Violence Proil Kepemimpinan Madrasah

123 Dr. Akif Khilmiyah, M.Ag. rasa iri dan dengki di kalangan guru madrasah.

d. Violence

Berbagai bentuk kekerasan yang disebabkan oleh diskriminasi gender yang biasa menimpa perempuan yang bekerja adalah kekerasan isik, psikis, ekonomi, dan pendidikan. Kekerasan psikis yang paling banyak dirasakan oleh perempuan yang bekerja adalah kata-kata yang mengancam yang berasal dari atasan atau teman sejawat. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang guru MTsN di Wonosari Gunungkidul, sebagai berikut: “Kepala madrasah juga sering mengatakan bahwa guru merupakan pihak yang memiliki hutang terhadap negara, maka tugasnya harus membayar hutang tersebut dengan kerja secara profesional di madrasah”. Ungkapan tersebut menunjukkan adanya kekerasan psikis pada guru baik laki-laki maupun guru perempuan, karena adanya penggunaan bahasa yang mengancam. Selain itu, kepala madrasah juga sering menakut-nakuti melalui ancaman tentang hukuman yang akan diberikan apabila tidak disiplin. Sebagaimana yang diungkapkan oleh guru MIN di kabupaten Sleman berikut ini: “Kepala madrasah sering menakut-nakuti dengan pemberian hukuman bagi mereka yang tidak bekerja dengan baik. Dalam memberikan instruksi, kepala madrasah juga tidak jarang melakukan dengan pemaksaan, disertai dengan tindakan otoriter. Hal ini mengakibatkan guru kurang enjoy dalam bekerja. Terkadang, guru yang bekerja dengan baik, kurang mendapatkan reward atau penghargaan dari kepala madrasah. Hal ini mengakibatkan para guru agak malas bekerja dengan serius’. Berdasarkan ungkapan tersebut, ternyata terjadi juga kekerasan ekonomi, karena tidak adanya penghargaan yang diberikan kepada guru yang berprestasi. Pemberian hukuman hanya berupa teguran tidak sampai kepada hukuman isik. Seperti yang diungkapkan oleh guru MAN di kabupaten kota Yogyakarta, sebagai berikut: “Kepala madrasah juga sering melakukan pembinaan 124 Kepemimpinan Transformasional Berkeadilan Gender: Konsep dan Implementasi di Madrasah berkala kepada para guru yang dianggap kurang kompeten. Pemberian punishment bagi guru yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya, kepala madrasah tidak pandang bulu. Biasanya kepala madrasah memberi teguran dan pengawasan. Tidak ada hukuman isik maupun psikis, seperti: pemberian tugas ganda, mengurangi hak yang terkait dengan inansial, pemberian stigma negatif, pengurangan peran ataupun pandangan merendahkan yang dilakukan kepala madrasah. Ketegasan kepala madrasah terwujud dalam sikapnya yang tidak memberi izin guru yang berhalangan hadir ke madrasah, jika alasan yang dilontarkan tidak ada manfaatnya dengan madrasah”. Ketegasan kepala madrasah dalam menjalankan kepemimpinannya, sering dirasakan sebagai sebuah kekerasan psikis oleh bawahan. Sebagaimana yang ungkapkan oleh seorang guru MtsN di Kulonprogo, sebagai berikut: “Kakunya aturan dapat membuat hilangnya keihlasan dalam bekerja. Sering berkata yang menekan dan menimbulkan ketidak nyamanan secara psikis, suka merendahkan guru yang lain dalam rapat. Bentuk teguran langsung yang diberikan kepada gurukaryawan yang melanggar, dirasakan sebagai ketidaknyamanan karena diperlalukan yang tidak adil”.

e. Burden