PENGEMBANGAN MODEL ASESMEN PORTOFOLIO ELEKTRONIK APE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA PADA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK.

(1)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Kontribusi Penelitian ... 17

E. Definisi Operasional ... 17

BAB II ASESMEN PORTOFOLIO ELEKTRONIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA PADA PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK A. Asesmen Portofolio elektronik (APE) ... 19

B. Pengembangan Keterampilan Generik Sains melalui Praktikum Kimia Anorganik dan Asesmennya ... 38

C. Tinjauan Asesmen dan Materi Perkuliahan Praktikum Kimia Anorganik ... 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian ... 65

B. Desain dan Metode Penelitian ... 68

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 86

D. Subyek Penelitian ... 87

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 87

F. Hasil Validasi Perangkat APE dan Instrumen Penelitian ... 92 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Pendahuluan ... 99

1. Pelaksanaan dan Asesmen Praktikum yang Diterapkan pada Mata Kuliah Praktikum Kimia Anorganik ...

99

2. Profil KGS dalam Asesmen Praktikum Kimia Anorganik ...


(2)

1. Pengembangan Perangkat APE dan Instrumen KGS ...

111

2. Penyusunan Sintaks Model APE ... 117

3. APE dengan Sistem Exabis E-Portfolio Berbasis Moodle... 124 4. Hasil Intervensi ... 127

C. Tahap Validasi Model APE ... 150

1. Deskripsi Implementasi Model APE pada Perkuliahan Praktikum Kimia Anorganik ... 151

2. Analisis Pretest, Posttest, dan Gain-ternormalisasi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol dan Uji Hipotesis ... 153

3. Efektivitas Model APE dalam Meningkatkan Jenis-jenis Indikator KGS ... 157

4. Analisis Tugas Portofolio Mahasiswa pada Tahap Implementasi ... 172 5. Analisis Aktivitas Asisten Praktikum 177 6. Tanggapan mahasiswa terhadap Implementasi Model APE ... 179 D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 182

1. Karakteristik Model APE pada Praktikum Kimia Anorganik 182 2. Model APE dapat Meningkatkan KGS Mahasiswa pada Praktikum Kimia Anorganik ... 185 3. Tanggapan Mahasiswa terhadap Implementasi Model APE pada Matakuliah Praktikum Kimia Anorganik ... 194 4. Keunggulan dan Keterbatasan Model APE ... 195

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 198

B. Saran-saran .. ... 200

DAFTAR PUSTAKA ... 201


(3)

Halaman Tabel 1.1 Roadmap Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan

Pengembangan APE dan KGS ...

14 Tabel 2.1 Perbandingan antara Assessment of Learning dan

Assessment for Learning ... 22

Tabel 2.2 Ringkasan Perbandingan Portofolio elektronik Pembelajaran, Pameran, dan Asesmen ... 29

Tabel 2.3 Perbandingan Antara Portofolio Elektronik yang Digunakan sebagai Assessment of Learning dengan Portofolio Elektronik yang Mendukung Assessment for Learning ... 33

Tabel 2.4 Keterampilan Generik Sains dan indikator ... 37

Tabel 3.1 Hubungan antara Indikator KGS dengan Nomor Soal... 82

Tabel 3.2 Desain Validasi Model APE pada Praktikum Kimia Anorganik ... 85

Tabel 3.3 Kategori Penilaian Komponen Portofolio Elektronik ... 88

Tabel 3.4 Kategori N-gain ... 89

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Validasi Silabus ... 92

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Validasi SAP ... 93

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Validasi KPA ... 94

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Validasi LKM ... 95

Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Validasi Model APE ... 96

Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Validasi Panduan APE ... 96

Tabel 4.1 Indikator-indikator KGS yang Dikembangkan pada Praktikum Kimia Anorganik ... 112 Tabel 4.2 Deskripsi Fungsi-fungsi Tab pada Tampilan Halaman Awal Portofolio Elektronik ... 125

Tabel 4.3 Saran Perbaikan Hasil Ujicoba Awal ... 128

Tabel 4.4 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Beda Rerata <g> KGS Pretest-Posttest Setiap Topik Percobaan pada Kelas Ujicoba Terbatas ... 134

Tabel 4.5 Rerata <g> Skor Pencapaian Indikator KGS Mahasiswa Tiap Kelompok Prestasi Kelas Ujicoba ... 136

Tabel 4.6 Uji ANAVA N-gain Mahasiswa Kelompok Prestasi Kelas Ujicoba Terbatas ... 138

Tabel 4.7 Tanggapan Mahasiswa terhadap Implementasi Model APE pada Matakuliah Praktikum Kimia Anorganik ... 146 Tabel 4.8 Perbaikan Operasional Komponen-Komponen Portofolio Elektronik ... 147 Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Pengembangan Model APE pada Tahap

Ujicoba


(4)

Tabel 4.10 Hasil Uji Beda Rerata Pretest, Posttest, dan N-gain Skor KGS Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol pada α= 0,05 ... 156 Tabel 4.11 Rerata Nilai (%), Standar Deviasi, dan % <g>

Indikator KGS Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 158 Tabel 4.12 Persentase Pencapaian Kategori <g> Setiap Indikator

KGS pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 159 Tabel 4.13 Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Beda Rerata <g>

KGS Setiap Topik Percobaan antara Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... ... 162 Tabel 4.14 Deskripsi Persentase Rerata Pretest, Posttest, dan <g>

KGS Setiap Jenis Percobaan ... 165 Tabel 4.15 Uji Beda Rerata <g> KGS Setiap Topik Percobaan

antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....

167 Tabel 4.16 Pencapaian <g> Indikator KGS pada Setiap Topik

Percobaan di Kelompok Eksperimen ...

169 Tabel 4.17 Uji perbedaan Nilai <g> Kelompok Atas, Tengah

dan Bawah ...

171 Tabel 4.18 Rerata Persentase Pencapaian Indikator KGS pada KPA 173 Tabel 4.19 Rerata skor Penilaian Aspek-aspek Penilaian Jurnal

Praktikum ...

175 Tabel 4.20 Rerata Persentase Pencapaian Indikator KGS

Mahasiswa melalui LKM ... 176 Tabel 4.21 Persentase Jumlah Mahasiswa yang Memiliki

Pencapaian Kompetensi KGS pada Laporan Praktikum.. 177 Tabel 4.22 Rangkuman Tanggapan Mahasiswa pada Angket

Terbuka ... 181 Tabel 4.23 Perbandingan Model APE yang Dikembangkan dengan

Model Portofolio Elektronik yang Lain ...


(5)

Halaman Gambar 2.1 Keselarasan Asesmen, Pengajaran, dan Kurikulum

untuk Memajukan Pembelajaran (Bryant dan

Timmins, 2002) ... 20 Gambar 2.2 Model Portofolio Pembelajaran (Zubizarreta, 2008) .... 34 Gambar 2.3 Struktur Materi Topik Sintesis Natrium Tiosulfat ... 57 Gambar 2.4 Bentuk geometri kompleks cis dan trans- kalium

dioksalatodiakuokromat(III) ... 61 Gambar 2.5 Struktur Materi Topik Percobaan Kompleks Cis- dan trans-

kalium dioksalatodiakuokromat(III)... 62 Gambar 2.6 Struktur Materi Topik Penentuan Bilangan Koordinasi 64 Gambar 3.1 Paradigma Penelitian ... 67 Gambar 3.2 Model Embedded Experimental ... 70 Gambar 4.1 Komponen Indikator KGS dalam Asesmen Praktikum

Kimia Anorganik menurut Respon Dosen dan

Mahasiswa ... 105 Gambar 4.2 Persentase Indikator KGS dalam Soal Ujian Praktikum

Kimia Anorganik ... 106 Gambar 4.3 Distribusi Perolehan Nilai Akhir Mahasiswa pada

Matakuliah Praktikum Kimia Anorganik ( Inventaris

Jurusan Kimia Tahun 2008, 2009, dan 2010) ... 109 Gambar 4.4 Sintaks Implementasi Model APE ... 120 Gambar 4.5 Sistematisasi Pengerjaan Tugas-tugas pada

Implementasi Model APE ... 124 Gambar 4.6 Rerata Nilai Pretest, Posttest, dan % <g> Kelas

Ujicoba ... 130 Gambar 4.7 Distribusi Persentase Pretest, Posttest, % <g> Tiap

Indikator KGS pada Kelas Ujicoba ... 131 Gambar 4.8 Rerata Persentase nilai Pretest, Posttest, dan <g>

KGS Mahasiwa Kelas Ujicoba pada Tiap Topik

Percobaan ... 132 Gambar 4.9 Rerata <g> Skor Seluruhan Indikator KGS pada

Kelompok Atas, Tengah dan Bawah Kelas Ujicoba

Terbatas ... 137 Gambar 4.10 Contoh Tampilan Portofolio Elektronik Mahasiswa .... 140 Gambar 4.11 Pencapaian KGS pada KPA Minggu I ... 141 Gambar 4.12 Perkembangan KGS Mahasiswa Mempersiapkan

Jurnal I ... 142 Gambar 4.13 Persentase Mahasiswa yang Mengerjakan LKM ... 143 Gambar 4.14 Tanggapan Mahasiswa terhadap Peningkatan Indikator


(6)

Gambar 4.15 Diagram Alir Implementasi Model APE... 152 Gambar 4.16 Rerata Skor Pretest, Posttest, dan <g> Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 154 Gambar 4.17 Rerata Skor Pretest, Posttest dan % <g> KGS

Kelompok Eksperimen ... 159 Gambar 4.18 Rerata Skor Pretest, Posttest dan % <g> KGS

Kelompok Kontrol ... 160 Gambar 4.19 Deskripsi Pencapaian KGS pada Tiap Percobaan ... 165 Gambar 4.20 Rerata Nilai Pretest, Posttest, dan % <g> Tiap

Kelompok Prestasi pada Kelompok Ekaperimen ... 170 Gambar 4.21 Rerata Nilai Pretest, Posttest, dan % <g> Tiap

Kelompok Prestasi pada Kelompok Kontrol ... 171 Gambar 4.22 Contoh Langkah Prosedur Kerja Praktikum yang

Dirancang oleh mahasiswa dalam Tugas Jurnal

Praktikum ... 174 Gambar 4.23 Contoh Komentar yang Diberikan oleh Asisten

Praktikum ... 179 Gambar 4.24 Tanggapan Positif Mahasiswa terhadap Implementasi


(7)

Halaman

Lampiran A Persuratan ... 215

Lampiran B Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian B1 Rekap Analisis Item ... 218

B2 Tes KGS dan Kisi-kisi ... 221

B3 Kuis Pengetahuan Awal ... 236

B4 Lembar Kerja Mahasiswa ... 245

B5 Kuesioner Tanggapan Mahasiswa ... 255

B6 Panduan Penggunaan Portofolio Elektronik ... 259

B7 Rubrik Penilaian Jurnal dan Laporan ... 269

B8 Silabus Praktikum Kimia Anorganik ... 271

B9 SAP ... 273

B10 Tampilan Halaman Depan Portofolio Elektronik 286 B11 Dokumentasi Penelitian ... 287

Lampiran C Data dan Analisis Data Ujicoba Terbatas ... 292

Lampiran D Data dan Analisis Data Kelas Eksperimen ... 322

Lampiran E Data dan Analsis Data Kelas Kontrol ... 344

Lampiran F Analisis Data Tahap Validasi ... 366


(8)

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin derasnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Pesatnya perkembangan teknologi menuntut pemerintah mengubah kurikulum pendidikan di Indonesia yang disesuaikan dengan tuntutan era globalisasi (Depdiknas, 2003).

Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran pendidik yang berkompoten. Pendidik yang memiliki kompetensi seperti yang disebutkan dalam UU No. 14 tahun 2005 perlu didukung oleh program penyiapan calon guru dalam pendidikan preservice di LPTK yang baik karena kelak mereka akan menjalankan proses pembelajaran pada tingkat sekolah lanjutan.

Program pendidikan preservice kimia di LPTK merupakan salah satu program yang perlu dipersiapkan dan direncanakan dengan baik sebagaimana tuntutan kompetensi guru kimia yang tertuang dalam lampiran Permen Diknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi tersebut dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional yang terintegrasi dalam kinerja guru (Depdiknas, 2007).

Agar calon guru kimia memiliki standar kompetensi tersebut, maka paradigma pembelajaran kimia di LPTK perlu diubah agar dapat menghasilkan


(10)

calon guru kimia yang memiliki keterampilan berpikir, dari mempelajari kimia menjadi berpikir melalui kimia. Pergeseran paradigma tersebut didasari oleh adanya kenyataan bahwa pendidikan sains (termasuk kimia) masih terpaku pada pembelajaran yang lebih menekankan pada “sains sebagai pengetahuan” sehingga menimbulkan kesenjangan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, Light & Cox (Liliasari, 2011a) menyatakan perlu dilakukan perubahan paradigma pembelajaran dari: 1) hafalan menjadi pemahaman; 2) pemahaman menjadi kemampuan (kompetensi); 3) kemampuan menjadi keinginan untuk melakukan; 4) kemampuan untuk melakukan menjadi secara nyata melakukan, dan 5) secara nyata melakukan menjadi dalam proses berubah/selalu berubah. Sebagai hasil belajar kimia (sains) diharapkan mahasiswa calon guru kimia memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan kimia yang dimilikinya. Kemampuan berpikir dan bertindak yang dimiliki siswa berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya dikenal sebagai keterampilan generik sains/KGS (Liliasari, 2007).

Pernyataan senada juga telah ditegaskan oleh Brotosiswojo (2001). Dia menyatakan bahwa pola pembelajaran kimia di LPTK hendaknya mengalami pembenahan yaitu model pembelajaran yang tidak hanya menekankan penguasaan konsep kimia, tetapi perlu pula menekankan pada keterampilan berpikir, mengkomunikasikan proses dan hasil belajar kimia di sekolah lanjutan, serta keterampilan generik sains untuk diterapkan dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari.


(11)

Perlunya guru IPA (termasuk kimia) dalam mempersiapkan diri untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari juga telah ditegaskan oleh

National Science Teachers Association/NSTA & AETS (2003). NSTA & AETS

(2003) menegaskan standar penyiapan guru IPA (termasuk kimia) bahwa guru IPA pada berbagai level harus menggunakan pendekatan sains untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah melalui penyelidikan. Mereka harus memahami bagaimana ilmu pengetahuan mempengaruhi komunitas dan kehidupan mereka.

Pentingnya keterampilan generik pada pembelajaran sains diakui oleh beberapa peneliti sebelumnya (Harris et al., 2007; Mitchell, 2005; dan Brotosiswojo, 2001). Keterampilan ini penting karena keterampilan generik merupakan keterampilan employability yang digunakan untuk menerapkan pengetahuan (Kamsah, 2004) dan merupakan dasar untuk membantu pebelajar untuk belajar bagaimana belajar (Yu, 2009). Brotosiswojo (2001) menyatakan bahwa keterampilan generik sains saat ini sangat penting dalam membangun kepribadian dan pola tindakan dalam kehidupan setiap insan Indonesia. Hal ini disebabkan karena keterampilan generik sains merupakan dasar dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat pentingnya keterampilan generik dibekalkan kepada mahasiswa, maka Mitchell (2005) serta Lee dan Edwards (1997) mengembangkan keterampilan tersebut sebagai bagian integral dari kurikulum. Kompetensi-kompetensi generik yang dikembangkan oleh Mitchell (2005) pada program kimia tingkat sarjana di Universitas Eropa, antara lain: 1) kemampuan menerapkan pengetahuan dalam praktek; 2) merencanakan dan mengelola waktu; 3)


(12)

berkomunikasi lisan dan tulisan dalam bahasa aslinya; 4) kemampuan untuk menganalisis dan sintesis (secara umum, bukan pengertian kimia); 5) kemampuan untuk belajar; 6) keterampilan mengelola informasi (kemampuan untuk mendapatkan kembali dan menganalisis informasi dari sumber yang berbeda); 7) kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru; 8) menyelesaikan masalah; 10) membuat keputusan; 11) kemampuan kerja team; 12) kemampuan bekerja secara mandiri; dan 13) komitmen terhadap etika.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka pengembangan keterampilan generik bagi calon guru kimia di LPTK dapat dilakukan dengan mengintegrasikan keterampilan tersebut dalam perkuliahan. Pada bidang kimia, beberapa peneliti telah mengembangkan keterampilan generik sains melalui pengembangan strategi dan model perkuliahan (Liliasari, 2011b; Sudarmin, 2007; Suyanti, 2006). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan generik sains dapat dikembangkan melalui perkuliahan.

Matakuliah praktikum dapat menjadi pilihan untuk mengembangkan indikator-indikator keterampilan generik karena mencakup penguasaan konsep pengetahuan prosedural yang mendasari praktikum. NRC (1996) serta Hofstein and Lunetta (2004) menegaskan pentingnya menekankan kembali peran dan praktek kerja laboratorium dalam mengajarkan sains secara umum dan dalam konteks pendidikan kimia secara khusus. Meskipun sudah sangat sering penelitian gagal menunjukkan hubungan sederhana antara pengalaman yang diberikan kepada peserta didik dalam laboratorium dengan pembelajaran sains, namun data yang memadai menyarankan bahwa petunjuk praktikum merupakan pengajaran


(13)

efektif dan efisien untuk mencapai beberapa tujuan pengajaran dan pembelajaran sains (Hofstein, 2004). Selain itu kegiatan laboratorium dapat secara efektif dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan mereka (Gunstone, 1991; Tobin, 1990) serta mengembangkan keterampilan logika dan inkuiri, seperti kemampuan menyelesaikan masalah. Lebih lanjut Hofstein (2004) menambahkan bahwa kegiatan laboratorium membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan psikomotorik (keterampilan manipulasi dan observasi). Kegiatan ini juga memiliki potensi besar dalam memajukan sikap positif dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan kerjasama dan komunikasi yang merupakan bagian dari keterampilan generik.

Hasil penelitian Hofstein (2004) tersebut menunjukkan bahwa beberapa jenis keterampilan generik dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Lebih lanjut Hofstein & Mamlok-Naaman (2007) mengakui bahwa kegiatan di laboratorium antara lain dapat memajukan pencapaian tujuan pendidikan sains termasuk peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam sains dan penerapannya; keterampilan praktis ilmiah dan kemampuan memecahkan masalah; habits of mind ilmiah; serta pemahaman tentang bagaimana sains dan ilmuwan bekerja. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan praktikum di laboratorium dapat menjadi sarana pengembangan keterampilan generik sains calon guru kimia, misalnya praktikum Kimia Anorganik.

Berdasarkan hasil analisis kurikulum pendidikan Kimia di LPTK, matakuliah praktikum Kimia Anorganik merupakan satu-satunya praktikum


(14)

dalam kelompok bidang Kimia Anorganik. Konten praktikum mencakup aplikasi konsep-konsep yang telah dipelajari pada matakuliah Kimia Anorganik I dan II dan sebagian Kimia Anorganik Fisik khususnya tentang senyawa koordinasi. Pemahaman tentang senyawa koordinasi ini merupakan salah satu kompetensi pengembangan (Advanced Competencies) yang diharapkan dimiliki oleh guru kimia sebagaimana yang ditegaskan dalam NSTA & AETS (2003).

Kompetensi yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa pada matakuliah praktikum Kimia Anorganik adalah agar mahasiswa mampu memahami proses sintesis, cara pemurnian bahan serta karakterisasi senyawa-senyawa anorganik yang meliputi sifat fisika, sifat kimia dan reaksi-reaksinya dengan menggunakan prinsip-prinsip kimia (Jurusan Kimia UNM, 2003). Hal ini berarti bahwa melalui matakuliah praktikum Kimia Anorganik mahasiswa calon guru kimia diharapkan dapat menguasai konsep-konsep dan prinsip yang mendasari suatu percobaan serta dapat memahami cara-cara pemurnian dan karakterisasi senyawa-senyawa anorganik.

Kompetensi dasar yang ditetapkan tersebut dapat dicapai dengan baik apabila mahasiswa memiliki keterampilan generik sains yang memadai. Asesmen sebagai bagian integral dari proses pembelajaran (Arifin, 2011) dapat menjadi pilihan pengembangan keterampilan ini.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu LPTK Makassar menunjukkan bahwa asesmen praktikum yang selama ini digunakan belum mengukur keterampilan generik mahasiswa (Ramlawati et al., 2010).


(15)

akhir saja, dan kurang mempertimbangkan hasil penilaian aktivitas atau tugas-tugas lain selama praktikum.

Hasil penelitian yang serupa telah diungkapkan oleh Wahyu (2010) yang antara lain menemukan bahwa pada kegiatan perkuliahan Kimia Dasar pada salah satu perguruan tinggi menunjukkan belum adanya penekanan yang kuat dalam membekali kemampuan generik kimia yang sangat diperlukan di lapangan. Sebagaimana umumnya di perguruan tinggi lainnya di Indonesia, umumnya komponen-komponen penilaian praktikum terdiri dari: 1) kuis pengetahuan awal (KPA)/pre lab; 2) jurnal praktikum; 3) laporan sementara, dan (4) laporan praktikum. Hasil angket mahasiswa pada studi pendahuluan menyatakan bahwa komponen-komponen tersebut hendaknya menjadi bagian pada penentuan nilai akhir praktikum, serta mahasiswa mengharapkan adanya transparansi penilaian (Ramlawati et al., 2010). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa penilaian praktikum diharapkan tidak hanya mengandalkan tes akhir, tetapi mencakup keseluruhan aspek dan komponen penilaian sebagaimana yang diatur dalam Permen Diknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 mengemukakan bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga ditegaskan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Depdiknas, 2003).


