TRADISI ABOGE SURO (Studi Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri )

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk, yang mempunyai kekayaan kebudayaan. Salah satu dari kebudayaan itu sendiri adalah trdisi, sebagai hasil perpaduan dan akulturasi berbagai unsur yang datang sejalan dengan perkembangan zaman selama ribuan tahun. Perpaduan unsur budaya tersebut menghasilkan ciri-ciri khas daerah yang kadang kala mempunyai kemiripan antara daerah satu dengan daerah lain. Suatu bentuk unsur budaya tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Manusia merupakan mahluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohani jiwa (jiwa) segi rohaniah terdiri dari pikiran dan perasaan, apabila diserasikan, akan menghasilkan khendak yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah yang kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia. tindakan tersebut mereka wujudkan dalam suatu pola kebiasaan atau tradisi.

Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, kelompok masyarakat yang berada di desa jabon salah satunya adalah murtitomo waskito tunggal, dimana nama kelompok


(2)

2 atau komunitas tersebut diperoleh dari nama ilmu warisan para raja-raja yang pernah memimpin di daerah seperti raja Kediri dan derah - daerah lainnya. Ilmu tersebut memberi cara untuk langsung berkomunikasi dengan sang pengusa yaitu Allah SWT. biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.

Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi

dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu.1

Tadisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang

sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”)

atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul

1 http: tasikuntan. wordpress.com/2012/11/30/pengertian-tradisi diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB


(3)

3 semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik

untuk menyelesaikan persoalan2.

Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi dan budaya itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Memang ada beberapa tradisi dan budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi banyak juga budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang memegangi ajaran Islam dengan kuat (kaffah) tentunya dapat memilih dan memilah mana budaya Jawa yang masih dapat dipertahankan tanpa harus berhadapan dengan ajaran Islam. Sementara masyarakat Jawa yang tidak memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih banyak menjaga warisan leluhur mereka itu dan mempraktekkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut. Fenomena seperti ini

terus berjalan hingga sekarang3.

Adanya akulturasi Islam dan budaya Jawa dalam Penanggalan Aboge terlihat dari nama-nama bulan yang digunakan. Namun jika dilihat dari jumlah hari dalam satu bulan serta masih melekatnya istilah hari pasaran ini jelas merupakan budaya Jawa, istilah wage, kliwon, (legi) manis, paing dan pon adalah murni dari penanggalan Jawa. Pengaruh budaya Jawa yang masih kentara juga dapat dilihat

2 http:mulfiblog. wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi diakses hari senin tanggal 24 februari pukul 10:01 WIB

3 http:eprints.uny.ac.id/2609/1/5._Tradisi_dan_Budaya_Masyarakat_Jawa_dalam_Perspektif_Islam.pdf diakses


(4)

4 ketika hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha jatuh pada hari Rebo (legi) Manis. Menurut mereka hari tersebut tidak boleh digunakan untuk berhari raya, karena hari itu bukanlah “hari baik” untuk berhari raya, sehingga hari raya yang jatuh pada hari tersebut akan diganti dengan hari berikutnya. Hal ini dikarenakan hari rebo (legi) manis adalah kantonge dina (Induk hari) sehingga tidak boleh dijadikan sebagai hari raya atau kegiatan bersenang-senang lainnya.

Dari macam-macam budaya atau tradisi dijawa salah satunya yang berada di jawa timur khususnya di desa jabon kabutaen Kediri adalah Tradisi Aboge Suro, Tradisi ini dimulai Pada awal tahun 1963 yang dipelopori oleh Bapak Jamin, dan diteruskan Bapak Cayos dari semua yang menerima warisan Tradisi Aboge Suro sesepuhnya adalah Mbah Sarmo dari gura, Mbah Sarmo adalah salah satu murid Romo Suwono dari solo romo suwono cucunya Pangeran Sumber Nyowo yang melaksanakan Tradisi Aboge Suro dari jaman belanda.

Tradisi Aboge Suro bertujuan untuk mengingatkan jati diri manusia seluruh dunia, menceritakan jati diri manusia dari awal proses terbentuknya manusia sampai lahir di dunia hingga meninggal. Agar selalu ingat mengucapkan terimakasih terhadap sang pencipta yaitu dengan melakukan upacara tradisi Aboge suro sampai saat ini atau setiap tahun desa jabon selalu melaksanakan Tradisi Aboge Suro dan selalu diturunkan secara turun-temurun khususnya komunitas murtitomo waskito tunggal.


(5)

5 Masyarakat Desa jabon deberi rejeki yang berlimpah ataupun pendapatan masyarakat desa jabon cukup tinggi, dan lingkungan yang aman dari maka itu desa jabon setiap tahun yang selalu melaksanakan upacara suroan untuk mengucapkan rasa syukur tehadap sang pencipta, dan meneruskan Tradisi Aboge Suro dari leluhur jaman dulu semenjak jaman belanda yang sekarang di pimpin oleh Mbah Mat Yasir.

Kepercayaan masyarakat terhadap adanya penguasa alam semesta mendorong mereka untuk melakukan satu hal yang dianggap baik. Salah satu bentuk rasa sukur terhadap penguasa alam semesta dalam bentuk Tradisi Aboge Suro. Menyadari atas kesempatan teramat mulia yang diberikan oleh Sang Pencipta, maka sudah selayaknya manusia selaku titah menjalankan kehidupan didunia yang waktunya terbatas ini, dengan berbuat yang terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri dan keluarga terdekatnya, tetapi untuk sesama mahluk Tuhan dengan antara lain

melestarikan jagad ini, istilah kejawennya adalah Memayu Hayuning Bawono.

