fonem e pada konjugasi bentuk lampau - ta . Akhi a -te ini sama seperti kata
ke ja e tuk la pau -ta + non da dala ahasa Jepa g sta da . Kata ke ja e tuk la pau -ta adalah untuk menyatakan fakta atau kejadian yang telah terjadi.
Padanan yang sesuai untuk kata osete agete ke bahasa Jepang standar
adalah osete ageta . Partikel di akhir kalimat da dipilih sebab kalimat di atas
diambil dari dalam kutipan percakapan yang kasual. Partikel da pada nda tidak
diikutsertakan karena tidak terletak di akhir kalimat sebab masih terdapat partikel te .
Kat a osete agete dalam dialek Osaka ke dalam bahasa Jepang standar
sebagai penanda kasual pernyataan bentuk lampau dialek Osaka adalah oseteageta . Padanan dialek Osaka ke bahasa Jepang standar pada kalimat
Kazu ha wo, jite sha o ushiro i oseteagete te adalah Kazu ha wo, jite sha o ushiro i oseteageta te . Penjelasan tentang partikel te akan dijelaskan
pada pembahasan 4.1.2.2.
4.1.1.7. Vtan V
6
い Doko ittottan.
Tadi pe gi ke a a? Kata ittotta pada predikat di atas mengandung dialek Osaka. Dialek Osaka
te dapat pada kata ke ja e akhi a -ta . Kata ke ja e akhi a -ta berasal dari kata ke ja la pau -ta + , pada dialek Osaka ini digunakan ketika bertanya sesuatu
yang telah terjadi di masa lampau. Pertanyaan yang dipakai dalam kalimat yang e ggu aka kata ke ja e akhi a -ta bisa dalam bentuk pernyataan atau
e ggu aka kata kata ta ya WH uestio sepe ti doko , dou , dare , a i . Sedangkan untuk menyatakan pernyataan atau jawaban dari sebuah pertanyaan,
kata ke ja e akhi a akhi a -ta dalam dialek Osaka selalu mendapat imbuhan partikel ya
di akhi kali at. Akhi a -ten kali at o o da -ta sama-sama e yataka e tuk la pau. Aka tetapi, akhi a -ta lebih digunakan untuk
e yataka pe ta yaa da i pada pe yataa . “eda gka akhi a -te bisa untuk menyatakan pertayaan akan tetapi hanya pada kalimat yang terdapat kata tanya
WH question, tidak bisa untuk bertanya melalui sebuah pernyataan. Kata tanya denga
e ggu aka e tuk -ten digu aka u tuk e geksp esika e osi ya g le ih kuat da i pada e tuk -ta .
Pada ahasa Jepa g sta da pa tikel o di akhir kalimat juga bisa berfungsi se agai pe a da peta yaa ya g e upaka e tuk fo al da i -nodesuka .
“ehi gga kata ke ja e tuk la pau -ta + o dalam bahasa Jepang standar, juga dapat e iliki fu gsi ya g sa a de ga kata ke ja e tuk la pau -ta dalam
dialek Osaka sebagai penanda kalimat tanya pada peristiwa yang lampau atau telah terjadi. Bent
uk -ta pada dialek Osaka bisa digunakan sebagai bentuk pernyataan atau ja a a da i se uah pe ta yaa apa ila di akhi ko jugasi -ta ditambah
dengan kopula ya seperti yate sebagai penanda kutipan di akhir kalimat.
Kata ittotta berasal dari bentuk dasa itte + totta + . Be tuk -totta pada kata ittotta e upaka e tuk la pau da i e tuk -totte penjelasan 4.1.1.4.
Be tuk -totte terdiri dari dua bentuk yaitu untuk menyatakan Vte iru dan Vte oku. Pada kata ittotta yang paling mendekati sesuai dengan konteks kalimat adalah
bentuk Vte iru, karena peristiwanya lampau dan telah terjadi serta sama sekali tidak menunjukkan suatu persiapan. Persamaan dari dialek Osaka ke Bahasa Jepang
standar pada kata ittotta adalah itte + ita + no . Menggunakan partikel o
di akhir kalimat o kalimat tersebut adalah kalimat pertanyaan.
Kata ittotta dalam dialek Osaka ke dalam bahasa Jepang standar sebagai pe a da kasual pe ta yaa e tuk la pau dialek Osaka adalah itte ita o .
Padanan dialek Osaka ke bahasa Jepang standar pada kalimat, Doko ittotta
adalah Doko itteita o .
4.1.1.8. Kopula ‘ya