(16)

Begitu pentingnya peran asesmen dalam memajukan efektivitas

pembelajaran kimia di perguruan tinggi, O’Connor (2006) menjadikan strategi

asesmen sebagai bagian integral dari model desain kurikulum. Dalam hal ini yang termasuk dalam strategi asesmen, yaitu asesmen formatif, asesmen sumatif, dan asesmen berkesinambungan. Sehubungan dengan amanat tersebut, Arifin (2011) mengemukakan penilaian yang dilakukan oleh pendidik hendaknya bersifat menyeluruh dan berkesinambungan. Artinya, penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Penilaian portofolio merupakan salah satu contoh penilaian berbasis kelas yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dan perkembangan peserta didik berdasarkan kumpulan hasil kerja dari waktu ke waktu (Arifin, 2011).

Mengingat banyaknya kelemahan pada teknik asesmen tradisional yang lebih menekankan pada hasil belajar, sedangkan proses belajar kurang diperhatikan, maka sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004,

diperkenalkan suatu konsep penilaian baru yang disebut “penilaian berbasis kelas” dengan salah satu model atau pendekatannya adalah “penilaian berbasis portofolio”/ portfolio based assessment (Arifin, 2011). Klenowski (2002) juga telah menegaskan bahwa penggunaan portofolio sebagai asesmen dan pembelajaran memberi kesempatan untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang disebabkan oleh pengujian dan konseptualisasi mekanistik dan teknis kurikulum dan asesmen.


(17)

Rustaman (2006) mengemukakan bahwa penilaian IPA hendaknya mengukur pengetahuan dan konsep, keterampilan proses sains (KPS), dan penalaran tingkat tinggi (berpikir kritis, logis, kreatif) serta menggunakan penilaian portofolio dan asesmen kinerja untuk KPS dan kemampuan kerja ilmiah selama pembelajaran IPA. Sejalan dengan itu, Nahadi (2009) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar kimia, penilaian tidak hanya melihat pada aspek hasil belajar (produk) karena hal itu belum cukup untuk menilai keberhasilan proses pembelajaran, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah mengevaluasi proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar peserta didik diperoleh di sepanjang proses pembelajaran. Oleh karena itu penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran kimia, evaluasi proses dan hasil pembelajaran kimia diharapkan dilakukan secara komprehensif dan benar. Komprehensif artinya evaluasi yang dilakukan mencakup berbagai aspek kompetensi belajar sesuai dengan konteksnya baik dalam evaluasi proses maupun hasil. Benar artinya evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip evaluasi yang objektif, valid, reliabel, demokratis dan berkeadilan (Nahadi, 2009). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Arifin (2011) bahwa untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum evaluasi, yaitu: kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatis, dan praktis.

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mengases dan mengevaluasi keseluruhan kompetensi mahasiswa dalam matakuliah praktikum


(18)

dengan tetap mengakomodasi prinsip-prinsip evaluasi seperti yang dinyatakan oleh Arifin (2011). Untuk mengatasi kesulitan tersebut Villardon (Jordana & Sànchez, 2010) menawarkan untuk menggunakan berbagai rangkaian aktivitas evaluasi untuk mengases kegiatan laboratorium. Dalam hal ini, mereka menerapkan asesmen portofolio dan asesmen berkelanjutan pada matakuliah praktek laboratorium sistem elektronik.

Asesmen portofolio merupakan salah satu asesmen alternatif yang dapat digunakan dalam penilaian matakuliah praktikum. Asesmen portofolio termasuk ke dalam kelompok penilaian kinerja (Birgin & Baki, 2007; Turner & Simon, 2007). Dibandingkan dengan bentuk penilaian kinerja lainnya, asesmen portofolio memiliki keistimewaan karena menyediakan kumpulan dokumen sebagai bukti proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga dengan menganalisis hasil karya peserta didik, seorang pendidik dapat mengetahui potensi, kelebihan, dan kekurangan mereka.

Portofolio didefinisikan sebagai rekaman proses pembelajaran peserta didik mengenai tiga hal yaitu: 1) tentang apa yang telah peserta didik pelajari dan bagaimana keberhasilan pembelajarannya; 2) tentang bagaimana peserta didik berpikir, bertanya, menganalisis, mensintesis, memproduksi, dan berkreasi; serta 3) bagaimana peserta didik tersebut berinteraksi secara intelektual, emosional, dan sosial dengan orang lain (Grace, 1992). Definisi tersebut menunjukkan bahwa penilaian portofolio dapat menilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik. Penilaian terhadap semua aspek tersebut menurut Wulan (2006) hanya dimungkinkan apabila peserta didik dinilai melalui berbagai dokumen


(19)

(tugas-tugas, hasil tes, catatan guru tentang siswa, dan dokumen kehadiran) yang disatukan.

Klenowski (2002) mengemukakan bahwa hasil penelitian menemukan penggunaan portofolio dapat memajukan pengembangan keterampilan penting seperti refleksi, self-evaluation dan analisis kritis. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Davis & Ponnamperuma (2005) bahwa asesmen portofolio dapat memfasilitasi refleksi dan penilaian diri/self assessment bagi peserta didik. Artinya, peserta didik dapat turut menilai proses serta hasil belajarnya berdasarkan kumpulan pekerjaan dan catatan hasil belajar mereka. Dengan demikian proses penilaian akan lebih bermakna serta menyenangkan bagi peserta didik. Hasil self assessment selain dapat memberikan umpan balik untuk perbaikan belajar mereka, juga membantu pendidik dalam menganalisis kesulitan belajar dan kemajuan belajar peserta didik, sehingga pendidik bersama peserta didik dapat merencanakan metode dan teknik belajar yang tepat.

Menurut Wulan (2009) penilaian portofolio melibatkan banyak komponen sebagai alat penilaian. Hal ini berarti penilaian tersebut menuntut perhatian lebih dari pendidik apabila dibandingkan dengan penilaian jenis lainnya. Pendidik harus tekun dan sabar mengumpulkan pekerjaan peserta didik, mengurutkan secara kronologis serta menafsirkannya. Hal ini akan sangat menyulitkan bagi pendidik yang kurang tekun dan memiliki sedikit waktu.

Banyaknya tugas-tugas yang harus dinilai dan diamati dalam praktikum, mengakibatkan asesmen portofolio tradisional memiliki beberapa kelemahan. Kelemahannya antara lain adalah membutuhkan tempat yang banyak untuk


(20)

penyimpanan dokumen, banyak waktu untuk memberi feedback, tidak dapat dilaksanakan dalam waktu singkat dan segera, menuntut perhatian guru yang lebih, seperti guru harus tekun dan sabar mengumpulkan pekerjaan siswa, mengurut secara kronologis serta membuat penafsiran darinya (Wulan, 2009).

Mengingat penilaian hasil belajar harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan, maka penilaian harus didukung oleh adanya rekaman perkembangan tingkat kemajuan peserta didik dalam menguasai setiap kompetensi dasar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik. Banyaknya komponen penilaian dalam praktikum dapat dianulir oleh suatu jenis asesmen yang representatif untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa. Menurut Kimball (Kwok, 2011) tugas-tugas yang banyak dapat mudah diatasi dengan menggunakan asesmen portofolio elektronik.

Adanya fasilitas web di internet, menjadikan asesmen portofolio dapat dibuat dalam bentuk online yang dikenal dengan istilah portofolio elektronik. Dengan demikian, melalui portofolio elektronik kesulitan-kesulitan penggunaan asesmen portofolio tradisional dapat diatasi. Barker (2005) menyatakan bahwa portofolio elektronik dapat menjadikan asesmen portofolio lebih efektif dan efisien. Portofolio elektronik adalah koleksi digital artifak-artifak yang merepresentasikan individual, kelompok, komunitas, organisasi, atau institusi (Lorenzo & Ittelson, 2005). Koleksi ini dapat diletakkan pada media cakram padat (CD atau DVD) maupun web. Lebih lanjut ditegaskan oleh DiMarco (2006) bahwa idealnya semua pekerjaan dalam portofolio elektronik tidak hanya dalam bentuk digital tetapi juga tersedia di internet.


(21)

Hasil penelitian Abrami et al. (2008) menemukan bahwa penggunaan portofolio elektronik dapat memajukan self-regulation dan meningkatkan kompetensi generik mahasiswa. Pelliccione & Dixon (2008) menggunakan portofolio elektronik untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menyeleksi, menggambarkan, menganalisis dan menilai bukti karyanya. Implementasi portofolio elektronik dalam pembelajaran digunakan untuk mengases pencapaian dan pengembangan keterampilan generik mahasiswa.

Boyce & Singh (2008) telah menggunakan pendekatan berorientasi masalah dan asesmen portofolio. Dalam implementasinya, kegiatan difokuskan pada kemajuan belajar mahasiswa pada Kimia Analitik dengan menyusun portofolio, mulai dari merancang masalah yang harus diatasi, merencanakan prosedur kerja laboratorium dan menyediakan bukti hasil pembelajarannya. Penelitian lain yang terkait dengan penggunaaan portofolio elektronik juga telah dilakukan dalam komunitas pembelajaran berbasis-web (Starcic, 2008). Proses refleksi dalam pembelajaran berbantuan-portofolio membantu pengembangan keterampilan dan pengetahuan generik peserta didik.

Penggunaan portofolio elektronik untuk penilaian kelas telah direkomendasikan oleh Barret (2006). Dalam hal ini penggunaan portofolio elektronik sebagai alat penilaian dapat meningkatkan pembelajaran siswa karena meningkatkan keterlibatan lebih dalam dan kesadaran diri bagi siswa. Hofstein (2004) telah menggunakan asesmen portofolio dalam mengases kinerja, kegiatan, dan prestasi siswa dalam kegiatan praktikum. Keseluruhan buki-bukti yang ada portofolio siswa digunakan oleh guru untuk menilai prestasi dan kemajuan siswa.


(22)

Dukungan terhadap pengembangan model asesmen portofolio elektronik dalam meningkatkan KGS mahasiswa diperoleh dari beberapa hasil kajian terhadap jurnal yang terkait. Roadmap penelitian tentang pengembangan dan penggunaan asesmen portofolio elektronik dan pengembangan keterampilan generik sains dalam pembelajaran disajikan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Roadmap Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Pengembangan Asesmen Portofolio Elektronik dan Keterampilan Generik Sains

Tahun Produk dan Peneliti Fokus

2005 Dalam konteks pendidikan, portofolio dibagi menjadi tiga kategori: Portofolio elektronik siswa, portofolio elektronik pengajaran, portofolio elektronik institusional (Lorenzo & Ittelson).