Tidak salah jagad harus dilestarikan, karena kalau jagad rusak, didunia ini tidak ada

kehidupan.4

Aboge Suro ditekankan untuk selalu diturunkan kepada generasi muda agar tradisi ini tidak hilang dari desa jabon kabupaten kediri, dan generasi muda bukan hanya mendengarkan sejarah Aboge Suro tapi juga harus berpatisipasi ataupun mengikuti ritual tersebut. Hal ini agar kehidupan selanjutnya ataupun generasi muda akan setentram nenek moyangnya. Jadi Aboge Suro ini tidak boleh hilang begitu saja

4 http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/perayaan1suro diakses hari senin tanggal 24 februari


(6)

6 dikarenakan adanya kebudayaan-kebudayaan yang baru dari luar, diharapkan selalu diturunkan kepada generasi muda ke cucu sampai ke cicitnya. dan cara mewariskannya bukanlah hanya berbentuk cerita ataupun dongeng tapi mengikuti ritual Aboge suro yang di selenggarakan setiap tahun sekali, dengan begitu anak-anak atau generasi muda mengetahui bagaimana menjalankan ataupun melaksanakan upacara atau ritual Aboge Soro

Malam Aboge Suro (Suroan) merupakan adat atau tadisi yang sudah melekat dan bahkan sudah mendarah daging pada masyarakat tertentu (Karena tidak semua masyarakat mengetahui dan melaksanakan tradisi tersebut). Tradisi Malam Aboge Suro ini dilakukan secara turun-temurun dan terus menerus untuk dipertahankan serta dilaksanakan sampai sekarang. Tradisi tersebut biasanya berupa upacara Tradisional. Masyarakat yang masih melestarikan tradisi ini dan sering melaksanakan ritual hal ini biasanya dijumpai pada daerah pedesaan di pulau jawa.

Tradisi Malam Aboge Suro atau Suroan merupakan adat istiadat yang dilaksanakan setiap bulan Syuro atau Muharram dalam hitungan islam, tradisi tersebut sudah melekat dan sudah mendarah daging pada masyarakat tertentu. Karena tidak semua masyarakat mengetahui dan melaksanakan tradisi tersebut. Tradisi itu biasanya berupa upacara tradisional yang integral dari kebudayaan masyarakat.

Upacara tradisional juga dapat membangkitkan rasa aman bagi setiap warga masyarakat desa jabon, karena upacara tradisional bisa menjadikan rasa solidaritas masyarakat semakin kuat meskipun masyarakat desa jabon Kediri tidak semua


(7)

7 mengikuti ritual yang dilaksanakan oleh komunitas murtitomo waskito tunggal. Hal ini disebabkan didalam Upacara Tradisional tersebuat melibatkan anggota komunitas murtitomo waskito tunggal mencapai tujuan bersama. Pada umumnya upacara tradisional itu bersifat secara turun-menurun yang diwariskan oleh nenek moyang kepada anak cucunya dan anak cucunya tersebut melestarikannya sesuai dengan fungsi didalam kehidupannya

Menurut Penanggalan Aboge sebulan terdiri dari 30 hari dan 29 hari. sebagaimana penghitungan tahun dalam masyarakat Jawa Kuno, Aboge masih menggunakan dan menghitung tahun hanya delapan (8) tahun bertemu satu siklus dan diulangi lagi nama tahun dari awal yaitu : Alip, Eehe, Jim Awal, Jee, Dzal, Bee, Wawu, dan Jim akhir. Dalam perhitungan tahun Jawa Islam (Penanggalan Aboge) permulaan tahun dimulai dengan Tahun Alip yang memiliki dua belas bulan dengan rumus-rumus sebagai berikut :

No Singkatan Bulan Hari Pasaran

1 Ramjiji Muharam Rebo Wage

2 Parluji Sapar Jemuah Wage

3 Ludpatma Mulud Setu Pon

4 Ngukhirnemma Robingul Akhir Senen Pon

5 Diwaltupa Jumadil Awal Selasa Paing

6 Dikhirropat Jumadil Akhir Kemis Paing


(8)

8 Cara membaca tabel ini adalah Tahun Alip dimulai dari bulan Muharam disingkat “ram” yang jatuh pada hari rebo (ji=Siji yaitu hari nama pertama hari dalam penanggalan Jawa) dan pada pasaran wage (nama pasaran pertama dalam penanggalan Jawa), karena itu ram berarti muharam, ji berarti hari rabu dan ji selanjutnya berarti wage. Dari tabel ini dapat kita ketahui hari dan pasaran yang menjadi awal hari pada tiap-tiap bulan dalam tahun Alip. Misalnya untuk untuk bulan syawal sekaligus penetapan hari raya, maka pada tahun Alip akan jatuh pada hari Rebo (Rabu) Kliwon hal ini karena rumus pada bulan Syawwal adalah Waljiro yaitu Syawal Siji Loro, bulan sawal jatuh pada hari rabu yang menjadi hari pertama (siji=ji) dan kliwon adalah pasaran kedua (loro=ro).5

Melihat permasalahan tersebut diatas, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Trdisi Aboge Suro“, Alasan memilih Aboge Suro ini, karena masyarakat jawa banyak yang melaksanakan Tradisi Satu Suro, akan tetapi yang melakukan Tradisi Aboge Suro salah satunya ada didesa jabon kabupaten Kediri.

