BAB II KONSEP DASAR TEORI
disusun oleh :
DERI SAPUTRa, MEYNI YASTATI ,NYAYU RATIH ,WINDA APRIANI,MENGKI KRISTIAWAN
A. Definisi Asma bronkhial adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di mana asma adalah
yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar o,5-1 dari seluruh kehamilan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodikkontraksi spasme pada saluran nafas.iman somantri, 2008.
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu smeltzer, suzanne c,2002.
B. Etiologi Belum diketahui. Faktor pencetus adalah alergen, infeksi terutama saluran napas bagian atas ,
iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks, gastroesofagus, dan psikis. 1. Alergen
Yaitu protein, serbuk sari, spora jamur, bulu halus, bulu binatang, makanan, debu, dll. 2. Infeksi saluran nafas
Berupa virus respiratori synchitial virus RSV dan virus influenza. 3. Iritasi
Bisa didapatkan dari hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
4. Perubahan cuaca yang ekstrim 5. Refleks gastroesopagus
Yaitu iritas trakeobrinkhiale oleh isi lambung. 6. Aktifitas yang berlebihan
7. Psikologisemosional 8. Obat-obatan
9. Linkungan kerja 10. Polusi udara
11. Pengawet makanan.
C. Patofisiologi Infeksi merusakan dinding bronkhials, sehingga akan menyebabkan struktur penunjang dan
meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan menobstruksi bronkus. Dinding secara permanen menjadi distensi oleh batuk yang berat. Infeksi meluas ke jaringan peripbronkial, pada
kondisi ini timbulah saccular bronchiectasis. Setiap kaliu dilatasi sputum kental akan berkumpul dan akan menjadi abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui bronkus. Bronkietasis biasanya
terlokalisasi dan mempengaruhi lobus atau segmen paru lobus bawah merupakan area yang Paling sering terkena.
Retensi dari sekret dari sekret dan timbul obstruksi pada akhirnya akan menyebabkan obstruksi dan colaps atelektasis alveoli distal. Jaringan parut fibrosis terbentuk sebagai reaksi peradangan
akan menggantikan fungsi dari jaringan paru. Pad asaat ini kondisi klien berkembang ke arah
insufiensi pernapasan yang di tandai dengan menurunnnya kapasityas vital vital capacity, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio residual volume terthadap kapasitas total paru. Terjadi
kerusakan pertukaran gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan juga terjadi hipoksemia. Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi,dll dapat menimbulkan
reaksi antigen dan antibodi kemudian dikeluarkannya substansi vasoaktifsel mast histamin, bradikinin, anafilatoksin, prostaglandin, setelah itu terjadi kontraksi otot polos bronkospasme,
peningkatan permeabilitas kapiler adema, mukosa, hipersekresi, dan sekresi mukus meningkat kemudian obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk, dispnea, dan mengi.
D. Manifestasi Klinis 1. Dispnea parah dengan ekspirasi memanjang
2. Wheezing 3. Batuk produktif, kental dan sulit keluar
4. Penggunaan otot bantu napas 5. Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus
6. Hiperkapnia 7. Anoreaksia
8. Diaporesis Karakteristik gejala dari bronkiektasi antara lain sebagai berikut.
1. Batuk kronik dan produksi sputum purulen kehitaman 2. Sejumlah besar dari klien mengalami hemoptisis 50-70 kasus dan dapat disebabkan oleh
perdarahan mukosa jalan napas yang rapuh atau adanya inflamasi . 3. Pneumonia berat
4. Clubbing finger, terjadi akibat insufisiensi pernapasan. 5. Asimptomatik, pada beberapa kasus.
Bronkietaksis tidak dapat secara cepat di diagnosis, karena gejala-gejalanya mukin akan menyerupai brongkitis kronis. Tanda yang definitif dari bronkiektasis adalah riwayat batuk produktif
dalam waktu jangka lama, dengan sputum yang secara tetap negatif terhadap basil turberkel. Diagnosis ditegakkan berasalkan hasil bronkografi, brokoskopi, CT-Scan yang akan menunjukkan
ada tidaknya dilantasi bronkeal. Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran nafas ini dapat menyebabbkan timbulnya episode
mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan,dan batuk. Khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas s dapat menunjang diagnosis
asma. Dalam sekutum dapat di temukan kristal carcot-leyden dan spiral Curshman. Uji tiberkulin penting bukansaja karana di indonesia mqasih banyak tuberkulosis,tetapi jika ada tuberkulosis dan
tidak di obti,asamanya mungkin akan sukr di kontrol.
Penatalaksanaan Hindari factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas elrgi udara dingin, dan factor pesikis
gunakan obat local seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat anti asma modern umumnya tidak berpengaruh negative terhadap janin selama di
gunakan sesuai dengan anjuran dokter, kecuali adrenalin. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin akibat penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenisasi pada janin
tersebut. Namun, harus diingat aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus. Pada serangan asma akut, penangan sama dengan wanita hamil, yaitu berikan cairan intravena,
encerkan cairan sekresi di paru, berikan O2 setelah pengukuran PO2, PCO2 sehingga tercapai
PO260 mmHg dengan kejenuhan 95 oksigen atau normal, cek bayi, dan berikan obat kortikosteroid.
Pada status asmatikus dengan dengan gagal nafas, jika setelah pengobatan intensif selama 30-60 menit tidak terjadi perubahan, secepatnya lakukan intubasi. Berikan antibiotik bila terdapat dugaan
terjadi infeksi. Upayakan persalinan secara spontan. Namun, bila pada pasien berada dalam serangan, lakukan
ekstraksi vakum atau forceps. Seksio sesarea atas indikasi asma jarang au tak pernah dilakukan. Teruskan pengobatan regular asma selama proses kelahiran. Jangan diberikan analgesic yang
mengandung histamine, tapi pilihlah morfin atau analgesic epidural. Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostaglandin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme.
Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu. Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan gangguan tidur.
Namun, obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam air susu sangat kecil.
Ada 4 tujuan utama dari penatalaksanaan medis pada klien bronkiektasi yaitu sebagai berikut: a. Menemukan dan menghilangkan masalah yang mendasari
b. Memperbaiki kebersihan secret trakeobronkial c. Engendalikan infeksi, khususnya pada masa eksaserbasi akut
d. Memulihkan obstruksi aliran udara pernapasan. Pengontrolan infeksi dilakukan dengan pemberian obat anti microbial, berdasarkan hasil uji
sensitivitas kultur organisme dari sputum. Klien mungkin akan diberikan obat antibiotic sel ama bertahun-tahun dengan tipe antibiotic yang berbeda sesuai dengan perubahan dalam interval.
Postural drainase merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan, dikarenakan drainase pada area bronkiektasis dilakukan dengan menggunakan gaya gravitasi.
Bronkodilator dapat diberikan kepada orang yang juga mengalami penyakit jalan nafas obstruktif. Intervensi bedah meskipun sering dilakukan tetapi tindakan ini hanya di indikasikan untuk klien yang
mengalami ekspektorasi sputum yang berlanjut dalam jumlah besar dan mengalami peneomonia serta hemobtisis berulang pada klien yang tidak berobat secara teratur.
F. Pemeriksaan penunjang 1 Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup nebulizerinhaler, positif jika peningkatan VEPKVP 20.
2 Sputum : eosinofil meningkat 3 Eosinofil darah meningkat
4 Uji kulit 5 RO dada
Yaitu patologis parukomplikasi asma 6 AGD
Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia PCO2 turun kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia PCO2 naik.
Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.
Analisis gas darah: hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolic, atau respiratorik. Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV yang dapat dikerjakan secara bedside.
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN