KONDISI PSIKOLOGIS WANITA PADA FASE EMPTY NEST

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Orang tua mempunyai kewajiban untuk mengasuh dan membesarkan
anaknya agar mampu menjalani hidup dengan mandiri. Ketika anak memasuki
masa dewasa, biasanya anak mulai meninggalkan orang tua dan tempat
tinggal asalnya untuk menempuh hidup baru dengan pasangan maupun untuk
menempuh pendidikan. Bassof (dalam Santrock, 1995) mengemukakan bahwa
salah satu peristiwa penting dalam keluarga adalah beranjaknya seorang anak
dalam kehidupan dewasa, karir atau membentuk keluarga baru yang terlepas
dari keluarga tempatnya berasal. Wiryasaputra (2007), mengemukakan bahwa
hal ini merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk pergi keluar
meninggalkan rumah, sekaligus waktu yang tepat juga bagi orangtua untuk
melepaskan anak.
Tahap ini memang rasanya berat, baik bagi anak maupun orangtua
karena dapat menimbulkan kecemasan, kehilangan, dan kesedihan. Banyak
orangtua dan anak menolak untuk berubah karena tidak ingin kehilangan dan
sedih. Lebih baik memelihara keseimbangan yang sudah ada dan tidak ingin
menyesuaikan diri serta menciptakan keseimbangan baru, sehingga anak
kadang kurang berani mengambil keputusan untuk pergi.

Ada juga orangtua kurang tega dengan berbagai alasan. Memang,
kedua belah pihak harus belajar bahwa pergi dan membiarkan pergi itu,
bukan akhir dari segala-galanya. Sistem keluarga harus membuka diri,
menjangkau dunia luar, sampai daerah yang tidak terbatas jaraknya,
sehingga orang tua menghadapi penyesuaian baru karena ketidakseimbangan

akibat ketiadaan anak. Kebanyakan orang tua harus menyadari bahwa
merupakan hal normal untuk merasa sedih ketika mereka sedang
mempersiapkan anaknya untuk memasuki bangku kuliah dan meninggalkan
rumah. Merupakan hal yang normal untuk menangis ketika orang tua tidak
lagi dapat mengatur anak, atau berharap anak dapat membuat keputusan
yang baik dan benar di dunia luar. Hal ini juga normal jika ingin
menghabiskan waktunya dikamar anak, agar orang tua tersebut merasa lebih
dekat dengan sang anak karena perasaan kangen dengan anaknya.
Anggapan tersebut pada dasarnya tidaklah beralasan, terutama pada
saat ini dimana perkembangan dan tuntutan jaman serta modernisasi, telah
membuat banyak perubahan dalam gaya atau pola hidup individu dan
masyarakat hingga masa transisi yang harus dilalui oleh setiap individu,
termasuk para orang tua tidak lagi terlalu sulit untuk dilalui. Komunikasi
dan alat transportasi pada saat ini telah berkembang dan maju yang membuat

jarak seakan terlihat jauh terasa dekat, sehingga membuat acara keluarga
yang dulu terilhat tidak mungkin menjadi mudah. Terlepas dari hal itu,
dimasa kini banyak keluarga yang menganut sistem “dual career” artinya,
baik suami maupun istri sama-sama bekerja, selain sebagai sarana
mengaktualisasikan diri, namun tidak terlepas pula dari desakan kebutuhan
yang makin tinggi. Konsekuensinya, para keluarga muda ini sering
mempercayakan kembali anak-anak mereka pada orang tua. Ada juga, yang
memilih untuk tinggal bersama orang tua, entah karena pertimbangan
ekonomi keluarga, maupun pertimbangan lain, misalnya agar lebih bisa
saling menjaga antara orang tua, anak dan cucu.
Sarang Kosong atau fase Empty-nest adalah kondisi psikologi yang
dialami oleh orang tua (terutama oleh para ibu) ketika anak mereka mulai
beranjak dewasa dan meninggalkan rumah (Webber dan Delvin, 2005). Hal
ini disebabkan karena anak sudah mulai masuk usia kuliah atau telah
menikah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Fingerman (2000)