5 http://majelispenulis.blogspot.com/2012/05/islam-aboge-harmoni-islam-dan-tradisi.html diakses hari rabu tanggal 12 maret pukul 7:57 WIB

8 Wahmalu Ruwah Ahad Manis

9 Sanemro Puasa Senen Kliwon

10 Waljiro Sawal Rebo Kliwon

11 Dahroji Dzulqoidah Kemis Wage


(9)

9 1.2Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Tradisi Aboge Suro pada Komunitas murtitomo waskito tunggal didesa Jabon kecamatan kediri.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendesripsikan Tradisi Aboge Suro yang dilakukan oleh Komunitas murtitomo waskito tunggal Desa Jabon kecamatan kediri.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat secara Teoritis

Adapun Manfaat Praktis yang dapat diperoleh dari adanya penulisan laporan penelitian ini antara lain

Sebagai bahan informasi tentang nilai-nilai kearifan lokal sehingga diharapkan bisa dijadikan referensi bagi mahasiswa UMM terutama Fakultas ISIP lebih khususnya Jurusan Sosiologi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

Bermanfaat untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori sosiologi khususnya interaksi simbolik yang telah diperoleh selama perkuliahan guna mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan Tradisi Aboge Suro bagi Masyarakat Desa Jabon kecamatan kediri.


(10)

10

1.4.2 Manfaat secara praktis

Adapun Manfaat Praktis yang dapat diperoleh dari adanya penulisan laporan penelitian ini antara lain

1. Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan

khususnya bagi komunitas murtitomo waskito tunggal yang berada didesa Jabon Kecamatan Kediri, dimana pada era globalisasi saat ini Aboge suro merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masrakat Jawa khusunya Jawa Timur. Agar tidak luntur dan hilang seiring dengan kemajuan jaman.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi

peneliti yang lain untuk melakukan penelitian yang sejenis 1.5 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah suatu batasan yang umum dipakai, yang berguna sebagai upaya penyeragaman penulisan dalam membaca. Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan masing-masing variable yaitu antara lain :

1.5.1 Tradisi

Tradisi merupakan suatu adat kebiasaan yang turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan didalam masyarakat, penilaian atau tanggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik

dan benar. Tradisi adalah traditium atau traditio yang berkabar penerusan


(11)

11 bidang adat bahasa, tata kemasyarakatan tertutup dimana hal-hal yang telah lazim dianggap benar dan paling baik atau sesuatu yang diteruskan. Tradisi memiliki makna yang sama dengan adat istiadat. Dalam hal ini, adat yang

dimaksud adalah kebiasaan dalam masyarakat jawa mengenai nilai – nilai

budaya, norma, aturan yang paling berkaitan dan lahirnya menjadi suatu sistem.6

Menurut koentjaraningrat bahwa adat/tradisi adalah ide dari kebudayaan. Secara lengkap wujud itu dapat kita sebut adat tata kelakuan, karena adat berfungsi sebgai pengatur kelakuan. Suatu contoh dari adat ialah: aturan sopan

santun untuk memberi uang kepada seseorang yang mengadakan hajatan. 7 dalam

ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah “kebiasaan” atau “tradisi” masyarakat

yang telah dilakukan berulang kali secara turun- temurun. Kata “adat” di sini

lazim dipakai tanpa membedakan mana yang mempunyai sanksi, seperti “hukum adat” dan man yang tidak mempunyai sanksi, seperti disebut adat saja8.

Badudu zain mengatakan bahwa tradisi merupakan adat kebiasaan yang dilakukan turun temurun dan masih terus menerus di lakukan masyarakat,

disetiap tempat atau suku berbeda-beda.9

6 http://tasikuntan.wordpress.com/2012/11/30/pengertian-tradisi diakses hari rabu tanggal 12 maret pukul 7:57 WIB

7Koentjaraningrat, kebudayaan mentalitas dan pembangunan (Jakarta:PT gramedia Pustaka Utama, 2000) 8 Ensiklopedi islam. Jilid 1 (cet3: Jakarta:PT ichtiar baru van hoeve, 1999 )

9Anisatun mutiah, dkk, harmonisasi agama dan budaya di indonisia Vol 1(Jakarta:balai penelitian dan pengembangan agama Jakarta,2009)


(12)

12 1.5.2 ABOGE (Alif Rabu Wage) Suro

Pengertian Aboge sendiri menurut Penganut Islam Aboge meyakini bahwa dalam kurun waktu delapan tahun atau satu windu terdiri atas tahun Alif, Ha, Jim, Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Jim akhir serta dalam satu tahun terdiri 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (Legi), dan Pahing Hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada Rabu

Wage (Aboge)untuk melaksanakan tradisi satu suro,10 seadangkan Satu Suro

adalah Orang orang tradisional Jawa yang tinggal di Jawa maupun bagian lain Indonesia banyak yang merayakan 1 Suro yang dipandang sebagai hari sakral.

Tradisi ini bertujan mengharapkan “ngalap berkah” mendapatkan berkah

pada hari besar yang suci ini.

1.5.3 Komunitas Murtitomo Waskito Tungal

Istilah kata Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang

berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat, publik atau banyak orang. Wikipedia bahasa Indonesai menjelaskan Pengertian Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki

10

http://rejekiangka.blogspot.com/2012/10/waninwon-patokan-almanak-orang-jawa.html diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB


(13)

13 maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

Menurut Soenarno (2002), Definisi Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional. Sedangkan menurut Kertajaya Hermawan (2008), Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.11

Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah grup beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh empat faktor, yaitu :

a) Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing), para anggota

saling menolong satu sama lain.

b) Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.

c) Ritual dan kebiasaan, orang-orang datang secara teratur dan

periodik.

d) Influencer, merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat.

