21 Ketiga,
belajar
merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
William Burton dalam Agus Suprijono mengemukakan bahwa
A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences
unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich variend and propocative environtment.
19
2. Tinjauan Tentang IPA
a. Pengertian IPA
IPA adalah suatu ilmu pengetahuan teoritis yang diperoleh disusun denag cara yang khaskhusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi,
penyimpulan, penyususnan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kain-menkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara
untu memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengan cara metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis
untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Metode ilmiah inilah merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA.
20
Ilmu pengetahuan alam IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris
science.
Kata
science
sendiri berasal dari Bahasa Latin
scientia
yang berarti saya tahu. Science terdiri-dari
social science
ilmu pengetahuan sosial dan
natural science
ilmu pengetahuan alam. Namun dalam perkembangannya
science
sering di terjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan
19
Ibid., hal 4-5
20
Abdullah Aly dan Eny Rahma, Ilmu Dasar Ilmiah Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal. 18
22
alam IPA saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.
21
Mengenal alam semesta dan merekayasa untuk kemudahan hidup manusia, itulah tujuan awal sains di pelajari. Dari sekian banyak cara untuk
ber-sains dengan tepat, mengenal sejarah bagaimana sains itu muncul adalah langkah pertama yang perlu dilakukan. Layaknya sebuah dongeng, sains
juga muncul dengan berbagai versi, setiap bangsa mengenal sains dengan caranya masing-masing. Pada akhirnya para ahli kesulitan untuk
memastikan kapan tepatnya manusia di bumi mengenal sains. Tidak ada momen yang secara tegas menandai kemunculan sains. Sains berkembang
secara perlahan, sunyi dan tanpa diduga-duga. Sebuah versi menceritakan bahwa asal-usul sains dipolopori oleh para
filsuf yunani kuno. Filsuf adalah julukan khusus bagi mereka yang mendalami tentang makna kehidupan di dunia ini. Mereka juga senantiasa
mematahkan anggapan-anggapan masyarakat tentang kejadian alam sebagai sesuatu yang berbau mistik. Aksi-aksi mereka memang berkembang pelan
namun mengakar. Bermula dari seseorang, lalu berkembang melalui kelompok diskusi hingga muncul berbagai alairan-aliran yang mengusung
keyakiana dan nama besar tokoh masing-masing. Sama seperti apa yang dipikirkan Einstein, sains bermula dari
pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang alam dan seisinya, ujung-ujungnya
21
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hal.136
23
muncullah sebuah pernyataan yang lebih mirip hipotesa sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
22
Untuk itu, dalam hal ini kita berusaha untuk tetap menggunakan istilah IPA untuk merujuk pada pengertian sains yang kaprah berarti yang
berarti
natural science.
Untuk mendefinisikan IPA tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian sains
sendiri. IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto, IPA mempelajari alam
semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, didalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat di amati indera maupun yang tidak dapat
diamatai oleh indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kelaman adalah
ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.
23
Adapun Vahmana dalam Trianto mengatakan bahwa, IPA adalah
suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secar sistematik, dan dalam penggunaannya
secar umum
terbatas pada
gejala-gejala alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada
22
Febri Prasetyo adi, Sains Undercover Memahami Apa Yang Tersembunyi Dari Sains dan Cara Lain
, Yogyakarta: Gava Media, 2008, hal. 2
23
Trianto, Model Pembelajaran..., hal.136
24
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menurut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur dan sebagainya. Pada hakikatnya IPA di bangun atas dasar produk ilmiah, proses
ilmiah dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses dan sebagai prosedur.
24
Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk mnyempurnakan pengetahuan tentang alam ataupun untuk menemukan
pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang dijarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun
bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adlah metodologi atau cara yang dipakai untuk
mngetahui sesuatu riset pada umumnya ynag lazim disebut metode ilmiah
scientific method.
Selain sebagai proses dan produk, Daud Joesoef dalam Trianto pernah menganjurkan agar IPA dijadikan sebgaim suatu kebudayaan atau suatu
kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi maupun inspirasi.
25
Sementara itu, menurut Laksmi Prihantoro dalam Trianto mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi.
Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang
dipergunakan untuk
mempelajari objek
studi, menemukan
dan
24
Ibid., hal.137
25
Ibid.,
25
mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Secara umum IPA meliputi tiga ilmu dasar, yaitu biologi, fisika dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA dan merupakan ilmu
yang lahir dan berkembanag lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen,
penerikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-
gejala yang melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun
atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
26
a Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b Mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah
c Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan
teknologi d
Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya semakin jelas bahwa hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan keilmuan, tetapi
lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi, diman
26
Ibid., hal. 138
26
dengan memperlihatkan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang maha dasyat
yang tidak dapat di bantah lagi, yaitu Allah SWT. Dengan demikian ini IPA pada hakikatnya mentautkan antara aspek logika-materiil dengan aspek
jiwa-spiritual, yang sementara ini dianggap sebagai cakrawala kosong, karena suatu anggapan anatara IPA dan agama merupakan dua sisi yang
berbeda dan tidak mungkin dipersatukan satu sama lainnya dalam satu bidang kajian. Padahal senyatanya terdapat benag merah ketertautan
diantara keduanya.
b. Nilai-Nilai IPA