BAB I LANDASAN TEORI ERGONOMI
2.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Pada zaman dahulu ketika kita masih hidup didalam lingkungan alam yang asli, kehidupan manusia tergantung pada kegiatan tangannya.
Alat-alat, perlengkapan atau rumah sederhana di buat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alam pada saat itu.
Perubahan waktu walaupun secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari keadaan primitive menjadi manusia yang berbudaya.
Kejadian ini terjadi antara lain terlihat pada perubahan rancangan- rancangan peralatan yang dipakai, mulai dari batu yang diolah menjadi
alat yang dimanfaatkan lebih baik. Perubahan pada saat sederhana ini menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha
merubah alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaian. Hal ini lebih terlihat lagi pada alat-alat yang dipakainya dan yang digunakan
memudahkan pada bagian tasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan pemakai untuk
menggerakannya. Banyak lagi perubahan-perubahan yang serupa dengan itu dari abad ke abad.
Namun hal itu berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah bahkan terkadang secara hanya kebutulan saja, baru pada
abad ke 20 ini, orang baru memulai mensistematiskan cara-cara perbaikan tersebut khususnya mengembangkannya. Usaha-usaha ini
berlagsung terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan pada puncak yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan nyaman dan efektif.
Manusia dengan segala tingkah lakunya merupakan suatu makhluk hidup yang sangat kompleks.Untuk mempelajari diri manusia,
tidak cukup ditinjau dari satu segi ilmu saja, dan itulah sebabnya untuk mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin
ilmu antara lain biologi, psikologi, faal, antropologi, perencanaan kerja, fisika dan lain-lain yang mana masing-masing disiplin ilmu tersebut
berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya para perancang fasilitas sehingga mencapai kegunaan yang optimal.
Untuk mencapai keadaan diatas, ternyata memerlukan dan memakan waktu yang cukup panjang. Pada mulanya ergonomi banyak
dikuasai para ahli psikologi, dimana pada saat itu, pemilihan operator yang berprestasi dan mempunyai keahlian yang tinggi lambat laun
terbukti bahwa hasil akhir dari keseluruhan ternyata memuaskan. Hal ini terbukti dengan nyata pada saat perang dunia kedua. Pesawat terbang,
senjata dan peralatan lainnya dibuat secara otomatis menjadi begitu tidak mampu menguasai operasi kompleks dan alat-alat tersebut. Sejarah
perang banyak menunjukkan bahwa selama perang berlangsung banyak dijumpai bom-bom dan peluru-peluru yang tidak mengenai sasaran.
Hancurnya kapal-kapal, dan perenjataan-persenjataan lainnya karena alat-alat dan saran tersebut dirancang tanpa memperhatikan kemampuan
dan keterbatasan manusia sebagai operatornya. Baru setelah perang dunia kedua, maka para ahli menjadi terbuka
bahwa untuk merancang suatu sistem kerja harus bisa menginterasikan elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. Manusia yang
merupakan satu komponen kerja, perlu mendapat tenaga perhatian khusus, karena sifatnya kompleks, ergonomi merupakan ilmu tersendiri
yang memepelajari dari karakterisrik dan tingkah laku manusia.
Berdasarkan latar belakang itulah maka defenisi dari Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistimatis untuk memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja
pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan dan melalui pekerjaan itu kita dapat menggunakan waktu yang efekitf, aman
dan nyaman. Sekarang para ahli ergonomi telah memperluas beberapa
perhatiannya kebidang sipil yakni perancangan jalan raya, perumahan dan fasilitas yang berhubungan dengan manusia.
2.2. Manusia Sebagai Komponen Manusia Mesin