Jenis-jenis portofolio elektronik

2006 Penggunaan portofolio elektronik dalam pendidikan untuk pengembangan generik dan platform

ePortfolio institusi untuk siswa (Meeus et al.).

Penggunaan portofolio elektronik 2006 Portofolio elektronik digunakan sebagai alat

penilaian untuk meningkatkan pembelajaran siswa (Barret).

Penggunaan portofolio elektronik untuk penilaian kelas 2007 Portofolio dapat digunakan untuk mengevaluasi

kemampuan dan kemajuan belajar siswa. Adanya penilaian-diri, siswa mampu mengidentifikasi berbagai masalah bahasa yang melibatkan keseluruhan keterampilan-makro (Lucas).

Asesmen portofolio sebagai skema evaluasi-diri siswa yang efektif 2008 Kegiatan berfokus pada mahasiswa yang

memajukan pembelajarannya sendiri pada Kimia Analitik dengan menyusun portofolio, mulai dari merancang masalah yang harus diatasi, perencanaan kerja laboratorium dan menyediakan bukti dari pembelajaran mereka (Boyce & Singh).

Pendekatan

berorientasi masalah dan asesmen

portofolio

2008 Proses refleksi dalam pembelajaran berbantuan-portofolio membantu pengembangan keterampilan dan pengetahuan generik pebelajar dalam

pengetahuan ekonomi. (Starcic).

Penggunaan portofolio elektronik dalam pembelajaran berbasis-web

2008 Penggunaan portofolio elektronik dapat

meningkatkan keterampilan generik mahasiswa (Pelliccione & Dixon).

Implementasi portofolio elektronik untuk mengases pencapaian dan pengembangan keterampilan generik mahasiswa


(23)

Tabel 1.1 Roadmap Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Pengembangan Asesmen Portofolio Elektronik dan Keterampilan Generik Sains (lanjutan)

Tahun Produk dan Peneliti Fokus

2009 Portofolio elektronik mendukung pengamatan dosen terhadap mahasiswa dibandingkan

penggunaan wiki pada mahasiswa teknik Kimia dan Lingkungan dan mahasiswa teknik sipil

(Molyneaux et al.).

Portofolio mendukung observasi dosen pada pembelajaran

mahasiswa 2010 Portofolio elektronik dapat mengembangkan

kemampuan refleksi guru dan calon guru tentang prinsip-prinsip pengajaran dan dapat

mengaplikasikan keterampilannya ke dalam konteks yang lain (Kawachi).

Penggunaan asesmen portofolio elektronik dalam pembelajaran konsep-konsep pengajaran 2011 Menggunakan portofolio elektronik

menguntungkan pendidik, mahasiswa, dan staf. Merancang, mengembangkan dan memperkenalkan portofolio elektronik dan isinyaharus sistematis dan cocok untuk kriteria. (Tosun & Bariş).

Aplikasi portofolio elektronik dalam pendidikan

2011 Asesmen portofolio memfasilitasi proses pembelajaran aktif, memungkinkan mahasiswa memantau kemajuan mereka dan memperbaiki kekurangannya, dan untuk mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman profesional dalam metode penilaian portofolio (Birgin).

Penggunaan portofolio sebagai asesmen alternatif

2011 Efektivitas portofolio elektronik dalam pembelajaran mahasiswa universitas dalam hubungannya dengan kemampuan akademik dan motivasi (Kwok).

Aplikasi portofolio elektronik dalam pembelajaran 2011 Implementasi portofolio elektronik pada matakuliah

teknik komunikasi dapat meningkatkan kemampuan komunikasi, berpikir kritis dan penyelesaian

masalah, dan keterampilan kerja kelompok (Khoo

et al.).

Aplikasi portofolio elektronik pada matakuliah Teknik Komunikasi

Pengembangan keterampilan generik sains (KGS) pada pembelajaran kimia telah dilakukan oleh beberapa peneliti (Suyanti, 2006; Sudarmin, 2007, dan Liliasari, 2011b). Suyanti (2006) membekalkan kemampuan generik melalui pembelajaran Kimia Anorganik berbasis multimedia. Sudarmin (2007) telah mengembangkan model pembelajaran konsep-konsep Kimia Organik terintegrasi


(24)

keterampilan generik bagi calon guru kimia. Liliasari (2011b) telah mengembangkan KGS untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Hasil-hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa portofolio elektronik dapat meningkatkan beberapa jenis keterampilan yang mendukung peningkatan KGS mahasiswa. Walaupun demikian, belum ada penelitian yang mengembangkan model asesmen portofolio elektronik (APE) untuk meningkatkan keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa pada matakuliah Kimia Anorganik. Hal itulah yang mendasari penelitian ini dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah model APE dan pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru Kimia?”.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian berikut.

1. Bagaimana karakteristik model APE yang berorientasi pada peningkatan KGS mahasiswa?

2. Bagaimana peningkatan KGS mahasiswa setelah implementasi model APE? 3. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep Kimia Anorganik mahasiswa

setelah implementasi model APE?

4. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap implementasi model APE pada praktikum Kimia Anorganik?


(25)

5. Apa kelebihan dan keterbatasan model APE yang telah dikembangkan pada praktikum Kimia Anorganik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model APE pada mata kuliah praktikum Kimia Anorganik untuk meningkatkan KGS mahasiswa calon guru kimia.

D. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi terhadap peningkatan kualitas pembelajaran secara umum. Secara khusus, kontribusi penelitian ini antara lain adalah:

1. Memperoleh strategi dan model penilaian praktikum untuk mengatasi kesulitan pelaksanaan penilaian praktikum Kimia Anorganik.

2. Menghasilkan model dan sistem asesmen inovatif yang dapat diaplikasikan pada penilaian praktikum atau matakuliah yang lain.

E. Definisi Operasional

Agar lebih fokus dalam penelitian ini maka diperlukan definisi operasional. Beberapa definisi operasional yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Portofolio elektronik adalah koleksi digital tugas-tugas mahasiswa yang dikoleksi secara individu yang terkait dengan konsep dan prinsip kerja


(26)

praktikum Kimia Anorganik dan berorientasi pada peningkatan KGS. Mekanisme aplikasi portofolio elektronik menggunakan modul program

Exabis E-Portfolio berbasis Moodle yang diunggah pada situs HKI online

Learning System di http://courses.kimiawan.org.

2. Asesmen portofolio elektronik (APE) adalah prosedur yang digunakan untuk merencanakan, mengoleksi, dan memberi pertimbangan asesmen terhadap tugas-tugas portofolio peserta didik melalui media online. APE disesuaikan dengan prinsip assessment for learning yang bertujuan untuk meningkatkan KGS mahasiswa pada praktikum Kimia Anorganik.

3. Praktikum Kimia Anorganik adalah praktikum yang berkaitan dengan sintesis dan karakterisasi kristal senyawa-senyawa anorganik sederhana dan kompleks yang dilaksanakan secara konvensional.

4. Keterampilan generik sains adalah skor tes keterampilan dasar yang dimiliki oleh mahasiswa dalam praktikum Kimia Anorganik yang meliputi keterampilan: a) pengamatan langsung; b) pengamatan tak langsung; c) kesadaran tentang skala; d) bahasa simbolik; e) kerangka logika; f) konsistensi logis; g) hukum sebab-akibat; h) pemodelan; i) inferensi logika;


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Pendekatan asesmen tradisional lebih berfokus pada hasil belajar dibandingkan pada kemajuan dan proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan asesmen tradisional lebih untuk tujuan sumatif. Perspektif tersebut menunjukkan bahwa asesmen bukan bagian dari pembelajaran, sehingga dapat berdampak negatif terhadap proses pengajaran dan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan asesmen pendamping yang berfungsi sebagai treatment (assessment for learning) yang dapat mengases kemajuan dan proses pembelajaran peserta didik selama proses pembelajaran.

Asesmen portofolio merupakan salah satu jenis assessment for learning

yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi mahasiswa secara keseluruhan selama proses pembelajaran. Asesmen portofolio memungkinkan terjadinya interaksi komunikatif antara peserta didik dengan pendidik melalui feedback yang diberikan oleh pendidik, sehingga pendidik dan peserta didik dapat menilai kekuatan dan kelemahan pengajaran dan pembelajarannya.

Pada asesmen portofolio, semua komponen tugas dalam portofolio berfungsi sebagai pembelajaran. Hal ini berarti bahwa tugas-tugas dalam asesmen portofolio dapat dirancang untuk memperbaiki pembelajaran. Kemampuan peserta didik dalam melakukan self-assessment pada implementasi asesmen ini


(28)

menjadikan asesmen portofolio dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kompetensi dasar mahasiswa calon guru kimia dalam proses pembelajarannya.

Keterampilan generik sains (KGS) merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh calon guru kimia. Beberapa KGS yang dapat dikembangkan pada pembelajaran kimia, yaitu: keterampilan pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran tentang skala, bahasa simbolik, kerangka logika, konsistensi logis, hukum sebab akibat, pemodelan, inferensi logika, abstraksi, dan tilikan ruang. Keterampilan-keterampilan tersebut penting dimiliki oleh calon guru kimia agar nantinya dapat mengajarkan kimia dengan baik serta dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengetahuan kimia yang telah dimilikinya.

Pengembangan KGS kepada mahasiswa calon guru pada level pendidikan tinggi tidak diajarkan secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan matakuliah, baik melalui proses pembelajaran dan/atau melalui proses asesmennya. Dengan demikian, pengembangan model asesmen ini sangat memungkinkan untuk meningkatkan KGS mahasiswa.

