1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah dengan jelas dinyatakan bahwa salah satu tujuan
Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai
dengan minat bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender. Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat
sumber daya manusia SDM Indonesia memiliki ketrampilan hidup
life skill
sehingga memiliki pula kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern
yang dijiwai nilai-nilai Pancasila. Selama ini apabila membicarakan masalah mutu SDM yang
rendah, institusi pendidikan sebagai salah satu yang dipermasalahkan. Sebagaimana dikutip koran Suara Merdeka Oktober 2004 dari hasil survei
lembaga konsultan Hong Kong,
The Political and Economic Risk Consultancy
PERC menyimpulkan, SDM berkualitas rendah karena mutu sistem pendidikan yang rendah. Menurut Wardiman Djojonegoro
sebagaimana dikutip E.Mulyasa 2006, sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan sistem pendidikan agar dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas SDM, yakni : sarana gedung, buku yang berkualitas, guru dan tenaga kependidikan yang profesional.
Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas sebagai penanggung jawab sistem pendidikan nasional bertekad mewujudkan cita-cita luhur yang
telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu diawali dengan menyusun Rencana Strategis Renstra Pembangunan Pendidikan Nasional Tahun 2005-
2009 yang merupakan penjabaran dari rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN. Renstra Depdiknas menjadi pedoman bagi
semua tingkatan pengelola pendidikan, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, satuan pendidikan, dan masyarakat dalam merencanakan
dan melaksanakan program pembangunan pendidikan nasional serta mengevaluasi hasilnya.
Berkaitan dengan Renstra pada satuan pendidikan menengah dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan SMK, pada tahun ajaran 20082009 Depdiknas
berupaya 1,3 juta lulusan Sekolah Menengah Pertama SMP terserap oleh SMK. Selain itu, pemerintah terus berupaya memperbanyak pembangunan
SMK serta mengurangi pengembangan Sekolah Menengah Atas SMA. Diharapkan pada tahun 2009 rasio keduanya menjadi 70 berbanding 30
sebagaimana pendapat Fasli Jalal yang dikutip oleh Agus Wibowo dalam Suara Karya
Online
2008. Upaya lain yang dilakukan pemerintah terhadap SMK adalah penataan
bidang keahlian dan program studi di SMK serta fasilitas magang agar relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Penataan ini dilakukan agar lulusan sekolah
menengah kejuruan dapat makin memadai untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja.
Penataan bidang keahlian dan program studi di SMK telah dilakukan oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan
melakukan
update
kompetensi kejuruan, yang tertuang dalam keputusan nomor : 251CKEPMN2008. Melalui keputusan tersebut telah ditetapkan 6
bidang keahlian, 40 program studi keahlian dan 121 kompetensi keahlian. Setelah adanya penataan bidang keahlian dan program studi, maka perlu
kiranya dilakukan pengembangan mutu dan keunggulan sekolah. Dengan mengacu pada pemenuhan Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas
mengelompokan sekolah sebagai berikut : sekolah potensial, sekolah standar nasional dan sekolah berbasis keunggulan lokal serta sekolah bertaraf
internasional www.depdiknas.go.id. Saat sekarang sekolah-sekolah SMK telah diarahkan untuk menjadi
Sekolah Standar Nasional SSN. Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, SSN adalah sekolah yang sudah hampir
memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan SNP yaitu : standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, standar penilaian.
SMK Muda Patria Kalasan Yogyakarta sebagai SMK yang sebelumnya menyelenggarakan bidang keahlian elektronika dengan program keahliannya
adalah elektronika komunikasi, kemudian mulai tahun ajaran 20082009 melakukan pengubahan dengan memilih program keahlian teknik elektronika
industri. Adanya program keahlian baru yaitu elektronika industri tentunya
membutuhkan kesiapan dari SMK Muda Patria agar program keahlian baru dapat berjalan lancar dan mendapatkan lulusan yang kompeten. Dalam
memenuhi arahan dari Depdiknas supaya SMK yang ada menjadi Sekolah Standar Nasional, maka perlu adanya pemenuhan delapan SNP yang telah
disebutkan. Berdasarkan pada uraian tersebut, perlu adanya penelitian tentang
kesiapan program keahlian baru teknik elektronika industri di SMK Muda Patria Kalasan Yogyakarta. Diharapkan hasil dari penelitian ini membantu
sekolah dalam kelancaran berlangsungnya program keahlian baru dan nantinya akan didapat lulusan yang kompeten.
B. Identifikasi Masalah