11

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-komunitas.html. Diakses pada tanggal 10 April 2013


(14)

14 Selain itu juga definisi komunitas menururt Sumijatun (2006),

komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok

khusus dengan batas-batas geografi yang jelas dengan norma dan nilai yang

telah melembaga12

Murtitomo waskito tunggal adalah salah satu komunitas yang berada di desa jabon kabupaten Kediri, komunitas ini yang melaksanakan tradisi Aboge suro didesa jabon kabupaten Kediri, alasan komunitas ini memberikan nama acara tradisi Aboge suro dikarenakan Aboge salah satu waktu yang berketepatan pelaksanaan tradisi suro di tahun 2013 berketepatan tahun Alif hari Rabo dan hitungan pasarannya adalah Wage. Jadi disingkat Aboge. murtitomo waskito tunggal mempunyai arti tersendiri dari arti murtitomo yang berarti murti kehidupan dan tomo seseorang yang menjadi cerminan yang berkeperibadian baik ditengah-tengah masyarakat. Seperti contohnya adalah nabi Muhammad yang patut ditiru tingkah lakunya yang baik jadi panutan pengikutnya. Waskito yang berarti adalah batasan untuk bertingkah laku sebelum menyesal dikemudian hari. Dan tunggal yang berarti menyatu dari semua yang dijelaskan dari arti murtitomo waskito menjadi menyatu dalam kehidupan manusia, agar selalu dijaga keselamatannya di dunia maupun di akhirat

12http://trigonalworld.com/2013/11/pengertian-komunitas-menurut-para-ahli.html. Diakses pada


(15)

15 1.6 Metode Penelitian

a) jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan menggambarkan atau menjelaskan fenomena sosial yang terjadi dilokasi penelitian. Taylor dan Bogdan (Suyanto dan Sutinah 2005: 166) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian kualitatif sebagi penelitian yang menghasilkan data deskriftif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang telah diteliti.

Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma,). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah informannya ditentukan sesuai

dengan keperluan penelitian13. Menurut Tika (1997:6), “Metode deskriptif adalah

metode penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis.” Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan

13 . jurnal metode penelitian


(16)

16 menjelaskan kondisi daerah penelitian kemudian dianalisis berdasarkan data primer dan data sekunder.

Alasan menggunakan pendekatan dan jenis penelitian ini karena maksud dan tujuan pelaksanaannya untuk menjabarkan atau mendeskriftifkan pelaksananaan tradisi Aboge suro terhadap komunitas murtitomo waskito tunggal didesa jabon kabupaten Kediri. Dan nilai-nilai yang diambil dari tradisi Aboge suro didesa jabon.

b) Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di desa jabon kabupaten Kediri. Alasan memilih lokasi ini karena masyarakat khususnya komunitas murtitomo waskito tunggal yang sering melaksanakan upacara tradisi satu suro menamakan upacara tersebut dengan Aboge suro, yang dimana di seluruh indonisia yang memiliki tradisi tersebut ada di desa jabon kabupaten Kediri, meskipun di daerah jawa banyak melaksanakan upacara satu suro, Misalnya, khsusnya di desa onje, kecamtan mrebet, kabupaten purbalingga ada istilah islam Aboge, bukan merupakan tradisi. Aboge yang ada didesa onje merupkan salah satu pengikut islam aliran raden rasid sayid kuning atau alip-rabo-wage. Mereka hanya memaknai hari terseut adalah hari yag tidak baik untuk melakasanakn hari raya dan diganti pada hari lainnya, sedangkan di desa jabon Aboge digabungkan dengan tradisi satu suro, karena hari tersebut hari yang pas untuk melaksanakan tradisi satu suro .


(17)

17 Dari alasan diatas sangat jelas peneliti untuk memilih lokasi di desa jabon sangat tertarik dikarenakan upacara tradisi suro mempunyai nama upacara tradisi suro menjadi Aboge suro. Tradisi ini cukup langka meskipun di jawa timur khususnya masyarakat jawa banyak yang melaksanakan trdisi satu suro Yang hanya ada trdisi Aboge suro berada di desa jabon kabupaten Kediri.

c) Teknik Penentuan Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik penentuan subjek dengan purposive

sampling. Menurut sugiyono purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbngan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga memudahkan untuk menjalajahi obyek situasi sosial yang ingin diteliti.

1. Ketua atau sesepuh yang menjadi pemimpin upacara trdisi Aboge suro

2. 4 orang anggota yang melaksanakan upacara tradisi satu suro jabon

kabupaten Kediri. Mencakup Anggota yang bertugas pada penutupan acara tradisi Aboge Suro, (meminjam kekuasaan tuhan atas kuasanya terhadap ciptaannya.)

d) Sumber data atau Informan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data atau informasi yang menjadi perhatian atau kunci informasi untuk memperoleh data yang diperlukan,maka sumber data yang digunakan untuk menyediakan informasi terdapat dua sumber antara lain :


(18)

18

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber atau objek yang diteliti, yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung dan observasi secara langsung dilokasi penelitian. Data-data diperoleh dari keterangan informan yang mengetahu informasi tentang objek yang akan diteliti, yakni sesepuh yang menjadi pemimpin disaat upacara tradisi suro.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumen yang ada di Desa jabon kabupaten kediri dan internet tentang situs yang berhubungan dengan penelitian serta buku yang sekiranya menunjang

e) Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Obsevasi atau yang disebut pengamatan adalah meliputi kegiatan pemuatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan menngunakan seluruh alat indra14. Peneliti

mengawali langkah observasi pertama-tama yaitu mengamti secara langsung lokasi penelitian secara umum, kemudian hal yang diamati adalah tentang desa yang damai dan tentram dan setiap warga yang bahagia kemudian setelah selesai melakukan observasi peneliti mulai berinteraksi dengan ketua atau sesepuh yang menjadi pemimpin ketika upacara tradisi suro yang berlangsung dan informanpun tidak

14 Suharsimi Arikunto.Edisi Revisi 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


(19)

19 merasa curiga saat peneliti melakukan observasi, peneliti melihat desa jabon yang tenang dan damai meskipun desa jabon menjadi rebutan antara kota madya dengan kabupaten, hal tersebut dikarenakan pendapatan desa jabon yang sangat tinggi sehingga pajak penghasilanpun cukup tinggi, kota madya yang ingin menguasai desa jabon tidak berhasil dikarenakan gubernur tidak mengijinkan desa jabon mengikuti kota madya akan tetapi perselisihan wali kota dengan gubernur tersebut berlangsung selama 10 tahun.

