pemeriksaan fisik air

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Semua makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia membutuhkan air dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tanpa air kita tidak akan bisa bertahan hidup. Karena kita tahu bahwa komposisi tubuh manusia terdiri dari atas 75 persen air dan 25 persen bahan padat. Jika tubuh kita kekurangan air, kita akan rentan terserang penyakit dan mengalami dehidrasi.

Akibatnya tubuh menjadi lemas dan dan konsentrasi terganggu. Tidak hanya itu, dalam kehidupan sehari-hari pun kita membutuhkan banyak air, seperti untuk memasak, mencuci, mandi dan keperluan-keperluan lainnya. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyepelekan keberadaan air dalam kehidupan kita.

Sesungguhnya bila kita telaah, alam begitu banyak mengandung air dan Tuhan memang mencipatakan air untuk dimanfaatkan oleh manusia sebaik mungkin. Namun yang patut dipertanyakan, kenapa kita kadang masih kekurangan air?, khususnya air bersih. Apalagi di kota-kota besar seperti jakarta, air merupakan barang yang begitu berharga atau bahkan bisa dianggap hampir langka.

Terbukti ketika PAM mati semua bingung mencari air. Untuk mendapatkan air bersih kita harus berkorban mengeluarkan uang banyak. Dan ini terjadi tak lepas dari kurangnya perhatian dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian alam dan menjaga air tetap bersih. Kita bisa lihat sungai-sungai saat ini telah banyak tercemar oleh limbah industri, kotoran manusia dan sampah-sampah yang dibuang sembarangan.

Maka dari itu, diharapkan kesadaran kita, bagaimana menjaga lingkungan kita agar tetap bersih serta menggunakan air sesuai dengan fungsinya, tidak menghambur-hamburkannya dengan sesuka hatinya. Sehingga ketersediaan air tetap bisa kita nikmati sepanjang jaman, termasuk generasi kita yang akan datang. 1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kualitas fisik air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan.


(2)

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut : 1.2.2.1. Untuk mengetahui suhu air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan. 1.2.2.2. Untuk mengetahui pH air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan. 1.2.2.3. Untuk mengetahui rasa air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan. 1.2.2.4. Untuk mengetahui bau air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan. 1.2.2.5. Untuk mengetahui kekeruhan air sumur yang dijadikan sampel pemeriksaan. 1.2.2.6. Untuk mengetahui zat padat pada air sumur yang dijadikan sampel

pemeriksaan.


(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Air

Air adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui. Jumlahnya sangat melimpah di muka bumi ini tetapi sangat disayangkan kualitasnya mengalami penurunan dikarenakan aktivitas manusia yang berdampak pada pencemaran lingkungan hidup. Dengan adanya penurunan kualitas air ini, saat ini sangat sulit menemukan air bersih untuk dikonsumsi manusia maupun untuk industri. Air berasal dari dua sumber yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water).

Air permukaan adalah air yang berada di danau, waduk, rawa, sungai dan badan air lain yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah sedangkan air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah dapat berupa air sumur dalam maupun air sumur dangkal.

Air sumur dalam ialah air yang telah merembes melalui lapisan-lapisan mineral masuk ke tanah, dimana selama perembesan bahan-bahan organiknya tertahan, sehingga air sumur dalam dapat diminum karena bebas dari bakteri sebaliknya air sumur dangkal tidak dapat langsung diminum.

1) Air

Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemar air berasal dari :

 Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan sebagainya.

 Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya.

2) Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan. Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah pokok.


(4)

Berikut ini merupakan Karakteristik Fisik Air yaitu Kekeruhan, Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. Temperatur, Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.Warna, Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan. Solid (Zat padat), Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air. Bau dan rasa, Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.

3) Suhu

Suhu yang juga disebut temperatur menunjukkan derajat panas benda.Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Empat derajat suhu atau satuan suhu yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin.

4) Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure).


(5)

5) Bau

Bau adalah sebuah sifat yang menempel pasa sebuah benda yang diakibatkan adanya zat organik ataupun anorganik yang tercampur di dalam air, umumnya dengan konsentrasi yang sangat rendah, yang manusia terima dengan indera penciuman.