Salah satu matakuliah yang dapat menjadi obyek pengembangan KGS adalah matakuliah Praktikum Kimia Anorganik. Banyaknya komponen penilaian dalam matakuliah ini menjadikan asesmen portofolio konvensional akan merepotkan bila diimplementasikan pada matakuliah ini. Adanya fasilitas web

mendukung asesmen portofolio dalam bentuk digital yang dikenal dengan nama asesmen portofolio elektronik (APE). APE memungkinkan mahasiswa memperoleh feedback dalam waktu segera. Karena bukti-bukti pembelajaran


(29)

tersimpan di web, maka pendidik dan peserta didik lebih mudah memantau perkembangan pembelajarannya. Tugas-tugas praktikum Kimia Anorganik sebagai komponen APE dapat berorientasi KGS dan diintegrasikan dengan konten matakuliah. Rancangan tersebut menuntut aktivitas dan kemandirian mahasiswa dalam melakukan self-assessment berdasarkan feedback yang diberikan oleh fasilitator. Dengan demikian, model APE yang diimplementasikan pada praktikum Kimia Anorganik berpotensi meningkatkan KGS mahasiswa. Hubungan variabel-variabel yang mendasari penyusunan paradigma penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Kompetensi Mata Kuliah Praktikum Kimia Anorganik

Rancangan tugas & instrument KGS

Rancangan Model Asesmen

Portofolio Elektronik (APE) berbasis

Moodle

KGS:

1. Pengamatan langsung 2. Pengamatan Tidak langsung

3. Kesadaran tentang Skala 4. Bahasa Simbolik

5. Kerangka Logika 6. Konsistensi Logis 7. Hukum Sebab Akibat 8. Pemodelan

9. Inferensi logika 10. Abstraksi 11. Tilikan Ruang

Kebutuhan Calon Guru

Pengembangan Perangkat Pembelajaran, perangkat APE, dan instrumen penelitian

Implementasi APE

Peningkatan KGS


(30)

B. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian mixed method yang menekankan pada pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara simultan selama proses pengembangan. Dalam penelitian mixed method terdapat empat jenis desain, yaitu: 1) triangulation design; 2) embedded design; 3) explanatory

design; dan 4) exploratory design. Dalam penelitian ini digunakan embedded

design yang melibatkan kegiatan ujicoba (eksperimen), maka digunakan model

Embedded Experimental Model” (Creswell & Clark, 2007). Desain penelitian

serta deskripsi kegiatan yang dilaksanakan pada setiap tahap ditunjukkan pada Gambar 3.2. Uraian tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian yang disajikan pada gambar tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Sebelum Intervensi

Tahap sebelum intervensi mencakup studi pendahuluan mengenai analisis kebutuhan calon guru kimia. Hasil analisis tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan analisis silabus praktikum Kimia Anorganik, analisis temuan penelitian yang relevan dengan asesmen portofolio elektronik dan KGS yang bisa dikembangkan pada praktikum Kimia Anorganik.

1) Analisis Silabus Matakuliah Praktikum Kimia Anorganik

Analisis silabus matakuliah praktikum Kimia Anorganik yang dimiliki oleh jurusan/program studi Pendidikan Kimia di LPTK. Berdasarkan hasil analisis silabus maka ditentukan tiga jenis percobaan yang dapat mewakili pencapaian kompetensi matakuliah serta yang paling memungkinkan mengembangkan lebih


(31)

banyak indikator KGS. Ketiga percobaan yang dimaksud, yaitu: 1) sintesis dan karakterisasi natrium tiosulfat pentahidrat; 2) sintesis dan karakterisasi kompleks

cis- dan trans- kalium dioksalatodiakuokromat(III); dan 3) penentuan bilangan

koordinasi kompleks tembaga(II).

Kegiatan selanjutnya adalah analisis kompetensi untuk merancang teknik asesmen dan tugas-tugas yang menjadi bagian dari komponen portofolio mahasiswa. Selain itu, dilakukan pula penyusunan kisi-kisi instrumen tes KGS. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka ditentukan jenis tugas yang menjadi bagian dari portofolio yaitu KPA, jurnal praktikum, LKM, dan laporan praktikum yang berorientasi pada pencapaian indikator KGS.

2) Analisis Temuan Penelitian Sebelumnya

Analisis temuan penelitian dilakukan terhadap jurnal penelitian atau artikel yang relevan dengan APE dan KGS.

3) Analisis Keterampilan Generik Sains

Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap indikator-indikator KGS yang bersesuaian dengan konsep-konsep dalam matakuliah yang dikaji. Analisis ini maksudkan untuk mengetahui indikator-indikator KGS yang dapat dikembangkan dalam praktikum Kimia Anorganik melalui APE.

4) Analisis Software Portofolio Elektronik

Pada tahap ini dilakukan studi dan analisis terhadap software modul-modul portofolio elektronik yamg dapat diadd-on pada sistem Moodle berbasis web.

Analisis meliputi keunggulan dan kelemahan software yang digunakan dalam pengembangan model APE. Beberapa software portofolio elektronik yang


(32)

Interpre-tasi Berdasar kan Data QUAN (qual) Interpretasi LAPORAN Tahap Interpretasi Qual sebelum intervensi QUAN Pretest QUAN Posttest Analisis QUAN (qual) setelah intervensi intervensi Qual selama intervensi Analisis silabus praktikum Kimia Anorganik Analisis temuan penelitian (Portfolio Elektronik & KGS) Analisis indikator KGS Identifikasi sarana & prasarana lab. kimia Pelaksanaan & asesmen prak. Kim. Anorganik Identifikasi sarana & prasarana lab. Komputer & jaringan internet Analisis Kebutuhan Guru & . SAP Perangkat APE: Software, panduan, KPA, LKM Instrumen evaluasi: tes KGS Instrumen pendukung:angk et tanggapan mahasiswa & rubrik penilaian jurnal & laporan

PROTOTIPE Model Hipotetik APE I Validasi Analisis Hasil Validasi PROTIPE Model Hipotetik APE II

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Pretest Model Hipotetik APE II Posttest Pretest Asesmen Konven-sional Posttest Model APE Penilai-an aktivi-tas selama imple-mentasi Analisis Data Q U A N q u a l Analisis software portofolio elektronik Model Hipotetik APE I Revisi Tahap Sebelum

Intervensi Tahap Intervensi

Tahap Analisis Data

Pretest-Posttest Control Group Design

Quasi Eksperimen (One Group pretest-posttest Pretest Model Hipotetik APE I Posttest

Penentuan Topik Percobaan & Perumusan Indikator KGS

Rancangan Perangkat Instrumen Studi Literatur Studi Lapangan UJI COBA TERBATAS Keterangan:

QUAN menyatakan data kuantitatif.

qual menyatakan data kualitatif.


(33)

dianalisis, yaitu : a) yang dapat terintegrasi dengan Moodle: mahara

ePortfolio,dan b) yang dapat diadd-on pada sistem Moodle yaitu exabis

E-Portfolio, simple portfolio, dan elggintegration block.

Berdasarkan hasil analisis keunggulan dan kelemahan masing-masing

software tersebut maka dipilih modul exabis E-Portfolio berbasis Moodle. Modul

ini merupakan salah satu modul portofolio elektronik yang dapat di-add-on pada sistem Moodle yang berbasis web. Modul ini memiliki keunggulan antara lain menyediakan secara fungsional portofolio elektronik siswa dan guru. Siswa dapat membangun portofolio elektroniknya dengan mengoleksi portofolio dalam bentuk

weblink, file, dan catatan (notes) secara terpisah ke dalam sistem kategori dan

dipublikasikan ke pengguna (guru atau siswa) di dalam atau di luar sistem

(courses). Siswa dapat melakukan refleksi terhadap komentar/feedback yang

diberikan guru atau asisten (non editing teacher). Portofolio siswa dapat juga disimpan sebagai SCORM-package (http://moodle.org/mod/data/view.php?d= 13&rid=1142&filter=1).

Software yang telah dipilih diadd-on pada situs http://corses.kimiawan.org.

Situs ini disediakan oleh Himpunan Kimia Indosesia (HKI) yang diperuntukkan untuk guru-guru dan dosen Kimia yang akan menyediakan pembelajaran online.

b. Studi lapangan

1) Identifikasi Sarana dan Prasarana Laboratorium Kimia

Kegiatan ini dilakukan melalui studi lapangan tentang sarana pendukung laboratorium kimia, terutama peralatan yang mendukung pelaksanaan kegiatan praktikum. Analisis sumber belajar dan fasilitas yang tersedia dilakukan pada


(34)

jurusan kimia di FKIP/LPTK salah satu perguruan tinggi di Palangkaraya dan Makassar. Informasi yang diperoleh melalui analisis hasil survey awal tentang sarana/prasarana yang tersedia yang dapat mendukung proses pembelajaran. 2) Studi Tentang Pelaksanaan dan Asesmen KGS Praktikum Kimia Anorganik

Studi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan praktikum beserta sistem asesmennya. Dalam kegiatan ini juga ditelusuri implementasi asesmen KGS dalam praktikum Kimia Anorganik. Hasil yang diperoleh dipaparkan pada studi pendahuluan dari penelitian ini (Ramlawati et al.,

2010).

Secara umum terdapat dua komponen besar informasi yang digali pada studi pendahuluan, yaitu tentang: 1) pelaksanaan dan jenis asesmen praktikum yang diterapkan pada perkuliahan praktikum Kimia Anorganik, dan 2) profil keterampilan generik sains dalam asesmen praktikum Kimia Anorganik. Informasi mengenai pelaksanaan dan teknik asesmen yang digunakan pada matakuliah praktikum Kimia Anorganik diperoleh melalui triangulasi data yaitu melalui wawancara, observasi, dan angket. Profil KGS dalam asesmen praktikum Kimia Anorganik diketahui melalui teknik angket, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara dan penyebaran angket diberikan kepada mahasiswa dan dosen penanggungjawab matakuliah.

Mahasiswa yang dipilih sebagai sampel dalam studi pendahuluan ini ditentukan secara purposive sampling, dalam hal ini yang dipilih adalah mahasiswa yang telah mengambil matakuliah praktikum Kimia Anorganik.


(35)

Jumlah mahasiswa yang terpilih sebanyak 23 orang. Dosen yang terpilih sebanyak dua orang yang merupakan dosen penanggungjawab matakuliah.

Istilah-istilah atau terminologi tentang indikator-indikator keterampilan generik sains yang digunakan dalam angket studi pendahuluan diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami mahasiswa untuk memudahkan keterbacaan. Hasil penyederhanaan istilah ilmiah yang digunakan dalam angket tersebut kemudian dijudgement oleh tiga orang validator.

3) Identifikasi Sarana dan Prasarana Laboratorium Komputer

Sarana dan prasarana laboratorium kimia dan laboratorium komputer beserta jaringan internet merupakan faktor utama untuk pelaksanaan penelitian. Kedua hal tersebut menjadi perhatian utama untuk pengembangan dan implementasi model APE.

c. Penentuan Topik Percobaan dan Perumusan Indikator KGS Praktikum Kimia Anorganik

Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan maka selanjutnya ditentukan topik-topik percobaan yang akan digunakan untuk mengembangkan indikator-indikator KGS. dirumuskan indikator-indikator KGS yang Pada tahap ini dirumuskan indikator-indikator KGS yang akan dikembangkan pada topik-topik percobaan yang dipilih. Indikator-indikator KGS yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi sebelas indikator, yaitu: 1) pengamatan langsung; 2) pengamatan tidak langsung; 3) kesadaran tentang skala; 4) bahasa simbolik; 5) kerangka logika; 6) konsistensi logis; 7) hukum sebab akibat; 8) pemodelan; 9) inferensi logika; 10) abstraksi; dan 11) tilikan ruang.