Dari permasalahan tersebut sudah jelas bahwa masyrakat desa jabon hanya pasrah dengan pemerintah tidak pernah menutut untuk ikut kota madya jadi desa jabon ikut kabupaten. Sebab itulah masyarakat desa jabon sering bahkan mewajibkan 1 tahun sekali khususnya pada 1 muharram tahun baru islam yang dilaksanakan ketika Alif Rabo Wage untuk selalu mengucapkan rasa syukur terhadap gusti Allah dengan melaksanakan tradisi Aboge suro dan selain itu juga untuk mengharapkan berkah, diberikan ketengan terhadap masyarakat desa jabon kabupaten Kediri. Untuk mendapatkan berta tersebut peneliti bnyak bertanya kepada ketua atau sesepuh yang menjadi pemimpin ketika upacra trdisi suro berlangsung, sebab informan sudah mengenal peneliti sebelumnya.

Peneliti sering mendatangi rumah ketua atau sesepuh yang mempin upacara tradisi Aboge suro, dan berketapan tradisi Aboge suro didesa jabon dilaksanakan peneliti menyempatkan untuk mengikuti trdisi Aboge suro, peneliti hanya bisa mengikuti upacara dan tidak bisa menirukan bahasa jawa di desa jabon kabupaten Kediri. Atau membaca mantra-mantra yang di laksanakan ketika upcara tradisi satu suro ada


(20)

20 nyanyian jawa dan menyanyikan indonisia raya. Bagi yang mengikuti trdisi suro juga tidak ada paksaan utuk mengikuti trdisi akan tetapi hnya untuk umat yang ingin tahu tentang tradisi suro.

2) Wawancara (Interiew)

Wawancara (interview) atau yang sering juga disebut dengan kusioner

lisan,adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawawancara (interviewe)15. Wawancara dapat

dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,dan dapat dilakukan melalui

tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, dimana peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh,oleh karena itu dalam melakukan wawncara,pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap16.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu pertama-pertama peneliti mendatangi rumah ketua atau pemimpin upacara tradisi satu suro bersama teman yang kenal dengan beliau. Langkah awal peneliti langsung bertanya kepada sesepuh

15.Suharsimi Arikunto.Edisi Revisi 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta:PT.Rineka Cipta


(21)

21 yang telah dikenal sebagai pemimpin ketika upacara trdisi suro, peneliti cukup kesulitan dikarenakan tidak bisa berbahasa jawa kromo. Jadi setiap peneliti bertanya tentang satu suro dengan berulang-ulang. Beliupun cukup mengerti dengan alasan peneliti tidak bisa mengerti bahasa halus yaitu bahasa kromo. Dikarenakan peneliti berasal dari Madura. Ketika banyak bertanya beliau langsung mengajak peneliti untuk mengikuti upcra trdisi satu suro tepatnya pada hari rabo wage (Aboge)

Hingga akhirnya Peneliti mempunyai teman terutama berteman dengan orang yang termasuk anggota pelaksana upacara tradisi satu suro. Peneliti cukup mudah untuk berkomunikasi ataupun menanyakan tentang satu suro yang berada di desa jabon kabupaten kediri dikarenakan umurnya setara dengan peneliti. Peneliti dapat data lebih banyak tidak hanya ketua atau pemimpin upacara Aboge suro di desa jabon kabupaten Kediri.

3) Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat catatan

harian dan sebagainya17.

Peneliti sering mendatangi rumah pemimpin komunitas murtitom waskito tunggal yang melaksanakn upacara Aboge suro, untuk mengetahui tradisi satu suro yang berada di desa jabon kabupaten Kediri. sehingga suatu ketika peneliti diajak dengan

17Ibid Suharsimi Arikunto. hal 201


(22)

22 pemimpin upacara Aboge suro untuk peneliti ikut serta melaksanakan upacara tradisi satu suro. Hal tersebut pemimpin upacara bertujuan untuk peneliti mengetahui betul tentang satu suro tidak hanya mengetahui Aboge suro melalui lisan.

Pada tanggal 6 hari rabu pada tanggal jawanya Wage jam 9:00 malam peneliti mengikuti upacara trdisi Aboge suro, peneliti cukup kebingungan dikarenakan bahasa yang digunakan oleh anggota-anggota upacara Aboge suro menggunakan bahasa jawa halus atau bahasa kromo. Peneliti mengikuti upacara tersebut hingga selesai.

Peneliti melakukan dokumentasi yaitu dengan cara mengambil gambar yang berhubungan dengan Tradisi Aboge Suro, seperti halnya pada saat pelaksanaan trdisi Aboge suro .Saat mengambil gambar tentang pelaksanaan trdisi Aboge suro pun peneliti meminta ijin terdahulu secara langsung pada pelaku upacara tradisi pelaksanaan Aboge suro. Peneliti mengambil gambar dengan sekehendak peneliti dan para pelaku upacara tidak melarang ataupun tidak merasa terganggu disaat peneliti memfoto sesajen dan proses berjalannya upacara tradisi tersebut. Peneliti mengikuti langsung upcara trdisi Aboge suro dan memfoto kegiatan dari awal memulainya upacara tradisi aboge suro sampai selesai, memfoto sesajen-sesajen yang mempunyai makna tersendiri.

f) Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang di pakai dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, karena data yang diperoleh berupa data kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur


(23)

23 klasifikasi. Data (dalam wujud kata-kata) mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya “proses” sebelum siap digunakan (melalui pencacatatan, pengetikan, penyuntingan, ahli-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis.