Pengukuran bau bersifat subjektif dengan respon organoleptik. Bau dapat berupa bau enak maupun tak enak. Istilah wewangian atau aroma digunakan terutama pada industri makanan dan kosmetik untuk menggambarkan bau enak, dan kadang digunakan untuk merujuk pada parfum.

6) Warna

Warna adalah sensasi yang diciptakan system visual kita karena adanya eksitasi radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai cahaya. Atau untuk lebih detailnya, warna adalah hasil persepsi dari cahaya di daerah spectrum electromagnetic yang dapat dilihat, yang mempunyai panjang gelombang dari 400nm sampai 700nm, yang datang ke retina manusia. Retina mempunyai 3 sel reseptor warna Retina mempunyai 3 sel reseptor warna yang disebut dengan cone atau kerucut karena bentuknya yang menyerupai kerucut, yang masing-masing mempunyai respon terhadap spektrum yang berbeda. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer.

2.2. Desikator

Desikator terbuat dari gelas jenis semi-boroksilat, plastik atau mika. Tipe gelas jenis atau amber. Di dalam desikator terdapat piringan berpori yang terbuat dari porselin yang digunakan untuk meletakkan alat – alat gelas. Di bawah piringan porselin terdapat bahan pengering yang umumnya terbuat dari:

1. Silikagel

2. Asam sulfat pekat 3. Fosfor pentaoksida


(6)

Pengering silikagel biasanya diberi indicator warna biru yang keriing dan jika telah mengikat uap air warna akan berubah menjadi merah. Silikagel yang telah jenuh dengan uap air dapat dikeringkan lagi dengan cara dipanaskan dalam oven dengan suhu 100o. Tutup desikator pada bagian permukaan harus diberi bahan pelican missal : silicon grease, agar dapat tertutup lebih rapat.

Saat ini ada 2 macam desikator yang sering digunakan : desikator biasa dan desikator vakum. Desikator vakum adalah desikator yang dapat mempertahankan kelembapan rendah pada tekanan tidak lebih dari 20 mmHg atau pada tekanan lain yang ditetapkan dalam monografi. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa.

2.3. Spektrofotometer

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi

dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilserap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam dan spektrofotometer double-single-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi


(7)

blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.

2.4. Turbidimeter

Turbidimeter yaitu sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.

Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya. Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk turhidimeter, absorbsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur.

Meskipun metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, absorbsi bervariasi secara Tinier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan stabil.

Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :

a. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang.

b. Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh.


(8)

c. Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.


(9)

BAB III ISI 3.1. Waktu dan Tempat

3.1.1. Pengambilan Sampel Air Sumur

Hari, tanggal : Selasa, 24 Agustus 2015 Jam : 11.30 WIb

Tempat: Dadok, Tunggul Hitam, Padang Pratikum : Pemeriksaan Kualitas Fisik Air

3.1.2. Pemeriksaan Suhu, pH, Bau, Rasa dan Kekeruhan Air Sumur Hari, tanggal : Selasa, 24 Agustus 2015

Jam : 13.30 s.d 16.30 WIB

Tempat: Labor Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI Padang

Pratikum : Pemeriksaan Kualitas Fisik Air (Bau, Rasa, Kekeruhan, pH, Suhu, Udara dan Suhu Air)

3.1.3. Pemeriksaan Zat Padat dan Warna Hari, tanggal : Selasa, 1 September 2015 Jam : 13.30 s.d 16.00 WIB

Tempat: Labor Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI Padang Pratikum : Pemeriksaan Kualitas Fisik Air (Zat Padat dan Warna)

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Pengambilan Sampel Air Sumur 3.2.1.1. Alat

No. Alat Jumlah

1. Botol 2 buah

2. Tali 2 buah (2 meter)

3. Pemberat 2 buah


(10)

3.2.1.2. Bahan

No .