(36)

d. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, APE, dan Instrumen Penelitian

Pada tahap ini dikembangkan perangkat-perangkat dan instrumen yang mendukung implementasi APE yang dapat meningkatkan KGS mahasiswa pada praktikum Kimia Anorganik. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) pengembangan perangkat pembelajaran, yang terdiri dari silabus dan satuan acara perkuliahan (SAP); 2) pengembangan perangkat APE yang mencakup: kuis pengetahuan awal (KPA), lembar kerja mahasiswa (LKM), panduan penggunaan APE, dan add-on

software modul Exabis E-Portfolio pada sistem Moodle berbasis web pada situs

http://courses.kimiawan.org; dan 3) pengembangan instrumen evaluasi penelitian yaitu tes KGS terintegrasi dengan materi praktikum; serta 4) instrumen pendukung berupa angket tanggapan mahasiswa dan dosen serta lembar penilaian portofolio elektronik.

KPA, LKM dan tes KGS dikerjakan secara online, dengan deskripsi sebagai berikut:

1) Kuis Pengetahuan Awal (KPA)

Kuis ini dikembangkan berdasarkan indikator-indikator keterampilan generik sains yang diintegrasikan pada materi praktikum Kimia Anorganik. KPA berisi pengetahuan awal yang terkait dengan konsep-konsep materi percobaan. KPA merupakan kuis berbentuk pilihan berganda dan dikerjakan oleh mahasiswa sebelum melakukan praktikum. Kuis ini dikerjakan secara online. KPA dikembangkan untuk tiga jenis percobaan.


(37)

2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)

Seperti halnya dengan KPA, LKM juga dikembangkan berdasarkan indikator-indikator KGS yang diintegrasikan dengan materi praktikum pada praktikum Kimia Anorganik. LKM merupakan kuis dalam bentuk “short answer

question” dan disediakan secara online. Sebelum menyiapkan LKM di web,

terlebih dahulu LKM diujicobakan kepada 30 orang mahasiswa yang telah mengambil matakuliah praktikum Kimia Anorganik. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran jawaban dengan menggunakan bahasa mahasiswa. Jawaban-jawaban tersebut digunakan sebagai kata kunci pada alternatif-alternatif jawaban yang disediakan pada LKM dikembangkan berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh mahasiswa

LKM dikerjakan oleh mahasiswa setelah melakukan praktikum. Kuis ini mencakup konsep-konsep yang melandasi praktikum serta hasil-hasil pengamatan dalam percobaan. LKM dikembangkan untuk tiga jenis percobaan.

Kedua jenis kuis tersebut merupakan bentuk asesmen online sehingga nilai mahasiswa dapat segera diketahui setelah mengerjakan kuis. Untuk itu mahasiswa dapat segera mendapat feedback bersamaan dengan adanya nilai kuis.

3) Tes KGS

Instrumen tes KGS yang dikembangkan dalam penelitian ini terintegrasi dengan materi praktikum Kimia Anorganik. Pada awalnya soal yang dikembangkan sebanyak 60 butir soal. Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan generik sains mahasiswa sebelum dan sesudah implementasi APE pada kelompok eksperimen dan asesmen konvensional pada kelompok kontrol.


(38)

Tes KGS berbentuk tes objektif (pilihan ganda) mencakup ketiga materi percobaan, yaitu: 1) sintesis dan karakterisasi natrium tiosulfat pentahidrat, 2) sintesis dan karakterisasi kompleks kalium dioksalato-diakuokromat(III), dan 3) penenentuan bilangan koordinasi kompleks tembaga(II). Instrumen tes yang dikembangkan mencakup sebelas indikator-indikator KGS, yaitu: 1) pengamatan langsung, 2) pengamatan tidak langsung, 3) kesadaran tentang skala, 4) bahasa simbolik, 5) kerangka logika, 6) konsistensi logis, 7) hukum sebab akibat, 8) pemodelan, 9) inferensi logis, 10) abstraksi, dan 11) tilikan ruang. Pengembangan instrumen tes tersebut diintegrasikan dengan materi percobaan praktikum Kimia Anorganik.

Setelah melalui proses validasi oleh validator dan uji coba, perbaikan dan penyempurnaan, jumlah item yang valid dan reliabel menjadi 50 buah. Semua instrumen tes tersebut mencakup 11 indikator KGS yang diintegrasikan dengan materi praktikum. Instrumen tes tersebut digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan generik sains mahasiswa setelah implementasi APE pada matakuliah praktikum Kimia Anorganik.

Untuk memperoleh data hasil tes yang dipercaya, diperlukan tes yang mempunyai validitas, reliabilitas dan analisis lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menyusun kisi-kisi tes

Kisi-kisi adalah suatu bagan atau matrik yang menggambarkan penyebaran soal-soal sesuai dengan aspek atau pokok bahasan yang hendak diukur, tingkat


(39)

kesukaran dan jenis soal. Kisi-kisi disusun sedemikian rupa sehingga mencakup seluruh percobaan yang menjadi objek dalam penelitian ini. Kisi-kisi tes KGS dipaparkan pada Lampiran B2.

Penyusunan kisi-kisi tes berdasarkan indikator KGS yang akan dikembangkan pada matakuliah praktikum Kimia Anorganik dengan tetap mengacu pada Kurikulum Pendidikan Kimia PMIPA di salah satu LPTK di Palangkaraya. Tes KGS yang dikembangkan diintegrasikan dengan penguasaan konsep.

b) Analisis Tes KGS

Analisis tes dilaksanakan untuk mengetahui baik-buruknya tes yang dibuat, meliputi empat hal yakni: 1) analisis validitas tes, 2) analisis reliabilitas tes, 3) analisis butir soal (analisis daya pembeda, analisis tingkat kesukaran, analisis pengecoh (distraktor) dan analisis homogenitas), dan 4) analisis teknis kegunaan tes.

c) Analisis validitas tes

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Hal ini berarti bahwa tes KGS yang dibuat benar-benar mengukur indikator KGS beserta penguasaan konsep calon guru kimia pada matakuliah praktikum Kimia Anorganik.

Tes KGS yang dikembangkan dalam penelitian ini terlebih dahulu divalidasi oleh tiga orang pakar masing-masing dalam bidang Kimia Anorganik,


(40)

ICT bidang kimia dan keterampilan generik sains, dan bidang evaluasi pendidikan Kimia. Validitas yang diuji adalah: 1) validitas permukaan (face validity), dan 2) validitas isi (content validity). Validitas permukaan adalah validasi yang didasarkan pada analisis rasional. Aspek-aspek yang dianalisis mencakup aspek-aspek antara lain bahasa dan susunan kalimat tiap butir soal dan option jawaban. Demikian pula untuk validitas isi dilakukan melalui analisis rasional. Dalam hal ini, dilakukan pemeriksaan terhadap setiap butir soal, apakah sudah sesuai dengan tujuan dan indikator pembelajaran atau materi pokok yang akan diteskan. Cara yang lazim ialah mencocokkan tiap butir soal dengan kisi-kisi yang disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai pada matakuliah praktikum Kimia Anorganik. Tingkat kesesuaian seluruh butir soal (dalam satu tes) dengan kisi-kisi atau dengan bahan yang akan diteskan menunjukkan tingkat validitas isi. Karena belum ada tes KGS yang telah dikembangkan untuk materi yang serupa, jadi tidak dilakukan validitas kriteria (criterion validity). Demikian pula validitas ramalan juga (predictive validity) jugaa tidak dilakukan.

Selanjutnya, tes KGS divalidasi secara empiris, yaitu dengan mencobakan tes tersebut kepada 48 responden yang telah mengambil matakuliah praktikum Kimia Anorganik. Uji valitas tes KGS menggunakan program ANATES versi 4.0. d) Analisis reliabilitas tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Tes yang reliabel atau dapat dipercaya


(41)

adalah tes yang penghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini analisis reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan program ANATES versi 4.0. Pada pengujian tes KGS jumlah butir soal yang diuji sebanyak 60 butir yang diujikan kepada 48 orang mahasiswa. Hasil-hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan program ini adalah: 1) rata-rata skor= 23,65; 2) simpangan baku= 7,10; 3) korelasi XY (skor nomor soal ganjil genap)= 0,66; 4) reliabilitas tes= 0,79 (kategori tinggi), 5) kualitas pengecoh, daya pembeda, tingkat kesukaran dan signifikansi butir soal dipaparkan pada Lampiran B1.

Perhitungan korelasi yang digunakan dalam ujicoba tes KGS menggunakan metode belah dua (Split-half method), yaitu satu tes dan diadministrasikan satu kali kepada sekelompok mahasiswa sebanyak 48 orang.

e) Analisis butir soal

Analisis butir soal adalah segala upaya mengetahui kualitas (baik buruknya) semua butir soal dalam satu tes dengan cara menghitung daya pembeda, tingkat kesukaran, tingkat homoginitas, dan fungsi pengecoh dalam tiap butir soal.

f) Daya pembeda (DP)

Daya pembeda (DP) menunjukkan sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara mahasiswa yang menguasai bahan dengan siswa yang tidak menguasai bahan. DP butir soal dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: responden di bagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing 27% dari jumlah responden (peserta). Kelompok A adalah semua responden yang memiliki


(42)

skor total teratas dan kelompok B adalah semua responden yang memiliki skor total terbawah.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat masing-masing 13 responden yang terdapat pada kelompok atas dan kelompok bawah. Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda setiap butir soal dapat dilihat pada Lampiran B1.

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dari 60 soal terdapat 18 soal yang memiliki daya pembeda rendah. Akan tetapi soal tersebut tetap digunakan setelah mengalami perbaikan karena untuk mencegah hilangnya butir soal yang mewakili indikator KGS yang diukur. Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda dapat dilihat pada Lampiran B1.

g) Analisis tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Tes yang baik memuat kira-kira 25% soal mudah, 50% sedang dan 25% sukar. Hasil analisis daya pembeda setiap butir soal dapat dilihat pada Lampiran B1.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran, dari 60 soal yang duji terdapat satu butir soal yang sangat mudah dan 12 butir soal dengan kategori sangat sukar. Untuk soal yang sangat sukar, dilakukan beberapa perbaikan agar soal lebih mudah dipahami, sedangkan untuk soal sangat mudah dihilangkan. Akan tetapi soal tersebut tetap digunakan setelah mengalami perbaikan karena untuk mencegah hilangnya butir soal yang mewakili indikator KGS yang diukur. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada lampiran B1.


(43)

c). Analisis tingkat pengecoh (distraktor)

Pada tes pilihan ganda, tiap butir soal menggunakan beberapa pengecoh (distraktor). Tiap pengecoh hendaknya bermanfaat atau berfungsi, yakni ada sejumlah responden yang memilihnya. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh responden berarti tidak berfungsi mengecohkan responden, sebaliknya pengecoh yang dipilih oleh hampir semua responden berarti terlalu mirip dengan jawaban yang benar. Pengecoh dianggap baik bila jumlah responden yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal.

h) Analisis tingkat homogenitas

Tingkat homogenitas soal menunjukkan apakah tiap butir soal mengukur aspek/pokok bahasan yang sama, atau sejauh mana tiap butir soal menyumbang skor total tiap siswa. Butir soal yang homogen adalah yang menunjang skor total. Sebaliknya, butir soal yang tidak seiring dengan skor-total dikatakan tidak homogen, dan lebih baik dibuang atau direvisi.