menyebutkan, bahwa ternyata para orang tua tidak merasakan empty-nest,
seperti stress dan depresi karena kesepian dan kehampaan yang intens atau
pun kehilangan makna dan gairah hidup. Penelitian tersebut menyebutkan,
bahwa mereka - para orang tua yang diteliti, merasa lebih menikmati

kebebasan, mereka pun memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan
membangun kembali hubungan yang lebih berkualitas dengan pasangan,
punya waktu dan peluang lebih besar untuk melakukan hal-hal yang mereka
suka dan dicita-citakan, namun selama ini tidak bisa karena terbatasnya
kesempatan. Para orang tua tersebut bahkan merasa bangga dan bahagia,
ketika melihat anak-anak sanggup melangkahkan kaki, menjadi pribadi yang
mandiri dan dewasa. Dan yang terpenting, hubungan antara orang tua
dengan anak-anak mereka malah semakin berkualitas. Alasannya karena
berkurangnya stressor atau tekanan yang biasanya muncul ketika keduanya
(orang tua - anak) tinggal satu rumah, apalagi ketika anak berada di usia
remaja. Fakta lain yang muncul dari hasil penelitian, mengatakan bahwa
fase emtpy nest justru mendatangkan manfaat lain, yaitu kembalinya
hubungan yang lebih erat antara orang tua dengan saudara-saudara kandung.
Antonucci, Tamir & Dubnoff (dalam Rini 2004), menyebutkan
bahwa pada usia antara 30 - 40-an tahun, terlihat adanya peningkatan stress
dan depresi di antara para wanita, justru ketika anak-anak masih di rumah.
Pada saat fase empty nest tiba, stress, depresi, kecemasan dan kekuatiran
malah berkurang. Ketika para responden itu dihadapkan pada pertanyaan
tentang masa transisi itu, mereka cenderung memberi jawaban bahwa
kepergian anak (untuk menjadi mandiri), justru merupakan masa transisi

yang positif dari pada negatif. Karena para responden memiliki kesempatan
dan peluang untuk kembali bekerja, kembali menekuni hobi, kembali aktif
dalam organisasi, atau bahkan ada yang kembali ke sekolah. Sementara,
pihak yang merasa bahwa masa transisi itu lebih berdampak negatif,
bukanlah disebabkan oleh empty nest-nya, namun lebih berkaitan dengan

masalah perkawinan yang mewarnai hubungan antara suami istri dan
keluarga selama ini.
Seorang wanita yang memasuki fase empty nest cenderung mengalami
kesepian, kepedihan dan kerinduan yang disebabkan perpisahan dengan anakanaknya. Hal itu diperkuat oleh Kartono (1992), sehubungan dengan peristiwa
perpisahan, kehidupan emosional seorang ibu yang sudah mulai menua itu
juga banyak kesamaannya dengan kondisi masa prapubertas. Pada saat itu
juga ikatan ibu dan anaknya mulai melonggar dan sifatnya pasif. Sebab anakanak pada masa prapuber, pubertas dan adolesen itu menyalurkan segenap
energi emosionalnya pada interest-interest keluar (bukan lagi pada ibunya),
sehingga wanita yang mempunyai anak-anak pada usia kuliaha atau sudah
menikah akan merasakan kepedihan, kesepian dan kerinduan terhadap
anaknya.
Helen M. Devries, PhD (dalam Rini 2004), adalah seorang psikolog
yang juga melakukan riset tentang empty nest. Secara umum, hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa periode empty nest itu sendiri lebih dirasakan