Bahan 1. Air sumur keruh 3.2.2. Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Sumur 3.2.2.1. Pemeriksaan Suhu

a. Alat

No. Alat Jumlah

1. Thermometer 1 buah

2. Erlenmeyer 250ml 1 buah b. Bahan

No. Bahan

1. Sampel air sumur

3.2.2.2. Pemeriksaan pH a. Alat

No. Alat Jumlah

1. pH meter 1 buah

2. Indikator pH 1 buah

b. Bahan

No. Bahan

1. Sampel air sumur


(11)

a. Alat

No. Alat Jumlah

1. Cawan penguap 1 buah

2. Penangas air 1 buah

b. Bahan

No. Bahan

1. Sampel air sumur

3.2.2.4. Pemeriksaan Kekeruhan a. Alat

No. Alat Jumlah

1. Turbidimeter 1 buah

2. Tissue 1 buah

3. Pipet tetes 1 buah

b. Bahan

No. Bahan

1. Sampel air sumur

3.2.2.5. Pemeriksaan Zat Padat a. Alat

No. Alat Jumlah

1. Kertas filter 1 buah 2. Erlenmeyer 250ml 1 buah

3. Corong 1 buah

4. Oven 1 buah

5. Desicator 1 buah

6. Pinset 1 buah

7. Cawan penguap 1 buah 8. Neraca analitik 1 buah


(12)

No. Bahan 1. Sampel air sumur 3.2.2.6. Pemeriksaan Warna

a. Alat

No. Alat Jumlah

1. Spektrofotometer 1 buah

2. Tissue 1 buah

3. Pipet tetes 2 buah

4. Cuvet 6 buah

5. Buret 1 buah

6. Gelas kimia 50ml 2 buah 7. Labu ukur 50ml 5 buah 8. Labu ukur 100ml 1 buah b. Bahan

No. Bahan

1. Sampel air sumur 2. Aquadesh

3. Larutan induk 3.3. Cara Kerja

3.3.1. Cara Kerja Pengambilan Sampel Air Sumur

a. Siapkan botol berwarna bersih yang telah diikatkan dengan tali. b. Ikatkan alat pemberat pada sisi luar botol.

c. Masukkan botol sampel ke dalam sumur hingga mencapai dasar. Pastikan air yang dilihat tidak bergelembung lagi. Lakukan sebanyak 3 kali perlakuan : - Sampel pertama dibuang airnya, bertujuan untuk pencucian botol sampel. - Sampel kedua dibuang airnya, bertujuan untuk pembilasan botol sampel. - Sampel ketiga digunakan untuk sampel yang akan amati kualitas fisiknya. d. Angkat botol sampel, pastikan botol terisi penuh dan tidak mengandung

gelembung udara di dalamnya. e. Tutup dengan tutup botol. f. Beri label :

- Nama pengambil sampel - Tempat pengambilan sampel

- Waktu dan tanggal pengambilan sampel - Parameter yang akan diperiksa


(13)

3.3.2. Cara Kerja Pemeriksaan Fisik Air 3.3.2.1. Cara Kerja Pemeriksaan Suhu

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Masukkan sampel air ke dalam Erlenmeyer.

c. Masukkan thermometer ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi sampel air.

d. Biarkan selama 1-2 menit.

e. Baca thermometer (saat pembacaan dilakukan, thermometer tetap terendam dalam sampel).

f. Catat suhu yang telah diperoleh. 3.3.2.2. Cara Kerja Pemeriksaan pH

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Celupkan pH meter ke dalam air sampel. c. Cocokkan dengan indicator pH.

d. Baca hasil pH sampel Air. 3.3.2.3. Cara Kerja Pemeriksaan Bau

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Sampel air dimasukkan kedalam cawan penguap bebas bau.

c. Cium baunya (apabila baunya kurang jelas, panaskan sampai suhu 400C dengan penangas air).

d. Cium baunya.

3.3.2.4. Cara Kerja Pemeriksaan Rasa a. Siapkan alat dan bahan.

b. Letakkan air sampel ke cawan atau tempat lain.

c. Sampel air dimasukkan ke dalam mulut, letakkan pada lidah dan tahan beberapa menit (sampel yang telah diketahui dan tidak bebahaya untuk diminum).

d. Rasakan sampel air tersebut.

3.3.2.5. Cara Kerja Pemeriksaan Kekeruhan  Turbidimeter Manual

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Lap tabung sampel menggunakan tissue, masukkan sampel air ke dalam tabung sampel sampai tanda garis batas.