Homogen tidaknya butir soal diketahui dengan menghitung koefisien korelasi antara skor tiap butir soal dengan skor total. Diperlukan perhitungan korelasi sebanyak butir soal dalam tes bersangkutan. Dalam ujicoba yang telah dilakukan terdapat 60 butir soal, maka terdapat 60 kali menghitung koefisien korelasi. Skor tiap butir soal adalah 1 atau 0, sedang skor total tiap responden cukup bervariasi.

Soal-soal yang sudah diperbaiki selanjutnya diuji coba kembali sehingga diperoleh 50 butir soal yang digunakan untuk memperoleh data KGS mahasiswa. Rekapitulasi hubungan antara indikator KGS dengan nomor soal yang diujikan


(44)

disajikan pada Tabel 3.1. Nomor soal yang disajikan adalah nomor baru hasil validasi.

Tabel 3.1 Hubungan antara Indikator KGS dengan Nomor Soal

No. Indikator KGS Nomor Soal

1. Pengamatan langsung 1, 2, 17, 18, 35, 36 2. Pengamatan tidak langsung 3, 19, 20, 37 3. Kesadaran tentang skala 4, 21, 38, 39 4. Bahasa simbolik 5, 22, 23, 40 5. Kerangka Logika 6, 24, 41

6. Konsistensi logis 7, 8, 25, 26, 42,46 7. Hukum sebab akibat 9, 10, 43, 44 8. Pemodelan 11, 12, 27, 32, 45

9. Inferensi logika 13, 14, 15, 28, 29, 30, 47

10. Abstraksi 16, 31, 48, 49

11. Tilikan ruang 33, 34, 50

4) Instrumen Pendukung

a. Lembar penilaian portofolio elektronik mahasiswa

Lembar penilaian portofolio elektronik yang dibuat digunakan untuk mengetahui kelengkapan komponen-komponen APE yang dipersyaratkan. Komponen tersebut mencakup KPA, jurnal, LKM dan laporan praktikum.

b. Angket tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan APE

Angket yang dibuat digunakan untuk mengetahui tanggapan mahasiswa dan dosen. Tanggapan tersebut mencakup kelebihan dan kekurangan APE.

5) Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Pada tahap ini dilakukan validasi terhadap: 1) perangkat-perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus dan SAP; 2) perangkat-perangkat APE, yaitu KPA, LKM, panduan penggunaan APE, dan program aplikasi APEyang diadd-on


(45)

pendukung, seperti angket tanggapan mahasiswa. Keseluruhan perangkat-perangkat pembelajaran, perangkat-perangkat APE, dan instrumen penelitian divalidasi oleh tiga orang validator pakar. Hasil validasi perangkat-perangkat tersebut dianalisis dan direvisi. Khusus untuk validasi tes KGS pretest-posttest melibatkan 48 jumlah mahasiswa jurusan Kimia yang telah lulus matakuliah praktikum Kimia Anorganik pada salah satu LPTK. Mahasiswa tersebut dianggap memiliki kemampuan yang sama dengan subjek penelitian. Validasi tes dimaksudkan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.

Keseluruhan perangkat-perangkat dan instrumen yang telah divalidasi

tersebut dinamakan sebagai “Prototipe Model Hipotetik APE I”. Model ini

selanjutnya diujicobakan pada sekelompok mahasiswa pada tahap ujicoba terbatas.

2. Tahap Intervensi a. Ujicoba Terbatas

Sebelum ujicoba dilakukan, terlebih dahulu dilakukan ujicoba awal berupa pelatihan terhadap sepuluh orang asisten praktikum. Asisten praktikum bertugas membantu peneliti dalam membimbing mahasiswa: a) melaksanakan praktikum; b) membimbing mahasiswa melakukan registrasi dan menjalankan APE; dan d) sebagai “non editing teacher” yang membantu mengoreksi, memberi skoring dan feedback pada setiap task yang termasuk komponen portofolio elektronik mahasiswa. Tujuan pelatihan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan interpretasi terhadap konten portofolio elektronik mahasiswa dengan menggunakan rubrik penilaian jurnal dan laporan praktikum.


(46)

Kegiatan yang dilakukan oleh asisten pada ujicoba adalah:

1) Mempelajari panduan penggunaan software APE dan teknik implementasinya. Menjelaskan fungsi dari setiap komponen-komponen APE, teknik memberi penilaian dan memberi komentar/feedback terhadap tugas-tugas mahasiswa calon guru berdasarkan rubrik penilaian.

2) Mengimplementasikan perangkat software APE dengan mengerjakan contoh latihan kuis, mengunggah dan menampilkan komponen-komponen portfolio ke dalam sistem Exabis E-Portfolio, memberi nilai dan komentar/feedback

terhadap assignment dan komponen-komponen portofolio lainnya.

Saran-saran yang diperoleh dari ujicoba awal digunakan untuk melakukan revisi. Revisi yang dilakukan terutama pada penyempurnaan panduan penggunaan APE.

Setelah dilakukan ujicoba awal selanjutnya dilakukan ujicoba terbatas terhadap 33 orang mahasiswa pada satu kelas program studi kimia di salah satu LPTK Makassar. Ujicoba terbatas perangkat software APE dilaksanakan pada ketiga jenis percobaan praktikum Kimia Anorganik. Langkah-langkah pelaksanaan ujicoba terbatas diuraikan sebagai berikut:

Pertama, terlebih dahulu mahasiswa diberi panduan penggunaan APE.

Kedua, memberi pelatihan singkat kepada mahasiswa tentang cara melakukan registrasi, mengerjakan kuis (KPA dan LKM), mengunggah tugas-tugas komponen portofolio dalam modul Exabis E-Portofolio. Registrasi dilakukan melalui situs http://courses.kimiawan.org pada matakuliah Kimia Anorganik.


(47)

Ketiga, adalah mahasiswa diberi pretest KGS yang dikerjakan secara

online. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, terlebih dahulu mahasiswa

mengerjakan KPA secara online, kemuadian mengunggah jurnal praktikum ke dalam portofolio elektroniknya. Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa mengerjakan LKM secara online. Terakhir mahasiswa mengunggah laporan praktikum ke dalam portofolio elektronik.

b. Tahap Validasi

Tahap validasi dilaksanakan dengan mengimplementasikan APE di kelas eksperimen dan asesmen konvensional di kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design (Sugiyono, 2010), seperti yang disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Desain Validasi Model APE pada Praktikum Kimia Anorganik Kelompok Pre-test Perlakuan Post-Test

Eksperimen 01 X 02

Kontrol 03 - 04

Keterangan : 0 = Tes Keterampilan Generik Sains X = Implementasi Model APE

Asesmen portofolio konvensional adalah asesmen yang biasa dilakukan pada praktikum Kimia Anorganik. Tugas-tugas prelab, jurnal praktikum, LKM, dan laporan praktikum yang diberikan pada kelas kontrol sama dengan yang diberikan pada kelas eksperimen. Tugas-tugas tersebut dikerjakan tanpa online.

Langkah-langkah implementasi APE di kelas eksperimen sama dengan yang dilakukan pada saat ujicoba terbatas, yang membedakan adalah tindak lanjut


(48)

diberikan oleh asisten praktikum/non editing teacher. Setelah itu mahasiswa melakukan refleksi dan penilaian diri untuk memperbaiki tugas-tugas yang perlu diperbaiki atau untuk perbaikan tugas pada siklus berikutnya. Setelah kegiatan intervensi selesai untuk ketiga percobaan, mahasiswa diberi posttest dan angket untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap model APE yang diterapkan pada praktikum Kimia Anorganik.

3. Analisis Data dan Interpretasi

a. Analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Data-data kuantitatif yang diperoleh dari tes KGS dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial. Data-data kualitatif yang diperoleh dari pengamatan pengumpulan tugas-tugas portofolio elektronik dan hasil angket tanggapan mahasiswa diolah dengan menggunakan statistik deskriptif.

b. Tahap Interpretasi

Interpretasi hasil analisis kuantitatif (QUAN) dan kualitatif (qual) dilakukan untuk mengambil kesimpulan dan pembuatan laporan hasil penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada dua tempat. Ujicoba terbatas dilaksanakan di LPTK Makassar. Selanjutnya tahap validasi dilaksanakan di LPTK di Palangkaraya yang memiliki program studi Pendidikan Kimia. Program studi ini mendidik mahasiswa sebagai calon guru kimia. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2010/2011.


(1)

Madden, T. (2007). Supporting Student e-Portfolios. Physical Sciences Centre, Department of Chemistry, University of Hull.

Manku, G.S. (1968). Inorganic Chemistry. Mc Graw Hill Pub Conif. New Delhi. McCoach, D.B. & Siegle, D. (2001). A Comparison of High Achievers’ and Low

Achievers’ Attitudes, Perceptions, and Motivations. Academic Exchange -Summer 2001.

McDiarmid, A.G. (1977). Inorganic Synthesis. New York: McGraw-Hill Book Company.

Meeus, W., Questier, F. and Derks, T. (2006). Open Source EPortfolio: Development and Implementation of an Institution-Wide Electronic Portfolio Platform for Students. Dalam Educational Media International, 43, (2), 133–145.

Mehralizadeh, Y., Salehi, E., and Marashi, S.M. (2008). “Higher Education and the Debate on Key/Generic Skills”. Dalam Canadian Journal of University Continuing Education, 34, (1), pp 95-118.

Miessler, G.L. dan Tarr, D.A. (1995). Inorganic Chemistry. Olaf College Northfield, Minnesota.

Miliszewska, Iwona., Anne Venables, and Grace Tan. (2009). How Generic is I(nformation) T(echnology)? Issues in Informing Science and Information Technology, (6), 2009.

Ministry of Education New Zealand. (2011). Digital portfolios: Guidelines for Beginners [Online]. Tersedia: http://www.minedu.govt.nz/~/ media/

MinEdu/ Files/EducationSectors/PrimarySecondary/Initiatives/

ITAdminSystems/DigitalPortfoliosGuidelinesforbeginners.pdf [12 Januari 2012]

Mitchell. T. (2005). “Summary of Tuning Chemistry Subject Area Findings”. Dalam ECTNAssociation Tuning Chemistry- News February 2005, 6, (1). Tersedia: http://ectn-assoc.cpe.fr/archives/lib/2005/N01/200501_ TuningChem.pdf [2 Februari 2010]

Mitchell, T. (2004). The Chemistry "Eurobachelor". [Version 2004]. Dalam

ECTN Association, February 2004. Dortmund, Germany (E.U.).

