111 Selain  ditentukan  oleh
T,  proses  kristalisasi  lemak  CPO  juga  ditentukan oleh shear rate, yang secara mandiri juga berpengaruh terhadap t
i
dan 
maks
data pada  Tabel  17  dan  18,  serta  Lampiran  34.    Plot
  pada  salah  satu  T  yang dicobakan  yaitu
T 1
o
Cmenit  dan  T
C
25
o
C  Gambar  26  menunjukkan  bahwa pada  shear  rate  yang  semakin  tinggi    menyebabkan  t
i
menjadi  semakin  singkat induksi kristalisasi lebih cepat terjadi dan
maks
yang semakin rendah.  Karakter tersebut  juga  terjadi  pada  kristalisasi  lemak  coklat  dimana  pada  shear  rate  yang
lebih tinggi, kristal lemak akan terbentuk lebih cepat dan  sampel menjadi lebih
rendah  Briggs  dan  Wang,  2004.    Menurut  Sonway  dan  Mackley  2006, penerapan  shear  rate  secara  kontinyu  juga  akan  mengubah  struktur  polimorfik
dan kinetika kristalisasi lemak. Kisaran shear rate yang lebih tinggi menyebabkan kristalisasi CPO menjadi
lebih cepat terjadi setelah suhu isotermal T
C
25
o
C tercapai.  Perlakuan shear rate 400 s
-1
dapat mempercepat t
i
menjadi 13 menit, dibandingkan shear rate 40 dan 100 s
-1
dengan t
i
yang lebih panjang yaitu 22 menit.
Gambar  26  Pengaruh  shear  rate  terhadap  profil  viskositas  terukur  CPO  saat mengalami  tahap  kristalisasi  isotermal  di  suhu  25
o
C  dengan  suhu awal 55
o
C dan laju penurunan suhu 1
o
Cmenit.
20 40
60 80
100 120
140
15 30
45 60
75 90
V is
k os
it as
t er
u k
u r
m P
a. s
Waktu isotermal  menit
40a 100a
400a
0               15              30             45             60
g
= 40 s
-1
g
= 100 s
-1
g
= 400 s
-1
112 Perlakuan  shear  rate  400  s
-1
menghasilkan  data  t
i
dan 
maks
yang  berada pada  subset  yang  berbeda  dengan  perlakuan  shear  rate  40  dan  100  s
-1
.    Kisaran shear  rate  di  bawah  100  s
-1
,  diduga  menghasilkan  efek  yang  sama  terhadap  t
i
CPO.  Tarabukina et al. 2009 yang melakukan kristalisasi sampel RBDPO pada kisaran shear rate 1-100 s
-1
dengan T 5
o
Cmenit dan T
C
10
o
C juga tidak dapat mendeteksi  adanya  pengaruh  shear  rate  1-100  s
-1
terhadap  titik  awal  terjadinya kristalisasi.
Graef  et  al.  2009  telah  mempelajari  pengaruh  shear  rate  terhadap  sifat polimorfik  dan  pengembangan  mikrostruktur  selama  proses  kristalisasi  RBDPO
pada  suhu  25
o
C,  dan  membuktikan  bahwa  penerapan  shear  yang  rendah  dan waktu  yang  singkat  dapat  memicu  terjadinya  kristalisasi  primer.    Selain  itu,
perlakuan  shear  rate  yang  mengawali  tahap  kristalisasi  statis  juga  sangat berpengaruh  pada  pengembangan  mikrostruktur  kristal  RBDPO.  Pengaruh  shear
rate  selama  proses  kristalisasi  lemak  juga  telah  dipelajari  oleh  Tarabukina  et  al. 2009  yang  menggunakan  sampel  RBDPO,  dimana  disimpulkan  bahwa  shear
rate berpengaruh kuat terhadap struktur dan ukuran agregat kristal. Shear  rate  memberikan  pengaruh  nyata  yang  negatif  terhadap
maks
CPO, dimana  shear  rate  yang  semakin  tinggi  akan  menghasilkan
maks
yang  lebih rendah.      Hasil  tersebut  sesuai  dengan  penelitian  Tarabukina  et  al.  2009  pada
sampel RBDPO dimana pada penerapan shear rate yang lebih tinggi, 
maks
setelah tahap  kristalisasi  selesai  akan  lebih  rendah.  Pengaruh  shear  rate  terhadap  kristal
lemak sampel RBDPO juga diamati oleh  Graef  et  al. 2009 secara mikroskopik dengan  mikroskop  polarisasi  cahaya  polarized  light  microscopePLM,  dimana
pada  shear  rate    yang  semakin  meningkat  1,  10  dan  100 s
-1
yang  diterapkan selama  30  menit,  dan  dilanjutkan  proses  kristalisasinya  selama  30  menit
berikutnya, akan dihasilkan ukuran kristal yang lebih besar.  Agregat kristal pada shear  rate
yang  lebih  besar  terkait  dengan  dengan  kristal-kristal  baru  yang berperan dalam membentuk struktur jaringan lemak padat.  Akan tetapi, Graef et
al.  2008  juga  menyatakan  bahwa  penerapan  shear  selama  proses  kristalisasi dapat  memberikan  efek  yang  berbeda-beda.
Pada  tahap  agregasi  kristal,  shear dapat memicu terjadinya agregasi, akan tetapi bila shear ditingkatkan, shear juga
dapat menyebabkan terjadinya pemecahan agregat kristal.
113 Berdasarkan  hasil  penelitiannya,  Tarabukina  et  al.  2009  menyimpulkan