(14)

d. Putar tombol off “20”200” kea rah angka “20”, dan alat siap untuk dioperasikan.

e. Ambil tabung kalibrasi 0 (nol) masukkan ke dalam lobang deteksi, lalu tutup.

f. Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukkan angka 0 (nol).

g. Setelah pas di angka 0 (nol), keluarkan tabung kalibrasi 0 (nol), lalu masukkan tabung kalibrasi 10.

h. Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukkan angka 10/ sampai habis.

i. Setelah pas angka 10, keluarkan tabung kalibrasi.

j. Bersihkan tabung sampel dengan tissue, lalu masukkan ke lobang turbidimeter. (Apabila angka pada monitor menunjukkan angka 1, putar tombol off”20”200” ke angka “200”)

k. Catat angka yang tertera pada monitor tanpa memutar tombol apapun. l. Setelah selesai, keluarkan tabung sampel dari lobang turbidimeter dan

matikan alat dengan memutar tombol off”20”200” ke arah “200”.  Turbidimeter Digital

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Masukkan sampel ke dalam tabung sampel sebelumnya dilap terlebih dahulu dengan tissue.

c. Samakan dengan tabung kalibrasi 0.02NTU; 20NTU; 100NTU; 800NTU. d. Tekan tombol ON.

e. Apabila tabung kalibrasi sudah dapat, masukkan tabung kalibrasi tersebut kelobang turbidimeter.

f. Tunggu alat saat “READ”, setelah berhenti tekan tombol call (cari angka yang mendekati) muncul “STAND BY”

g. Keluarkan tabung kalibrasi.

h. Ambil tabung sampel, lap dengan tissue, lalu masukkan ke dalam lobang alat turbidimeter.

i. Tekan tombol “READ” Catat hasil yang telah diperoleh. 3.3.2.6. Cara Kerja Pemeriksaan Zat Padat

a. Lipat kertas saring menjadi 4 bagian.

b. Letakkan kertas saring tersebut ke dalam cawan penguap.

c. Panaskan kertas saring pada oven dengan suhu 1050C selama 30 menit. d. Dinginkan kertas saring dengan desikator selama 5 menit.


(15)

f. Catat hasil timbangan pertama.

g. Ambil kertas saring dan dinginkan dalam desikator selama 5 menit. h. Siapkan corong dan Erlenmeyer.

i. Letakkan kertas saring ke atas corong.

j. Takar air sampel sampai 20ml dengan menggunakan gelas kimia.

k. Tuangkan air sampel ke atas kertas saring, tampung air sampel sisa penyaringan dengan erlenmeyer.

l. Ambil kertas saring dengan pinset dan letakkan pada cawan penguap. m. Masukkan ke dalam oven selama 30 menit dengan suhu 1050C.

n. Ambil kertas saring dan dinginkan ke dalam desikator selama 5 menit. o. Setelah itu ambil kertas saring dari dalam timbangan analitik dan

letakkan ke dalam cawan penguap. p. Catat hasil timbangan kedua.

Sehingga didapatkan : Zat padat = (a−b)x1000

C

= (1,1983−1.16)x1000 20

= 0,0383x1000 20 = 38,320 = 1,9 gr/ L

3.3.2.7. Cara kerja Pemeriksaan Warna  Pembuatan Larutan Standar

a. Lakukan perhitungan : - Larutan standar 0 TCU

V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 0 V1 = 50x0

500 V1 = 0 ml

- Larutan standar 5 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 5 V1 = 50500x5 V1 = 0.5 ml


(16)

- Larutan standar 10 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 10 V1 = 50x10

500 V1 = 1 ml

- Larutan standar 20 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 20 V1 = 50x20

500 V1 = 2 ml

- Larutan standar 40 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 40 V1 = 50500x40 V1 = 4 ml

- Larutan standar 70 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 70 V1 = 50500x70 V1 = 7 ml

b. Masukkan larutan induk kedalam buret.

c. Lalu teteskan larutan induk sesuai volume yang telah dihitung ke dalam labu ukur.

d. Tambahkan aquadest sampai tanda batas. e. Tutup dan homogenkan sebanyak 12x.  Pemeriksaan Warna dengan Spektrofotometer

a. Bilas semua cuvet dengan aquadest dan larutan standar.