Molyneaux, T., Brumley, J., Li, J., Gravina, R. & Ward, L. (2009). A Comparison of the Use of Wikis and ePortfolios to Facilitate Group Project Work. Dalam AAEE 2009 [Online]. Tersedia: http://aaee.com.au/conferences/


(2)

Nahadi, (2009). Efektivitas Program Pembekalan Kemampuan Calon Guru Kimia dalam Bidang Penilaian Pembelajaran.

National Science Teacher Association (2003). Standards for Science Teacher Preparation [Online]. Tersedia: http://www.nsta.org/pdfs/ NSTAstandards2003.pdf. [17 Oktober 2008]

National Centre for Vocational Education Research, NCVER. (2003). Defining Generic Skills: At a Glance, Adelaide: NCVER.

Nicolaou, C. T., & Constantinou, C. P. (2005). Stagecast CreatorTm And WebctTm: An Integrated Use Of Computer Programming And A Virtual Learning Environment For Developing Modelling Skills. Paper presented at the Seventh International Conference on Computer Based Learning in Science (CBLIS 2005), Zilina, Slovakia., (CBLIS), 2-6.

National Research Council, NRC. (1999). How People Learn: Brain, Mind, Experience And School. Washington, DC: National Academy Press.

O’Connor, Christine, M. (2006). Designing Curriculum and Assessment to Promote Effective Learning in Chemistry in Higher Education. Level3 – August 2006 – Issue 4.

Ogilvie, C. (2000). Effectiveness of Different Course Components in Driving Gains in Conceptual Understanding. [online]. Tersedia http://torrseal.mit.edu/effeedtech/pdf/ogilvie.pdf [ 1 Nopember 2010]. Oliver, R.. & McLoughlin, C. (2001). Exploring the Practice and Development of

Generic Skills through Web-based Learning. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia, 10(3), 207-226.

Peacock, S., Murray, S., Scott, A., and Kelly, J. (2011). The Transformative Role of ePortfolios: Feedback in Healthcare Learning. International Journal of ePortfolio.1, (1), 33-48.

Pekdağ, B. (2010). Alternative Methods in Learning Chemistry: Learning with Animation, Simulation, Video and Multimedia. Dalam Journal of Turkish Science Education [Online], 7, (2). Tersedia: http://www.tused.org/internet/tused/archive/v7/i2/text/tusedv7i2a5.pdf.

Peliccione, L. & Dixon, K. (2008). ePortfolios: Beyond Assessment to Empowerment in the Learning Landscape. Tersedia: http://www.ascilite.org.au/conferences/melbourne08/procs/pelliccione.pd f Diakses 3 Juni 2010.


(3)

Popham, W.J. (2011). Classroom Assessment, What Teacher Need to Know. Sixth Edition. Boston: Allyn & Bacon.

Ramlawati, Liliasari, Martoprawiro, M.A., dan Wulan, A.R. (2010). Profile of Generic Science Skills in The Assessment of Practical Inorganic Chemistry. Dalam Prosiding 4th International Seminar of Science Education. Bandung, 29-30 Oktober 2010.

Rate, N. (2008). Assessment for Learning & ePortfolios. Ministry of Education eFellow. Tersedia pada http://www.core-ed.org/sites/core-ed.org/files/ nick-eportfolios.pdf. (Diakses 16 September, 2011).

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rustaman, N. Y. (2006). Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003. Seminar

Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia Dalam Bidang Matematika, Sains Dan Membaca. Jakarta; Puspendik Depdiknas.

Rustaman, N.Y. dan Rustaman, A. (2010). Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran (IPA) di Sekolah Dasar [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/131353755 -ANDRIAN_RUSTAMAN/PORTOFOLIO_SD.pdf [12 Mei 2012]

Sewell, M. Marczak, M. & Horn, M. (2007). The Use of Portfolio Assessment in Evaluation, The University of Arizona Web Site. http://ag.arizona.edu/fcs/cyfernet/cyfar/Portfo%7E3.htm

Siemens, G. (2004). ePortfolios [Online]. Tersedia: http://www.elearnspace.org/ Articles/eportfolios.htm [10 Desember 2011]

Smith, K. & Tillema, H. (2003). Clarifying Different Types of Portfolio Use. Dalam Assessment & Evaluation in Higher Education [Online], 28, (6), 625-648. Tersedia: http://www.tandfonline.com/doi/pdf/ 10.1080/ 0260293032000130252 [03 Maret 2012]

Starcic, A. I. (2008). E-Portfolio for Professional Learning Community. [Online]. Tersedia: http://www2.uiah.fi/~mmaenpaa/lectures/andreija/ e_portfolio.pdf [01 Juni 2010].

Stiggins, R. J. (2005). From Formative Assessment to Assessment FOR Learning: A Path to Success in Standards-Based Schools, Phi Delta Kappan, (87), 04, December 2005, 324-328. Tersedia: http://www.artfulassessment.org/ wp-content/uploads/2009/02 /fromformativeassessment.pdf


(4)

Sudarmin. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Organik dan Keterampilan Generik Sains (MPKOKG) bagi Calon Guru Kimia.

Disertasi Doktor Ilmu Pendidikan. SPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan. Sudarmin dan Liliasari (2007). Inovasi Pembelajaran Kimia Organik Berorientasi

Keterampilan Generik Sains. Proceeding of The First International Seminar on Science Education

Sugiyarto,K. (2001). Kimia Anorganik I JICA. Yogyakarta; Univeristas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suryanti, W.W., dan Yermihandoko, Y. (2009). Pemanfaatan Teknologi Untuk Memperkuat Praktik Asesmen Pendidikan IPA: Tanggapan Mahasiswa Calon Guru SD terhadap Penerapan Asesmen ePortfolio [Online].

Tersedia: http://vahonov.files.wordpress.com/2009/07/ tanggapan-terhadap-penerapan-asesmen-eportfolio.pdf [12 Nov. 2011]

Suyanti, R.D. (2006). Pembekalan Kemampuan Generik bagi Calon Guru Melalui Pembelajaran Kimia Anorganik Berbasis Multimedia Komputer. Disertasi Doktor Ilmu Pendidikan. Bandung: SPs UPI. Tidak Diterbitkan.

Sweat-Guy, R. dan Buzzetto-More, N. (2007). A Comparative Analysis of Common E-Portfolio Features and Available Platforms. Proceedings of the Informing Science and Information Technology in Education Conference,

June 2007. Ljubljana, Slovenia.

Tim Dosen Kimia Anorganik. (2008). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.

Makassar: Juusan Kimia FMIPA UNM

Tobin, K.G. (1990). Research on science laboratory activities: In pursuit of better questions and answers to improve learning. School Science and Mathematics, 90, 403-418.

Tosun, N. & Bariş, M. F. (2011). “E-Portfolio Applications In Education”. Dalam

TOJNED : The Online Journal Of New Horizons In Education - October 2011, 1, Issue 4.

Turner, K. dan Simon, S. (2007). Portfolios for Learning: Teachers’ Professional Development Through M-Level Portfolios. Chapter 3, 89 – 115. In New

Designs for Teachers’ Professional Learning. Pickering J, Daly C & Pachler N (Eds) Bedford Way Paper Series: Institute Of Education, University of London.


(5)

Tuvi-Arad, I. and Paul Gorsky. (2007). New Visualization Tools for Learning Molecular Symmetry: a Preliminary Evaluation. Dalam Chemistry Education Research and Practice, 8, (1), 61-72.

Uyanto, S.S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahyu, W. (2010). Pengembangan Model Pembekalan Kemampuan Generik Kimia Bagi Calon Guru Melalui Perkuliahan Kimia Dasar. Disertasi Doktor Ilmu Pendidikan. Bandung: SPs UPI. Tidak Diterbitkan.

Wang, S. (2009). Inquiry-Directed Organization of E-Portfolio Artifacts for Reflection. Interdisciplinary Journal of E-Learning and Learning Objects, Volume 5, 2009.

Wiggins, G. P. (1998). Educative Assessment:Designing Assessment to inform and improve Student Performance. San Francisco: Jossey-Bass.

Wu, HK., Krajcik, J.S., Soloway, E. (2001). Promoting Understanding of Chemical Representations: Students' Use of a Visualization Tool in the Classroom [Online]. Dalam Journal of Research in Science Teaching, 38, (7), 821-842. Tersedia: http://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/ 2027.42/34515/1/1033_ftp.pdf [ 15 Nov. 2011]

Wulan, A.R. (2009). “Strategi Asesmen Portofolio pada Pembelajaran Biologi di

SMA. Dalam Asimilasi, Jurnal Pendidikan Biologi, 1, (1) Juli 2009. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Wulan, A.R. (2007). Penggunaan Asesmen Alternatif pada Pembelajaran Biologi. Disampaikan pada Seminar Nasional Biologi: Perkembangan Biologi dan Pendidikan Biologi untuk Menunjang Profesionalisme. Mei 2007. 381-383. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/ JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATNAWULAN/asesmen_alternatif.pdf

Wulan, A.R. (2006). Penilaian Kinerja dan Portofolio pada Pembelajaran Biologi [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/

JUR._PEND._BIOLOGI/ANA_RATNAWULAN/handout_-penilaian_kinerja_dan_portofolio.pdf.

Yu, T.W. (2009). The Moderation of Liberal Studies School Based Assessment Scores: How to Ensure Fairness and Reliability? International Education Studies. Vol 2, No 4. Tersedia pada : http://ccsenet.org/journal/index.php/ ies/article/viewFile/3589/3570 . Diakses tanggal 27 Januari 2010.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA ANIMASI KIMIA, MODEL PRAKTIKUM, DAN LKS UNTUK MENGUNGKAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA

0 6 70

PENGEMBANGAN MODEL DIKTAT PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS GUIDED DISCOVERY INQUIRY BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

1 37 253

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA MELALUI PRAKTIKUM PROYEK MINI KIMIA BAHAN ALAM.

0 13 54

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA MELALUI PRAKTIKUM PROYEK MINI KIMIA BAHAN ALAM.

0 2 27

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA MELALUI PRAKTIKUM PROYEK MINI KIMIA BAHAN ALAM.

0 11 54

PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM KONTEKSTUAL PADA PRAKTIKUM FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP.

4 21 83

PENGEMBANGAN ASESMEN PORTOFOLIO ELEKTRONIK (APE) UNTUK MENILAI SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN.

0 10 45

PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERBASIS BUDAYA BALI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA CALON GURU KIMIA.

1 10 44

PENGGUNAAN ASESMEN KINERJA PADA PRAKTIKUM FLUIDA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

0 0 29

Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Materi Titrasi Asam Basa untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia

0 0 16