dalam penelitiannya dengan menggunakan E-Learning
Moodle terhadap hasil belajar dan kecemasan matematika siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Bae Kudus pada materi Logika Matematik oleh Istiandaru
menunjukkan bahwa hasil siswa yang diajar dengan menggunakan
TPS
lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model konvensional. [5].
TPS Think Pair Share
adalah salah satu tipe model Cooperative
Learning yang dikembangkan oleh Frank Lyman [6]. Saad mengemukakan bahwa terdapat lima prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam menerapkan
Cooperative Learning
, yaitu [7]: 1
Saling ketergantungan positif
positive interdependence
, artinya masing- masing anggota kelompok harus merasa saling membutuhkan dalam
menyelesaikan tugasmasalah dari guru. Dalam pembelajaran
TPS
, prinsip saling ketergantungan positif terjadi karena siswa saling membutuhkan satu
sama lain dalam pasangan-pasangan belajar. Tanpa kontribusidari kawan pasangannya siswa tidak bisa belajar dengan optimal.
2
Akuntabilitas individu
individual accountability
, artinya setiap individu dalam anggota kelompok haruslah memiliki tanggung jawab dan mau
berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas guru demi kesuksesan kelompok; Dalam pembelajaran
TPS
tanggung jawab dan keaktifan dibutuhkan
oleh individu
dalam kelompok
untuk belajar
saling mengemukakan pendapat yang nantinya dirangkum untuk kemdian di nilai
guru. 3
Tatap muka
face to face interaction
, artinya tempat duduk tiap anggota suatu kelompok diatur sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
dapat saling bertatap muka secara bebas; Dalam pembelajaran
TPS
Desain tempat duduk berdua di dalam kelompok agar komunikasi lebih mudah
4 Kemampuan komunikasi dalam kelompok
interpersonal and small group skills
, yang artinya siswa hendaknya mampu berkomunikasi dalam kelompok dengan saling percaya, frekuensi diskusi yang tinggi, mampu menerima
4
pendapat anggota lain dan menghindari konflik dengan menyelesaikan perbedaan pendapat secara bijaksana; Dalam pembelajaran
TPS
siswa juga belajar menghargai pendapat teman kelompok dalam berkomunikasi sehingga
perbedaan pendapat yang ada menambah pengetahuan dan diambil pendapat yang paling lengkap.
5
Evaluasi proses kelompok
group processing
, yang artinya guru selalu memantau dan menilai kinerja kelompok dan hasil kerja kelompok.
Guru memantau kerja kelompok agar mendapat hasil yang baik dan nantinya guru memberi nilai berdasarkan arahan yang diberikan.
Dalam model pembelajaran ini, siswa berpasangan dengan teman sekelasnya ketika guru menyampaikan pelajaran. Guru memberikan serangkaian
pertanyaan di kelas untuk dipikirkan oleh siswa, kemudian siswa berdiskusi dan membandingkan jawaban mereka dan selanjutnya sepakat dengan jawaban
bersama, lalu guru membimbing seluruh siswa untuk berbagi hasil diskusi dengan seluruh siswa di kelas tersebut [6]. Langkah umum penerapan
TPS
adalah sebagai berikut: 1 Guru membagi peserta didik dalam kelompok berempat atau berlima
dan memberikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan, kepada semua kelompok; 2 Setiap peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugasmasalah
tersebut sendiri
Think
; 3 Peserta didik berpasangan dengan satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya
Pair
; 4 Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Peserta didik mempunyai
kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya
Share
kepada kelompok berempat. Dalam penelitian ini, langkah-langkah penerapan
TPS
mengacu pada Sosialisasi KTSP yaitu sebagai berikut [9] : 1 Guru menyampaikan inti materi
dan kompetensi yang ingin dicapai. 2 Siswa diminta untuk berpikir tentang materipermasalahan yang disampaikan guru fase
Think
. 3 Siswa diminta berpasangan dengan temannya dua orang per kelompok dan mengutarakan hasil
pemikiran masing -masing fase
Pair
. 4 Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok memaparkan hasil diskusinya fase
Share
. 5 Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkap oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. 6 Siswa menarik kesimpulan dengan arahan guru [13]
SAVI Somatis Auditori Visual Intelektual
adalah cara belajar yang
menggabungkan antara gerakan fisik, dengan aktivitas
Intelektual
dan penggunaan semua indra untuk memberikan pengaruh yang besar pada
pembelajaran [3].
SAVI
terdiri dari beberapa unsur yaitu : a
Somatis
yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat. Belajar
Somatis
berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan mengguna-kan serta menggerakkan tubuh
sewaktu belajar. Siswa dalam belajar database yang dibuat, menggunakan fisinya yaitu tangan untuk mengetik kode database yang dicontohkan. b
Auditori
yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar. pembelajaran yang memanfaatkan
telinga dan suara kita. Siswa belajar dengan memanfaatkan indera pendengarannya untuk menerima informasi dari video tutorial yang mengeluarkan
suara penjelasan. c
Visual
yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Pembelajaran dengan
Visual
mencakup dalam melihat, menciptakan dan meng- integrasikan segala macam citra. Siswa bekajar dengan melihat video tutorial
5
yang diputar oleh guru dengan proyektor dengan membuatnya kedalam komputer sendiri. d
Intelektual
yaitu belajar dengan me-mecahkan masalah dan merenung. kata “intek-lektual” menunjukkan tentang pola pikir pembelajar saat mereka
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pe-ngalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari peng-alaman tersebut.
Siswa menggunakan intelektualnya untuk memecahkan masalah dalam pembuatan database menggunakan MS. Access. Supaya pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal, maka keempat unsur tersebut harus ada, karena satu dengan yang lainnya saling terpadu dan semuanya digunakan secara simultan [2].
Pembelajaran KKPI merupakan kemampuan minimal yang harus
diberikan kepada Insan Indonesia siswa SLTA atau sedarajat agar mampu meggunakan komputer sebagai alat bantu untuk mengelola informasi.
Pembelajaran KKPI di SMK dilihat dari kompetensi dasar yang ada di silabus keterampilan komputer dan pengelolaan informasiKKPI, siswa diharapkan
memiliki pengetahuan kognitif, hasil kognitif, keterampilan psikomotorik, dan perilaku afektif, dalam menggunakan teknologi dengan baik dan benar.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 251CKEPMN2008,
tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Mata pelajaran KKPI ada untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi
pesatnya perkembangan teknologi. Di SMK jurusan RPL siswa mempelajari teknik pembuatan database, pembuatan web, dan penggunaan software[10].
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental,
Intelektual
dan emosional untuk memperoleh hasil berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa
di dalam kelas [8]. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Dengan belajar aktif salah satunya dengan diskusi memungkinkan siswa
memperoleh hasil dan penguasan materi. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa indikator keaktifan, yaitu: a Turut
serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, b Terlibat dalam pemecahan masalah, c Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya, d Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, e Melaksanakan diskusi kelompok
sesuai dengan petunjuk guru, f Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, g Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis,
h Kesempatan menggunakan atau menempatkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya [11].
3. Metode Penelitian