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai seuatu yang jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktif pada saat seelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis 18.

Gambar 1. Model Analisa Interaktif Miles dan Huberman

18 Ulber Silalahi.2010.Metode Penelitian Sosial,Bandung : PT.Refika Aditama

Pengumpulan data

Sajian data Reduksi data


(24)

24

1. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari obyek penelitian sebagaimana dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian.

2.Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari analisis yang di artikan sebagai proses pemelihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrasikan, dan tranformasi data kasar yang munculdari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

3.Penyajian Data

Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengamilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita akan melihat dan akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman-pemahaman yang di dapat dari penyajian-penyajian tersebut.

4. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari penelitian yang

dilakukan karena itu merupakan suatu bentuk penyelesaian (Finishing) dari kegiatan

penelitian dengan memberikan kesimpulan. Dalam proses penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk menganalisis berdasarkan landasan teori yang digunakan


(25)

25 sehingga mendapatkan keterangan dan makna dari data-data yang telah didapatkan dalam penelitian tersebut.

Pada tahap akhir maka akan didapatkan sebuah kesimpulan yang analogis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan optimal dan dapat memberikan kontribusi bagi semuanya.

Penelitian ini berhubungan dalam mata kuliah Antropologi. Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.

Definisi Antropologi menurut para ahli

1. William A. Havilan: Antropologi adalah studi tentang umat manusia,

berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia


(26)

26

2. David Hunter:Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang

tidak terbatas tentang umat manusia.

3. Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat

manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang

mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik

serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal yang berada di desa jabon kabupaten Kediri hal yang dilakukan oleh komunitas murtitomo waskito tunggal, seperti kebudyaan turun temurun yang harus dilaksanakan agar tidak hilang dengan kemajuan jaman modern. Salah satu bentuk yang dihasilkan oleh komunitas murtitomo waskito tunggal adalah Bahasa yaitu ABOGE Suro. Komunitas.


(27)

TRADISI ABOGE SURO

(Studi Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon

Kabupaten Kediri )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosiologi

Disusun oleh Rifadali 201010310311067

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(28)

i HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Serta diterima sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata satu (S1)

Pada tanggal : 22 juli 2014

Dihadapan Dewan Penguji

1. Dr. Vina Salviana DS, M.Si ( )

2. Drs. Sulismadi, M.Si ( )

3. Muhammad Hayat, MA ( )

4. Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si ( )

Mengetahui

Dekan FISIP – UMM


(29)

ii LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Rifadali

NIM : 201010310311067

Fakultas/ Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Sosiologi

Judul : TRADISI ABOGE SURO (Studi Pada Komunitas

Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri ) Disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II

Muhammad Hayat, MA Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si

Mengetahui

Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan Sosiologi


(30)

iii LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Rifadali

Tempat / TanggalLahir : Sumenep, 21 April 1992

NIM : 201010310311067

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa Karya ilmiah/Skripsi dengan judul ‘’ : TRADISI ABOGE

SURO (Studi Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten

Kediri )’’ bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau keseluruhan,

kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, penulis bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Malang, 17 juli 2014

Yang menyatakan


(31)

iv BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Rifadali

Nim : 201010310311067

Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Sosiologi Industri

Judul : TRADISI ABOGE SURO (Studi Pada Komunitas Murtitomo

Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri )

Pembimbing : 1. Muhammad Hayat, MA

2. Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

4 April 2014 Seminar Proposal

30 Mei 2014 ACC Bab I

30 Mei 2014 ACC Bab II

21 juni 2014 ACC Bab III

10 juli 2014 ACC Bab IV

17 juli 2014 ACC Bab V

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Muhammad Hayat, M.A Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si

Mengetahui Dekan FISIP


(32)

v KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Tuhan penguasa alam semesta yang telah memberikan banyak nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. yang telah menunjukkan pada jalan kebenaran yaitu agama Islam.

Skripsi ini berjudul “Tradisi Aboge Suro (Studi Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri ) Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan studi untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak. Maka dari itu penulis ingin sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta yang tak pernah lelah memberikan doa juga dukungannya

mulai dari awal masuk kuliah sampai dengan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Muhammad Hayat, MA selaku ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu


(33)

vi

5. Muhammad Hayat, M.A dan Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si, selaku

Dosen Pembimbing, terima kasih atas bantuan, nasehat, serta motivasi dengan sabar kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si sebagai dosen wali yang senantiasa

memberikan nasehat juga motivasi kepada peserta didiknya.

7. Dr. Wahyudi, Dr. Vina Salviana DS, Drs. Sulismadi M.Si, Dra. Tutik

Sulistyowati M.Si, Bapak Muhammad Hayat, MA, Bapak Rachmad K Dwi Susilo, MA Luluk Dwi.Kumalasari, M.Si, Dr. Drajad Tri Kartono selaku dosen Jurusan Sosiologi yang telah banyak memberikan ilmunya juga gagasan- gagasannya selama proses perkuliahan.

8. Semua teman-teman Sosiologi A dan B angkatan 2010 yang selalu

memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dan menjadi teman yang setia waktu suka maupun duka, semoga kita semua bisa menjadi orang yang sukses menjadi Sarjana Sosiologi yang bermanfaat bagi orang lain nantinya.