b. Masukkan sampel, blanko dan masing-masing larutan standar ke dalam masing-masing cuvet sampai tanda batas.

c. Hidupkan spektrofotometer.

d. Atur panjang gelombang 355 nm dengan menekan tombol “Go To”. e. Masukkan cuvet blanko ke dalam tabung spektofotometer dan tekan


(17)

f. Masukkan cuvet 5 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

g. Masukkan cuvet 10 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

h. Masukkan cuvet 20 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

i. Masukkan cuvet 40 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

j. Masukkan cuvet 70 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

k. Masukkan cuvet sampel ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran (apabila hasil pengukuran lebih besar dari pada hasil pengukuran sebelumnya maka lakukan lagi pengenceran 10x dengan menambahkan aquadest hingga 100ml dan ukur lagi dengan spektrofotometer). Sehingga di dapatkan hasil pengukuran yaitu 0,78 Abs.

Maka didapatkan konsentrasi warna yang di dapat adalah : 15 TCU x 10kali = 150 TCU


(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan

No. Pemeriksaan Sampel Baku Mutu MS / TMS

1. PH 7 6,5 – 8,5 MS

2. Suhu Air : 23ºC

Udara : 27°C

Suhu udara ± 3ºC MS

3. Bau Berbau besi Tidak berbau TMS

4. Rasa Pahit dan sedikit asin Tidak berasa TMS

5. Kekeruhan 6,83 NTU 5 NTU TMS

6. Warna 150 TCU 50 TCU TMS

7. Zat padat 1900 mg/ L 1500 mg/ L TMS

Keterangan :

MS : Memenuhi Standar TMS : Tidak memenuhi standar

4.2. Pembahasan

Pengambilan contoh air adalah kegiatan sampel air di badan air atau sumber air yang digunanakan masyarakat untuk mengetahui kualitas air tersebut. Sampel air yang diambil harus mewakili keadaan air yang sebenarnya sehingga dapat dilakukan pemeriksaan dan diketahui kualitas air yang sebenar-benarnya.

Pengambilan contoh air hatus dilakukan dengan teliti dan dapat dipertanggung jawabkan. Beberapa parameter mudah sekali berubah dengan cepat walaupun sudah dilakukan pengawetan maka harus dilakukan pemeriksaan langsung dilapangan dengan melakukan pengukuran suhu, pH, DO, bau dan rasa.

Untuk pengambilan contoh pada air sumur gali atau sungai dapat digunakan botol timba dengan pemberat. Pastikan pada pengambilan sampel air harus dilakukan dengan benar dan teliti agar tidak terjadi aerasi atau masuknya gelembung udara.


(19)

Berdasarkan standar baku mutu untuk air bersih menurut permenkes Nomor 416/ MENKES/ Per/ 1990 didapatkan hasil pengukuran fisik air sampel yang mana pHnya netral yaitu tidak asam dan juga tidak basa yang berarti sesuai dengan standar baku mutu air bersih yaitu 6,5- 8,5.

Untuk bau, air berbau dan rasanya asin yang berarti air tidak sesuai dengan standar baku mutu untuk air bersih. Untuk kekeruhan berada di atas standar baku mutu air bersih yang berarti air tersebut tidak memenuhi persyaratan secara fisik.

Untuk pemeriksaan kadar zat padat yang terkandung setiap liter tidak sesuai dengan standar baku mutu kualitas air bersih. Kemudian untuk pemeriksaan warna juga tidak memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh permenkes. Oleh karena itu air sampel tidak bisa dikatakan sebagai air bersih dan berbahaya untuk dikonsumsi.


(20)

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan

Air merupakan senyawa yang mempunyai rumus molekul H2O. air merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, rendahnya kualitas air dapat menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan manusia, oleh karena itu sering dilakukan pengambilan sampel huna pemeriksaan kualitas air.

Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat kita ketahui bahwa suhu air sampel tersebut adalah 27,450C. Sampel berbau dan berasa, namun memiliki tingkat kekeruhan di bawah baku mutu. Sampel air sumur ini memiliki tingkat kekeruhan di atas 5 NTU, yaitu 9,85 NTU. Zat padat yang terkandung dalam 1 liter air yaitu 1900 mg. Serta memiliki tingkat warna diatas 50 TCU, yaitu 150 TCU.