sebagai sebuah transisi yang positif, dari pada negatif. Namun, dalam
penelitian itu terlihat adanya perbedaan antara wanita dengan pria, dalam
merespon masa transisi tersebut. Meskipun wanita yang dikatakan punya
kecenderungan lebih tinggi pada fase empty nest karena peran mereka yang
lebih intens dalam membesarkan anak-anak, namun ternyata, para wanita /
ibu-ibu tersebut, meskipun sehari-hari mereka adalah ibu rumah tangga,
namun mereka justru menunggu saatnya tiba, yaitu saat anak-anak menjadi
pribadi dewasa yang mandiri. Pada masa dewasa madya wanita biasanya
akan mengalami fase empty nest (masa sepi) yaitu masa ketika anak-anak
tidak lama lagi tinggal bersama orang tua, hal ini disebabkan karena anak
yang diasuhnya telah menikah, bekerja dan menempuh pendidikan diluar
kota.

Orangtua mempunyai peran yang penting saat membesarkan
anaknya, agar anak tersebut dapat tumbuh menjadi anak yang berguna bagi
orangtua, masyarakat dan dirinya sendiri. Pada masa pertumbuhan anak
tersebut, orangtua mengalami masa transisi yang disebut fase empty nest.
Fase empty nest merupakan masa transisi yang dialami oleh orangtua ketika
anak-anak meninggalkan rumah dalam waktu relatif lama untuk menempuh
pendidikan


diluar

kota

maupun

menempuh

hidup

baru

bersama

pasangannya. Fase empty nest menimbulkan kondisi psikologis yang
bermacam-macam bagi orangtua, namun kondisi psikologis tersebut
cenderung dialami oleh wanita. Karena wanita atau ibu lebih banyak
mengahabiskan waktu untuk berkumpul dan membesarkan anaknya
dibanding dengan pria atau ayah.

Berdasarkan hasil penelitian dan fakta tersebut bahwa ada banyak
kondisi psikologis yang dialami oleh wanita pada fase empty nest baik
positif atau negatif, maka peneliti tertarik untuk meneliti kondisi psikologis
wanita pada fase empty nest.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan
masalah yang diambil oleh peneliti yaitu bagaimana kondisi psikologis
wanita pada fase sarang kosong (empty nest) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
psikologis wanita pada fase sarang kosong (empty nest).
D. Manfaat Penelitian
1). Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
bagi perkembangan ilmu psikologis, khususnya psikologi klinis dan
psikologi perkembangan tentang fase empty nest.
2).Secara praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memberikan gambaran

dan pemahaman terhadap kondisi psikologis wanita pada fase empty nest,
agar para wanita bisa memahami dan mengatasi keadaan ketika mereka
berada pada fese empty nest.

KONDISI PSIKOLOGIS WANITA PADA FASE EMPTY NEST

SKRIPSI

Oleh:
Firdian Hidayat
07810063

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KONDISI PSIKOLOGIS WANITA PADA FASE EMPTY NEST

SKRIPSI


Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Firdain Hidayat
07810063

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Kondisi Psikologis Wanita Pada Fase Empty Nest”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebasar-besarnya
kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si dan Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi selaku
Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi
pengarahan sejak awal perkuliahan hingga seleseinya skripsi ini.
4. Ibu SR,TT dan IN yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
5. Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga
penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ari Citra Dewi kakak yang selalu memberikan do’a, semangat dan perhatian kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Riskha Dianita Anggreani yang telah memberikan do’a, perhatian, semangat dan
masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2007 dan kontrakan perum taman embong anyar II blok Q-6
yang selalu memberikan semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan
skripsi ini.


i

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan
bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tidak satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik
dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian ,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Malang, 7 Februari 2012
Penulis