9. Para Informan yang rela meluangkan waktunya memberikan informasi untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak


(34)

vii Kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Maka dari itu penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam bentuk isi maupun penyusunannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan skripsi ini. Penulis harap laporan ini nantinya bisa bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pembaca sekalian, sebagai referensi bagi skripsi selajutnya yang berkaitan dengan topik ini.

Malang, 17 juli 2014 Penulis


(35)

viii

MOTTO


(36)

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi Saya Persembahkan Buat

:

Kedua Orang Tuaku Tercinta

Ayahanda H. Sutari dan Ibunda H. Sri Suryati

Serta kakakku satu-satunya yang selalu menyayangi juga

melindungiku


(37)

v KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Tuhan penguasa alam semesta yang telah memberikan banyak nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw. yang telah menunjukkan pada jalan kebenaran yaitu agama Islam.

Skripsi ini berjudul “Tradisi Aboge Suro (Studi Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal, Desa Jabon Kabupaten Kediri ) Skripsi ini dibuat sebagai syarat kelulusan studi untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak. Maka dari itu penulis ingin sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta yang tak pernah lelah memberikan doa juga dukungannya

mulai dari awal masuk kuliah sampai dengan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Muhammad Hayat, MA selaku ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu


(38)

vi

5. Muhammad Hayat, M.A dan Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si, selaku

Dosen Pembimbing, terima kasih atas bantuan, nasehat, serta motivasi dengan sabar kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Luluk Dwi Kumalasari, S.Sos, M.Si sebagai dosen wali yang senantiasa

memberikan nasehat juga motivasi kepada peserta didiknya.

7. Dr. Wahyudi, Dr. Vina Salviana DS, Drs. Sulismadi M.Si, Dra. Tutik

Sulistyowati M.Si, Luluk Dwi.Kumalasari, M.Si, Dr. Drajad Tri Kartono selaku dosen Jurusan Sosiologi yang telah banyak memberikan ilmunya juga gagasan- gagasannya selama proses perkuliahan.

8. Semua teman-teman Sosiologi A dan B angkatan 2010 yang selalu

memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dan menjadi teman yang setia waktu suka maupun duka, semoga kita semua bisa menjadi orang yang sukses menjadi Sarjana Sosiologi yang bermanfaat bagi orang lain nantinya.

9. Para Informan yang rela meluangkan waktunya memberikan informasi untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak


(39)

vii Kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Maka dari itu penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam bentuk isi maupun penyusunannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan skripsi ini. Penulis harap laporan ini nantinya bisa bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pembaca sekalian, sebagai referensi bagi skripsi selajutnya yang berkaitan dengan topik ini.

Malang, 17 juli 2014 Penulis


(40)

x DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar pernyataan ... iii

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iv

Kata Pengantar ... vii

Motto ... viii

Persembahan ... ix

Daftar Isi... x

Abtraksi ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian...9

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 9


(41)

xi

1.5Definisi Konsep ... 10

1.5.1 Tradisi ... ...10

1.5.2 ABOGE (Alif Rabu Wage) Suro ... ...12

1.5.3 Komunitas Murtitomo Waskito Tungal ... 12

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... ...15

1.6.2 Lokasi Penelitian ... ...16

1.6.3 Penentuan subjek ... ....17

1.6.4 Sumber Data ... ....17

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data ... ....18

1.6.5 Analisis Data ... ....22

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Sebelumnya ... ...26

2.2Landasan Teori 2.2.1 Tradisi ... ...33

2.2.2 ABOGE (Alif Rabu Wage) Suro ... ...35

2.2.3 Komunitas Murtitomo Waskito Tungal ... ...35


(42)

xii BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Desa jabon kabupaten Kediri………46

3.1.1 Desa Jabon Kabupaten Kediri...46

3.1.3 Letak Geografis Desa Jabon...50

3.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin...50

3.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Rumah Tangga Sangat Miskin……...51

3.1.5 Pembangian Wilayah Pertanahan………...53

3.1.6 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian...56

3.1.7 Jumlah Penduduk Menurut Agama...57

3.1.8 Sarana Prasana...58

3.1.9 Sejarah Aboge Suro Didesa Jabon Kabupaten Kediri.…………...65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Informan...68

4.2 Penyajian Data...74

4.2.1 Ritual Upacara Tradisi ABOGE Suro...76

4.3 Makna Tradisi ABOGE Suro Menurut Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal...98

4.3.1 Rasa Syukur...98


(43)

xiii

4.3Manfaat Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal Melaksanakan upacara

Tradisi ABOGE Suro ... ...107

4.4Faktor – Faktor Penyebab dilaksanakannya Tradisi ABOGE Suro

Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal...111


(44)

xiv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...120 B. Saran...122


(45)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Menyanyikan lagu indonisia raya ... 79

Gambar 2 : Membaca wajibe wargo ... 79

Gambar 3 : Pemimpin komunitas menjelaskan tentang Aboge suro ... 81

Gambar 4 : Mendoakan sesaji ... 83


(46)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penelitian sebelumnya ... 26

Tabel 3.1 :Rincian penduduk desa jabon kesuluruhan ... 51

Tabel 3.2 : rincian menurut rumah tangga sanagt miskin ... 52

Tabel 3.3 : rincian fakir miskin yang mendapatkan raskin ... 52

Tabel 3.4 : rincian area dan hasil pertanian... 54

Tabel 3.5 : jenis ternak ... 54

Tabel 3.6 : rincian industri yang berada didesa jabon ... 56

Tabel 3.7 : ragam agama dan penganutnya didesa jabon ... 57

Tabel 4.1: Data informan berdasarkan jenis kelamin ... 69

Tabel 4.2 : Data informan berdasarkan usia ... 70

Tabel 4.3 : Data informan berdasarkan tingkat pendidikan ... 71

Tabel 4.4 : data informan berdasarkan pekerjaan ... 72


(47)