Berdasarkan standar baku mutu untuk air bersih menurut permenkes No 416/menkes/per/1990 dan permenkes No 492/ Menkes / Per/ IV/ 2010 tentang persyaratan air minum, maka didapatkan hasil pengukuran fisik air sampel tidak layak dikatakan air bersih dan tidak layak untuk dikonsumsi.

5.2. Saran

5.2.1 Kita sebagai mahasiswa kesehatan lingkungan diharapkan melaksanakan pemeriksaan fisik air

5.2.2 Kita sebagai mahasiswa Kesehatan Lingkungan harus bisa mensosialisasikan kepada masyarakat tentang air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan. 5.2.3 Masyarakat harus memahami dan mengaplikasikan bagaimana ciri-ciri air


(1)

f. Catat hasil timbangan pertama.

g. Ambil kertas saring dan dinginkan dalam desikator selama 5 menit. h. Siapkan corong dan Erlenmeyer.

i. Letakkan kertas saring ke atas corong.

j. Takar air sampel sampai 20ml dengan menggunakan gelas kimia.

k. Tuangkan air sampel ke atas kertas saring, tampung air sampel sisa penyaringan dengan erlenmeyer.

l. Ambil kertas saring dengan pinset dan letakkan pada cawan penguap. m. Masukkan ke dalam oven selama 30 menit dengan suhu 1050C.

n. Ambil kertas saring dan dinginkan ke dalam desikator selama 5 menit. o. Setelah itu ambil kertas saring dari dalam timbangan analitik dan

letakkan ke dalam cawan penguap. p. Catat hasil timbangan kedua.

Sehingga didapatkan : Zat padat = (ab)x1000

C

= (1,1983−1.16)x1000 20

= 0,0383x1000 20 = 38,320 = 1,9 gr/ L

3.3.2.7. Cara kerja Pemeriksaan Warna

 Pembuatan Larutan Standar a. Lakukan perhitungan :

- Larutan standar 0 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 0 V1 = 50x0

500 V1 = 0 ml

- Larutan standar 5 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 5 V1 = 50500x5 V1 = 0.5 ml


(2)

- Larutan standar 10 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 10 V1 = 50x10

500 V1 = 1 ml

- Larutan standar 20 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 20 V1 = 50x20

500 V1 = 2 ml

- Larutan standar 40 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 40 V1 = 50500x40 V1 = 4 ml

- Larutan standar 70 TCU V1 x M1 = V2 x M2 V1 x 500 = 50 x 70 V1 = 50500x70 V1 = 7 ml

b. Masukkan larutan induk kedalam buret.

c. Lalu teteskan larutan induk sesuai volume yang telah dihitung ke dalam labu ukur.

d. Tambahkan aquadest sampai tanda batas. e. Tutup dan homogenkan sebanyak 12x.

 Pemeriksaan Warna dengan Spektrofotometer

a. Bilas semua cuvet dengan aquadest dan larutan standar.

b. Masukkan sampel, blanko dan masing-masing larutan standar ke dalam masing-masing cuvet sampai tanda batas.

c. Hidupkan spektrofotometer.

d. Atur panjang gelombang 355 nm dengan menekan tombol “Go To”. e. Masukkan cuvet blanko ke dalam tabung spektofotometer dan tekan

tombol “Zero” maka pada layar angka menjadi 0.00 Abs, dan keluarkan. 16


(3)

f. Masukkan cuvet 5 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

g. Masukkan cuvet 10 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

h. Masukkan cuvet 20 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

i. Masukkan cuvet 40 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

j. Masukkan cuvet 70 TCU ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran.

k. Masukkan cuvet sampel ke dalam tabung spektrofotometer dan catat hasil pengukuran (apabila hasil pengukuran lebih besar dari pada hasil pengukuran sebelumnya maka lakukan lagi pengenceran 10x dengan menambahkan aquadest hingga 100ml dan ukur lagi dengan spektrofotometer). Sehingga di dapatkan hasil pengukuran yaitu 0,78 Abs.