Firdian Hidayat

ii

INTISARI
Hidayat, Firdian. (2012). Kondisi Psikologis Wanita Pada Fase Empty Nest. Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Pembimbing : (1) Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si (2) Zainul Anwar, S.Psi,
M.Psi.
Kata Kunci : Empty Nest, kondisi psikologis, wanita
Orang tua mempunyai kewajiban untuk mengasuh dan membesarkan anaknya agar
mampu menjalani hidup dengan mandiri. Ketika anak memasuki masa dewasa, biasanya
anak mulai meninggalkan orang tua dan tempat tinggal asalnya untuk menempuh hidup
baru dengan pasangan maupun untuk menempuh pendidikan. Fase Empty nest
menimbulkan berbagai macam kondisi psikologis bagi orang tua terutama ibu, sebab ibu
lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan anak-anaknya dibanding
dengan ayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi psikologis wanita
pada fase empty nest.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah para
wanita yang berada dalam kondisi tidak lagi tinggal satu rumah bersama dengan anakanaknya, karena anak-anak mereka meninggalkan rumah untuk bekerja, menikah atau
kuliah. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi tersetruktur. Sedangkan
analisa data yang digunakan adalah analisa data kualitatif, yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
Hasil peneltian menunjukan bahwa beberapa kondisi psikologis yang dialami oleh
para wanita pada fase empty nest adalah sedih, cemas, kesepian, dan kehilangan. Perasaan
tersebut dirasakan karena anak-anak tidak lagi tinggal bersama dengan subjek, kedekatan
subjek dengan anak-anaknya, subjek selalu memikirkan keadaan anak-anaknya yang jauh
dari orang tua.

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

i

INTISARI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iii

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iv

DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vi

DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vii

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1

A.
B.
C.
D.

Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1
5
5
5
6

A. Empty Nest
1. Pengertian empty nest . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Karakteristik empty nest . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

6
7

B. Kondisi Psikologis
1. Pengertian kondisi psikologis . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Komponen psikologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

8
9

BAB III METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Jenis Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Batasan Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Subjek Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Teknik Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Prosedur Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Teknik Analisa Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Metode Keabsahan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . . . . . .

12
12
12
13
13
14
16
17
18

A. Hasil Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Identitas subjek penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Deskripsi data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

18
18
18

B. Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1. Subjek I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Subjek II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Subjek III . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

25
25
27
29

iv

C. Rangkuman Hasil Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB V PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

30
31
34
34
34

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

35

LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

36

v

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Identitas subjek penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel 4.2

18

: Hasil analisa subjek I . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

25

Tabel 4.3 : Hasil analisa subjek II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

27

Tabel 4.4 : Hasil analisa subjek III . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

29

Tabel 4.5 : Rangkuman hasil analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

30

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A
1. Guide Wawancara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

37

2. Hasil Wawancara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

38

Lampiran B
Agenda Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

56

Lampiran C
Informed Consent . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

vii

57

Daftar Pustaka

Baihaqi, M. (2005). Psikiatri. Bandung: PT. Refika Aditama.
Clark, S. (2007). Empty Nest Syndrome – Parent’s College Prep, (Online).
Http://ezinearticles.com/?Empty-Nest-Syndrome—Parent’s-CollegePrep&id=570321 (diakses pada tanggal 23 Maret 2011)
Diane E. Papalia, O. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.
Feldman, R. S. (1989). Adjustment Applying Psychology in a Complex World.
Singapore: McGraw-Hill Company.
Kearney, S.M. (2002). Exploring the empty nest transition.
www.dogpil.com/empty nest/2002 (diakses pada tanggal 18 Maret 2011)
Mappiare, A. (1986). Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rini, J.F. (2004). Empty nest. www.e-psikologi.com/usia/070604.htm-53k (diakses
pada tanggal 26 Maret 2011)
Rybash/Roodin/santrock. (1991). Adult Development And Aging second edition. New
York: Wm.C.Brown Publishers.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Walgito, B. (1994). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Webber, C., & Delvin, D. 2005. Empty-nest Syndrome, (Online)
Http://www.netdoctor.co.uk/womenshealth/features/ens.htm, (diakses pada
tanggal 13 Maret 2011)
Wiryasaputra,
T.S.
2007.
Konseling
Keluarga,
(Online).
Http://primma.org/wacana/KONSELING%20KELUARGA%20BERMASAL
AH.htm (diakses pada tanggal 23 Maret 2011)