127 DAFTAR PUSTAKA

Anisatun Mutiah, dkk, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonisia Vol

1(Jakarta:balai penelitian dan pengembangan agama Jakarta,2009)

Arikunto Suharsimi. Edisi Revisi 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Ensiklopedi islam. Jilid 1 (cet3: Jakarta:PT ichtiar baru van hoeve, 1999 )

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta:PT gramedia

Pustaka Utama, 2000)

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT.Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:

AlfabetaUlber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT.Refika Aditama

Ulber Silalahi.2010.Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT.Refika Aditama

Isbandi Rukminto Adi.2008.Intervensi Komunitas:Pengembangan Masyarakat

Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada (halaman 117-118)

jurnal metode penelitian httpwww. pps. unud. ac. idthesispdf_thesisunud-141-1791400890-bab%20iii.pdf


(48)

128 Non Buku

Andi saefullah, “tradisi sompa, setudi tentangpandangan hidup masyarakat wajo di tengah perubahan sosial, “skripsi SHI, (malang,: universitas islam negri

malang, 2007), 38

http://eprints.umm.ac.id/460/1/Pesan_Komunikasi_Upacara_Malam_1_Suro_Pada_

Komunitas_Kejawen. diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB

http://tasikuntan.wordpress.com/2012/11/30/pengertian-tradisi diakses hari rabu

tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB

http://mulfiblog.wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi diakses hari senin

tanggal 24 februari pukul 10:01 WIB

http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/perayaan1Suro diakses hari senin tanggal

24 februari pukul 10:01 WIB

http://rejekiangka.blogspot.com/2012/10/

waninwon-patokan-almanak-orang-jawa.html diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB

http://majelispenulis.blogspot.com/2012/05/


(1)

xiii 4.3Manfaat Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal Melaksanakan upacara

Tradisi ABOGE Suro ... ...107 4.4Faktor – Faktor Penyebab dilaksanakannya Tradisi ABOGE Suro

Pada Komunitas Murtitomo Waskito Tunggal...111 4.5Hal Yang bTerjadi Jika Tidak Melaksanakan Tradisi ABOGE Suro...113


(2)

xiv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...120 B. Saran...122


(3)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Menyanyikan lagu indonisia raya ... 79

Gambar 2 : Membaca wajibe wargo ... 79

Gambar 3 : Pemimpin komunitas menjelaskan tentang Aboge suro ... 81

Gambar 4 : Mendoakan sesaji ... 83 Gambar 5 : Pagar –pagar (meminjam kekuasaan Allah terhadap ciptaaannya)…96


(4)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Penelitian sebelumnya ... 26

Tabel 3.1 :Rincian penduduk desa jabon kesuluruhan ... 51

Tabel 3.2 : rincian menurut rumah tangga sanagt miskin ... 52

Tabel 3.3 : rincian fakir miskin yang mendapatkan raskin ... 52

Tabel 3.4 : rincian area dan hasil pertanian... 54

Tabel 3.5 : jenis ternak ... 54

Tabel 3.6 : rincian industri yang berada didesa jabon ... 56

Tabel 3.7 : ragam agama dan penganutnya didesa jabon ... 57

Tabel 4.1: Data informan berdasarkan jenis kelamin ... 69

Tabel 4.2 : Data informan berdasarkan usia ... 70

Tabel 4.3 : Data informan berdasarkan tingkat pendidikan ... 71

Tabel 4.4 : data informan berdasarkan pekerjaan ... 72


(5)

127 DAFTAR PUSTAKA

Anisatun Mutiah, dkk, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonisia Vol 1(Jakarta:balai penelitian dan pengembangan agama Jakarta,2009)

Arikunto Suharsimi. Edisi Revisi 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Ensiklopedi islam. Jilid 1 (cet3: Jakarta:PT ichtiar baru van hoeve, 1999 )

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta:PT gramedia Pustaka Utama, 2000)

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: AlfabetaUlber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT.Refika Aditama

Ulber Silalahi.2010.Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT.Refika Aditama

Isbandi Rukminto Adi.2008.Intervensi Komunitas:Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada (halaman 117-118)

jurnal metode penelitian httpwww. pps. unud. ac. idthesispdf_thesisunud-141-1791400890-bab%20iii.pdf


(6)

128 Non Buku

Andi saefullah, “tradisi sompa, setudi tentangpandangan hidup masyarakat wajo di tengah perubahan sosial, “skripsi SHI, (malang,: universitas islam negri malang, 2007), 38

http://eprints.umm.ac.id/460/1/Pesan_Komunikasi_Upacara_Malam_1_Suro_Pada_ Komunitas_Kejawen. diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB http://tasikuntan.wordpress.com/2012/11/30/pengertian-tradisi diakses hari rabu

tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB

http://mulfiblog.wordpress.com/2009/10/20/pengertian-tradisi diakses hari senin tanggal 24 februari pukul 10:01 WIB

http://jagadkejawen.com/id/upacara-ritual/perayaan1Suro diakses hari senin tanggal 24 februari pukul 10:01 WIB

http://rejekiangka.blogspot.com/2012/10/waninwon-patokan-almanak-orang-jawa.html diakses hari rabu tanggal 26 februari pukul 11:04 WIB

http://majelispenulis.blogspot.com/2012/05/islam-aboge-harmoni-islam-dan-tradisi.html diakses hari rabu tanggal 12 maret pukul 7:57 WIB