Maka didapatkan konsentrasi warna yang di dapat adalah : 15 TCU x 10kali = 150 TCU


(4)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan

No. Pemeriksaan Sampel Baku Mutu MS / TMS

1. PH 7 6,5 – 8,5 MS

2. Suhu Air : 23ºC

Udara : 27°C

Suhu udara ± 3ºC MS

3. Bau Berbau besi Tidak berbau TMS

4. Rasa Pahit dan sedikit asin Tidak berasa TMS

5. Kekeruhan 6,83 NTU 5 NTU TMS

6. Warna 150 TCU 50 TCU TMS

7. Zat padat 1900 mg/ L 1500 mg/ L TMS

Keterangan :

MS : Memenuhi Standar TMS : Tidak memenuhi standar

4.2. Pembahasan

Pengambilan contoh air adalah kegiatan sampel air di badan air atau sumber air yang digunanakan masyarakat untuk mengetahui kualitas air tersebut. Sampel air yang diambil harus mewakili keadaan air yang sebenarnya sehingga dapat dilakukan pemeriksaan dan diketahui kualitas air yang sebenar-benarnya.

Pengambilan contoh air hatus dilakukan dengan teliti dan dapat dipertanggung jawabkan. Beberapa parameter mudah sekali berubah dengan cepat walaupun sudah dilakukan pengawetan maka harus dilakukan pemeriksaan langsung dilapangan dengan melakukan pengukuran suhu, pH, DO, bau dan rasa.

Untuk pengambilan contoh pada air sumur gali atau sungai dapat digunakan botol timba dengan pemberat. Pastikan pada pengambilan sampel air harus dilakukan dengan benar dan teliti agar tidak terjadi aerasi atau masuknya gelembung udara.


(5)

Berdasarkan standar baku mutu untuk air bersih menurut permenkes Nomor 416/ MENKES/ Per/ 1990 didapatkan hasil pengukuran fisik air sampel yang mana pHnya netral yaitu tidak asam dan juga tidak basa yang berarti sesuai dengan standar baku mutu air bersih yaitu 6,5- 8,5.

Untuk bau, air berbau dan rasanya asin yang berarti air tidak sesuai dengan standar baku mutu untuk air bersih. Untuk kekeruhan berada di atas standar baku mutu air bersih yang berarti air tersebut tidak memenuhi persyaratan secara fisik.

Untuk pemeriksaan kadar zat padat yang terkandung setiap liter tidak sesuai dengan standar baku mutu kualitas air bersih. Kemudian untuk pemeriksaan warna juga tidak memenuhi standar yang telah di tetapkan oleh permenkes. Oleh karena itu air sampel tidak bisa dikatakan sebagai air bersih dan berbahaya untuk dikonsumsi.


(6)

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan

Air merupakan senyawa yang mempunyai rumus molekul H2O. air merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, rendahnya kualitas air dapat menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan manusia, oleh karena itu sering dilakukan pengambilan sampel huna pemeriksaan kualitas air.

Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat kita ketahui bahwa suhu air sampel tersebut adalah 27,450C. Sampel berbau dan berasa, namun memiliki tingkat kekeruhan di bawah baku mutu. Sampel air sumur ini memiliki tingkat kekeruhan di atas 5 NTU, yaitu 9,85 NTU. Zat padat yang terkandung dalam 1 liter air yaitu 1900 mg. Serta memiliki tingkat warna diatas 50 TCU, yaitu 150 TCU.

Berdasarkan standar baku mutu untuk air bersih menurut permenkes No 416/menkes/per/1990 dan permenkes No 492/ Menkes / Per/ IV/ 2010 tentang persyaratan air minum, maka didapatkan hasil pengukuran fisik air sampel tidak layak dikatakan air bersih dan tidak layak untuk dikonsumsi.

5.2. Saran

5.2.1 Kita sebagai mahasiswa kesehatan lingkungan diharapkan melaksanakan pemeriksaan fisik air

5.2.2 Kita sebagai mahasiswa Kesehatan Lingkungan harus bisa mensosialisasikan kepada masyarakat tentang air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan. 5.2.3 Masyarakat harus memahami dan mengaplikasikan bagaimana ciri-ciri air

bersih yang baik untuk di konsumsi dan sesuai dengan standar kesehatan